• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Bagi Nasionalisme dan Patriotisme Generasi Muda : Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Bagi Nasionalisme dan Patriotisme Generasi Muda : Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA. (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

Oleh :

Susan Yuliani Jauhari NIM : 1302802

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

(2)

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA. (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)

Oleh :

Susan Yuliani Jauhari S.H/FH Unla 2010

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd) pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

© Susan Yuliani Jauhari 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

SUSAN YULIANI JAUHARI NIM.1302802

STRATEGI PENANAMAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI

NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing:

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 197504142005011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(4)

Tesis ini telah diuji pada Sidang Tahap II

Hari/Tanggal : Jum’at /28 Agustus 2015

Tempat : Ruang 109 Lantai 5 Gedung SPs UPI

Penguji I

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.Si NIP. 19620316 198803 1 003

Penguji II

Prof. Dr. H. Suwarma Al Muchtar, S.H, M.Pd NIP. 19530211 197803 1 002

Penguji III

Dr. Kokom Komalasari, M.Pd NIP. 19721001 200112 2 001

Penguji IV

Dr. Prayoga Bestari, M.Si NIP. 197504142005011001

Mengetahui,

Ketua Departemen Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia

(5)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Susan Yuliani Jauhari (NIM. 1302802) “Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Bagi Nasionalisme dan Patriotisme Generasi Muda (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi)”

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih rendahnya kesadaran bela negara di kalangan masyarakat sehingga pendidikan bela negara untuk menanamkan kesadaran bela negara masih relevan dan sangat dibutuhkan saat ini dan di masa mendatang. Format yang ada sekarang perlu diperbaharui agar sesuai dengan kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap makna-makna tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan proses strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Lokasi penelitian terletak di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi yang beralamat di Jalan Raya Cikole, Lembang. Subjek penelitian terdiri atas Komandan, Instruktur, Siswa, dan Guru Pendamping dalam pelaksanaan pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Hasil penelitian menunjukkan: (1) Pengembangan budaya kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara dilakukan melalui berbagai macam kegiatan-kegiatan praktis seperti PBB, PPM, Outbound, dan Kepemimpinan; (2) Proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme dilaksanakan dengan memperhatikan aspek perkembangan siswa, yaitu aspek kogntif, afektif, dan psikomotor; (3) Hasil yang ditunjukkan memberikan peningkatan yang baik karena mampu mendorong siswa memiliki sikap yang mencerminkan nilai-nilai nasionalisme dan patriotisme di lingkungan sekolah maupun luar sekolah; (4) Kendala yang dihadapi selama pendidikan bela negara berlangsung, yaitu berkaitan dengan masalah kesehatan siswa yang kemudian diantsipasi dengan menyertakan tim kesehatan dalam setiap kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, Selain itu kendala berikutnya adalah pelaksanaan pendidikan bela negara yang terlalu singkat merupakan wewenang panitia yang hanya bisa diatasi dengan melakukan semaksimal mungkin pendidikan bela negara yang dilaksanakan. Pada akhir penelitian, peneliti memberikan rekomendasi kepada Pihak Sekolah, Depo Pendidikan Bela negara, dan Departemen Kewarganegaraan serta kepada peneliti selanjutnya.

Kata Kunci : Budaya Kewarganegaraan, Pendidikan Bela Negara, Sikap

(6)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

“Development Strategy of Civic Culture through State’s Defense Education for Nationalism and Patriotism of Young Generation. (A Case Study of State Defense Education Rindam’s III Siliwangi)

The background of this study is based on the low awareness of state’s defense in our society. It can be assumed that the state defense education in order to emergetheir awareness is still quite relevant and needed for this era and the future. Furthermore, the existing format needs to be updated to adjust the social condition. It should be more concrete and realistic in order to avoid the abstract and monotony indoctrination theory activities. The purpose of this study was to uncover the meanings of phenomena related to the process of development strategy of civic culture through state’s defense education. This study applied a qualitative approach by case study method. Then, the data was obtained by interviews, observation, and documentation study. The researcher conducted the study in State Defense Education Rindam III Siliwangi located at Jalan Raya Cikole, Lembang. Besides, the subjects of this study were the commanders, instructors, students, and teachers. The findings indicated: (1) The civic culture

development through state’s defense education was conducted by various practical activities, such as PBB, PPM, Outbound, and Leadership; (2) The creating process of nationalism and patriotism attitudes in State Defense Education Rindam III Siliwangi implemented with due respect to the student’s development in the aspect of knowledge (cognitive), attitude (affective), and psychomotor; (3) The results shown give good improvement because it can encourage students to have an attitude that reflects the values of nationalism and patriotism in school environment and outside; (4) The obstacle faced among the

state’s defense education dealt with the students’ health problems and the access of time which was too short. At the end of the study, researchers gave recommendations to the school, state defense education education, and the department of citizenship and to further research.

Keywords: Civic Culture, State’s Defense Education, Nationalism and

(7)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI A. Paradigma Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture)……..

1. Konsep Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture)………...

2. Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic

Culture)………..

B. Konsep Bela Negara dan Kedudukan Pendidikan Bela Negara……..

1. Konsep Bela Negara………...

2. Bela Negara Dalam Kurikulum Pendidikan………...

C. Kajian Tentang Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia…...

(8)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2. Konsep Patriotisme………

3. Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa

Indonesia………

D. Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa

Indonesia………..

E. Kajian Hasil Penelitian Yang Relevan……….

1. Pengaruh Perkembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Terhadap

Pengembangan Sikap Patriotisme………..

2. Pengembangan Pendidikan Nilai Bela Negara Dalam Pendidikan

Kewarganegaraan Perguruan Tinggi Melalui Model Pembelajaran

(9)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Teknik Analisis Data………

BAB IV DATA LAPANGAN DAN PEMBAHASAN………. 59

A. Gambaran Umum……….

B. Deskripsi Hasil Penelitian………

1. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam

III Siliwangi……….

2. Proses Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang

Dilakukan Dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan

Bela Negara Rindam III Siliwangi...

3. Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Ditunjukkan Siswa

Setelah Mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan

Bela Negara Rindam III Siliwangi………...

4. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk

Mengatasi Kendala Tersebut Dalam Membina Sikap

Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Bela Negara di

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi...

C. Pembahasan Hasil Penelitian………...

1. Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam

III Siliwangi……….

2. Proses Penanaman Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang

Dilakukan Dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan

(10)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3. Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Yang Ditunjukkan Siswa

Setelah Mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan

Bela Negara Rindam III Siliwangi………...

