• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan

1. Peran Pokdarwis Pancoh Dalam Meningkatkan Partisipasi

Latar belakang diresmikannya Desa Pancoh menjadi Desa Wisata dikarenakan dulu pada tahun 2010 setelah terjadi bencana erupsi Merapi banyak lembaga-lembaga yang menjadi relawan untuk melakukan pendampingan terhadap warga lereng Merapi, termasuk LSM yang melakukan pendampingan di Desa Pancoh. Setelah dilakukannya pendampingan dan warga Pancoh mulai menata kembali desanya, salah satu dari lembaga yang mendampingi warga Pancoh melihat potensi alam yang dimiliki Desa Pancoh untuk dijadikan sebagai obyek wisata, setelah dilakukannya beberapa kali investigasi ternyata benar bahwa Desa Pancoh memiliki potensi alam untuk dijadikan sebagai obyek wisata.

Beberapa potensi alam yang dimiliki Desa Pancoh yang menjadi alasan Desa Pancoh untuk dijadikan sebagai Desa Wisata diantaranya yaitu kondisi alam desa yang masih sejuk dan asri dengan pemandangan Gunung Merapi sebagai latarnya, Kebun Salak, Persawahan Warga, Kandang Komunal (biogas), Kolam Ikan, Kebun Bunga, ada juga wisata budaya seperti Laras Madyo, Karawitan, Bungbeh (dolanan anak), bangunan bersejarah peninggalan Belanda yaitu Gedong Londo, ada Waduk (embung) dan juga Sungai. Selain itu ada juga kerajinan tangan seperti Anyaman Bambu, Membatik, Caping Art dan kerajinan lain dari barang bekas, dari semua potensi yang ada tersebut bisa digunakan sebagai obyek wisata edukasi.

82

Beberapa potensi alam yang dimiliki Desa Wisata Pancoh merupakan potensi alam asli atau tidak dibuat untuk kepentingan wisata, dengan adanya beberapa potensi alam tersebut Desa Pancoh dikukuhkan menjadi Desa Ekowisata.

Setelah diresmikannya Desa Pancoh menjadi Desa Wisata pada tanggal 14 Februari 2012, pada tahun 2013 Desa Wisata Pancoh sempat vacum tidak ada kegiatan wisata maupun kunjungan tamu, hal itu seperti yang dikatakan ibu “SD” selaku salah satu anggota Pengelola Desa Wisata Pancoh:

“iya vacum hampir satu tahun, benar-benar gak ada kegiatan dan gak ada tamu”.

Ada beberapa hal yang menyebabkan Desa Wisata Pancoh vacum pada tahun 2013, salah satunya karena belum siapnya masyarakat Pancoh berpindah dari masyarakat petani menjadi masyarakat wisata, karena pada saat itu setelah dikukuhkannya Desa Pancoh menjadi Desa Wisata belum banyak dilakukannya pelatihan-pelatihan mengenai pengembangan wisata. Hal itu seperti yang dikatakan oleh ibu “SY” selaku salah satu anggota Pengelola Desa Wisata Pancoh :

“karena dulu kita belum tahu teknik pemasarannya, cara mengelola obyek kan kita gak tahu, karena yang mendampingi kita itu langsung pergi, karena kita kan petani langsung ke wisata kan kita gak ngerti, cara mandu gimana kan kita gak tahu”.

Hal tersebut juga diperkuat pendapat dari ibu “SD” selaku salah satu anggota Pengelola Desa Wisata :

“... dulu yang namanya LPTP itu setelah pekerjaannya selesai mereka langsung pergi, jadi kita itu kaya anak merangkak jadi mau berdiripun kita juga pelan-pelan, sebenernya apa yang mau kita

83

kerjakan, yang mau kita jual, seperti apa sih kita cara menjualnya itu kita masih dalam angan-angan itu mbak ... “.

Dengan adanya hal tersebut, beberapa warga masyarakat Pancoh yang menjadi pelopor dalam pengembangan Desa Wisata merasa prihatin dengan kondisi Desa Pancoh pada saat itu, mereka juga mulai berpikir bagaimana caranya untuk mengembangkan atau menghidupkan kembali Desa Wisata Pancoh agar menjadi Desa Wisata yang berkembang dan dikenal masyarakat luas. Seperti yang dikatakan oleh ibu “SD” :

“... Mbak Menuk itu sama saya dulunya itu ikut dipertemuan Forkop Kabupaten, terus dari sana kita dapat informasi-informasi yang seperti ini terus kita kembangkan lagi pelan-pelan, karena dalam kevacuman itupun kita juga berpikir bagaimana kita menyadarkan masyarakat ...”.

