• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. terkait erat dengan pasar. Pasar di mana-mana sangat besar peranannya, dari pasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. terkait erat dengan pasar. Pasar di mana-mana sangat besar peranannya, dari pasar"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan suatu wilayah dipengaruhi salah satunya dari faktor sosial ekonomi di wilayah tersebut, kegiatan ekonomi di suatu wilayah sangat dominan terkait erat dengan pasar. Pasar di mana-mana sangat besar peranannya, dari pasar ini pula bermula timbulnya kota-kota, pada zaman kuno kelahiran pasar ini merupakan awal suatu negeri di mana para pedagang bertemu dan saling menukar komoditasnya masing-masing (Muhammad dkk 1990). Pasar dasarnya merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli yang melakukan transaksi jual beli. Selama ini pasar adalah tempat berkumpulnya orang melakukan transaksi jual beli yang biasanya terjadi di darat. Bagaimana jika pasar ada diatas sungai, para pedagang menggunakan sebuah jukung/klotok (perahu tidak bermesin/perahu bermesin) untuk berjualan, inilah yang membedakan pasar tersebut dengan pasar biasanya. Pasar terapung tersebut berada di badan sungai, dari hal itu mengapa pasar tersebut dinamakan pasar terapung. Pasar terapung dapat dikatakan sebagai pasar tradisional di mana hampir penjual dan pembeli saling mengenal.

Di Indonesia pasar alamiah terletak di atas sungai hanya ada di Kalimantan Selatan. Pasar terapung merupakan pasar tradisional sekaligus salah satu obyek wisata yang ada di Kalimantan Selatan. Pasar terapung di Kalimantan Selatan ada 2 (dua) yaitu Pasar Terapung Kuin di Banjarmasin dan Pasar Terapung Lok Baintan di Sungai Tabuk Kabupaten Banjar. Pasar Terapung Lok Baintan adalah sebuah pasar terapung tradisional yang berlokasi di Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten

(2)

2 Banjar. Secara umum, Pasar Terapung Lok Baintan tak beda dengan Pasar Terapung di Muara Sungai Kuin/Sungai Barito di Banjarmasin. Keduanya sama-sama pasar tradisional di atas kapal yang menjual beragam dagangan, seperti hasil produksi pertanian/perkebunan dan berlangsung tidak terlalu lama, paling lama sekitar tiga hingga empat jam, aktivitas perdagangan dimulai sekitar pukul 06.00 WITA sampai dengan pukul 10.00 WITA. Pasar terapung ini diperkiran sudah ada sejak zaman Kesultanan Banjar. Pasar Terapung Lok Baintan berperan sebagai penggerak perekonomian masyarakat sekitar, letaknya yang berada di atas sungai sangat jarang ditemui dan masih ada sampai sekarang merupakan fenomena yang sangat menarik untuk diteliti.

Pasar Terapung Lok Baintan dan sekitarnya memiliki moda transportasi yang khas yaitu menggunakan transportasi air sebagai kegiatan sehari-hari yaitu jukung/klotok. Namun, seiring berkembangnya zaman, lambat laun moda transportasi sungai ini mungkin hanya akan tinggal nama saja karena kegiatan masyarakat sekarang lebih banyak dilakukan di daratan, semakin meningkatnya jumlah penduduk yang mau tidak mau memerlukan lahan dan masyarakat mulai meninggalkan transportasi air sebagai transportasi utama.

1.2 Perumusan Masalah

Pasar Terapung Lok Baintan berada di Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar di mana Pasar tersebut di kelilingi oleh beberapa desa di sekitarnya. Pasar Terapung Lok Baintan berperan sebagai penggerak perekonomian masyarakat sekitarterletak di badan sungai sangat langka, unik dan masih ada sampai sekarang,

(3)

3 pasar tersebut menjadi warisan budaya lokal khususnya budaya Banjar yang harus dilindungi dan dipertahankan keberadaanya. Karena peran, kelangkaan dan keunikannya itulah penulis memilih lokasi tersebut sebagai lokus. Meneliti Pasar Terapung Lok Baintan diperlukan penelitian dari berbagai ruang yaitu mikro, meso, dan makro spasialnya. Bagaimana keterkaitan dengan peristiwa yang terjadi berhubungan dengan ruang, baik dipandang dari ruang mikro, ruang meso dan ruang makro, dan juga apakah ada keterkaitan antara ketiga ruang tersebut, hubungan peristiwa ini disebut dengan konteks. Dengan adanya penelitian ini akan diharapkan dapat menjawab pertanyaan “bagaimana konteks mikro, meso dan makro spasial Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar?”.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Di mulai dari latar belakang dan rumusan masalah kemudian dilanjutkan dengan pertanyaan penelitian. Pertanyaan dari penelitian ini yaitu: bagaimana konteks mikro, meso dan makro spasial Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar?.

