• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBINAAN CIVIC COMPETENCE MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PENGUATAN KARAKTER GENERASI MUDA : Studi Kasus pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Muhammadiyah Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBINAAN CIVIC COMPETENCE MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PENGUATAN KARAKTER GENERASI MUDA : Studi Kasus pada Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Muhammadiyah Surakarta."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PEMBINAAN CIVIC COMPETENCE MAHASISWA MELALUI PENDIDIKAN KEPRAMUKAAN SEBAGAI PENGUATAN KARAKTER

GENERASI MUDA (Studi Kasus pada Prodi PPKn di UMS)

Oleh: Beny Dwi Lukitoaji

Penelitian ini mengkaji tentang upaya pembinaan civic competence yang terdiri dari civic knowledge, civic skills, civic dispositions melalui proses pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter generasi muda. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pergeseran nilai-nilai positif dalam dunia pendidikan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pola pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter muda di Prodi PPKn FKIP UMS. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan metode studi kasus. Pengumpulan data menggunakan tiga teknik yaitu observasi, wawancara, dan dokumentasi. Analisis data menggunakan model interaktif. Penelitian ini menghasilkan beberapa temuan, yaitu: (1) Civic competence dalam konteks Pendidikan Kepramukaan: pengetahuan kewarganegaraan mencakup pemahaman demokrasi, pemahaman bela negara, pemahaman kewajiban dan hak. Keterampilan kewarganegaraan mencakup tiga keterampilan yaitu keterampilan manajerial, organisatorik, dan keterampilan pramuka. Karakter kewarganegaraan berwujud karakter yang terdapat dalam tri satya dan dasa dharma. (2) Pengetahuan dibina secara hidden, keterampilan dibina dengan learning by doing dengan sistem beregu, dan karakter dibina dengan menanamkan nilai-nilai karakter tri satya dan dasa dharma dengan pembiasaan dan sistem among. (3) Kendala dalam pembinaan civic competence yaitu mahasiswa masih merasa malu, kurang bertanggung jawab, datang terlambat. Solusi berupa bersikap tegas dan menerapkan reward and punishment dalam proses pembelajaran. (4) Hasil dari pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan adalah sebagai mahasiswa lebih disiplin, mahasiswa mempunyai kompetensi spiritual, sosial, pribadi, keterampilan. Rekomendasi penelitian ini adalah menerapkan civic competence secara seimbang dan berkelanjutan agar generasi muda menjadi warga negara yang cerdas dan baik sesuai dengan tujuan PKn.

Kata Kunci: Pembinaan Civic Competence, Pendidikan Kepramukaan, Penguatan

(2)

ABSTRACT

NURTURING CIVIC COMPETENCE OF UNIVERSITY STUDENTS THROUGH SCOUTING EDUCATION

AS STRENGTHENING YOUNG GENERATION CHARACTER (A Case Study at Civic Education Department of UMS)

By: Beny Dwi Lukitoaji

This study examines the efforts of civic competence development consisting of civic knowledge, civic skills, civic dispositions through a learning process Scouting Education as strengthening the young generation character. This study was initiated by the declining of positive values in education. The purpose of this study was to reveal the patterns of the civic competence of the university students where Scouting Education was attempted as strengthening young generation character at the Civic Education Department of FKIP UMS. This study employed a case study research design from qualitative research. The researcher used three data collection techniques, namely observation, interview, and documentation. Meanwhile, the data analysis employed was the interactive model. This research showed several finding, namely: (1) Civic competence in Scouting Education context: Citizenship knowledge includes one’s understanding on democracy, defend the country and also on obligations and rights. Civic skill includes three skills: managerial, organising, and scouting skills. Civic characters were those taken from the tri satya and dasa dharma; (2) Knowledge was built by hidden. However, skills were nurtured through principle of ‘learning by doing’ within teamworks, while, characters were nurured by instilling the values of tri satya and dasa dharma through habituation and coaching. (3) Constraints in nurturing civic competence are the univesrsity students’ shyness, lack of responsibility, and late arrivals. Solutions were the teachers’ firmness, and ‘reward and punishment’ in the learning process. (4) Nurturing students’ civic competence through Scouting Education has resulted in a more discipline attitude as well as more developed spiritual, social, and personal competences, and skills. The recommendations of this study are to implement civic competence in a balanced and sustainable for the younger generation to become smart and good citizens in accordance with the purpose of civics.

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

PENGESAHAN ... i

PERNYATAAN ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN... ... 1

1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 12

1.3 Tujuan Penelitian ... 13

1.4 Manfaat Penelitian ... 13

1.5 Struktur Organisasi Tesis ... 14

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 16

2.1 Kajian tentang Civic Competence ... 16

2.1.1 Civic Knowledge ... 20

2.1.2 Civic Skill ... 28

2.1.3 Civic Disposition ... 35

2.2 Kajian tentang PKn ... 42

2.2.1 Pengertian dan Tujuan PKn ... 42

2.2.2 Materi PKn ... 49

2.2.3 Landasan PKn di Indonesia ... 54

2.2.4 Pendekatan Pembelajaran PKn ... 54

2.2.5 Penilaian Pembelajaran PKn ... 60

2.3 Kajian tentang Pendidikan Kepramukaan ... 63

2.3.1 Pengertian, Tujuan, dan Fungsi Pendidikan Kepramukaan ... 63

2.3.2 Sejarah Kepramukaan ... 67

2.3.3 Visi, Misi, dan Strategi Gerakan Pramuka ... 69

2.3.4 Prinsip Dasar Kepramukaan ... 70

2.3.5 Metode Kepramukaan ... 72

2.3.6 Lambang Gerakan Pramuka ... 73

2.3.7 Pendidikan Kepramukaan dalam kerangka Pendidikan Karakter ... 75

2.4 Kajian tentang Pendidikan Karakter Generasi Muda ... 78

2.4.1 Pengertian Pendidikan Karakter ... 78

2.4.2 Komponen Karakter yang Baik ... 83

2.4.3 Pendidikan Karakter dalam Konteks Makro ... 80

2.4.4 Pendidikan Karakter dalam Konteks Mikro ... 83

2.4.5 Penguatan Karakter Generasi Muda... 90

BAB III METODE PENELITIAN ... 96

3.1 Desain Penelitian ... 96

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian ... 98

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 101

3.4 Validitas Data Penelitian ... 102

(4)

BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN ... 106

4.1 Temuan Penelitian ... 106

4.1.1 Profil ... 106

4.1.2 Visi, Misi, dan Tujuan ... 107

4.1.3 Rumusan Sasaran dan Rencana Strategi ... 108

4.1.4 Struktur Organisasi dan Dosen ... 109

4.1.5 Kompetensi Lulusan... 110

4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 110

4.2.1 Civic Competence dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 110

4.2.2 Proses pembelajaran Pendidikan Kepramukaan dalam membina civic competence mahasiswa ... 168

4.2.3 Kendala dan solusi dalam pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan ... 175

4.2.4 Hasil Pendidikan Kepramukaan dalam membina civic competence mahasiswa ... 187

4.3 Pembahasan Penelitian ... 160

4.3.1 Civic competence dalam konteks Pendidikan Kepramukaan sebagai Penguatan Karakter Generasi Muda ... 197

4.3.2 Proses Pembelajaran Pendidikan Kepramukaan dalam membina civic competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda 205 4.3.3 Kendala dan Solusi dalam pembinaan Civic Competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda ... 212

4.3.4 Hasil Pendidikan Kepramukaan dalam membina civic competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda ... 218

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI ... 223

5.1 Simpulan Umum ... 223

5.2 Simpulan Khusus ... 223

5.3 Implikasi ... 224

5.4 Rekomendasi ... 225

Daftar Pustaka ... 227

(5)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Karakter dalam Kegiatan Pramuka ... 7

Tabel 2.2 Kecakapan Kewarganegaraan ... 30

Tabel 2.3 Tiga Ranah Civic Skills ... 31

Tabel 2.4 Bentuk Penilaian beserta Instrumen ... 61

Tabel 3.5 Jadwal Rencana Penelitian ... 97

Tabel 3.6 Daftar Partisipan Penelitian ... 98

Tabel 4.7 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian Civic Knowledge dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 115

Tabel 4.8 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian Civic Knowledge dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 116

Tabel 4.9 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian Civic Skill dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 160

Tabel 4.10 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian Civic Skill dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 161

Tabel 4.11 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian Civic Disposition dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 166

Tabel 4.12 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian Civic Disposition dalam konteks Pendidikan Kepramukaan ... 167

Tabel 4.13 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian Proses Pembelajaran Pendidikan Kepramukaan dalam membina Civic Competence ... 173

Tabel 4.14 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian Proses Pembelajaran Pendidikan Kepramukaan dalam membina Civic Competence ... 174

Tabel 4.15 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian kendala dalam Pembinaan Civic Competence melalui Pendidikan Kepramukaan ... 179

Tabel 4.16 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian kendala dalam Pembinaan Civic Competence melalui Pendidikan Kepramukaan ... 180

Tabel 4.17 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian solusi dalam Pembinaan Civic Competence melalui Pendidikan Kepramukaan ... 185

Tabel 4.18 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian solusi dalam Pembinaan Civic Competence melalui Pendidikan Kepramukaan ... 186

Tabel 4.19 Tabel Triangulasi Sumber Penelitian hasil Pendidikan Kepramukaan dalam membinaan Civic Competence ... 191

Tabel 4.20 Tabel Triangulasi Teknik Penelitian hasil Pendidikan Kepramukaan dalam membina Civic Competence ... 193

Tabel 4.21 Tabel Kelebihan dan Kekurangan dalam Proses Pembelajaran mata kuliah Pendidikan Kepramukaan ... 194

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Prinsip Dasar Kepramukaan ... 71

Gambar 3.2 Triangulasi Sumber ... 103

Gambar 3.3 Triangulasi Teknik ... 103

Gambar 3.4 Komponen-Komponen Analisis Data ... 100

Gambar 4.5 Konteks Mikro Pengembangan Karakter ... 195

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Penelitian ini berangkat dari adanya keresahan dari peneliti sendiri dengan adanya perubahan nilai-nilai positif dalam lingkungan pendidikan, sebagai contoh banyak terjadinya kekerasan oleh guru terhadap siswa, pelecehan seksual oleh guru terhadap siswa, tawuran antar pelajar bahkan mahasiswa, narkoba dan seks bebas dikalangan pelajar dan mahasiswa serta berbagai kenakalan dan perilaku menyimpang dari para generasi muda bangsa kita. Berdasarkan penelitian dari Muis (2013) menyimpulkan bahwa jumlah populasi sebanyak 2.458 dan 304 sampel terhadap mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan 90% berpegangan tangan, 82% berpelukan, 77% berciuman, 65% meraba bagian tubuh yang sensitif, 33% petting, 30% oral seks, 27% pernah hubungan seksual dan 40% pernah mengalami kekerasan seksual. Lokasi untuk memadu kasih yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni tempat hiburan 34%, 33% kos/kontrakkan, 32% lingkungan kampus, 2% rumah dan 1% memilih tempat lain (danau dan tempat wisata).

Sementara itu menurut penelitian Indra Wirdhana ketua BkkbN, mengemukakan bahwa kasus aborsi dikalangan remaja, diperoleh data 2,5 juta jiwa perempuan pernah melakukan aborsi dan dari jumlah ini 27 persen atau 700 ribu dilakukan oleh remaja. Untuk Narkoba menunjukkan 1,5% dari jumlah penduduk Indonesia atau 3,2 juta jiwa pengguna narkoba dan dari jumlah itu 78% dari kalangan remaja. Sedang kasus AIDS hingga Desember 2009 sebesar 19.973 kasus dan dari jumlah ini 50,3% ditularkan melalui hubungan heteroseksual (http://health.liputan6.com).

(8)

yakni 330 kasus tawuran yang menewaskan 82 pelajar. Pada Januari-Juni 2012, telah terjadi 139 tawuran yang menewaskan 12 pelajar. Fenomena kasus seks di luar nikah di Indonesia menurut Direktur Bina Kesehatan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, dr. Elizabeth Jane Soepardi, MPH mengalami peningkatan walaupun peningkatannya sedikit namun jumlahnya terbilang banyak yaitu sebanyak 14,6 persen pada pria dan 4,5 persen pada perempuan (http://beritasore.com).

Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sampai ke tingkat yang sangat mengkhawatirkan, fakta di lapangan menunjukkan bahwa 50% penghuni LAPAS (Lembaga Pemasyarakatan) disebabkan oleh kasus narkoba. Berita kriminal di media massa, baik media cetak maupun elektronik dipenuhi oleh berita tentang penyalahgunaan narkoba. Korban narkoba meluas ke semua lapisan masyarakat dari pelajar, mahasiswa, artis, ibu rumah tangga, pedagang, supir angkot, anak jalanan, pekerja, dan lain sebagainya. Narkoba dengan mudahnya diperoleh, bahkan dapat diracik sendiri yang sulit dideteksi, pabrik narkoba secara ilegalpun sudah didapati di Indonesia (Eleanora, 2011).

Melihat kondisi dari data yang telah dijabarkan di atas, tentunya membuat kita menjadi miris karena beberapa perilaku menyimpang justru dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa yang pada dasarnya mereka adalah generasi muda bangsa Indonesia. Bagaimana negara bisa maju, apabila generasi mudanya melakukan perilaku yang menyimpang. Berdasarkan uraian fakta sosial di atas yang merupakan kesenjangan antara harapan dan kenyataan sangatlah penting untuk melakukan pembinaan warga negara, menurut perspektif kewarganegaraan kompetensi warga negara (civic competence) terbagi menjadi pengetahuan kewarganegaraan (civic knowledge), kecakapan kewarganegaraan (civic skills), dan sikap/watak kewarganegaraan (civic disposition).

(9)

terjadi tujuh dosa yang mematikan, menurut Mahatma Ghandi dalam Soedarsono (2010) mengemukakan tujuh dosa yang mematikan yaitu: (1) semakin merebaknya nilai-nilai dan perilaku memperoleh kekayaan tanpa bekerja, (2) kesenangan tanpa hati nurani, (3) pengetahuan tanpa karakter, (4) bisnis tanpa moralitas, (5) ilmu pengetahuan tanpa kemauan, (6) agama tanpa pengorbanan, (7) politik tanpa prinsip.

Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia, karena melalui pendidikan manusia memperoleh ilmu yang bermanfaat. Indonesia dalam konteks pendidikan, telah menyelenggarakan dengan berbagai usaha agar warga negara memperoleh pendidikan. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 (UU RI No 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional, mendefinisikan bahwa pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Selain itu, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NRI 1945) mengamanatkan bahwa pendidikan merupakan hal yang penting untuk kemajuan bangsa, seperti yang tertuang dalam Pembukaan UUD NRI 1945 alinea IV yang menegaskan salah satu tugas negara “. . . mencerdaskan kehidupan

bangsa . . . . “, kemudian Pasal 31 ayat 1 menyebutkan bahwa “setiap warga negara

berhak untuk mendapatkan pendidikan”. Selanjutnya Pasal 31 ayat 2 UUD NRI 1945,

menyebutkan “pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional, untuk meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta akhlak

mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

(10)

diundangkannya UU RI No 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional. “Sistem pendidikan nasional adalah keseluruhan komponen pendidikan yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan pendidikan nasional” (Dariyo, 2013: 43).

Pendidikan nasional ialah pendidikan yang diselenggarakan dalam skala nasional, sehingga pendidikan tersebut berlandaskan Pancasila dan UUD NRI 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap perubahan zaman (UU RI No 20 Tahun 2003 pasal 1, ayat 2-3 tentang sistem pendidikan nasional). Sehingga dapat diketahui orientasi pendidikan di Indonesia selain membentuk pengetahuan peserta didik, juga ditanamkan jiwa Pancasilais, patuh dan taat terhadap hukum, religius, bangga terhadap budaya bangsa dan bersikap terbuka pada perubahan zaman.

Terdapat beberapa satuan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia yaitu kelompok layanan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, nonformal, dan pendidikan informal. Pendidikan formal ialah jalur pendidikan terstruktur dan berjenjang yang terdiri dari pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan informal ialah jalur pendidikan keluarga dan lingkungan (Dariyo, 2013: 44). Berdasarkan kutipan di atas, maka perlu untuk diketahui yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah dalam jenjang pendidikan tinggi.

(11)

kurang mendorong siswa mengembangkan potensi, dan cenderung lebih menekankan pada penyampaian materi.

Selain itu aspek moral sangat berkaitan dengan kemajuan bangsa seperti yang diungkapkan oleh Lickona dalam Megawangi (2004: 7-8) ada sepuluh tanda-tanda jaman yang harus diwaspadai karena jika tanda-tanda ini sudah ada, maka itu berarti bahwa sebuah bangsa sedang menuju kehancuran. Tanda-tanda yang dimaksud adalah: (1) meningkatnya kekerasan di kalangan remaja, (2) penggunaan bahasa dan kata-kata yang memburuk, (3) pengaruh peer group yang kuat dalam tindak kekerasan, (4) meningkatnya perilaku merusak diri, seperti penggunaan narkoba, alkohol, dan seks bebas, (5) semakin kaburnya pedoman moral baik dan buruk, (6) menurunnya etos kerja, (7) semakin rendahnya rasa hormat kepada orang tua dan guru, (8) rendahnya rasa tanggung jawab individu dan warga negara, (9) membudayakan ketidakjujuran, (10) adanya rasa saling curiga dan kebencian di antara sesama.

(12)

Upaya ini untuk membina agar mahasiswa tidak mengikuti perilaku menyimpang dalam kehidupan sehari-harinya. Perkuliahan melalui mata kuliah Pendidikan Kepramukaan diharapkan dapat mengembangkan civic competence mahasiswa, karena perkuliahan tidak hanya di kelas dengan berbagai materi, namun juga praktek dalam sekolah dan masyarakat serta dilatih untuk bersikap demokratis, sadar hukum, tanggung jawab dan terampil, berpikir kritis, pemecahan masalah dan kerjasama.

Pramuka di Indonesia sudah ada sejak lama, bahkan sudah diatur dengan undang-undang yaitu Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 (UU RI No 12/2010) tentang Gerakan Pramuka. Dalam undang-undang tersebut tersurat bahwa gerakan pramuka berasaskan Pancasila, sehingga semua aktifitas berlandaskan nilai-nilai Pancasila. Gerakan Pramuka sendiri sebagai organisasi mempunyai tujuan seperti yang diatur dalam pasal 4 UU RI No 12/2010 tentang Gerakan Pramuka sebagai berikut.

Gerakan pramuka bertujuan untuk membentuk setiap pramuka agar memiliki kepribadian yang beriman, bertakwa, berakhlak mulia, berjiwa patriotik, taat hukum, disiplin, menjunjung tinggi nilai-nilai luhur bangsa, dan memiliki kecakapan hidup sebagai kader bangsa dalam menjaga dan membangun Negara Kesatuan Republik Indonesia, mengamalkan Pancasila, serta melestarikan lingkungan hidup.

Dapat diketahui bahwa gerakan pramuka memiliki tujuan yang searah dengan tujuan pendidikan nasional, dimana sebagian besar mengarah kepada pembinaan dan pengembangan karakter siswa. Untuk membelajarkan semua itu diperlukan proses pendidikan dan pembinaan, dalam UU RI No 12/2010 dikenal dengan Pendidikan

Kepramukaan, “Pendidikan Kepramukaan sebagai proses pembentukan kepribadian,

kecakapan hidup, dan akhlak mulia pramuka melalui penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kepramukaan” (UU RI No 12 Tahun 2010 tentang Gerakan Pramuka). Sehingga dapat diketahu gerakan pramuka adalah organisasinya, sedangkan pendidikan kepramukaan adalah proses pendidikan, pembinaan untuk anggota

pramuka. “Kegiatan pendidikan kepramukaan dimaksudkan untuk meningkatkan

(13)

dilaksanakan melalui metode belajar interaktif dan progresif” (UU RI No 12 Tahun

2010 tentang Gerakan Pramuka).

Menurut Budimansyah (2010: 91) terdapat karakter yang dapat diperoleh dari kegiatan Pramuka seperti yang digambarkan di bawah ini.

Tabel 1.1 Karakter dalam kegiatan Pramuka

No Kegiatan Karakter yang dikembangkan

Warga negara demokratis

Sadar Hukum

1. Mempelajari sejarah kepanduan

Menonjolkan nalar dan akal sehat

Kesadaran untuk menaati kaidah hidup

2. Perkemahan Kerjasama dan

mengutamakan kepentingan bersama

Patuh pada aturan setempat, termasuk kebiasaan-kebiasaan setempat

3. Perlombaan Semangat

berkompetisi yang sehat

Menaati aturan main, sikap ksatria, dan sportif

4. Mempelajari tertib berlalu-lintas

Menjaga keselamatan diri dan orang lain

Santun berlalu lintas dan berkendaraan di jalan raya

5. Penjelajahan dan hidup di alam bebas

Meningkatkan

kemandirian sekaligus merapatkan persatuan, kesatuan, dan kerjasama tim

Membina kedisiplinan pribadi dan kelompok

6. Hiking Meningkatkan

solidaritas dan

(14)

kebersamaan diri 7. Pemilihan pratama Melakukan

musyawarah untuk mufakat, semangat kekeluargaan

Secara moral

bertanggung jawab melaksanakan hasil musyawarah

8. Latihan kepemimpinan Mengasah kemampuan manajerial

Menanamkan kejujuran dan tanggung jawab

Terkait dengan warga negara yang demokratis, dapat kita ambil penelitian dari David Kerr (1999) dalam Budimansyah (2010: 51-55), pendidikan demokrasi dalam konteks PKn di negara Asia termasuk di Indonesia masih bersifat kurus (thin citizenship education) yang program PKn nya hanya melakukan pembelajaran tentang

demokrasi. Sedangkan di negara maju, seperti Amerika Serikat, New Zealand, dan beberapa negara maju di Eropa Utara sudah bersifat gemuk (thick citizenship education) yang melakukan pembelajaran hidup berdemokrasi untuk menyokong

kehidupan yang demokratis. Posisi yang berada di program Pendidikan Kewarganegaraan yang kurus dengan gemuk dinamakan program Pendidikan Kewarganegaraan Moderat (moderate citizenship education).