Akhirnya pelan-pelan sedikit demi sedikit Desa Wisata Pancoh mulai berkembang dan hidup kembali, mulai ada kunjungan tamu dari berbagai kalangan, akan tetapi pada saat itu tamu paling banyak datang dari kalangan akademisi. Seperti yang dikatakan “KN” selaku salah satu Pengurus Pokdarwis Pancoh :

“... nah seiring berjalannya waktu kita ada tamu paling banyak kan dari mahasiswa dikalangan akademisi nah itu dari situ semakin banyak jadi tamu kita itu paling banyak akademisi yang penelitian dari situ lebih berkembang, terus ke anak-anak sekolah pokoknya paling banyak akademisi lah ...“.

Seiring berjalannya waktu, kemudian Desa Wisata Pancoh mulai berkembang dan tertata. Sebagai salah satu syarat untuk pengembangan Desa Wisata, dan merupakan kebijakan dari Dinas Pariwisata setempat

84

bahwa sebuah Desa Wisata harus mempunyai Pokdarwis (Kelompok Sadar Wisata), akhirnya pada tahun 2015 dibentuklah Pokdarwis Pancoh.

Pokdarwis merupakan suatu kelompok sadar wisata yang dibentuk oleh masyarakat setempat dimana anggotanya terdiri dari warga yang memiliki kesadaran akan potensi Desa dan memiliki keinginan untuk memajukan Desa Wisata tersebut. Pokdarwis Pancoh diresmikan pada tanggal 1 Oktober 2015 dengan nomor SK 17/KPTS.KD/GK/IX/2015 atas dasar beberapa kebijakan dari Pemerintah, sedangkan Desa Wisata Pancoh dikukuhkan sudah sejak tahun 2012 tepatnya pada tanggal 14 Februari 2012, itu artinya setelah dikukuhkannya Desa Pancoh menjadi Desa Wisata, Desa Wisata tersebut belum memiliki sebuah kelompok sadar wisata atau yang sering disebut dengan Pokdarwis, hal itu seperti yang dikatakan oleh bapak “NT” selaku ketua Pokdarwis Pancoh :

“baru sekitar tahun 2015 mbak, karena awal kita punya Desa Ekowisata kita belum punya Pokdarwis jadi kita belum lama, kan terus ada beberapa temen kita yang sering mengikuti pertemuan keluar terus tahu kalo harus membentuk Pokdarwis ...”

Hal ini juga diperkuat oleh perkataan bapak “NJ” selaku ketua Pengelola Desa Wisata Pancoh :

“dulu kan saya rapat-rapat di Dinas Pariwisata terus kalo Desa mau dikukuhkan jadi Desa Wisata itu harus ada Pokdarwisnya dulu dan pengelolaannya tersendiri gak bisa gabung, strukturnya kan seperti itu, dulu cuma ada ketua Desa Wisata gitu tok, suruh bentuk Pokdarwis dulu akhirnya kita membentuk Pokdarwis karena kalo kita mau mengajukan apa-apa gak bisa di acc tanpa adanya Pokdarwis ...”.

85

Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa Pokdarwis Pancoh dibentuk pada tahun 2015 atas dasar beberapa kebijakan dari Pemerintah dan merupakan syarat apabila akan mengajukan proposal dana.

Sebelum Pokdarwis Pancoh dibentuk, sudah ada tim Pengelola Desa Wisata yang menjadi pelopor dalam pengembangan Desa Wisata Pancoh, terutama pada tahun 2013 saat Desa Wisata Pancoh vacum, yang menjadi tim penggerak atau yang memotivasi masyarakat untuk mengembangkan kembali Desa Wisata Pancoh adalah tim Pengelola Desa Wisata. Seperti yang dikatakan oleh ibu “SD” selaku salah satu anggota Pengelola Desa Wisata Pancoh :

“... dulu yang mengelola juga cuma Pengelola, ada saya Mb Menuk sama Pak Ngatijan ...“.

Hal ini juga diperkuat dari pendapat salah satu anggota Pokdarwis Pancoh yaitu ibu “WT” :

“kan kalo Pokdarwis dulu belum ada, kalo dulu itu masih Pengelola”. Setelah Pokdarwis Pancoh dibentuk pada tahun 2015, kemudian tim Pengelola Desa Wisata Pancoh bergabung dengan kepengurusan Pokdarwis, strukturnya Pengelola Desa Wisata berada dibawah Pokdarwis Pancoh. Akan tetapi dalam teknis pelaksanaannya antara Pokdarwis dan Pengelola memiliki pembagian kerja masing-masing, Pokdarwis lebih ke penataan Desa Wisata dan penyadaran masyarakat, seperti menyiapkan segala sesuatunya apabila ada permintaan dari tamu, sedangkan Pengelola lebih ke pemasaran Desa Wisata, walaupun kenyataan dilapangan terkadang antara

86

Pokdarwis dan Pengelola Desa Wisata saling membantu. Hal tersebut seperti yang dikatakan bapak “NJ” selaku ketua Pengelola Desa Wisata :

“... misal ada tamu minta ini-ini ya Pokdarwis yang bergerak, ada seksi outbond, biasanya kalo itu kita langsung share ke group, misal ada tamu minta ini-ini jadi tiap pos udah siap tinggal nanti tamu datang jam berapa kita briefing dulu, kita udah ada pembagian jobdesk nya ...“.

Hal itu juga diperkuat pendapat dari ibu “SY” selaku salah satu anggota Pengelola Desa Wisata :

“... nanti yang menyiapkan potensi, mempercantik potensi, kebersihan lingkungan, yang mempersiapkan kalo mau ada tamu itu kan Pokdarwis, sementara kalo Pengelola itu kan cuma menjual saja, udah ada jobdesk nya masing-masing ...“.

Salah satu anggota Pokdarwis Pancoh juga berpendapat sama yaitu bapak “HS” :

“kalo setau saya gini mbak ada Pengelola wisata, ada Pokdarwis, Pokdarwis itu hanya membuat bagaimana kampung kita ini laku dijual hanya itu, jadi yang belum baik kita perbaiki, yang belum bersih kita bersihkan katakanlah seperti itu, itu tugas dari Pokdarwis, kalo masalah penjualan itu sudah ada Pengelola nya sendiri mbak ...”. Ada beberapa keuntungan yang dirasakan oleh anggota tim Pengelola Desa Wisata dengan dibentuknya Pokdarwis, diantaranya, personil dalam mengembangkan Desa Wisata menjadi bertambah dan pembagian jobdesk pengembangan Desa Wisata semakin tertata. Hal ini seperti yang dikatakan bapak “NJ” selaku ketua Pengelola Desa Wisata :

“semakin maju karena dia kan mendukung segala kegiatan kami kan di back up oleh Pokdarwis, istilahnya kita semakin banyak tenaga lah untuk support dan lebih tertata, kalo dulu kan ketua yang turun tapi kalo sekarang ada Pokdarwis ya kita tinggal menyerahkan ke Pokdarwis ...“.

87

Hal tersebut juga diperkuat pendapat dari ibu “SY” selaku salah satu anggota Pengelola Desa Wisata :

“ya ini mbak kita bisa terbantulah karena dulu kan kita cuma beberapa orang saja, kemudian ada Pokdarwis itu kan kita jadi sangat terbantu, karena itu memang juga tuntutan dari Dinas, kalo Desa Wisata itu kan harus ada Pokdarwis ...”.

Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan Pokdarwis Pancoh bersama masyarakat diantaranya ada kegiatan rutin bersih-bersih dusun, obyek wisata dan makam setiap satu minggu sekali, untuk kegiatan yang dilaksanakan Pokdarwis bersama Pengelola Desa Wisata ada rapat evaluasi rutin setiap dua bulan sekali, sedangkan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan obyek wisata biasanya dilaksanakan apabila ada permintaan dari tamu, misalkan kegiatan kesenian budaya dan kerajinan, untuk kegiatan kesenian budaya dan kerajinan sebelum Desa Pancoh diresmikan menjadi Desa Wisata memang sebelumnya kegiatan tersebut sudah ada sehingga ketika ada permintaan dari tamu masyarakat Pancoh tidak terlalu banyak mempersiapkan kegiatan tersebut. Seperti yang dikatakan bapak “NJ” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“kerja bakti dilingkungan obyek, terus gotong royong menambah obyek potensi itu kegiatannya Pokdarwis terus kalo ada tamu yang menghendaki apa yang menyiapkan Pokdarwis seperti tamu yang menghendaki kebun salak ya yang menyarikan Pokdarwis yang menyiapkan lahannya, kalo keseniannya ada Karawitan, Larasmadyo, Tari Klasik, Bungbeh ...”.

Pendapat lain dari ibu “SY” selaku anggota Pokdarwis Pancoh

“kalo kegiatan itu bersama masyarakat biasanya kalo mau ada tamu itu memang yang kita jual kegiatan yang ada ditempat kita, misalnya

88

kaya dikebun itu sudah kegiatan kita itu yang kita jual, terus tangkap ikan kita juga ada budidaya ikan, anyaman bambu itu kita ada, jadi yang kita jual itu sebenernya juga gak dibikin-bikin gito lo mbak emang itu kegiatan yang ada disini, makanya kadang orang bilang Pancoh itu yang mau dijual apanya, ya itu kegiatannya yang kita jual, bajak sawah, tanam padi”.

Salah satu masyarakat Pancoh juga berpendapat sama yaitu ibu “WH” : “... terus semiggu sekali itu bersih-bersih jalan terus minggu depannya bersih-bersih kuburan kalo ibu-ibunya kaya gitu ...”.

Peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata dapat dilihat dari bagaimana cara Pokdarwis Pancoh mengajak dan menyadarkan masyarakat Pancoh untuk turut serta dalam mengembangkan Desa Wisata. Hal itu dilakukan Pokdarwis Pancoh dengan beberapa cara, salah satunya yaitu dengan mengajak secara pelan-pelan, ketika masyarakat Pancoh belum mau ikut terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata, anggota Pokdarwispun tidak memaksakan hal tersebut, karena memang masyarakat Pancoh sebelumnya adalah masyarakat petani yang mau dirubah menjadi masyarakat wisata itu butuh proses yang lama, dan untuk merubah mindset masyarakat dari petani ke wisata juga tidak mudah, butuh proses yang lama dan bukti secara nyata apakah benar bahwa Desa Wisata Pancoh itu memang perlu dikembangkan dan benar bahwa kedepannya ada prospek bagus didalamnya, menurut mereka masyarakat itu butuh bukti bukan hanya sebuah teori. Hal itu seperti yang dikatakan oleh ibu “SY” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“... karena merubah mindset itu kan lama, masyarakat dari dulu petani dirubah ke wisata itu gak bisa, makanya kegiatan mereka

89

sebagai petani kita jadikan obyek wisata saja, mereka kan petani salak otomatis untuk memandu salak dikebun kan mereka udah tau cara-caranya cuma mungkin teknisnya seperti ini kita, harus pake sepatu, sarung tangan, harus lengan panjang, topi, itukan kita yang mengarahkan, SOP nya, cara mandu seperti ini, gak boleh merokok, gak boleh ngomong latah, dll ...”.

Dari hasil wawancara dengan beberapa anggota Pokdarwis Pancoh, dapat dilihat peran dari Pokdarwis Pancoh dalam mengajak masyarakat untuk turut serta dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh, peran dari Pokdarwis Pancoh tersebut diantaranya :

a. Peran Pokdarwis Pancoh Sebagai Motivator

Peran Pokdarwis sangatlah penting dalam pengembangan Desa Wisata, karena Pokdarwis merupakan aktor utama yang dapat menentukan arah perkembangan sebuah Desa Wisata. Sama halnya dengan Pokdarwis Pancoh yang menjadi pelaku utama dalam pengembangan Desa Wisata Pancoh terutama dalam hal penyadaran masyarakat Pancoh akan pentingnya partisipasi mereka dalam pengembangan Desa Wisata Pancoh. Selain Pokdarwis Pancoh, peran serta dari masyarakat Pancoh juga sangat penting, karena masyarakat Pancoh merupakan salah satu subyek yang mengetahui kondisi dan keadaan yang sebenarnya Desa Wisata Pancoh. Akan tetapi, setelah Desa Pancoh diresmikan menjadi Desa Wisata, masyarakat Pancoh belum sepenuhnya ikut berpartisipasi dalam pengembangan Desa Wisata. Oleh karena itu, untuk mengajak dan menyadarkan masyarakat Pancoh akan pentingnya pengembangan Desa Wisata tersebut, butuh peran dari aktivis masyarakat seperti halnya Pokdarwis Pancoh. Setelah dibentuk pada tahun