4. Kendala Yang Dihadapi dan Upaya-upaya Yang Dilakukan Untuk

Mengatasi Kendala Tersebut Dalam Membina Sikap

Nasionalisme dan Patriotisme Melalui Pendidikan Bela Negara di

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi………

105

111

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI…………. 115

A. Simpulan………..

1. Simpulan Umum………

2. Simpulan Khusus………...

B. Implikasi………..

C. Rekomendasi………

115

115

115

117

118

DAFTAR PUSTAKA……… 121

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(11)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

halaman

Bagan 4.1 Struktur Organisasi Depo Pendidikan Bela Negara Rindam

III Siliwangi……….. 64

Bagan 4.2 Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk

Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi

(12)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 3.1 Subjek Penelitian………. 49

Tabel 3.2 Jadwal Penelitian………. 58

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Pendidikan Bela Negara………... 69

Tabel 4.2 Pembagian Gerakan Dalam PBB……… 72

Tabel 4.3 Triangulasi Dengan Tiga Sumber Data………... 88

Tabel 4.4 Triangulasi Dengan Tiga Teknik Pengumpulan Data………. 98

Tabel 4.5 Triangulasi Dengan Tiga Sumber Data………... 102

(13)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data……… 51

Gambar 3.2 Triangulasi Teknik Pengumpulan Data………... 54

Gambar 3.3 Triangulasi Sumber Pengumpulan Data……….. 54

Gambar 4.1 Siswa Diberikan Arahan Oleh Instruktur……… 67

Gambar 4.2 Siswa Diberikan Arahan Oleh Instruktur……… 67

Gambar 4.3 Siswa Melaksanakan Kegiatan PBB………... 72

Gambar 4.4 Siswa Melaksanakan Latihan PPM………. 76

Gambar 4.5 Siswa Melaksanakan Latihan PPM………. 76

Gambar 4.6 Siswa Melaksanakan Kegiatan Dinamika Kelompok ……. 78

Gambar 4.7 Siswa Melaksanakan Kegiatan Dinamika Kelompok ……. 78

Gambar 4.8 Siswa Melaksanakan Kegiatan Outbound ……….. 79

(14)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

1. SK Pembimbing

2. Surat Observasi/ Penelitian

3. Matriks Instrumen Penelitian

4. Format Observasi Lapangan

5. Pedoman Wawancara

6. Hasil Pengamatan Observasi

(15)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Budaya kewarganegaraan atau civic culture tidak dapat terpisahkan dalam kaitannya dengan perkembangan democratic civil society atau masyarakat madani Pancasila, hal ini berarti bahwa setiap orang harus belajar bagaimana melihat

dirinya dan orang lain sebagai individu yang merdeka dan memiliki kedudukan

yang sama tanpa melihat atribut-atribut khusus yang melekat dalam setiap

individu seperti agama, suku, status sosial, dan lainnya. Masyarakat sipil yang

demokratis tidak mungkin dapat berkembang tanpa perangkat budaya yang

diperlukan untuk melahirkan warganya. Kebudayaan ini akan membentuk dan

membina watak serta karakter dari warga negaranya, untuk itu pula negara harus

memiliki komitmen dalam memperlakukan setiap warga negara sebagai individu. Secara spesifik, “Civic Culture merupakan budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat ide-ide yang dapat diwujudkan

secara efektif dalam representasi kebudayaan untuk tujuan pembentukan identitas warga negara.”(Winataputra dan Budimansyah, 2012, hlm. 233).

Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa civic culture berorientasi terhadap pembentukan kualitas personal individual dari warga negara, sehingga

civic culture berkenaan dengan suatu proses adaptasi secara psikis dan sosial masing-masing individu dari ikatan budaya komunitas (keluarga, suku, dan

masyarakat lokal) ke dalam ikatan budaya suatu negara yang disebut

kewarganegaraan. Civic culture memberikan kontribusi dalam membangun identitas kewarganegaraan, dalam hal ini kewarganegaraan Indonesia dari

masing-masing individu sebagai warga negara, identitas pribadi warga negara yang

bersumber dari civic culture perlu dikembangkan melalui pendidikan kewarganegaraan. Inti dari civic culture salah satunya adalah pembinaan sikap patriotisme, yang mana sikap patriotisme ini sangat penting dalam rangka

(16)

2

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

patriotisme ini berhubungan dengan upaya pembelaan negara yang merupakan

hak dan kewajiban dari setiap warga negara sebagaimana yang tercantum di dalam

Pasal 27 Ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen ke-3, yang menyebutkan bahwa : “Setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya pembelaan negara.”

Penumbuhan kesadaran bela negara yang paling efektif adalah melalui jalur

pendidikan. Kesadaran bela negara tumbuh secara alamiah dalam masing-masing

individu warga negara. Saat ini tantangan untuk menumbuhkembangkan

kesadaran bela negara bersifat multidimensional baik secara fisik maupun non

fisik, baik yang bersumber dari dalam negeri maupun luar negeri sehingga

penumbuhan kesadaran bela negara tersebut diperlukan melalui suatu proses

perencanaan yang sistematis dan berkelanjutan, yaitu melalui proses pendidikan.

Yang dimaksud dengan pendidikan menurut Pasal 1 angka 1 Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah :

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pendidikan di Indonesia yang dikenal dengan pendidikan nasional yang

berdasarkan atas Pancasila dan Undang-Undang Negara Republik Indonesia, yang

berakar pada nila-nilai agama, kebudayaan Indonesia, dan harus tanggap terhadap

perubahan zaman berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan

kehidupan bangsa dan bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Upaya dalam

menumbuhkembangkan kesadaran bela negara melalui pendidikan dapat

(17)

3

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dalam pendekatan kebudayaan yang dilakukan adalah dengan cara membangun dan memperkuat semangat, jiwa, pikiran, dan keberanian membela negara pada setiap warga negara melalui jalur pendidikan dengan berbagai cara dan bentuknya. Model ini cenderung membutuhkan waktu yang lama untuk melihat keberhasilannya, namun biaya yang dibutuhkan tidaklah besar. Akan tetapi hasilnya akan berdampak besar dan berjangka panjang. (Hasanudin, 2014, hlm. 98).

Tujuan pendidikan bela negara adalah untuk membentuk pribadi dan jiwa

yang kuat, cinta tanah air, berani, disiplin, pekerja keras, dan mandiri. Apabila

dilihat dalam kurikulum sekolah, materi mengenai kesadaran bela negara terdapat

dalam pelajaran pendidikan kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama.