1.4 Tujuan Penelitian

Setelah pertanyaan penelitian menimbulkan tujuan penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: mendeskripsikan konteks mikro, meso dan makro spasial Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

(4)

4 1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat digunakan oleh berbagai pihak yaitu :

1. Bagi pemerintah: agar nantinya hasil penelitian ini menjadi bahan kajian lebih lanjut untuk menentukan kebijakan terhadap keberadaan Pasar Terapung Lok Baintan ke depan;

2. Bagi Program Studi Magister Perencanaan Kota dan Daerah: agar menjadi referensi bahwa seperti apa konteks mikro, meso dan makro spasial pasar terapung tersebut; dan

3. Bagi masyarakat: agar masyarakat mengetahui fungsi dan peranan Pasar Terapung Lok Baintan yang tidak kalah penting dengan pasar-pasar lainnya.

1.6 Batasan Penelitian

Batasan penelitian terdiri atas:

1. Batasan lokus yaitu lokasi Pasar Terapung Lok Baintan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

2. Batasan fokus: mendeskriptifkan seperti apa konteks mikro, meso dan makro spasial Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar dari aktivitas perdagangan Pasar Terapung Lok Baintan baik bersifat keruangan, ekonomi maupun sosial.

(5)

5 1.7 Keaslian Penelitian

Penelitian di MPKD UGM yang mengambil topik tentang pasar adalah:

Tabel 1.1 Penelitian Tentang Pasar

No Nama dan Judul Penelitian Tujuan

Penelitian

Lokasi Penelitian

Metode

Penelitian Hasil Penelitian

1 Slamet Purwanto (2006), Pola Distribusi Barang dan Jangkauan Pelayanan Pasar Tradisional

1. Pola distribusi barang dan jangkauan pasar tradisional di Kota Bengkulu.

2. Dan faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Kota Bengkulu

Deduktif kualitatif

1. Terdapat pola distribusi yang teratur dan bertingkat pada komoditas non pertanian dibandingkan dengan komoditas pertanian. 2. Terdapat jangkauan pelayanan pasar tradisional

yang saling overlap dipengaruhi oleh faktor karakteristik konsumen dan karakteristik lokasi. 3. Secara spasial pola distribusi dan jangkauan

pelayanan pasar terbagi menjadi dua bagian utara dan bagian selatan.

2 Dodi Fadli (2009) Sistem

Pelayanan Spasial Pasar

Tradisional di Kota Padang Sebelum dan Sesudah Gempa Bumi

1. Mengetahui sistem

pelayanan spasial pasar tradisional dalam artian distribusi barang dan layanan konsumen di Kota Padang sebelum

dan sesudah gempa

bumi 30 September

2009.

2. Mengindetifikasi perubahan yang setelah

gempa bumi serta

mengidentifikasikan

Kota Padang

Deduktif kualitatif

1. Sistem pelayanan spasial dalam artian distribusi barang dan pelayanan terhadap konsumen menunjukan pola tidak beraturan khususnya untuk kebutuhan harian. Sementara untuk kebutuhan non harian pola terbentuk lebih teratur karena umumnya kebutuhan harian didistribusikan melalui perantara.

2. Gempa bumi 30 September 2009 yang terjadi di Kota Padang mengakibatkan kerusakan dan kerugian yang sangat besar serta mempengaruhi sistem pelayanan spasial pasar tradisional. 3. Kerusakan jaringan jalan mengganggu distribusi

jaringan jalan menggangu distribusi barang dari Bersambung

(6)

6 faktor pendukung sistem

pelayanan spasial pasar

tradisional yang

mempengaruhi perubahan tersebut.

sentra produksi serta pergerakan konsumen ke pasar tradisional

4. Sementara kerusakan bangunan pasar tradisional

serta lingkungan permukiman penduduk

mengakibatkan terjadinya perubahan arah tujuan konsumen dalam pemenuhan kebutuhan harian maupun non harian mereka

3 Farya Dwanta Putra (2013)

Faktor-faktor yang

mempengaruhi kemajuan pasar tradisional di Kabupaten Kerinci

1. Mengetahui kondisi dan sebaran pasar tradisional di Kabupaten Kerinci. 2. Mengkaji kemajuan pasar tradisional di Kabupaten Krinci. 3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemajuan pasar tradisional di Kabupaten Kerinci. Kabupeten Kerinci

Kualitatif 1. Secara keseluruhan sebagian besar pasar tradisional wilayah Kabupaten Kerinci lebih maju dibandingkan wilayah selatan.