(15)

pendidikan nasional. Oleh karena itu diperlukan pembinaan civic competence mahasiswa PPKn yang nantinya akan menjadi guru dan pembina Pramuka di persekolahan mampu menguatkan karakter siswa, mengingat dalam kurikulum 2013, ektrakurikuler Kepramukaan wajib diikuti sehingga ke depan dibutuhkan pembina Pramuka yang handal, terampil, dan berkarakter kuat.

Menurut Reza (2014) pelaksanaan kegiatan kepramukaan bertujuan untuk membekali anggota pramuka dengan keterampilan, pengetahuan dan ilmu yang dapat bermanfaat bagi dirinya sendiri maupun masyarakat. Selain itu metode yang menyenangkan, menantang sekaligus learning by doing digunakan dalam setiap kegiatan kepramukaan. Pembekalan keterampilan, pengetahuan dan ilmu mengacu pada Syarat Kecakapan Umum (SKU) yang ditetapkan oleh Kwarnas. Penanaman karakter melalui kegiatan kepramukaan termasuk kategori baik (82,81%) terhadap penilaian dari anggota pramuka. Penilaian dari teman sekelas termasuk kategori sangat baik (88,03%), didukung dengan terdapatnya perbedaan yang signifikan (6,336) terhadap tingkat pelanggaran antara siswa dan anggota pramuka. Pelaksanaan kegiatan kepramukaan berjalan dengan sangat baik dan melalui kegiatan kepramukaan karakter anggota pramuka menjadi lebih baik.

(16)

a. Menyelenggarakan pendidikan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan.

b. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta meningkatkan sumberdaya manusia yang berkarakter kuat, sehingga mampu memecahkan permasalahan bangsa dan memberikan pelayanan pendidikan menuju masyarakat madani.

c. Menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui program pendidikan kepramukaan.

Hal tersebut menjadi suatu yang menarik juga untuk dikaji dan diteliti, karena mata kuliah Pramuka hadir sebagai mata kuliah wajib di perguruan tinggi. Kehadiran mata kuliah Pramuka di perguruan tinggi khususnya di prodi PPKn akan membangkitkan kembali semangat kepanduan di Indonesia. Karena masih langka adanya mata kuliah Pramuka di perguruan tinggi, setelah adanya penelitian ini diharapkan ada perguruan tinggi lain yang akan memasukkan Pramuka sebagai mata kuliah di kurikulumnya, sehingga akan memperkuat lulusan dengan karakter dan kompetensi kewarganegaraan yang cerdas dan baik.

Pendidikan Kepramukaan dalam PKn dijadikan wahana sosio-pedagogis untuk mendapatkan hands-on experience. Dari kegiatan tersebut diharapkan ada kontribusi yang signifikan untuk menyeimbangkan penguasaan teori dan praktek pembiasaan perilaku berkarakter (Budimansyah, 2010: 90). Sehingga diketahui bahwa Kepramukaan dan PKn mempunyai keterkaitan sebagai laboratorium agar mahasiswa dapat praktek dan mendapat pengalaman dari Kepramukaan.

Dengan demikian diharapkan akan terjadinya pendidikan karakter yang memang ke depan dibutuhkan untuk memfilter budaya asing yang masuk. Seperti diketahui pembentukan karakter tidak semudah membalikkan tangan, namun membutuhkan proses yang panjang, seperti yang diungkapkan Branson (1998), bahwa:

(17)

government, civics, history and literature, when properly taught, provide the necessary conceptual framework for character education (Branson, 1998).

(Karakter, bagaimanapun, tidak datang dengan sendiri. Pembentukan karakter adalah proses panjang dan rumit. Dan, seperti James Q. Wilson (Wilson, 1995), seorang mahasiswa yang selalu hidup berkarakter, mengingatkan kita; "Kami tidak tahu bagaimana karakter terbentuk dalam arti secara ilmiah". Tapi ada banyak data dan penelitian yang menarik. Pengamatan dan penelitian yang mengatakan bahwa studi mata pelajaran tradisional seperti pemerintah, kewarganegaraan, sejarah dan sastra, bila diajarkan dengan baik, memberikan kerangka kerja konseptual yang diperlukan untuk pendidikan karakter).

Primary responsibility for the cultivation of ethical behavior and the development of private character, including moral character, lies with families, religious institutions, work settings, and the other parts of civil society. Schools, however, can and should play a major role in the overall development of the character of students. Effective civic education programs should provide students with many opportunities for the development of desirable traits of public and private character. Learning activities such as the following tend to promote character traits needed to participate effectively (Branson, 1998).

(Tanggung jawab utama untuk budidaya perilaku etis dan pengembangan karakter pribadi, termasuk karakter moral, terletak pada keluarga, lembaga keagamaan, pengaturan kerja, dan bagian lain dari masyarakat sipil. Sekolah, bagaimanapun, dapat dan harus memainkan peran utama dalam pengembangan keseluruhan karakter siswa. Program Pendidikan Kewarganegaraan yang efektif harus memberikan para siswa banyak kesempatan untuk pengembangan sifat yang diinginkan karakter publik dan privat. Kegiatan belajar seperti berikut cenderung untuk mengembangkan karakter yang dibutuhkan untuk berpartisipasi secara efektif).

(18)

nilai-nilai moral kepada anak-anak kita. Nilai-nilai moral yang ditanamkan akan membentuk karakter yang merupakan fondasi penting bagi terbentuknya sebuah tatanan masyarakat yang beradab dan sejahtera.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang dituangkan dalam tesis dengan judul “Pembinaan Civic Competence Mahasiswa Melalui Pendidikan Kepramukaan Sebagai Penguatan Karakter Generasi Muda (Studi Kasus pada Program Studi PPKn di UMS)”.

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian

Penelitian ini terdapat beberapa identifikasi masalah yang akan dijabarkan sebagai berikut:

a. Pendidikan sebagai upaya untuk mengembangkan potensi, kompetensi dan karakter dari mahasiswa agar menjadi warga negara yang baik dan cerdas.

b. Pendidikan Kepramukaan hadir di perguruan tinggi sebagai upaya untuk penguatan karakter generasi muda dengan berbagai kegiatan yang mengandung nilai-nilai positif dan bermakna.

c. Generasi muda sebagai agent of change harus dipersiapkan dan dibina dalam rangka memperkuat karakter dan kompetensi kewarganegaraan.

d. Pembelajaran harus menekankan pada tiga aspek yaitu kognitif, psikomotorik, afektif, sehingga tujuan pembelajaran instruksional dan pengiring dapat tercapai secara maksimal.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah pokok penelitian yakni “Bagaimana pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan

karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS?”. Agar penelitian ini lebih terarah dan mendalam, maka peneliti menjabarkan kembali rumusan permasalahan menjadi beberapa sub rumusan masalah sebagai berikut:

(19)

b. Bagaimana proses pembelajaran Pendidikan Kepramukaan dalam membina Civic Competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn

FKIP UMS?

c. Bagaimana kendala dan solusi dalam pembinaan Civic Competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS?

d. Bagaimana hasil Pendidikan Kepramukaan dalam membina Civic Competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter

generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan mendeskripsikan:

a. Civic Competence dalam konteks Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS.

b. Proses pembelajaran Pendidikan Kepramakaan dalam membina Civic Competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS. c. Kendala dan solusi dalam pembinaan Civic Competence mahasiswa melalui

Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS.

d. Hasil Pendidikan Kepramukaan dalam membina Civic Competence mahasiswa sebagai penguatan karakter generasi muda di Prodi PPKn FKIP UMS.

1.4 Manfaat/ Signifikansi Penelitian

Penelitian ini memberikan manfaat baik secara praktis maupun secara teoritis. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat:

(20)

b. Para civitas akademika sebagai bahan pertimbangan untuk memaksimalkan pelaksanaan Kepramukaan sebagai laboratorium PKn sehingga terwujud dampak pengiring.

Secara teoritis penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

a. Mengetahui pembinaan civic competence mahasiswa melalui mata kuliah Pendidikan Kepramukaan.

b. Mendorong para dosen dan pimpinan prodi untuk memperhatikan dampak pengiring dari setiap mata kuliah.

c. Mendukung hasil penelitian yang sebelumnya sehingga dapat memperkaya khasanah ilmu yang dikaji khususnya terkait PKn.

1.5 Struktur Organisasi Tesis

Tesis ini terdiri dari lima bab yang tersusun dari bab I sampai bab V, antara lain bab I mengenai pendahuluan, bab II mengenai tinjauan pustaka, bab III mengenai metode penelitian, bab IV mengenai hasil penelitian dan pembahasan, dan bab V mengenai simpulan, implikasi dan rekomendasi.

Bab I mengenai pendahuluan. Pada bagian bab ini secara rinci dikaji mengenai latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.

Bab II mengenai kajian pustaka. Pada bagian bab ini secara rinci dikaji mengenai kajian pustaka atau tinjauan pustaka yang berisikan teori-teori yang dijadikan pisau analisis pada bagian pembahasan, teori tersebut antara lain: (1) kajian tentang civic competence, (2) kajian tentang Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), (3) kajian tentang Pendidikan Kepramukaan, (4) kajian tentang Pendidikan Karakter.

Bab III mengenai metode penelitian. Pada bagian bab ini secara rinci akan dikaji mencakup lokasi dan partisipan penelitian, pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, validitas data.

(21)
(22)

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab metode penelitian ini akan dibahas beberapa kajian antara lain: (1) Desain penelitian, (2) Partisipan dan tempat penelitian, (3) Pengumpulan data, (4) Validitas penelitian, (5) Analisis data.

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif dan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian kualitatif menurut Bogdan dan Taylor (1975: 5) dalam Moleong (2013: 4) “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati”. Senada dengan hal tersebut, Denzim dan Lincoln (1987) dalam Moleong (2013: 5) mengemukakan penelitian kualitatif adalah “penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan berbagai metode yang ada”. Masih senada dengan di atas, Moleong (2013: 6) menyimpulkan,

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh seubjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll, secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Menurut Creswell (1998: 147-150) menyebutkan langkah-langkah yang sering dipakai dalam penelitian kualitatif adalah sebagai berikut:

a. Peneliti memulai dengan suatu deskripsi penuh mengenai mengalaman pribadinya tentang fenomena tersebut.

b. Peneliti kemudian menemukan pernyataan-pernyataan, tentang bagaimana orang memahami topic yang diteliti, membuat daftar pertanyaan yang signifikan dan memperlakukan semua data secara sama.

(23)

d. Peneliti kemudian melakukan refleksi pada deskripsi pribadinya dan menggunakan variasi imajinatif atau deskripsi struktural, mencari semua makna.

e. Peneliti kemudian menyusun suatu deskripsi menyeluruh dari makna dan esensi dari pengalaman tersebut.

Menggunakan metode penelitian studi kasus akan dihasilkan sebuah penelitian tentang suatu peristiwa di lapangan secara aktual dan mendalam. Yin (2014: 1) mengemukakan studi kasus adalah “salah satu metode penelitian ilmu-ilmu sosial”. Yin (2014: 1) juga berpendapat

studi kasus merupakan strategi yang cocok bila pokok pertanyaan suatu penelitian berkenaan dengan how atau why, bila peneliti hanya memiliki sedikit peluang untuk mengontrol peristiwa-peristiwa yang akan diselidiki, dan bilamana fokus penelitiannya terletak pada fenomena kontemporer (masa kini) dalam kehidupan nyata.

Senada dengan kutipan di atas, Stake (1995) dalam Creswell (2013: 20) menjelaskan studi kasus adalah

Strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti menyelidiki secara cermat suatu program, peristiwa, aktivitas, proses, atau sekelompok individu. Kasus-kasus dibatasi oleh waktu dan aktivitas, dan peneliti mengumpulkan informasi secara lengkap dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data berdasarkan waktu yang telah ditentukan.

Penelitian ini dilaksanakan dalam kurun waktu tiga bulan yaitu dari bulan Februari-April 2015. Untuk selengkapnya jadwal penelitian akan ditampilkan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Rencana Penelitian

No Nama Kegiatan Februari Maret April

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Persiapan dan survey √ √

2 Penyusunan dan √ √

pengembangan pedoman

pengumpulan data

(24)

reduksi

refleksi dan verifikasi 4 Analisis dan

interpretasi √ √ √ √ √

5 Penulisan laporan

akhir √ √ √ √

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian

Partisipan menurut KKBI adalah “orang yang ikut berperan serta di suatu kegiatan”. Brainly (2014) juga mengemukakan pengertian partisipan yaitu “semua orang/manusia yang berpartisipasi/ikut serta dalam suatu kegiatan”. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa partisipan adalah orang yang berperan dalam suatu kegiatan, dalam hal ini adalah orang yang memberikan informasi atau data penelitian. Partisipan dalam penelitian ini adalah Kaprodi atau Sekprodi PPKn FKIP UMS, dosen mata kuliah Pendidikan Kepramukaan, mahasiswa semester dua prodi PPKn FKIP UMS. Untuk lebih jelasnya nama-nama partisipan dalam penelitian ini, akan disajikan dalam tabel di bawah ini.

Tabel 3.6 Daftar Partisipan Penelitian

No Nama Pekerjaan Alamat

1. Drs. Achmad Muthali’in, M.Si Dosen dan Sekprodi PPKn FKIP UMS

Surakarta

2. Drs. Suyahman, M.Si., MH Dosen Prodi PPKn FKIP UMS

Surakarta

3. Agus Prasetyo, S.Pd., M.Pd Dosen Prodi PPKn FKIP UMS

Surakarta

4. Susilo Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Surakarta

5. Aveliani Hendra S Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

(25)

6. Ikhtiar Deny P Mahasiswa Prodi PPKn FKIP UMS

Surakarta

7. Sayoga Adi K Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Sukoharjo

8. Risqi Fat-Han Hadi Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Madiun

9. Mohammad Nur Huda Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Pekalongan

10. Luthfi Suryanto Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Sukoharjo

11. Rohmatun Aliyah R Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Kartasura

12. Pratama Yoga Wica Mahasiswa Prodi

PPKn FKIP UMS

Surakarta

13. M. Bandung Raharjo Mahasiswa Prodi PPKn FKIP UMS

Surakarta

Lokasi penelitian ini berada di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) dan lebih spesifiknya berada di Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UMS. Kampus UMS beralamatkan di Jalan A Yani Tromol Pos 1 Pabelan Kartasura Telp. (9271) 717417-719483 Fax (0271) 715488 Surakarta 57102. Program studi PPKn FKIP UMS memiliki visi, misi, dan tujuan sebagai berikut:

Visi Program Studi

(26)

Misi Program Studi

a. Menyelenggarakan pendidikan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan.

b. Memajukan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni serta meningkatkan sumberdaya manusia yang berkarakter kuat, sehingga mampu memecahkan permasalahan bangsa dan memberikan pelayanan pendidikan menuju masyarakat madani.

c. Menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui program pendidikan kepramukaan.

Tujuan Program Studi

a. Menghasilkan guru bidang studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan serta Ketatanegaraan yang profesional, mampu mengembangkan pembelajaran inovatif dan melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.

b. Menghasilkan guru yang mampu menguasai ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk mendukung profesionalisme sebagai guru.

c. Menghasilkan guru berkarakter kuat dalam rangka mencapai tujuan dan cita-cita nasional.

d. Menghasilkan guru yang memiliki kemampuan dalam membina generasi muda melalui pendidikan kepramukaan.

Penelitian ini dilaksanakan di Prodi PPKn FKIP UMS karena peneliti tertarik untuk mengangkat tentang Pendidikan Kepramukaan yang biasanya sebagai kegiatan ekstrakurikuler yang dilaksanakan diluar proses pembelajaran, namun Pendidikan Kepramukaan di Prodi PPKn FKIP UMS menjadi mata kuliah wajib yang harus ditempuh oleh mahasiswa di semester I dengan bobot 2 sks dan di semester II dengan bobot 2 sks, hal ini menjadi daya tarik peneliti untuk melakukan penelitian pada hal tersebut.

(27)

meliputi pengetahuan, keterampilan, watak kewarganegaraan melalui mata kuliah Pendidikan Kepramukaan sebagai penguatan karakter generasi muda.

3.3 Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi.

a. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung” (Sukmadinata, 2009:220). “Observasi merupakan teknik atau pendekatan untuk mendapatkan data primer dengan cara mengamati langsung objek datanya” (Jogiyanto, 2011:24). Dari pengertian di atas dapat disimpulkan observasi adalah teknik atau cara mengumpulkan data dengan mengamati obyek secara langsung.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu “mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya” (Arikunto, 2006:231). Atau “setiap bahan tertulis atau film, lain dari record, yang tidak dipersiapkan karena adanya permintaan seorang penyidik” (Moleong, 2004:216-217). Dapat disimpulkan bahwa dokumentasi adalah bahan-bahan atau data yang berupa catatan maupun transkrip yang dapat dijadikan untuk mengumpulkan data.

c. Wawancara

(28)

(Ratna, 2011:222). “Wawancara adalah suatu kegiatan dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada para responden” (Subagyo, 1997:39).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan wawancara adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pengumpul data kepada responden dengan mengajukan pertanyaan lisan untuk mendapatkan informasi. Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur. “Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau pengumpul data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang akan diperoleh”, sedangkan wawancara tidak terstruktur adalah “wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya” (Sugiyono, 2010:157-160).

3.4 Validitas Penelitian

Pengujian keabsahan data penulisan dilakukan dengan cara perpanjangan pengamatan dan triangulasi. Perpanjangan keikutsertaan peneliti akan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan. Selain itu keikutsertaan juga dimaksudkan untuk membangun kepercayaan para subjek terhadap peneliti dan juga kepercayaan peneliti sendiri (Moleong, 1991:175-178).

(29)

Gambar 3. 2 Triangulasi Sumber (Sugiyono, 2005: 84).

Gambar 3. 3 Triangulasi Teknik (Sugiyono, 2005: 84).

3.5 Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data menggunakan analisis proses siklus yang interaktif, menurut Miles dan Huberman (1992: 16-18) dengan tahapan sebagai berikut:

a. Pengumpulan data

1. Analisis sebelum di lapangan

Penelitian kualitatif telah melakukan analisis data sebelum peneliti memasuki lapangan. Analisis dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan atau data sekunder, yang akan digunakan untuk menemukan fokus penelitian.

Wawancara mendalam

A

B

C

Observasi partisipatif

Wawancara mendalam

Dokumentasi

(30)

2. Analisis selama di lapangan

Analisis data selama di lapangan dalam penelitian kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Secara sederhana dapat digambarkan analisa penelitian melalui beberapa langkah yaitu: peneliti membuat catatan-catatan hasil observasi baik yang intensif, partisipatif maupun gambaran yang kausal. Catatan ini segera dibuat deskripsi untuk menggambarkan masalah yang diteliti dari penampakan kasat mata baik dari sisi tindakan sosial yang dilakukan maupun dari sisi pengaruh situasi social dan lingkungan fisik yang terjadi. Gambaran ini memberikan panduan kepada peneliti kerangka analisa untuk melakukan rekonstruksi, membuat kategori dan konsep, melakukan interpretasi dan menjelaskan posisi serta lingkungan yang melengkapinya. b. Penyajian data

Rakitan organisasi informasi yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan saat penelitian dilakukan. Dalam penyajian data diperoleh berbagai jenis metrik gambar, jaringan kerja, keterkaitan kegiatan atau tabel.

c. Reduksi data

Setelah data dan informasi dari lapangan terkumpul, langkah kemudian adalah melakukan reduksi data yaitu menyajikan data secara jelas dan singkat. Penyajian data pertama kali dilakukan bagian demi bagian, kemudian dalam bentuk tabulasi. Selanjutnya disajikan dalam bentuk deskripsi dan interpretasi sesuai data yang diperoleh dari lapangan. Mereduksi data berarti merangkum, melihat hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya.

(31)

d. Penarikan kesimpulan

Langkah akhir dari proses analisis data adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi, hal ini dimaksudkan untuk mencari makna dari data yang dikumpulkan. Kesimpulan ini dirumuskan dalam bentuk pernyataan singkat agar mudah dipahami dengan mengacu kepada tujuan penelitian yang telah ditetapkan. Proses analisis data berlangsung terus menerus selama kegiatan penelitian dilakukan. Untuk mencapai pada suatu kesimpulan, peneliti berusaha mengumpulkan data sebanyak-banyaknya dan menggali informasi yang lebih mendalam. Kesimpulan yang sudah dirumuskan masih harus terus diverifikasikan secara berulang dan bertahap hingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir.

[image:31.612.174.517.365.631.2]

Analisis data tersebut, apabila digambarkan akan nampak seperti gambar di bawah ini, yang terdiri dari langkah-langkah pengumpulan data, penyajian data, reduksi data, kesimpulan.

Gambar 3. 4 Komponen-komponen analisis data (Milles dan Huberman, 1992:20). Pengumpulan

data

Kesimpulan:

Penarikan/verifikasi Penyajian

data Reduksi

(32)

Beny Dwi Lukitoaji, 2015

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

Pada bab V ini akan disajikan beberapa simpulan, implikasi, dan rekomendasi yang dirumuskan dari hasil temuan penelitian dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV sebelumnya.

5.1 Simpulan Umum

Pembinaan civic competence mahasiswa di Program Studi PPKn FKIP UMS secara kurikuler dilakukan melalui mata kuliah Pendidikan Kepramukaan. Keberadaan mata kuliah tersebut merupakan bentuk komitmen Program Studi untuk menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui program Pendidikan Kepramukaan, sehingga menghasilkan guru yang memiliki kemampuan dalam membina generasi muda melalui Pendidikan Kepramukaan. Proses pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan tidak berjalan mulus

sesuai dengan rencana, banyak kendala yang dihadapi oleh dosen maupun mahasiswa. Seperti halnya mahasiswa masih menganggap Pramuka sebagai kegiatan yang tidak bergengsi sehingga timbul motivasi yang rendah, kurangnya kedisiplinan, dan masalah kesehatan fisik. Dari adanya mata kuliah Pendidikan Kepramukaan ini memberikan dampak positif, diantaranya mahasiswa lebih disiplin, penekanan terhadap kerjasama dalam regu, terbinanya pengetahuan kewarganegaraan, keterampilan kewarganegaraan, karakter kewarganegaraan, terbinanya kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi pribadi, kompetensi keterampilan, mahasiswa mampu melakukan bina diri, bina lingkungan, bina masyarakat, dan bina satuan.

5.2 Simpulan Khusus

(33)

Beny Dwi Lukitoaji, 2015

generasi muda di Program Studi PPKn FKIP UMS. Adapun kesimpulan khusus dijabarkan sebagai berikut:

a. Pendidikan Kepramukaan di Program Studi PPKn FKIP UMS dapat mengembangkan mahasiswa yang memahami demokratis; memahami bela negara; memahami kewajiban dan hak sebagai warga negara; mempunyai keterampilan manajerial, keterampilan organisatorik, pramuka; memiliki karakter sesuai dengan tri satya dan dasa dharma Pramuka.

b. Pendidikan Kepramukaan dalam membina civic competence mahasiswa yang diselenggarakan di Program Studi PPKn FKIP UMS dapat dilakukan dengan melalui proses pembelajaran learning by doing dengan sistem beregu, sistem among.

c. Kendala dalam pembinaan civic competence diantaranya terkait dengan motivasi, disiplin, kurangnya tanggung jwab. Diperlukan solusi untuk mengatasi kendala dengan bersikap tegas, menerapkan reward and punishment, penguatan KKL ke Pusdiklatnas dan magang Pramuka.

d. Pendidikan Kepramukaan dalam membina civic competence mahasiswa menjadikan mahasiswa lebih disiplin, terlatih untuk kerja sama dalam regu, memiliki kompetensi spiritual, kompetensi sosial, kompetensi pribadi, kompetensi keterampilan. Sehingga mahasiswa mampu melakukan bina diri, bina lingkungan, bina masyarakat, dan bina satuan.

5.3 Implikasi

Berdasarkan temuan penelitian, pembahasan penelitian, dan simpulan di atas, maka penulis mengajukan beberapa implikasi sebagai berikut:

(34)

Beny Dwi Lukitoaji, 2015

Indonesia karena di dalamnya terdapat pembinaan pengetahuan, keterampilan, dan karakter.

b. Hadirnya mata kuliah Pendidikan Kepramukaan di perguruan tinggi memberikan angin segar dengan bangkitnya semangat kepanduan di Indonesia, sehingga ke depannya akan menghasilkan pembina Pramuka yang handal dan berkarakter. c. Pembinaan civic competence mahasiswa melalui Pendidikan Kepramukaan

memerlukan kesiapan dari mahasiswa maupun dosen. Dalam hal ini kondisi kesehatan sangat berpengaruh, oleh karena itu diperlukan kondisi yang prima. Dengan kondisi semacam itu, maka dosen dan mahasiswa secara sadar akan menjaga kesehatan mereka dengan makan teratur, tidur secukupnya, dan tidak begadang.

d. Akhir-akhir ini banyak yang kurang sadar akan lingkungan dengan membuang sampah sembarangan, tidak menjaga kehijauan lingkungan, dengan adanya Pendidikan Kepramukaan yang dilaksanakan di alam bebas, maka mahasiswa akan terbiasa untuk menjaga lingkungan, cinta kepada lingkungan.

e. Pendidikan Kepramukaan sebagai pendidikan sepanjang hayat akan memberikan implikasi dengan terus menerus dan secara berkesinambungan untuk belajar, memperbanyak dan melatih keterampilan, dan tampil sebagai seseorang yang mempunyai karakter.

5.4 Rekomendasi

1. Mahasiswa

Dengan mengikuti Pendidikan Kepramukaan dapat memperoleh berbagai kompetensi dan keterampilan serta dibina karakternya. Oleh karena itu diharapkan mencermati dan memahami di setiap latihan Pramuka. Selain itu juga perlu untuk membiasakan disiplin dengan datang tepat waktu dan tanggung jawab dengan pekerjaan dan tugas masing-masing.

(35)

Beny Dwi Lukitoaji, 2015

Untuk lebih mempertegas dan mendisiplinkan mahasiswa terkait dengan proses pembelajaran agar lebih efektif, serta meningkatkan pembinaan pengetahuan, keterampilan, dan karakter mahasiswa agar menjadi pembina Pramuka yang handal dan berkarakter hal tersebut merupakan realisasi dari visi, misi, dan tujuan prodi yaitu menyelenggarakan pendidikan dan pembinaan generasi muda melalui program Pendidikan Kepramukaan.

3. Pengguna lulusan

Diharapkan pengguna lulusan yang di sekolahnya terdapat lulusan dari prodi PPKn FKIP UMS sebagai guru PPKn maupun sebagai pembina Pramuka untuk selalu berkomunikasi memberikan feedback serta masukan, kritik, dan saran terkait kompetensi lulusan untuk evaluasi.

4. Penelitian selanjutnya

(36)

Daftar Pustaka

Affandi, I. (1996). Keploporan Organisasi Kemasyarakatan Pemuda dalam Pendidikan Politik. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Bumi Aksara.

Basleman, A dan Mappa, S. Teori Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Branly. (2014). Apa Pengertian dari Partisipan Manusia?. [Online]. Tersedia di

http://brainly.co.id/tugas/250249. Diakses 11 Februari 2015.

Branson, M. S. (1998) The Role of Civic Education (A Forthcoming Education Policy Task Force Position Paper from The Communitarian Network. Center of Civic Education.

Budimansyah, D. (2010) Tantangan globalisasi terhadap pembinaan wawasan kebangsaan dan cinta tanah air di sekolah. Jurnal Penelitian Pendidikan, Vol 11 No 1 April 2010.

Budimansyah, D. (2010). Penguatan Pendidikan Kewarganegaraan untuk Membangun Karakter Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimansyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter Seri Pembinaan Profesionalisme Guru. Bandung: Widya Aksara Press.

Budimasnyah, D dan Winataputra. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung: Widya Aksara Press.

Center for Civic Education/CCE. (1994). Civitas: National Standards for Civics and Government. Calabasas: CCE.

Center for Civic Education/CCE. (1998). We The People: Project Citizen, Teacher’s Guide. Calabasas: CCE.

Cogan, J.J. dan Derricott, R. (1998). Citizenship for the 21st Century: an International Perspectiva on Education. London: Kogan Page.

(37)

Danim, S dan Khairil. (2010). Pedagogi, Andragogi, dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta.

Dariyo, A. (2013). Dasar-Dasar Pedagogi Modern. Jakarta: PT. Indeks.

Debling, G. (1995). “Developing Standards”, dalam Competence Based Assesment.

Buckingham: Open University Press.

Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum 2004: Kompetensi Standar Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta: Depdiknas Republik Indonesia.

Eleanora, N, F (2011) Bahaya Penyalahgunaan Narkoba Serta Usaha Pencegahan Dan Penanggulangannya (Suatu Tinjauan Teoritis). Jurnal Hukum, Vol XXV No 1 April 2011.

Faslah, R. (2013). Pramuka Syarat dengan Pendidikan Karakter. [Online]. Tersedia di http://www.ronifaslah.feunj.ac.id/publikasi-ilmiah/artikel/12-pramuka-syarat-dengan-pendidikan-karakter.html. Diakses 15 Mei 2015.

Fauzi dkk (2013) Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Upaya Pembentukan Karakter Peserta Didik. Jurnal PPKn UNJ Online, Volume I, Nomor 2, Tahun 2013.

Fisher, A. (2008). Critical Thinking: An Introduction. Cambridge: Cambridge University Press.

Ginanjar, H. (2014). Pembinaan Karakter Siswa melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka sebagai Upaya Membentuk Sikap Warga Negara yang Baik (Studi Deskriptif di MI Cisarua Girang Kabupaten Sukabumi. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

Gunawan, H. (2012). Pendidikan karakter Konsep dan Implementasi. Bandung: Alfabeta.

Isin, E, F dan Turner, B, S. (2002). Handbook of Citizenship Studies. London: Sage Publication.

Ivanov, I. P. (1998). CIVIC EDUCATION AND INTERCULTURAL EDUCATION. Jogiyanto. (2011). Filosofi, Pendekatan dan Penerapan Pembelajaran Metode

Kasus. Yogyakarta: CV. ANDI OFFSET.

(38)

Kenakalan Remaja. [Online]. Tersedia di http://health.liputan6.com/read/688614/berbagai-perilaku-kenakalan-remaja-yang-mengkhawatirkan?p=3. Diakses 12 November 2014.

Keputusan Dirjen Dikti No. 267/dikti/Kep/2000 tentang Penyempurnaan Kurikulum Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi.

Kesuma, D. Triatna, C. dan Permana, J. (2012). Pendidika Karakter (Kajian Teori dan Praktik di Sekolah). Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset.

Komalasari, K. (2010) Difusi Inovasi Pembelajaran Kontekstual Dalam Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Ilmu Pendidikan, Vol 17 No 3 Tahun 2010.

Kwarnas. (2011). Kursus Mahir Lanjutan Untuk Pembina Pramuka. Jakarta: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Kwarnas. (2012). Sekilas Gerakan Pramuka. [Online]. Tersedia di Http://Pramuka.Or.Id/News/Sekilas-Gerakan-Pramuka.Php. Diakses 20 November 2014.

Lickona, T. (2013). Mendidik untuk Membentuk Karakter Bagaimana Sekolah dapat Mengajarkan Sikap Hormat, dan Tanggung Jawab. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Maftuh, B (2008) Internalisasi Nilai-Nilai Pancasila dan Nasionalisme melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Jurnal Educationist, Vol II, No 2, Juli 2008. McAshan, M. (1981). Competency-Based Education and Behaviour Objectives. New

Jersey: Englewood Cliffs, Educational Technology Publication, Inc.

Megawangi, R. (2004). Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat Untuk Membangun Bangsa. Jakarta: BPMigas.

Miles, M. B dan Huberman, A. (1992). Qualitative Data Analysis. Alih bahasa Tjejep Rohendi Rohidi. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: Universitas Indonesia. Moleong, L. J. (1991). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Ros-dakarya.

Moleong, L. J. (2004). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

(39)

Muis. (2013). PERILAKU-SEKSUAL-REMAJA-MAHASISWA-FAKULTAS-BAHASA-DAN-SENI-UNIVERSITAS-NEGERI-SURABAYA. Surabaya: UNESSA

Mukson. (2010). Buku Panduan Materi Pramuka Penegak Pandega. Semarang: Kwartir Nasional Gerakan Pramuka.

Nataraharja, T. (2012). Implementasi Pendidikan Politik Melalui Pembelajaran Pkn Dalam Mengembangkan Kompetensi Kewarganegaraan: Studi Kasus Di Sma Negeri 2 Subang. (Tesis). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.

National Center for Learning and Citizenship. (2002). Civic Competence Categories. http://civiced.org.

Nawawi, H dan M. Martini. (1993). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar

Kompetensi Lulusan SMP mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan.

Prasetyo, F. (2014). Peran Kepramukaan dalam Pendidikan Karakter Bangsa. [Online]. Tersedia di http://fiqriprasetyo18.blogspot.com/2013/04/peran-kepramukaan-dalam-pendidikan.html. Diakses 13 April 2015.

Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2006). Model Penilaian Kelas. Jakarta: Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas.

Ratna, K, N. (2011). Metodologi Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Remaja di Indonesia Rentan Berperilaku Tidak Sehat. [Online}. Tersedia di

http://beritasore.com/2010/07/05/separuh-dari-63-juta-jiwa-remaja-di-indonesia-rentan-berprilaku-tidak-sehat/. Diakses 12 November 2014.

Reza, E. (2014) Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Kepramukaan Dalam Penanaman Karakter Siswa Di SMA Negeri 14 Surabaya. Jurnal Mahasiswa Teknologi Pendidikan, Vol 2 No 2 Tahun 2014.

Samani, M dan Hariyanto. (2013). Pendidikan Karakter. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.

(40)

Saptono. (2011). Dimensi-Dimensi Pendidikan Karakter (Wawasan, Strategi, dan Langkah Praktis). Jakarta: Esensi Erlangga Group.

Soedarsono, S. (2010). Pokok-Pokok Pikiran Tentang Konsep Dasar Pendidikan Karakter. Jakarta: Yayasan Jatidiri Bangsa.

Solihatin, E. (2012). Strategi Pembelajaran PPKn. Jakarta: Bumi Aksara.

Subagyo, J. (1997). Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono. (2005). Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N, S. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Sumantri, M, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sunardi, A. (2006). Boyman Ragam Latih Pramuka. Bandung: Nuansa Muda.

Susanti, R. (2013) Penerapan Pendidikan Karakter di Kalangan Mahasiswa. Jurnal Al Ta’lim, Jilid 1 No 6 November 2013.

Tuhuteru, L. (2014). Pembinaan Karakter Generasi Muda dan Nilai-Nilai Demokrasi dalam Resolusi Konflik Sosial (Studi Kasus Pasca Konflik Sosial Ambon. (Disertasi). Sekolah Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Wahab, A, A dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan PKn. Bandung: Alfabeta. Wahidin, S. (2010). Pokok-Pokok Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Winarno. (2012). Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Isi, Strategi, dan Penilaian. Jakarta: Bumi Aksara.

(41)

Winataputra, U, S. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Untuk Mencerdaskan Kehidupan Bangsa. Bandung: Widya Aksara Press.

Wolf, A. (1995). Competence-Based Assessment. Buckingham: Open University Press.

Gambar

Tabel 1.1 Karakter dalam kegiatan Pramuka
Tabel 3.5 Rencana Penelitian
Tabel 3.6 Daftar Partisipan Penelitian
Gambar 3. 2 Triangulasi Sumber (Sugiyono, 2005: 84).
+2

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Nilai karakter kerja keras dan tanggung jawab pada film Tampan Tailor, analisis

Dilihat dari latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti hal tersebut dengan judul sebagai berikut “ Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam Pembinaan Karakter

Berdasarkan uraian latar belakang, maka dalam penelitian ini peneliti tertarik akan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Pengendalian Diri dan Perilaku Belajar

Berdasarkan penjabaran mengenai latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penerapan Model

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas, makapenulis tertarik untuk melakukan penelitian terhadap permasalahan mengenai pembinaan guru PAI oleh

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Faktor -faktor yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa untuk Memilih

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas dan luasnya permasalahan yang dihadapi oleh peneliti, maka fokus penelitian diarahkan pada persepsi

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan maka peneliti akan mengacu pada rumusan masalah sebagai berikut bagaimana persepsi driver transportasi