Dalam hal ini, pendidikan bela negara masih berupa transfer informasi tanpa

disertai internalisasi siswa melalui sikap dan tindakan. Era reformasi membawa

banyak perubahan di hampir segala bidang kehidupan di Republik Indonesia. Ada

perubahan yang positif dan bermanfaat bagi masyarakat, akan tetapi ada juga

perubahan yang bersifat negatif dan pada akhirnya akan membawa kerugian bagi

keutuhan wilayah dan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Suasana

keterbukaan pasca pemerintahan Orde Baru menyebabkan arus informasi dari

segala penjuru dunia seolah tidak terbendung. Berbagai ideologi menarik

perhatian bangsa kita, khususnya generasi muda untuk dipelajari, dipahami dan

diterapkan dalam upaya mencari jati diri bangsa setelah selama lebih dari 30 tahun

merasa terbelenggu oleh sistem pemerintahan yang otoriter. Salah satu dampak

buruk dari reformasi adalah memudarnya semangat nasionalisme dan kecintaan

pada negara.

Fenomena globalisasi tidak dapat dielakkan dalam kehidupan berbangsa dan

bernegara. Arus globalisasi akan berpengaruh pada berbagai sendi kehidupan

berbangsa dan bernegara baik politik, sosial, budaya, dan ekonomi.

Berkembangnya arus globalisasi dapat dicirikan melalui : (1) perubahan dalam

konsep ruang dan waktu; (2) pertumbuhan perdagangan internasional; (3)

peningkatan interaksi kultural; (4) meningkatnya masalah bersama. (Iskandar

dalam Kunaifi dan Puspita, 2012, hlm. 1). Dampak positif globalisasi dapat

(18)

4

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dan wilayah. Kemudahan akses informasi maupun barang yang menjadi dampak

adanya globalisasi tentu akan mendorong laju pertumbuhan dan perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi, akan tetapi globalisasi juga dapat membawa

dampak negatif dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Dampak negatif dari globalisasi dapat ditunjukkan dengan semakin

mengikisnya jati diri bangsa, globalisasi menjadikan kalangan muda bangsa

Indonesia lebih tertarik pada budaya baru yang ditawarkan oleh agen budaya luar

sekolah dibandingkan dengan budaya Indonesia yang ditanamkan di sekolah,

sehingga hal tersebut akan mengakibatkan konflik nilai pada diri kalangan muda.

(Budimansyah dalam Kunaifi dan Puspita, 2012, hlm. 2). Hal tersebut dapat

dilihat dalam beberapa contoh kasus sebagai berikut :

1. Hilangnya rasa cinta terhadap produk dalam negeri karena banyaknya produk

luar negeri yang laris di pasaran Indonesia. Dengan hilangnya rasa cinta

terhadap produk dalam negeri menunjukan gejala berkurangnya rasa

nasionalisme masyarakat kita terhadap bangsa Indonesia.

2. Masyarakat kita, khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri

sebagai bangsa Indonesia karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya

barat yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.

3. Mengakibatkan adanya kesenjangan sosial yang tajam antara yang kaya dan

miskin karena adanya persaingan bebas dalam globalisasi ekonomi. Hal

tersebut dapat menimbulkan pertentangan antara yang kaya dan miskin yang

dapat mengganggu kehidupan nasional bangsa.

4. Munculnya sikap individualisme yang menimbulkan ketidakpedulian

antarperilaku sesama warga, sehingga dengan adanya sikap individualisme

maka orang tidak akan peduli dengan kehidupan bangsa.

Memudarnya nasionalisme dan patriotisme juga disebabkan oleh tidak

adanya penghayatan atas arti perjuangan para pahlawan kemerdekaan. Munculnya

gerakan separatisme dan konflik antar etnis membuktikan tidak adanya kesadaran

bahwa kita adalah satu tanah air, satu bangsa, dan satu bahasa. Harus diakui

(19)

5

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

gerakan-gerakan separatis maupun konflik antar etnis itu terjadi, misalnya

masalah ketidakadilan sosial dan ekonomi, persaingan antar kelompok dan

sebagainya. Kurang tanggapnya pemerintah baik di pusat maupun daerah untuk

mengantisipasi atau segera menangani berbagai permasalahan itu menyebabkan

tereskalasinya suatu masalah kecil menjadi konflik yang berkepanjangan. Hal ini

dibuktikan dari berbagai sikap dalam memaknai berbagai hal penting bagi

Indonesia. Contoh sederhana yang menggambarkan betapa kecilnya rasa

nasionalisme, diantaranya :

1. Pada saat upacara bendera masih banyak rakyat yang tidak memaknai arti dari

upacara tersebut. Upacara merupakan wadah untuk menghormati dan

menghargai para pahlawan yang telah berjuang keras untuk mengambil

kemerdekaan dari tangan para penjajah. Para pemuda seakan sibuk dengan

pikirannya sendiri tanpa mengikuti upacara dengan khidmat.

2. Pada peringatan hari-hari besar nasional seperti Sumpah Pemuda, hanya

dimaknai sebagai seremonial dan hiburan saja tanpa menumbuhkan rasa

nasionalisme dan patriotisme dalam benak mereka. Hasil jajak pendapat yang

di kutip dari media Kompas tahun 2013 lalu, bahwa rekaman publik dalam

menilai anak muda saat ini belum memadai dalam sejumlah bidang. Misalnya

dalam urusan pengamalan Pancasila sebagai ideologi negara, sekitar 73,6

persen responden memandang anak muda tidak ikut ambil bagian dalam

mewujudkan butir-butir sila dalam Pancasila. Serta sebagai tambahan

responden dari kalkulasi 100 persen hanya sekitar 9,4 persen yang dapat menyebutkan dengan benar dan berurutan tiga isi “Sumpah Pemuda”.

3. Lebih tertariknya masyarakat terhadap produk impor dibandingkan dengan

produk buatan dalam negeri, lebih banyak mencampurkan bahasa asing

dengan bahasa Indonesia untuk meningkatkan gengsi.

Semua identitas bangsa Indonesia baik itu bendera merah putih, lagu

kebangsaan Indonesia Raya dan lain sebagainya hanyalah merupakan simbol,

simbol bahwa negara Indonesia masih berdiri tegak dan mampu mensejajarkan

(20)

6

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kita malas dan malu memakai atribut bangsa Indonesia. Rasa nasionalisme bangsa

pada saat ini hanya muncul bila ada suatu faktor pendorong, seperti kasus

pengklaiman beberapa kebudayaan dan pulau-pulau kecil Indonesia seperti

Sipadan, Ligitan, serta Ambalat oleh Malaysia beberapa waktu yang lalu. Akan

tetapi rasa nasionalisme pun kembali berkurang seiring dengan meredanya konflik

tersebut. Mengingat kesadaran bela negara yang masih rendah di kalangan

masyarakat kita, terutama di kalangan generasi muda, dapat dikatakan bahwa

pendidikan bela negara untuk menanamkam kesadaran bela negara masih sangat

relevan dan masih sangat dibutuhkan di era reformasi saat ini dan di masa

mendatang. Format yang ada sekarang perlu diperbaharui agar sesuai dengan

kondisi masyarakat dan lebih bersifat konkrit dan realistis agar tidak terkesan

sebagai suatu kegiatan indoktrinasi teori yang bersifat abstrak dan membosankan

tanpa adanya realisasi yang nyata mengenai penerapan pendidikan bela negara

tersebut sehingga partisipasi aktif warga negara dalam upaya bela negara demi

terwujudnya penyelenggaraan pertahanan dan keamanan Negara Kesatuan

Republik Indonesia masih dipertanyakan.

Atas dasar hal tersebut, pada tahun 2005 Dewan Perwakilan Rakyat telah

merancang suatu Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan, yang

mana komponen cadangan tersebut adalah berasal dari segenap sumber daya

nasional yang pada hakekatnya merupakan implementasi amanat Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 tentang hak dan kewajiban seluruh

warga negara dalam upaya bela negara. Komponen cadangan adalah “sebuah

pasukan cadangan militer atau sebuah organisasi militer yang terdiri dari warga negara yang menggabungkan peran militer dengan karir sipil.” (Komponen Cadangan, id.Wikipedia.org). Keberadaan komponen cadangan memungkinkan suatu negara untuk mengurangi anggaran militer pada masa damai dan disiapkan

untuk perang. Penyelanggaraan komponen cadangan dilaksanakan melalui pola

pembentukan, pembinaan, dan penggunaan yang dilakukan secara terpusat. Dalam

penugasan dinas aktif, komponen cadangan melaksanakan tugas negara dalam

(21)

7

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kembali melaksanakan tugasnya sesuai dengan profesinya masing-masing diluar

tugas pertahanan negara.

Rancangan Undang-Undang tentang Komponen Cadangan yang lebih

dipersiapkan untuk perang dibanding peranannya sebagai upaya bela negara yang

merupakan hak dan kewajiban dari warga negara menuai pro dan kontra dari

berbagai kalangan, sehingga sampai saat ini rancangan undang-undang tersebut

masih belum disahkan. Upaya bela negara masih dirasakan lebih efektif dilakukan

melalui jalur pendidikan, tetapi format pendidikan bela negara perlu diperbaharui

agar tidak hanya terkesan sebagai transfer ilmu belaka melainkan agar siswa dapat

memahami dan mengimplementasikan pendidikan bela negara yang didapatkan

dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Kewajiban membela

negara merupakan salah satu prinsip dalam konsep kewargaan aktif (active citizenship), dimana bela negara menjadi tanggung jawab setiap warga untuk bertindak bagi nilai kemaslahatan bersama, dan bukan semata-mata untuk

kepentingan individu warga negara. Dalam kaitan ini, menjadi sangat penting bagi

setiap warga negara untuk benar-benar menyadari dan memahami kewajiban

untuk ikut serta dalam upaya pembelaan negara.

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, mempunyai tugas

pokok antara lain melaksanakan pendidikan dan pelatihan sesuai program dan non

program jajaran Kodam III Siliwangi, dalam pelaksanannya dijabarkan pada

fungsi utama, fungsi organik dan fungsi pembinaan. Tugas Pokok dari Depo

Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Menyelenggarakan pembinaan terhadap siswa dalam hal yang berhubungan

dengan tata tertib, moril, disiplin dan kemajuan siswa.

2. Memberi bimbingan dan pengasuhan kepada siswa untuk mempertinggi

usaha dalam mencapai nilai/prestasi.

3. Menyelenggarakan pencatatan pembinaan data dan laporan untuk keperluan

pendidikan, baik untuk kepentingan intern maupun ekstern Rindam III

(22)

8

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Menyelenggarakan koordinasi dengan instansi terkait dalam melaksanakan

tugasnya sesuai petunjuk Komandan Rindam III Siliwangi.

5. Menyelenggarakan pendidikan dan tugas lain sesuai dengan kebijakan

Komandan Rindam III Siliwangi.

Melalui struktur pembinaan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi, maka secara konseptual dapat dikatakan bahwa proses pembinaan sikap

nasionalisme dan patriotisme di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi dapat memiliki peluang besar untuk mewujudkannya. Materi yang

diberikan dalam pembinaan pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela

Negara Rindam III Siliwangi antara lain wawasan nusantara, Undang-Undang

Dasar 1945, sistem pertahanan semesta, Pancasila, dan otonomi daerah. Adapun

praktik lapangan meliputi pelajaran baris-berbaris, peraturan penghormatan

militer, taktik regu, kegiatan alam bebas, dan ketahanan jasmani. Usaha

pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan

kewajibannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi

untuk mencintai tanah air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Proses

motivasi untuk membela negara dan bangsa akan berhasil jika setiap warga

memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Di samping itu

setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam

ancaman terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, menunjukkan bahwa

pentingnya rasa nasionalisme dan patriotisme dalam menumbuhkembangkan

kesadaran bela negara bagi generasi muda dalam mempertahankan negara

Kesatuan Republik Indonesia, dibutuhkan pendidikan bela negara yang tidak

hanya sebatas transfer ilmu ataupun informasi dari tenaga pendidik kepada siswa

tetapi juga dapat diimplementasikan oleh siswa melalui sikap dan tindakannya

sebagai seorang warga negara. Hal tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan

(23)

9

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pikiran, dan keberanian membela negara. Berdasarkan asumsi tersebut, penelitian

ini memfokuskan pada upaya bagaimana menganalisis fenomena yang terjadi

dalam konteks Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Upaya Pembinaan

Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi Generasi Muda di Depo Pendidikan

Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

Mengingat rumusan masalah begitu luas, maka penelitian ini dirumuskan

dan dijabarkan ke dalam pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :

1. Hal apa sajakah yang dilakukan untuk mengembangkan budaya

kewarganegaraan (civic culture) melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi ?

2. Bagaimana proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme yang

dilakukan dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara

Rindam III Siliwangi ?

3. Bagaimana sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa

setelah mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara

Rindam III Siliwangi ?

4. Kendala apa saja yang dihadapi dan upaya-upaya apa saja yang dilakukan

untuk mengatasi kendala tersebut dalam membina sikap nasionalisme dan

patriotisme melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela

Negara Rindam III Siliwangi ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna-makna

tentang fenomena yang terjadi berkaitan dengan proses strategi pengembangan

budaya kewarganegaraan (civic culture) melalui pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi

(24)

10

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 2. Tujuan Khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan dan

menganalisis data-data empiris mengenai :

1) Hal-hal yang dilakukan untuk mengembangkan budaya kewarganegaraan

(civic culture) melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Penddikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

2) Proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme yang dilakukan oleh

instruktur dalam Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela Negara

Rindam III Siliwangi.

3) Hasil pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme siswa setelah

mengikuti Pendidikan Bela Negara di Depo Rindam III Siliwangi.

4) Kendala-kendala yang dihadapi dan upaya apa saja yang dilakukan untuk

mengatasi kendala tersebut dalam membina sikap nasionalisme dan

patriotisme melalui Pendidikan Bela Negara di Depo Pendidikan Bela

Negara Rindam III Siliwangi.

D. Manfaat Penelitian

1. Secara Teoritis

Dalam kerangka kajian teoritik, hasil penelitian ini diharapkan dapat

dijadikan bahan kajian ke arah pengembangan pendidikan kewarganegaraan

dalam konteks pendidikan bela negara. Temuan-temuan empirik dalam penelitian

ini juga dapat dijadikan bahan untuk merumuskan konsep-konsep mengenai

strategi pengembangan budaya kewarganegaraan melalui pendidikan bela negara

sebaga salah satu acuan dalam merumuskan konsep-konsep yang berhubungan

dengan pendidikan bela negara.

(25)

11

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Untuk memperoleh gambaran mengenai hal-hal yang dilakukan untuk

mengembangkan budaya kewarganegaraan (civic culture) dalam pendidikan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Siliwangi serta untuk mengetahui lebih

jauh mengenai proses penanaman sikap nasionalisme dan patriotisme beserta hasil

pembinaan yang dilakukan oleh instruktur dalam pendidikan bela negara di Depo

Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi serta kendala-kendala yang

dihadapinya dan upaya untuk mengatasi kendala-kendala yang muncul.

E. Struktur Organisasi Tesis

Adapun struktur organisasi dalam penulisan tesis yang berjudul “Strategi Pengembangan Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) Melalui Pendidikan Bela Negara Sebagai Salah Satu Bentuk Upaya Pembinaan Sikap Nasionalisme dan Patriotisme Bagi Generasi Muda” (Studi Kasus di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi) ini dapat diuraikan sebagai berikut : Bab I yang

berisi pendahuluan Pendahulan, Bab II yang berisi Kajian Pustaka, Bab III

mengenai Metode Penelitian, Bab IV menjelaskan Hasil Penelitian dan

Pembahasan, serta Bab V yang berisi Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi.

Dalam pendahuluan, dipaparkan mengenai alasan yang melatarbelakangi

dilakukannya penelitian di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi

yaitu karena kurangnya rasa nasionalisme dan patriotisme yang merupakan

implementasi dari budaya kewarganegaraan dalam diri geneasi muda saat ini.

Sehingga dalam bab ini juga dipaparkan mengenai rumusan-rumusan masalah

penelitian, tujuan umum penelitian, manfaat penelitian, dan struktur orgainisasi

tesis yang merupakan gambaran dari rangkaian penelitian yang dilakukan.

Kemudian, dalam kajian pustaka dipaparkan mengenai teori-teori, konsep,

dan hasil penelitian sebelumnya yang relevan sebagai bahan acuan bagi penulis

dalam melakukan penelitian dan selanjutnya mengembangkan temuan yang

didapatkan dari hasil penelitian, selain itu posisi teoritis peneliti yang berkenaan

(26)

12

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

berisi penjelasan mengenai Paradigma Tentang Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture), Konsep Bela Negara dan Kedudukan Pendidikan Bela Negara, Kajian Tentang Nasionalisme dan Patriotisme Bangsa Indonesia, Pembinaan Sikap

Patriotisme dan Nasionalisme Generasi Muda.

Selanjutnya, dalam metode penelitian ini memberikan penjelasan mengenai

metode penelitian yang digunakan, yaitu menggunakan metode studi kasus

dengan pendekatan kualitatif yang digunakan untuk mempelajari fenomena yang

terfokus pada satu unit penelitian dalam menjawab pertanyaan penelitian yang

dirumuskan dalam penelitian ini. Dalam bab ini juga dijelaskan mengenai definisi

operasional peneltian yang dimaksudkan untuk memfokuskan kajian penelitian

sehingga terdapat maksud dan batasan yang jelas mengenai penelitian yang

dilakukan. Selain itu, dalam bab ini juga memuat deskripsi mengenai lokasi

penelitian, subjek penelitian, instrumen pengumpulan data, teknik pengumpulan

data, prosedur penelitian, serta teknik analisis data.

Dalam hasil penelitian dan pembahasan, data yang diperoleh selama

penelitian disajikan dan dianalisis dengan melalui tiga alur kegiatan yang terjadi

secara bersamaan yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Penyajian data dilakukan dalam bentuk naratif untuk menemukan hubungan

kausal atau interaktif dengan kajian pustaka maupun penelitian terdahulu yang

relevan atau bahkan menemukan hipotesis atau teori baru dari penelitian yang

dilakukan.

Terakhir, dalam simpulan, implikasi, dan rekomendasi disajikan kesimpulan

mengenai penelitian yang telah dilakukan yang tertuang di dalam simpulan umum

dan simpulan khusus, kemudian mengenai implikasi dari penelitian yang telah

dilakukan bagi keilmuan khususnya keilmuan PKn serta saran-saran yang

(27)

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Sebagaimana yang dikemukakan oleh

Coghlan dan Brannick bahwa “metode penelitian adalah cara yang akan ditempuh

oleh peneliti untuk menjawab permasalahan penelitian atau rumusan masalah.”

(Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 36). Metode penelitian ini dipergunakan setelah

peneliti memperhitungkan kewajarannya ditinjau dari tujuan penelitan. Sesuai

dengan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini akan

menggunakan metode kualitatif, yakni penelitiannya dilakukan pada kondisi yang

alamiah (natural setting) (Sugiyono, 2011, hlm. 14). Penelitian yang dilakukan penulis yaitu penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode studi kasus.

Studi Kasus merupakan suatu metodologi penelitian yang menggunakan

bukti empiris untuk membuktikan apakah suatu teori dapat diimplementasikan

pada suatu kondisi atau tidak. Case study didefinisikan sebagai pendekatan penelitian yang melakukan eksplorasi suatu fenomena dalam konteksnya dengan

menggunakan data dari berbagai sumber (Baxter & Jack; Yin, dalam Samiaji

Sarosa, 2012, hlm. 115). Dari pengertian tersebut, studi kasus menyiratkan bahwa

peneliti melakukan analisis secara intensif pada satu unit analisis yang diteliti.