2. Dengan menggunakan indikator-indikator yang telah ditentukan sebagai tolak ukur kemajuan pasar, Pasar Baru Siulak dan Pasar Semurup (wilayah utara) memiliki capaian terhadap

indikator kemajuan pasar lebih tinggi

dibandingkan Pasar Sanggaran Agung dan Pasar Jujun (wilayah Selatan),

3. Terdapat 5 (lima) faktor yang ikut mempengaruhi perbedaan kemajuan pasar tradisional, yaitu faktor

jumlah penduduk, ekonomi masyarakat,

aksesibilitas, lokasi dan kondisi geografis wilayah. Dari lima faktor tersebut, faktor dominan yang mempengaruhi perbedaan kemajuan pasar tradisional dikabupaten Kerinci adalah (1) jumlah penduduk, (2) ekonomi masyarakat, (3) lokasi, dan (4) geografis wilayah.

4 Susy Magdalena Silaban (2012) Kajian Keruangan Pelayanan Pasar di Kabupaten Tapanuli Utara

1. Mendeskripsikan

pasar-pasar di Kabupaten

Tapanuli Utara. 2. Mendeskripsikan

jangkauan layanan pasar

Kabupaten Tapanuli Utara Deduktif diskriptif kualitatif

1. Lokasi pasar-pasar di Kabupaten Tapanuli Utara berada di Ibukota Kecamatan dan terbentuk secara alami.

2. Aksesisibilitas sebagian besar desa-desa ke pasar yang berada di ibukota kecamatan belum Lanjutan tabel 1.1

(7)

7

serta menemukenali

hirarki pasar-pasar

tersebut.

memenuhi standar akasesilitas sementara itu sarana umum juga terbatas.

3. Pasar yang berlokasi di jalur jalan nasional menjadi pasar yang lebih besar di antara pasar yang berlokasi di jalan kabupaten.

4. Variasi dan volume komoditi yang

diperdagangkan serta fisik pasar menjadi salah satu alasan terjadinya pergerakan konsumen. 5. Pasar dengan pergerakan pedagang dan variasi

serta jumlah barang yang lebih tinggi menjadikan pasar tersebut lebih besar di antara pasar dengan ketersediaan yang lebih rendah. Dalam konteks ini pasar Taruntung dan Pasar Siborongborong menjadi Pasar Khirarki I, Pasar Pahaejulu, Pasar Sipatuhar dan Pasar Pangaribuan menjadi Pasar Khirarki II, dan Pasar Muara, Pasar Pagaran, Pasar Parmonang, Pasar Adiankoting, Paar Pahae Jae, Pasar Purbatua, Pasar garoga, Pasar Simanguban menjadi Pasar Khirarki III.

Lanjutan tabel 1.1

(8)

8 Perbedaan penelitian ini bisa dilihat dari lokus pasar ini terdapat Kalimantan Selatan secara spesifik pasar ini terletak di badan sungai berbeda dengan penelitian tersebut yang terletak di daratan. Sedangkan secara substansi perbedaan dari penelitian diatas ialah pada penelitian ini mencari deskripsi konteks mikro, meso dan makro spasial Pasar Terapung Lok Baintan Kecamatan Sungai Tabuk Kabupaten Banjar.

Gambar

Tabel 1.1  Penelitian Tentang Pasar  No  Nama dan Judul Penelitian  Tujuan

Referensi

Dokumen terkait

Uji t untuk membuktikan hipotesis yaitu “Terdapat pengaruh kepemimpinan dan motivasi kerja secara parsial terhadap kinerja karyawan Bank Syariah Mandiri

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di kelas XI T1 SMK N1 Kasihan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa pembelajaran PPKn dengan menerapkan model

Hal ini dapat dijelaskan bahwa tidak ada hubungan antara luas lahan pengurus dengan peranan pengurus Poktan, disebabkan karena luas lahan pengurus berkelompok

• Untuk memahami referensi geografis, transformasi bentuk bumi dan sistem koordinat, perlu mengenal istilah 2 spt: geodesi, datum, geoid, ellipsoid, dll7. • Pembahasan 2

Dalam penulisan tugas akhir ini lokasi yang dipakai adalah jalan Sampang – Pamekasan dengan (Sta.84+000 – 97+000) dan juga menggunakan jenis perkerasan yang berbeda yaitu

jika perlu gunakan 10 tablet yang lain dan tidak satu tablet yang bobotnya menyimpang lebih besar dari bobot rata-rata yang ditetapkan dalam kolom A maupu n kolom B (Dirjen

Penelitian ini menunjukkan bahwa perbandingan hasil prediksi curah hujan dengan menggunakan Algoritma Levenberg Marquardt menghasilkan prediksi yang lebih baik

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 ay at (1), yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan