STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA. (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Oleh :
Susan Yuliani Jauhari NIM : 1302802
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA. (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)
Oleh :
Susan Yuliani Jauhari S.H/FH Unla 2010
Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan
© Susan Yuliani Jauhari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Agustus 2015
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
LEMBAR PENGESAHAN
SUSAN YULIANI JAUHARI NIM.1302802
STRATEGI PENANAMAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI
NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)
Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:
Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 197504142005011001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap II
Hari/Tanggal : Jum’at /28 Agustus 2015
Tempat : Ruang 109 Lantai 5 Gedung SPs UPI
Penguji I
Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003
Penguji II
Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd NIP. 19530211 197803 1 002
Penguji III
Dr. Kokom Komalasari, M.Pd NIP. 19721001 200112 2 001
Penguji IV
Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 197504142005011001
Mengetahui,
Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRAK
Susan Yuliani Jauhari (NIM. 1302802) “Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Bagi Nasionalisme dan Patriotisme Generasi Muda (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)”
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kesadaran bela negara di kalangan masyarakat sehingga pendidikan bela negara untuk menanamkan kesadaran bela negara masih relevan dan sangat dibutuhkan saat ini dan di masa mendatang. Format yang ada sekarang perlu diperbaharui agar sesuai dengan kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna-makna tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan proses strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian terletak di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi yang beralamat di Jalan Raya Cikole, Lembang. Subjek penelitian terdiri atas Komandan, Instruktur, Siswa, dan Guru Pendamping dalam pelaksanaan pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pengembangan budaya kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara dilakukan melalui berbagai macam kegiatan-kegiatan praktis seperti PBB, PPM, Outbound, dan Kepemimpinan; (2) Proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme dilaksanakan dengan memperhatikan aspek perkembangan siswa, yaitu aspek kogntif, afektif, dan psikomotor; (3) Hasil yang ditunjukkan memberikan peningkatan yang baik karena mampu mendorong siswa memiliki sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme di lingkungan sekolah maupun luar sekolah; (4) Kendala yang dihadapi selama pendidikan bela negara berlangsung, yaitu berkaitan dengan masalah kesehatan siswa yang kemudian diantsipasi dengan menyertakan tim kesehatan dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, Selain itu kendala berikutnya adalah pelaksanaan pendidikan bela negara yang terlalu singkat merupakan wewenang panitia yang hanya bisa diatasi dengan melakukan semaksimal mungkin pendidikan bela negara yang dilaksanakan. Pada akhir penelitian, peneliti memberikan rekomendasi kepada Pihak Sekolah, Depo Pendidikan Bela negara, dan Departemen Kewarganegaraan serta kepada peneliti selanjutnya.
Kata Kunci : Budaya Kewarganegaraan, Pendidikan Bela Negara, Sikap
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
ABSTRACT
“Development Strategy of Civic Culture through State’s Defense Education for Nationalism and Patriotism of Young Generation. (A Case Study of State Defense Education Rindam’s III Siliwangi)
The background of this study is based on the low awareness of state’s defense in our society. It can be assumed that the state defense education in order to emergetheir awareness is still quite relevant and needed for this era and the future. Furthermore, the existing format needs to be updated to adjust the social condition. It should be more concrete and realistic in order to avoid the abstract and monotony indoctrination theory activities. The purpose of this study was to uncover the meanings of phenomena related to the process of development strategy of civic culture through state’s defense education. This study applied a qualitative approach by case study method. Then, the data was obtained by interviews, observation, and documentation study. The researcher conducted the study in State Defense Education Rindam III Siliwangi located at Jalan Raya Cikole, Lembang. Besides, the subjects of this study were the commanders, instructors, students, and teachers. The findings indicated: (1) The civic culture
development through state’s defense education was conducted by various practical activities, such as PBB, PPM, Outbound, and Leadership; (2) The creating process of nationalism and patriotism attitudes in State Defense Education Rindam III Siliwangi implemented with due respect to the student’s development in the aspect of knowledge (cognitive), attitude (affective), and psychomotor; (3) The results shown give good improvement because it can encourage students to have an attitude that reflects the values of nationalism and patriotism in school environment and outside; (4) The obstacle faced among the
state’s defense education dealt with the students’ health problems and the access of time which was too short. At the end of the study, researchers gave recommendations to the school, state defense education education, and the department of citizenship and to further research.
Keywords: Civic Culture, State’s Defense Education, Nationalism and
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR ISI A. Paradigma Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture)……..
1. Konsep Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture)………...
2. Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic
Culture)………..
B. Konsep Bela Negara dan Kedudukan Pendidikan Bela Negara……..
1. Konsep Bela Negara………...
2. Bela Negara Dalam Kurikulum Pendidikan………...
C. Kajian Tentang Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia…...
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2. Konsep Patriotisme………
3. Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa
Indonesia………
D. Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa
Indonesia………..
E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan……….
1. Pengaruh Perkembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap
Pengembangan Sikap Patriotisme………..
2. Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan
Kewarganegaraan Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
G. Teknik Analisis Data………
BAB IV DATA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN………. 59
A. Gambaran Umum……….
B. Deskripsi Hasil Penelitian………
1. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam
III Siliwangi……….
2. Proses Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang
Dilakukan Dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan
Bela Negara Rindam III Siliwangi...
3. Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Ditunjukkan Siswa
Setelah Mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan
Bela Negara Rindam III Siliwangi………...
4. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk
Mengatasi Kendala Tersebut Dalam Membina Sikap
Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Bela Negara di
Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III
Siliwangi...
C. Pembahasan Hasil Penelitian………...
1. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam
III Siliwangi……….
2. Proses Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang
Dilakukan Dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3. Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Ditunjukkan Siswa
Setelah Mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan
Bela Negara Rindam III Siliwangi………...
4. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk
Mengatasi Kendala Tersebut Dalam Membina Sikap
Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Bela Negara di
Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III
Siliwangi………
105
111
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI…………. 115
A. Simpulan………..
1. Simpulan Umum………
2. Simpulan Khusus………...
B. Implikasi………..
C. Rekomendasi………
115
115
115
117
118
DAFTAR PUSTAKA……… 121
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR BAGAN
halaman
Bagan 4.1 Struktur Organisasi Depo Pendidikan Bela Negara Rindam
III Siliwangi……….. 64
Bagan 4.2 Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk
Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR TABEL
halaman
Tabel 3.1 Subjek Penelitian………. 49
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian………. 58
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pendidikan Bela Negara………... 69
Tabel 4.2 Pembagian Gerakan Dalam PBB……… 72
Tabel 4.3 Triangulasi Dengan Tiga Sumber Data………... 88
Tabel 4.4 Triangulasi Dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data………. 98
Tabel 4.5 Triangulasi Dengan Tiga Sumber Data………... 102
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR GAMBAR
halaman
Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data……… 51
Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data………... 54
Gambar 3.3 Triangulasi Sumber Pengumpulan Data……….. 54
Gambar 4.1 Siswa Diberikan Arahan Oleh Instruktur……… 67
Gambar 4.2 Siswa Diberikan Arahan Oleh Instruktur……… 67
Gambar 4.3 Siswa Melaksanakan Kegiatan PBB………... 72
Gambar 4.4 Siswa Melaksanakan Latihan PPM………. 76
Gambar 4.5 Siswa Melaksanakan Latihan PPM………. 76
Gambar 4.6 Siswa Melaksanakan Kegiatan Dinamika Kelompok ……. 78
Gambar 4.7 Siswa Melaksanakan Kegiatan Dinamika Kelompok ……. 78
Gambar 4.8 Siswa Melaksanakan Kegiatan Outbound ……….. 79
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
DAFTAR LAMPIRAN
1. SK Pembimbing
2. Surat Observasi/ Penelitian
3. Matriks Instrumen Penelitian
4. Format Observasi Lapangan
5. Pedoman Wawancara
6. Hasil Pengamatan Observasi
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Budaya kewarganegaraan atau civic culture tidak dapat terpisahkan dalam kaitannya dengan perkembangan democratic civil society atau masyarakat madani Pancasila, hal ini berarti bahwa setiap orang harus belajar bagaimana melihat
dirinya dan orang lain sebagai individu yang merdeka dan memiliki kedudukan
yang sama tanpa melihat atribut-atribut khusus yang melekat dalam setiap
individu seperti agama, suku, status sosial, dan lainnya. Masyarakat sipil yang
demokratis tidak mungkin dapat berkembang tanpa perangkat budaya yang
diperlukan untuk melahirkan warganya. Kebudayaan ini akan membentuk dan
membina watak serta karakter dari warga negaranya, untuk itu pula negara harus
memiliki komitmen dalam memperlakukan setiap warga negara sebagai individu. Secara spesifik, “Civic Culture merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan
secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warga negara.”(Winataputra dan Budimansyah, 2012, hlm. 233).
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa civic culture berorientasi terhadap pembentukan kualitas personal individual dari warga negara, sehingga
civic culture berkenaan dengan suatu proses adaptasi secara psikis dan sosial masing-masing individu dari ikatan budaya komunitas (keluarga, suku, dan
masyarakat lokal) ke dalam ikatan budaya suatu negara yang disebut
kewarganegaraan. Civic culture memberikan kontribusi dalam membangun identitas kewarganegaraan, dalam hal ini kewarganegaraan Indonesia dari
masing-masing individu sebagai warga negara, identitas pribadi warga negara yang
bersumber dari civic culture perlu dikembangkan melalui pendidikan kewarganegaraan. Inti dari civic culture salah satunya adalah pembinaan sikap patriotisme, yang mana sikap patriotisme ini sangat penting dalam rangka
2
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
patriotisme ini berhubungan dengan upaya pembelaan negara yang merupakan
hak dan kewajiban dari setiap warga negara sebagaimana yang tercantum di dalam
Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3, yang menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”
Penumbuhan kesadaran bela negara yang paling efektif adalah melalui jalur
pendidikan. Kesadaran bela negara tumbuh secara alamiah dalam masing-masing
individu warga negara. Saat ini tantangan untuk menumbuhkembangkan
kesadaran bela negara bersifat multidimensional baik secara fisik maupun non
fisik, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga
penumbuhan kesadaran bela negara tersebut diperlukan melalui suatu proses
perencanaan yang sistematis dan berkelanjutan, yaitu melalui proses pendidikan.
Yang dimaksud dengan pendidikan menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah :
Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan di Indonesia yang dikenal dengan pendidikan nasional yang
berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia, yang
berakar pada nila-nilai agama, kebudayaan Indonesia, dan harus tanggap terhadap
perubahan zaman berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya dalam
menumbuhkembangkan kesadaran bela negara melalui pendidikan dapat
3
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Dalam pendekatan kebudayaan yang dilakukan adalah dengan cara membangun dan memperkuat semangat, jiwa, pikiran, dan keberanian membela negara pada setiap warga negara melalui jalur pendidikan dengan berbagai cara dan bentuknya. Model ini cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya, namun biaya yang dibutuhkan tidaklah besar. Akan tetapi hasilnya akan berdampak besar dan berjangka panjang. (Hasanudin, 2014, hlm. 98).
Tujuan pendidikan bela negara adalah untuk membentuk pribadi dan jiwa
yang kuat, cinta tanah air, berani, disiplin, pekerja keras, dan mandiri. Apabila
dilihat dalam kurikulum sekolah, materi mengenai kesadaran bela negara terdapat
dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama.
Dalam hal ini, pendidikan bela negara masih berupa transfer informasi tanpa
disertai internalisasi siswa melalui sikap dan tindakan. Era reformasi membawa
banyak perubahan di hampir segala bidang kehidupan di Republik Indonesia. Ada
perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, akan tetapi ada juga
perubahan yang bersifat negatif dan pada akhirnya akan membawa kerugian bagi
keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana
keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari
segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai ideologi menarik
perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda untuk dipelajari, dipahami dan
diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun
merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter. Salah satu dampak
buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat nasionalisme dan kecintaan
pada negara.
Fenomena globalisasi tidak dapat dielakkan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara. Arus globalisasi akan berpengaruh pada berbagai sendi kehidupan
berbangsa dan bernegara baik politik, sosial, budaya, dan ekonomi.
Berkembangnya arus globalisasi dapat dicirikan melalui : (1) perubahan dalam
konsep ruang dan waktu; (2) pertumbuhan perdagangan internasional; (3)
peningkatan interaksi kultural; (4) meningkatnya masalah bersama. (Iskandar
dalam Kunaifi dan Puspita, 2012, hlm. 1). Dampak positif globalisasi dapat
4
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dan wilayah. Kemudahan akses informasi maupun barang yang menjadi dampak
adanya globalisasi tentu akan mendorong laju pertumbuhan dan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi globalisasi juga dapat membawa
dampak negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Dampak negatif dari globalisasi dapat ditunjukkan dengan semakin
mengikisnya jati diri bangsa, globalisasi menjadikan kalangan muda bangsa
Indonesia lebih tertarik pada budaya baru yang ditawarkan oleh agen budaya luar
sekolah dibandingkan dengan budaya Indonesia yang ditanamkan di sekolah,
sehingga hal tersebut akan mengakibatkan konflik nilai pada diri kalangan muda.
(Budimansyah dalam Kunaifi dan Puspita, 2012, hlm. 2). Hal tersebut dapat
dilihat dalam beberapa contoh kasus sebagai berikut :
1. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk
luar negeri yang laris di pasaran Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta
terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa
nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.
2. Masyarakat kita, khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri
sebagai bangsa Indonesia karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya
barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
3. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan
miskin karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal
tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang
dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.
4. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian
antarperilaku sesama warga, sehingga dengan adanya sikap individualisme
maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.
Memudarnya nasionalisme dan patriotisme juga disebabkan oleh tidak
adanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Munculnya
gerakan separatisme dan konflik antar etnis membuktikan tidak adanya kesadaran
bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Harus diakui
5
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
gerakan-gerakan separatis maupun konflik antar etnis itu terjadi, misalnya
masalah ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan antar kelompok dan
sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusat maupun daerah untuk
mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu menyebabkan
tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan. Hal ini
dibuktikan dari berbagai sikap dalam memaknai berbagai hal penting bagi
Indonesia. Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa
nasionalisme, diantaranya :
1. Pada saat upacara bendera masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti dari
upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan
menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil
kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan
pikirannya sendiri tanpa mengikuti upacara dengan khidmat.
2. Pada peringatan hari-hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda, hanya
dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa
nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka. Hasil jajak pendapat yang
di kutip dari media Kompas tahun 2013 lalu, bahwa rekaman publik dalam
menilai anak muda saat ini belum memadai dalam sejumlah bidang. Misalnya
dalam urusan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara, sekitar 73,6
persen responden memandang anak muda tidak ikut ambil bagian dalam
mewujudkan butir-butir sila dalam Pancasila. Serta sebagai tambahan
responden dari kalkulasi 100 persen hanya sekitar 9,4 persen yang dapat menyebutkan dengan benar dan berurutan tiga isi “Sumpah Pemuda”.
3. Lebih tertariknya masyarakat terhadap produk impor dibandingkan dengan
produk buatan dalam negeri, lebih banyak mencampurkan bahasa asing
dengan bahasa Indonesia untuk meningkatkan gengsi.
Semua identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu
kebangsaan Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol,
simbol bahwa negara Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajarkan
6
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme bangsa
pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong, seperti kasus
pengklaiman beberapa kebudayaan dan pulau-pulau kecil Indonesia seperti
Sipadan, Ligitan, serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Akan
tetapi rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik
tersebut. Mengingat kesadaran bela negara yang masih rendah di kalangan
masyarakat kita, terutama di kalangan generasi muda, dapat dikatakan bahwa
pendidikan bela negara untuk menanamkam kesadaran bela negara masih sangat
relevan dan masih sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa
mendatang. Format yang ada sekarang perlu diperbaharui agar sesuai dengan
kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan
sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan
tanpa adanya realisasi yang nyata mengenai penerapan pendidikan bela negara
tersebut sehingga partisipasi aktif warga negara dalam upaya bela negara demi
terwujudnya penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan
Republik Indonesia masih dipertanyakan.
Atas dasar hal tersebut, pada tahun 2005 Dewan Perwakilan Rakyat telah
merancang suatu Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan, yang
mana komponen cadangan tersebut adalah berasal dari segenap sumber daya
nasional yang pada hakekatnya merupakan implementasi amanat Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang hak dan kewajiban seluruh
warga negara dalam upaya bela negara. Komponen cadangan adalah “sebuah
pasukan cadangan militer atau sebuah organisasi militer yang terdiri dari warga negara yang menggabungkan peran militer dengan karir sipil.” (Komponen Cadangan, id.Wikipedia.org). Keberadaan komponen cadangan memungkinkan suatu negara untuk mengurangi anggaran militer pada masa damai dan disiapkan
untuk perang. Penyelanggaraan komponen cadangan dilaksanakan melalui pola
pembentukan, pembinaan, dan penggunaan yang dilakukan secara terpusat. Dalam
penugasan dinas aktif, komponen cadangan melaksanakan tugas negara dalam
7
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
kembali melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya masing-masing diluar
tugas pertahanan negara.
Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan yang lebih
dipersiapkan untuk perang dibanding peranannya sebagai upaya bela negara yang
merupakan hak dan kewajiban dari warga negara menuai pro dan kontra dari
berbagai kalangan, sehingga sampai saat ini rancangan undang-undang tersebut
masih belum disahkan. Upaya bela negara masih dirasakan lebih efektif dilakukan
melalui jalur pendidikan, tetapi format pendidikan bela negara perlu diperbaharui
agar tidak hanya terkesan sebagai transfer ilmu belaka melainkan agar siswa dapat
memahami dan mengimplementasikan pendidikan bela negara yang didapatkan
dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kewajiban membela
negara merupakan salah satu prinsip dalam konsep kewargaan aktif (active citizenship), dimana bela negara menjadi tanggung jawab setiap warga untuk bertindak bagi nilai kemaslahatan bersama, dan bukan semata-mata untuk
kepentingan individu warga negara. Dalam kaitan ini, menjadi sangat penting bagi
setiap warga negara untuk benar-benar menyadari dan memahami kewajiban
untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.
Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, mempunyai tugas
pokok antara lain melaksanakan pendidikan dan pelatihan sesuai program dan non
program jajaran Kodam III Siliwangi, dalam pelaksanannya dijabarkan pada
fungsi utama, fungsi organik dan fungsi pembinaan. Tugas Pokok dari Depo
Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi dapat diuraikan sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pembinaan terhadap siswa dalam hal yang berhubungan
dengan tata tertib, moril, disiplin dan kemajuan siswa.
2. Memberi bimbingan dan pengasuhan kepada siswa untuk mempertinggi
usaha dalam mencapai nilai/prestasi.
3. Menyelenggarakan pencatatan pembinaan data dan laporan untuk keperluan
pendidikan, baik untuk kepentingan intern maupun ekstern Rindam III
8
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait dalam melaksanakan
tugasnya sesuai petunjuk Komandan Rindam III Siliwangi.
5. Menyelenggarakan pendidikan dan tugas lain sesuai dengan kebijakan
Komandan Rindam III Siliwangi.
Melalui struktur pembinaan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III
Siliwangi, maka secara konseptual dapat dikatakan bahwa proses pembinaan sikap
nasionalisme dan patriotisme di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III
Siliwangi dapat memiliki peluang besar untuk mewujudkannya. Materi yang
diberikan dalam pembinaan pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela
Negara Rindam III Siliwangi antara lain wawasan nusantara, Undang-Undang
Dasar 1945, sistem pertahanan semesta, Pancasila, dan otonomi daerah. Adapun
praktik lapangan meliputi pelajaran baris-berbaris, peraturan penghormatan
militer, taktik regu, kegiatan alam bebas, dan ketahanan jasmani. Usaha
pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan
kewajibannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi
untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Proses
motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga
memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Di samping itu
setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam
ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia.
B. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, menunjukkan bahwa
pentingnya rasa nasionalisme dan patriotisme dalam menumbuhkembangkan
kesadaran bela negara bagi generasi muda dalam mempertahankan negara
Kesatuan Republik Indonesia, dibutuhkan pendidikan bela negara yang tidak
hanya sebatas transfer ilmu ataupun informasi dari tenaga pendidik kepada siswa
tetapi juga dapat diimplementasikan oleh siswa melalui sikap dan tindakannya
sebagai seorang warga negara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan
9
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
pikiran, dan keberanian membela negara. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian
ini memfokuskan pada upaya bagaimana menganalisis fenomena yang terjadi
dalam konteks Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Upaya Pembinaan
Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi Generasi Muda di Depo Pendidikan
Bela Negara Rindam III Siliwangi ?
Mengingat rumusan masalah begitu luas, maka penelitian ini dirumuskan
dan dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Hal apa sajakah yang dilakukan untuk mengembangkan budaya
kewarganegaraan (civic culture) melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?
2. Bagaimana proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme yang
dilakukan dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara
Rindam III Siliwangi ?
3. Bagaimana sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa
setelah mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara
Rindam III Siliwangi ?
4. Kendala apa saja yang dihadapi dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan
untuk mengatasi kendala tersebut dalam membina sikap nasionalisme dan
patriotisme melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela
Negara Rindam III Siliwangi ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna-makna
tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan proses strategi pengembangan
budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi
10
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tujuan Khusus
Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan
menganalisis data-data empiris mengenai :
1) Hal-hal yang dilakukan untuk mengembangkan budaya kewarganegaraan
(civic culture) melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Penddikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.
2) Proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme yang dilakukan oleh
instruktur dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara
Rindam III Siliwangi.
3) Hasil pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme siswa setelah
mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Rindam III Siliwangi.
4) Kendala-kendala yang dihadapi dan upaya apa saja yang dilakukan untuk
mengatasi kendala tersebut dalam membina sikap nasionalisme dan
patriotisme melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela
Negara Rindam III Siliwangi.
D. Manfaat Penelitian
1. Secara Teoritis
Dalam kerangka kajian teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat
dijadikan bahan kajian ke arah pengembangan pendidikan kewarganegaraan
dalam konteks pendidikan bela negara. Temuan-temuan empirik dalam penelitian
ini juga dapat dijadikan bahan untuk merumuskan konsep-konsep mengenai
strategi pengembangan budaya kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara
sebaga salah satu acuan dalam merumuskan konsep-konsep yang berhubungan
dengan pendidikan bela negara.
11
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang dilakukan untuk
mengembangkan budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Siliwangi serta untuk mengetahui lebih
jauh mengenai proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme beserta hasil
pembinaan yang dilakukan oleh instruktur dalam pendidikan bela negara di Depo
Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi serta kendala-kendala yang
dihadapinya dan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul.
E. Struktur Organisasi Tesis
Adapun struktur organisasi dalam penulisan tesis yang berjudul “Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Upaya Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi Generasi Muda” (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi) ini dapat diuraikan sebagai berikut : Bab I yang
berisi pendahuluan Pendahulan, Bab II yang berisi Kajian Pustaka, Bab III
mengenai Metode Penelitian, Bab IV menjelaskan Hasil Penelitian dan
Pembahasan, serta Bab V yang berisi Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi.
Dalam pendahuluan, dipaparkan mengenai alasan yang melatarbelakangi
dilakukannya penelitian di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi
yaitu karena kurangnya rasa nasionalisme dan patriotisme yang merupakan
implementasi dari budaya kewarganegaraan dalam diri geneasi muda saat ini.
Sehingga dalam bab ini juga dipaparkan mengenai rumusan-rumusan masalah
penelitian, tujuan umum penelitian, manfaat penelitian, dan struktur orgainisasi
tesis yang merupakan gambaran dari rangkaian penelitian yang dilakukan.
Kemudian, dalam kajian pustaka dipaparkan mengenai teori-teori, konsep,
dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan sebagai bahan acuan bagi penulis
dalam melakukan penelitian dan selanjutnya mengembangkan temuan yang
didapatkan dari hasil penelitian, selain itu posisi teoritis peneliti yang berkenaan
12
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
berisi penjelasan mengenai Paradigma Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture), Konsep Bela Negara dan Kedudukan Pendidikan Bela Negara, Kajian Tentang Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia, Pembinaan Sikap
Patriotisme dan Nasionalisme Generasi Muda.
Selanjutnya, dalam metode penelitian ini memberikan penjelasan mengenai
metode penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan metode studi kasus
dengan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mempelajari fenomena yang
terfokus pada satu unit penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian yang
dirumuskan dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai definisi
operasional peneltian yang dimaksudkan untuk memfokuskan kajian penelitian
sehingga terdapat maksud dan batasan yang jelas mengenai penelitian yang
dilakukan. Selain itu, dalam bab ini juga memuat deskripsi mengenai lokasi
penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan
data, prosedur penelitian, serta teknik analisis data.
Dalam hasil penelitian dan pembahasan, data yang diperoleh selama
penelitian disajikan dan dianalisis dengan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi
secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Penyajian data dilakukan dalam bentuk naratif untuk menemukan hubungan
kausal atau interaktif dengan kajian pustaka maupun penelitian terdahulu yang
relevan atau bahkan menemukan hipotesis atau teori baru dari penelitian yang
dilakukan.
Terakhir, dalam simpulan, implikasi, dan rekomendasi disajikan kesimpulan
mengenai penelitian yang telah dilakukan yang tertuang di dalam simpulan umum
dan simpulan khusus, kemudian mengenai implikasi dari penelitian yang telah
dilakukan bagi keilmuan khususnya keilmuan PKn serta saran-saran yang
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh
Coghlan dan Brannick bahwa “metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh
oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.”
(Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 36). Metode penelitian ini dipergunakan setelah
peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penelitan. Sesuai
dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan
menggunakan metode kualitatif, yakni penelitiannya dilakukan pada kondisi yang
alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2011, hlm. 14). Penelitian yang dilakukan penulis yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan
metode studi kasus.
Studi Kasus merupakan suatu metodologi penelitian yang menggunakan
bukti empiris untuk membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan
pada suatu kondisi atau tidak. Case study didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan
menggunakan data dari berbagai sumber (Baxter & Jack; Yin, dalam Samiaji
Sarosa, 2012, hlm. 115). Dari pengertian tersebut, studi kasus menyiratkan bahwa
peneliti melakukan analisis secara intensif pada satu unit analisis yang diteliti.
Sebuah kasus dapat berupa suatu individu, satu organisasi, satu peristiwa, satu
keputusan, satu periode atau sistem yang dipelajari secara menyeluruh dan holistik
(Thomas, 2011, dalam Samiaji Sarosa, hlm. 116). Sedangkan Yin mendefinisikan
Studi Kasus ke dalam dua bagian, yaitu :
1. Studi Kasus adalah penyelidikan empiris yang :
a) Menyelidiki suatu fenomena masa kini (kontemporer) secara mendalam di dalam konteks kehidupan nyata;
46
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
a) Menghadapi situasi khusus dimana variabel yang diamati akan lebih banyak daripada data;
b) Sebagai akibatnya, mengandalkan bukti dari berbagai sumber, dengan data yang dikumpulkan berasal dari triangulasi;
c) Menggunakan pengembangan teoritis terdahulu untuk memadu pengumpulan dan analisis data. (Yin, dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 116).
Atas dasar batasan-batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi
kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar,
dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai
suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud
untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Secara
lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus dapat dijelaskan sebagai
berikut :
1. Menempatkan obyek penelitian sebagai kasus. Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai kasus.
2. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer. Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi.
3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya. Penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Penelitian studi kasus berupaya mengungkapkan dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa adanya.
4. Menggunakan berbagai sumber data. Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen.
5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian. Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. (Creswell, 2003, hlm. 153).
Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian studi kasus, hal yang diteliti
harus ditempatkan sebagai suatu objek penelitian yang memiliki kekhasan
tersendiri sebagai suatu fenomena, yang mana penelitian tersebut harus dilakukan
47
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. DEFINISI OPERASIONAL
Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian, diperlukan suatu definisi
operasional yang bertujuan untuk menjelaskan maksud dan batasan penelitian.
Definisi operasional merupakan sperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa
yang harus diamati serta bagaimana mengukur suatu konsep. Berkaitan dengan hal
itu, penelitian mengenai strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic
culture) melalui pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya
pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda yang
mempunyai operasionalisasi variabel sebagai berikut:
1. Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat
ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan
untuk tujuan pembentukan identitas warga negara”. (Winataputra dan
Budimansyah, 2012, hlm. 233).
2. Pendidikan Bela Negara, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang
Pertahanan Negara menjelaskan bahwa Bela negara adalah sikap dan perilaku
warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.
Yang dimaksud pendidikan bela negara dalam penelitian ini adalah
“Pembinaan kesadaran bela negara yang dilandasi pada rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan ideologi Pancasila, dan
rela berkorban demi bangsa dan negara.” (Hassanudin, 2014, hlm. 84).
3. Nasionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “suatu paham yang
berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada
negara kebangsaan”. (Han Kohn dalam Utomo, 1995, hlm. 20). Berdasarkan makna yang demikian nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai
48
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4. Patriotisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “rasa kecintaan dan
kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya, kekaguman pada adat
kebisaan, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap
pengabdian demi kesejahteraan bersama”. (Ensiklopedi Indonesia (1990), dalam Wibowo, 2014). Berdasarkan definisi tersebut, maka patriotisme adalah
rasa kecintaan dan kesetiaan yang tinggi dari warga negara terhadap tanah
airnya dan menunjukkan rasa kecintaannya tersebut dengan mengabdikan
drinya demi kesejahteraan nasional.
C. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III
Siliwangi. Pemilihan Depo Pendidikan Bela Negara ini sebagai lokasi penelitian
didasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya.
Pendidikan Bela Negara yang diterapkan di Depo Pendidikan Bela Negara
tersebut dapat membantu dalam melakukan pembinaan terhadap sikap
nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda baik untuk siswa sekolah
maupun untuk instansi-instansi pemerintahan atau swasta.
2. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah instruktur dan siswa Pelatihan Depo
Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Subjek penelitian dianggap dapat
memberikan informasi yang rinci tentang pendidikan bela negara sebagai upaya
dalam menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda.
Dalam penelitian ini, responden yang menjadi subjek penelitian bisa digambarkan
dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 3.1
No Responden Jumlah
1 Komandan Depo Pendidikan Bela Negara 1 orang
49
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3 Siswa Depo Pendidikan Bela Negara 5 orang
4 Guru Pendamping Siswa 2 orang
Jumlah 12 orang
Sumber : Diolah Penulis, 2015
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian studi kasus dan penelitian kualitatif lainnya, peneliti
berperan menjadi instrumen kunci.
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggali data di lapangan. Fungsi dari instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. (Sukardi, 2007, hlm. 75)
Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama yang terjun langsung
ke lapangan dalam rangka mengumpulkan data dan informasi melalui pengamatan
langsung (observasi lapangan), wawancara, dan penelaahan dokumen.
Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci adalah karena sifatnya yang
responsif dan mampu untuk menyesuaikan diri. Ciri-ciri manusia sebagai
instrumen dapat dijabarkan sebagai berikut :
1. Responsif. Manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Sebagai manusia, ia bersifat interaktif terhadap orang lain dan lingkungannya. 2. Dapat menyesuaikan diri. Manusia sebagai instrumen hampir tidak
terbatas dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi dalam mengumpulkan data.
3. Menekankan kebutuhan. Manusia sebagai instrumen memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang nyata, benar, dan mempunyai arti.
4. Memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifisikan dan mengikhtisarkan. Manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan lainnya, yaitu kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden.
50
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Peneliti sebagai instrumen akan dapat menekankan pada keholistikan,
mengembangkan dasar pengetahuan, kesegeraan memproses, dan kesempatan
untuk mengklarifikasi dan meringkas, serta dapat menyelidiki respon yang
istimewa atau khas.
Peneliti terjun langsung ke lapangan menjadi pengamat, pembaca, dan
penilai situasi serta kondisi proses pelatihan dan pembinaan yang berlangsung di
Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, serta untuk mengetahui
bagaimana pendidikan bela negara yang terprogram dan terencana dalam seluruh
aspek pada kegiatan yang dilakukan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan peneliti
sebagai pengamat adalah peneliti tidak sekedar melihat peristiwa dalam situasi
pelatihan dan pembinaan yang ada, melainkan memberikan interpretasi dan
menganalisa terhadap situasi tersebut. Sedangkan peneliti sebagai pembaca situasi
adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam
situasi tersebut, dan selanjutnya menyimpulkan hasil penelitian untuk dimaknai.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah triangulasi atau
gabungan dari tiga teknik sekaligus, yaitu observasi partisipatif, wawancara
mendalam dan studi dokumentasi. Calon peneliti akan menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi akan
digunakan untuk semua sumber data secara serempak (Sugiyono, 2011, hlm. 330).
Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini
adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Sugiyono, yaitu observasi,
51
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 225 1. Teknik Observasi
“Observasi/Studi Lapangan merupakan pengamatan akan manusia pada habitatnya. Dalam studi lapangan, peneliti berusaha menemukan habitat asli para
partisipan.” (Hughes dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 56). Dalam teknik ini,
peneliti akan ikut berperan serta dalam kegiatan pelatihan di lapangan. Peneliti
akan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan responden tetapi tidak semua
dapat diikuti oleh peneliti disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal
ini tidak lain adalah untuk menjaga suasana kondusif karena peneliti merupakan
orang diluar sistem (hanya pengamat) dan sebagai orang yang ikut berpartisipasi
dalam lingkungan responden. Hal tersebut merupakan ciri khas dari penelitian
kualitatif. Menurut Moleong, “…ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang
menentukan seluruh skenarionya.” (Moleong, 2007, hlm. 163). Sedangkan
menurut Bogdan, bahwa :
Pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial, yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematik dan berlaku tanpa gangguan. (Bogdan, dalam Moleong, 2007, hlm. 164).
Pada saat melakukan observasi, peneliti mencatat setiap fenomena yang terjadi
mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan bela negara,
proses penanaman sikap nasionalisme dan pariotisme dalam pendidikan bela
negara, sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah
mengikuti pendidikan bela negara dan kendala yang dihadapi dalam pendidikan
bela negara serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut.
52
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dilapangan pada saat pengamatan langsung yang mana kemudian dituangkan
dalam catatan lapangan, peneliti selanjutnnya melakukan proses wawancara
kepada Komandan, Instruktur, dan Siswa Pelatihan Pendidikan Bela Negara serta
guru pendamping.
2. Teknik Wawancara
'Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang kaya dan multi
dimensi mengenai suatu hal dari partisipan’ (Myers dalam Samiaji Sarosa, 2012,
hlm. 45). Wawancara tidak menggali data mengenai faktual kecuali data diri
partisipan itu sendiri. Hasil dari wawancara merupakan persepsi atau ingatan yang
dimiliki oleh partisipan terhadap sesuatu hal. Teknik wawancara dalam penelitian
ini mengacu pada instrumen yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti.
Instrumen sebagai pedoman wawancara merupakan rangkaian pertanyaan yang
tidak berstruktur yang kemudian dapat dikembangkan, baik kepada Komandan,
Instruktur, maupun Siswa Pendidikan Bela Negara. Pedoman wawancara akan
mengacu pada rumusan masalah, yaitu mengenai kegiatan-kegiatan yang
dilaksanakan dalam pendidikan bela negara, proses penanaman sikap
nasionalisme dan pariotisme dalam pendidikan bela negara, sikap nasionalisme
dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pendidikan bela negara
dan kendala yang dihadapi dalam pendidikan bela negara serta upaya yang
dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Wawancara akan dilakukan secara
beberapa kali sebagai cross chek dan akan direkam dengan mengunakan alat perekam agar mendapatkan data yang valid. Selain itu, wawancara akan dilakukan
terhadap Komandan, Instruktur, dan beberapa Siswa Pendidikan Bela Negara
(yang dipilih) yang benar-benar mewakili populasi.
3. Teknik Dokumentasi
'Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tulisan yang dibuat
53
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
dimaksud adalah segala bentuk catatan baik yang berbentuk dokumen cetak
maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa buku, artikel media
massa, catatan harian, peraturan perundang-undangan, halaman web, foto, dan
lain sebagainya. Dalam penelitian ini, studi dokumentasi dilakukan untuk
mengetahui dokumen tentang bagaimana pendidikan dan pelatihan bela negara
yang dilakukan di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi seperti
program-program kegiatan serta dokumen-dokumen lainnya yang dianggap
mendukung dan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Studi
dokumentasi ini dilakukan oleh peneliti untuk mengkaji dan mempelajari
dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, bahwa :
(a) Dokumen merupakan sumber informasi yang lestari, sekalipun dokumen sudah tidak berlaku lagi;
(b) Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan dan kekeliruan interpretasi; (c) Dokumen itu merupakan sumber data yang relatif mudah dan murah,
dan terkadang dapat diperoleh secara cuma-cuma;
(d) Dokumen merupakan sumber data yang non reaktif dan alami;
(e) Dokumen beperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. (Guba dan Lincoln, dalam Alwasilah, 2006, hlm. 156).
4. Teknik Triangulasi
Sugiyono, mengemukakan bahwa dalam teknik pengumpulan data,
triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat
menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang
telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka
sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,
yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan
berbagai sumber data.
54
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Gambar dibawah ini adalah kegiatan triangulasi yang akan penulis lakukan dalam
penelitian:
Gambar 3.2
Triangulasi “teknik” pengumpulan data
Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 242
Gambar 3.3
Triangulasi “sumber” pengumpulan data
Observasi Partisipatif
Wawancara mendalam
Dokumentasi
Sumber data sama
Wawancara mendalam
A
B
55
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 242
Keterangan:
A = Komandan Depo Pendidikan Bela Negara
B = Instruktur Depo Pendidikan Bela Negara
C = Siswa Depo Pendidikan Bela Negara
F. Prosedur Penelitian
Dalam rangka mendapatkan data secara maksimal, penulis melakukan
penelitian dengan melalui beberapa tahapan, yaitu : orientasi lapangan, eksplorasi,
dan pencatatan data.
1. Tahapan Orientasi Lapangan
Pada tahapan orientasi lapangan, peneliti mengadakan survey terlebih
dahulu ke Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi di daerah
Cikole-Lembang, kemudian setelah mendapatkan informasi peneliti meminta izin kepada
Komandan Rindam III Siliwangi untuk melakukan penelitian. Setelah
mendapatkan izin, peneliti selanjutnya mengadakan wawancara mengenai
pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap
nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda. Dari pendekatan tersebut,
kemudian peneliti mengambil tiga unsur responden, yaitu Komandan, Instruktur,
dan Siswa Pendidikan dan Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III
Siliwangi.
2. Tahapan Eksplorasi
Pada tahapan ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada Depo
Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi serta mulai mengenal dekat
responden, sehingga peneliti dapat melakukan wawancara dengan Komandan,
Instruktur, dan Siswa Pendidikan dan Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara
56
Susan Yuliani Jauhari, 2015
STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
informasi dari responden yang mewakilinya. Kemudian, pengamatan selanjutnya
dilakukan di lapangan maupun di dalam kelas pada saat kegiatan pendidikan dan
pelatihan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.
3. Tahapan Pencatatan Data
Hasil catatan merupakan rekaman hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan di lapangan. Setiap kali menemukan informasi baru, peneliti mencatat
informasi tersebut agar tidak lupa. Berikut adalah langkah-langkah pencatatan
data yang dilakukan di lapangan, yaitu :
a) Pencatatan awal. Pencatatan ini dilakukan sewaktu berada di latar penelitian dengan jalan yang hanya menuliskan kata-kata kunci pada buku nota.
b) Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat tinggal. Pembuatan catatan ini dilakukan dengan suasana yang tenang dan tidak ada gangguan. Hasilnya sudah berupa catatan lapangan lengkap.
c) Apabila sewaktu ke lapangan penelitian, kemudian teringat bahwa masih belum ada yang dicatat dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan hal itu kemudian dimasukkan. (Moleong, 2006, hlm. 216-217).
G. Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,
berulang dan terus-menerus. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu
reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (Miles dan Huberman, 2007, hlm. 16).
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,
dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan
mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,