Sebuah kasus dapat berupa suatu individu, satu organisasi, satu peristiwa, satu

keputusan, satu periode atau sistem yang dipelajari secara menyeluruh dan holistik

(Thomas, 2011, dalam Samiaji Sarosa, hlm. 116). Sedangkan Yin mendefinisikan

Studi Kasus ke dalam dua bagian, yaitu :

1. Studi Kasus adalah penyelidikan empiris yang :

a) Menyelidiki suatu fenomena masa kini (kontemporer) secara mendalam di dalam konteks kehidupan nyata;

(28)

46

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a) Menghadapi situasi khusus dimana variabel yang diamati akan lebih banyak daripada data;

b) Sebagai akibatnya, mengandalkan bukti dari berbagai sumber, dengan data yang dikumpulkan berasal dari triangulasi;

c) Menggunakan pengembangan teoritis terdahulu untuk memadu pengumpulan dan analisis data. (Yin, dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 116).

Atas dasar batasan-batasan tersebut dapat dipahami bahwa batasan studi

kasus meliputi: (1) sasaran penelitiannya dapat berupa manusia, peristiwa, latar,

dan dokumen; (2) sasaran-sasaran tersebut ditelaah secara mendalam sebagai

suatu totalitas sesuai dengan latar atau konteksnya masing-masing dengan maksud

untuk memahami berbagai kaitan yang ada di antara variabel-variabelnya. Secara

lebih terperinci, karakteristik penelitian studi kasus dapat dijelaskan sebagai

berikut :

1. Menempatkan obyek penelitian sebagai kasus. Keunikan penelitian studi kasus adalah pada adanya cara pandang terhadap obyek penelitiannya sebagai kasus.

2. Memandang kasus sebagai fenomena yang bersifat kontemporer. Bersifat kontemporer, berarti kasus tersebut sedang atau telah selesai terjadi, tetapi masih memiliki dampak yang dapat dirasakan pada saat penelitian dilaksanakan, atau yang dapat menunjukkan perbedaan dengan fenomena yang biasa terjadi.

3. Dilakukan pada kondisi kehidupan sebenarnya. Penelitian studi kasus meneliti kehidupan nyata, yang dipandang sebagai kasus. Penelitian studi kasus berupaya mengungkapkan dan menjelaskan segala sesuatu yang berkaitan dengan obyek yang ditelitinya pada kondisi yang sebenarnya, baik kebaikannya, keburukannya, keberhasilannya, maupun kegagalannya secara apa adanya.

4. Menggunakan berbagai sumber data. Adapun bentuk-bentuk data tersebut dapat berupa catatan hasil wawancara, pengamatan lapangan, pengamatan artefak dan dokumen.

5. Menggunakan teori sebagai acuan penelitian. Pada penelitian studi kasus, teori digunakan baik untuk menentukan arah, konteks, maupun posisi hasil penelitian. (Creswell, 2003, hlm. 153).

Berdasarkan uraian diatas, dalam penelitian studi kasus, hal yang diteliti

harus ditempatkan sebagai suatu objek penelitian yang memiliki kekhasan

tersendiri sebagai suatu fenomena, yang mana penelitian tersebut harus dilakukan

(29)

47

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu B. DEFINISI OPERASIONAL

Untuk lebih memfokuskan kajian penelitian, diperlukan suatu definisi

operasional yang bertujuan untuk menjelaskan maksud dan batasan penelitian.

Definisi operasional merupakan sperangkat petunjuk yang lengkap mengenai apa

yang harus diamati serta bagaimana mengukur suatu konsep. Berkaitan dengan hal

itu, penelitian mengenai strategi pengembangan budaya kewarganegaraan (civic

culture) melalui pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya

pembinaan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda yang

mempunyai operasionalisasi variabel sebagai berikut:

1. Budaya Kewarganegaraan (Civic Culture) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “budaya yang menopang kewarganegaraan yang berisikan seperangkat

ide-ide yang dapat diwujudkan secara efektif dalam representasi kebudayaan

untuk tujuan pembentukan identitas warga negara”. (Winataputra dan

Budimansyah, 2012, hlm. 233).

2. Pendidikan Bela Negara, Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

Pertahanan Negara menjelaskan bahwa Bela negara adalah sikap dan perilaku

warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

1945 dalam menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Yang dimaksud pendidikan bela negara dalam penelitian ini adalah

“Pembinaan kesadaran bela negara yang dilandasi pada rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, keyakinan akan ideologi Pancasila, dan

rela berkorban demi bangsa dan negara.” (Hassanudin, 2014, hlm. 84).

3. Nasionalisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “suatu paham yang

berpendapat bahwa kesetiaan tertinggi individu harus diserahkan kepada

negara kebangsaan”. (Han Kohn dalam Utomo, 1995, hlm. 20). Berdasarkan makna yang demikian nasionalisme memiliki pokok kekuatan dalam menilai

(30)

48

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Patriotisme yang dimaksud dalam penelitian ini adalah “rasa kecintaan dan

kesetiaan seseorang pada tanah air dan bangsanya, kekaguman pada adat

kebisaan, kebanggaan terhadap sejarah dan kebudayaannya serta sikap

pengabdian demi kesejahteraan bersama”. (Ensiklopedi Indonesia (1990), dalam Wibowo, 2014). Berdasarkan definisi tersebut, maka patriotisme adalah

rasa kecintaan dan kesetiaan yang tinggi dari warga negara terhadap tanah

airnya dan menunjukkan rasa kecintaannya tersebut dengan mengabdikan

drinya demi kesejahteraan nasional.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi. Pemilihan Depo Pendidikan Bela Negara ini sebagai lokasi penelitian

didasarkan pada hasil pra penelitian yang dilakukan oleh penulis sebelumnya.

Pendidikan Bela Negara yang diterapkan di Depo Pendidikan Bela Negara

tersebut dapat membantu dalam melakukan pembinaan terhadap sikap

nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda baik untuk siswa sekolah

maupun untuk instansi-instansi pemerintahan atau swasta.

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah instruktur dan siswa Pelatihan Depo

Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi. Subjek penelitian dianggap dapat

memberikan informasi yang rinci tentang pendidikan bela negara sebagai upaya

dalam menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda.

Dalam penelitian ini, responden yang menjadi subjek penelitian bisa digambarkan

dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3.1

No Responden Jumlah

1 Komandan Depo Pendidikan Bela Negara 1 orang

(31)

49

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3 Siswa Depo Pendidikan Bela Negara 5 orang

4 Guru Pendamping Siswa 2 orang

Jumlah 12 orang

Sumber : Diolah Penulis, 2015

D. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian studi kasus dan penelitian kualitatif lainnya, peneliti

berperan menjadi instrumen kunci.

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggali data di lapangan. Fungsi dari instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. (Sukardi, 2007, hlm. 75)

Dalam penelitian ini, peneliti merupakan instrumen utama yang terjun langsung

ke lapangan dalam rangka mengumpulkan data dan informasi melalui pengamatan

langsung (observasi lapangan), wawancara, dan penelaahan dokumen.

Keuntungan peneliti sebagai instrumen kunci adalah karena sifatnya yang

responsif dan mampu untuk menyesuaikan diri. Ciri-ciri manusia sebagai

instrumen dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Responsif. Manusia sebagai instrumen responsif terhadap lingkungan dan terhadap pribadi-pribadi yang menciptakan lingkungan. Sebagai manusia, ia bersifat interaktif terhadap orang lain dan lingkungannya. 2. Dapat menyesuaikan diri. Manusia sebagai instrumen hampir tidak

terbatas dapat menyesuaikan diri pada keadaan dan situasi dalam mengumpulkan data.

3. Menekankan kebutuhan. Manusia sebagai instrumen memanfaatkan imajinasi dan kreativitasnya dan memandang dunia ini sebagai keutuhan, jadi sebagai konteks yang berkesinambungan dimana mereka memandang dirinya sendiri dan kehidupannya sebagai sesuatu yang nyata, benar, dan mempunyai arti.

4. Memproses data secepatnya, memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifisikan dan mengikhtisarkan. Manusia sebagai instrumen memiliki kemampuan lainnya, yaitu kemampuan untuk menjelaskan sesuatu yang kurang dipahami oleh subjek atau responden.

(32)

50

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Peneliti sebagai instrumen akan dapat menekankan pada keholistikan,

mengembangkan dasar pengetahuan, kesegeraan memproses, dan kesempatan

untuk mengklarifikasi dan meringkas, serta dapat menyelidiki respon yang

istimewa atau khas.

Peneliti terjun langsung ke lapangan menjadi pengamat, pembaca, dan

penilai situasi serta kondisi proses pelatihan dan pembinaan yang berlangsung di

Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi, serta untuk mengetahui

bagaimana pendidikan bela negara yang terprogram dan terencana dalam seluruh

aspek pada kegiatan yang dilakukan. Selanjutnya, yang dimaksud dengan peneliti

sebagai pengamat adalah peneliti tidak sekedar melihat peristiwa dalam situasi

pelatihan dan pembinaan yang ada, melainkan memberikan interpretasi dan

menganalisa terhadap situasi tersebut. Sedangkan peneliti sebagai pembaca situasi

adalah peneliti melakukan analisa terhadap berbagai peristiwa yang terjadi dalam

situasi tersebut, dan selanjutnya menyimpulkan hasil penelitian untuk dimaknai.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan adalah triangulasi atau

gabungan dari tiga teknik sekaligus, yaitu observasi partisipatif, wawancara

mendalam dan studi dokumentasi. Calon peneliti akan menggunakan teknik

pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang

sama. Observasi partisipatif, wawancara mendalam dan dokumentasi akan

digunakan untuk semua sumber data secara serempak (Sugiyono, 2011, hlm. 330).

Adapun teknik pengumpulan data yang akan dilakukan dalam penelitian ini

adalah sebagaimana yang digambarkan oleh Sugiyono, yaitu observasi,

(33)

51

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 225 1. Teknik Observasi

“Observasi/Studi Lapangan merupakan pengamatan akan manusia pada habitatnya. Dalam studi lapangan, peneliti berusaha menemukan habitat asli para

partisipan.” (Hughes dalam Samiaji Sarosa, 2012, hlm. 56). Dalam teknik ini,

peneliti akan ikut berperan serta dalam kegiatan pelatihan di lapangan. Peneliti

akan ikut berpartisipasi dalam berbagai kegiatan responden tetapi tidak semua

dapat diikuti oleh peneliti disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada. Hal

ini tidak lain adalah untuk menjaga suasana kondusif karena peneliti merupakan

orang diluar sistem (hanya pengamat) dan sebagai orang yang ikut berpartisipasi

dalam lingkungan responden. Hal tersebut merupakan ciri khas dari penelitian

kualitatif. Menurut Moleong, “…ciri khas penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peran penelitilah yang

menentukan seluruh skenarionya.” (Moleong, 2007, hlm. 163). Sedangkan

menurut Bogdan, bahwa :

Pengamatan berperan serta sebagai penelitian yang bercirikan interaksi sosial, yang memakan waktu cukup lama antara peneliti dengan subjek dalam lingkungan subjek, dan selama itu data dalam bentuk catatan lapangan dikumpulkan secara sistematik dan berlaku tanpa gangguan. (Bogdan, dalam Moleong, 2007, hlm. 164).

Pada saat melakukan observasi, peneliti mencatat setiap fenomena yang terjadi

mengenai kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan dalam pendidikan bela negara,

proses penanaman sikap nasionalisme dan pariotisme dalam pendidikan bela

negara, sikap nasionalisme dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah

mengikuti pendidikan bela negara dan kendala yang dihadapi dalam pendidikan

bela negara serta upaya yang dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut.

(34)

52

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dilapangan pada saat pengamatan langsung yang mana kemudian dituangkan

dalam catatan lapangan, peneliti selanjutnnya melakukan proses wawancara

kepada Komandan, Instruktur, dan Siswa Pelatihan Pendidikan Bela Negara serta

guru pendamping.

2. Teknik Wawancara

'Wawancara memungkinkan peneliti menggali data yang kaya dan multi

dimensi mengenai suatu hal dari partisipan’ (Myers dalam Samiaji Sarosa, 2012,

hlm. 45). Wawancara tidak menggali data mengenai faktual kecuali data diri

partisipan itu sendiri. Hasil dari wawancara merupakan persepsi atau ingatan yang

dimiliki oleh partisipan terhadap sesuatu hal. Teknik wawancara dalam penelitian

ini mengacu pada instrumen yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti.

Instrumen sebagai pedoman wawancara merupakan rangkaian pertanyaan yang

tidak berstruktur yang kemudian dapat dikembangkan, baik kepada Komandan,

Instruktur, maupun Siswa Pendidikan Bela Negara. Pedoman wawancara akan

mengacu pada rumusan masalah, yaitu mengenai kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan dalam pendidikan bela negara, proses penanaman sikap

nasionalisme dan pariotisme dalam pendidikan bela negara, sikap nasionalisme

dan patriotisme yang ditunjukkan siswa setelah mengikuti pendidikan bela negara

dan kendala yang dihadapi dalam pendidikan bela negara serta upaya yang

dilakukan dalam mengatasi kendala tersebut. Wawancara akan dilakukan secara

beberapa kali sebagai cross chek dan akan direkam dengan mengunakan alat perekam agar mendapatkan data yang valid. Selain itu, wawancara akan dilakukan

terhadap Komandan, Instruktur, dan beberapa Siswa Pendidikan Bela Negara

(yang dipilih) yang benar-benar mewakili populasi.

3. Teknik Dokumentasi

'Dokumen adalah segala sesuatu materi dalam bentuk tulisan yang dibuat

(35)

53

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dimaksud adalah segala bentuk catatan baik yang berbentuk dokumen cetak

maupun elektronik. Dokumen-dokumen tersebut dapat berupa buku, artikel media

massa, catatan harian, peraturan perundang-undangan, halaman web, foto, dan

lain sebagainya. Dalam penelitian ini, studi dokumentasi dilakukan untuk

mengetahui dokumen tentang bagaimana pendidikan dan pelatihan bela negara

yang dilakukan di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi seperti

program-program kegiatan serta dokumen-dokumen lainnya yang dianggap

mendukung dan relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Studi

dokumentasi ini dilakukan oleh peneliti untuk mengkaji dan mempelajari

dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian, bahwa :

(a) Dokumen merupakan sumber informasi yang lestari, sekalipun dokumen sudah tidak berlaku lagi;

(b) Dokumen merupakan bukti yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan diri terhadap tuduhan dan kekeliruan interpretasi; (c) Dokumen itu merupakan sumber data yang relatif mudah dan murah,

dan terkadang dapat diperoleh secara cuma-cuma;

(d) Dokumen merupakan sumber data yang non reaktif dan alami;

(e) Dokumen beperan sebagai sumber pelengkap dan memperkaya informasi yang diperoleh melalui observasi dan wawancara. (Guba dan Lincoln, dalam Alwasilah, 2006, hlm. 156).

4. Teknik Triangulasi

Sugiyono, mengemukakan bahwa dalam teknik pengumpulan data,

triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat

menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang

telah ada. Bila peneliti melakukan pengumpulan data dengan triangulasi, maka

sebenarnya peneliti mengumpulkan data yang sekaligus menguji kredibilitas data,

yaitu mengecek kredibilitas data dengan berbagai teknik pengumpulan data dan

berbagai sumber data.

(36)

54

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar dibawah ini adalah kegiatan triangulasi yang akan penulis lakukan dalam

penelitian:

Gambar 3.2

Triangulasi “teknik” pengumpulan data

Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 242

Gambar 3.3

Triangulasi “sumber” pengumpulan data

Observasi Partisipatif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

Sumber data sama

Wawancara mendalam

A

B

(37)

55

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sumber: Sugiyono, 2011, hlm. 242

Keterangan:

A = Komandan Depo Pendidikan Bela Negara

B = Instruktur Depo Pendidikan Bela Negara

C = Siswa Depo Pendidikan Bela Negara

F. Prosedur Penelitian

Dalam rangka mendapatkan data secara maksimal, penulis melakukan

penelitian dengan melalui beberapa tahapan, yaitu : orientasi lapangan, eksplorasi,

dan pencatatan data.

1. Tahapan Orientasi Lapangan

Pada tahapan orientasi lapangan, peneliti mengadakan survey terlebih

dahulu ke Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi di daerah

Cikole-Lembang, kemudian setelah mendapatkan informasi peneliti meminta izin kepada

Komandan Rindam III Siliwangi untuk melakukan penelitian. Setelah

mendapatkan izin, peneliti selanjutnya mengadakan wawancara mengenai

pendidikan bela negara sebagai salah satu bentuk upaya pembinaan sikap

nasionalisme dan patriotisme bagi generasi muda. Dari pendekatan tersebut,

kemudian peneliti mengambil tiga unsur responden, yaitu Komandan, Instruktur,

dan Siswa Pendidikan dan Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III

Siliwangi.

2. Tahapan Eksplorasi

Pada tahapan ini, peneliti mulai melakukan kunjungan pada Depo

Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi serta mulai mengenal dekat

responden, sehingga peneliti dapat melakukan wawancara dengan Komandan,

Instruktur, dan Siswa Pendidikan dan Pelatihan Depo Pendidikan Bela Negara

(38)

56

Susan Yuliani Jauhari, 2015

STRATEGI PENGEMBANGAN BUDAYA KEWARGANEGARAAN (CIVIC CULTURE) MELALUI PENDIDIKAN BELA NEGARA BAGI NASIONALISME DAN PATRIOTISME GENERASI MUDA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informasi dari responden yang mewakilinya. Kemudian, pengamatan selanjutnya

dilakukan di lapangan maupun di dalam kelas pada saat kegiatan pendidikan dan

pelatihan bela negara di Depo Pendidikan Bela Negara Rindam III Siliwangi.

3. Tahapan Pencatatan Data

Hasil catatan merupakan rekaman hasil observasi dan wawancara yang

dilakukan di lapangan. Setiap kali menemukan informasi baru, peneliti mencatat

informasi tersebut agar tidak lupa. Berikut adalah langkah-langkah pencatatan

data yang dilakukan di lapangan, yaitu :

a) Pencatatan awal. Pencatatan ini dilakukan sewaktu berada di latar penelitian dengan jalan yang hanya menuliskan kata-kata kunci pada buku nota.

b) Pembuatan catatan lapangan lengkap setelah kembali ke tempat tinggal. Pembuatan catatan ini dilakukan dengan suasana yang tenang dan tidak ada gangguan. Hasilnya sudah berupa catatan lapangan lengkap.

c) Apabila sewaktu ke lapangan penelitian, kemudian teringat bahwa masih belum ada yang dicatat dan dimasukkan dalam catatan lapangan, dan hal itu kemudian dimasukkan. (Moleong, 2006, hlm. 216-217).

G. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang berlanjut,

berulang dan terus-menerus. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu

reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi (Miles dan Huberman, 2007, hlm. 16).

1. Reduksi Data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas,

dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan

mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan,

Gambar

Tabel 3.1
Gambar 3.1 Macam-macam Teknik Pengumpulan Data
Gambar dibawah ini adalah kegiatan triangulasi yang akan penulis lakukan dalam
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian

Referensi

Dokumen terkait