90

2012, ada beberapa peran yang dilakukan oleh Pokdarwis Pancoh, salah satunya yaitu peran Pokdarwis Pancoh sebagai motivator. Motivasi tersebut diantaranya :

1) Motivasi Ekonomi

Strategi yang dilakukan Pokdarwis Pancoh dalam mengajak atau memotivasi masyarakat yaitu yang pertama dengan mengatakan kepada masyarakat apabila mereka mau terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata maka akan ada imbalannya berupa uang, strategi tersebut diantaranya :

a) Mengajak masyarakat agar menyediakan satu sampai dua kamar dari rumahnya untuk dijadikan sebagai homestay

Strategi pertama yang dilakukan anggota Pokdarwis Pancoh yaitu dengan mengajak masyarakat agar menyediakan satu sampai dua kamar dari rumahnya untuk dijadikan homestay. Masyarakat yang mau menyediakan kamar untuk dijadikan homestay akan mendapatkan imbalan uang dengan perhitungan Rp.20.000 per malam per satu wisatawan, biasanya satu rumah akan ditempati maksimal 4 orang setiap harinya tergantung dari pembagian homestay dan jumlah wisatawan yang akan menginap di Desa Wisata Pancoh, tarif untuk wisatawan yang akan menginap di Desa Wisata Pancoh per malamnya sebesar Rp.30.000 dengan pembagian Rp.20.000 masuk ke homestay dan Rp.10.000 masuk ke kas Pokdarwis, Rp.30.000 tersebut belum termasuk makan, dan biasanya ketika wisatawan meninggalkan Desa Wisata Pancoh, sebagian

91

besar dari mereka akan memberikan oleh-oleh untuk warga yang sudah menyediakan rumahnya untuk homestay, hal tersebut menjadi keuntungan tersendiri bagi warga Pancoh. Seperti yang dikatakan oleh ibu “SD” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“gini kita menyadarkan masyarakat secara pelan-pelan, dulu yang disamping rumah ini kan dulu belum dijadikan homestay karena belum ada kamar, dia berpikirnya gini juga oh yang kerja yang dapat ya itu-itu aja, sebenernya enggak, yang kerja itu justru kalo untuk Pengelola kadang gak dapet duit, kalo anda memang mau mendapatkan hasil dari ini rumahnya dibenahi, kamar mandi sudah punya, buat kamar satu, terus akhirnya pelan-pelan dia liat tempat saya oh ternyata kalo dijadikan homestay itu ya kamar yang kemaren gak dapat duit paling enggak semalem Rp.20.000 kan rumayan, akhirnya mereka sadar sendiri ...”.

b) Mengajak masyarakat untuk mengembangkan Desa Wisata dengan mengatakan bahwa hasil dari berkembangnya Desa Wisata dapat dijadikan aset yang berharga bagi anak cucu kelak

Ketika sebuah Desa Wisata dapat berkembang dengan baik, maka Desa Wisata tersebut akan menjadi aset yang berharga bagi anak cucu kelak. Strategi ini dilakukan oleh anggota Pokdarwis Pancoh dalam mengajak dan meningkatkan motivasi masyarakat untuk turut serta mengembangkan Desa Wisata Pancoh. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh ibu “SD” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“... kita pelan-pelan mengajak, saya itu bilang mbok ayo ekowisatanya didukung kan hasilnya juga akhirnya buat kita sendiri, kalo kita sekarang belum merasakan 100% anak cucu kita besok kan buat tinggalan mereka juga ...”.

c) Mengajak masyarakat untuk mengembangkan Desa Wisata dengan mengatakan kepada masyarakat apabila nantinya Desa Wisata Pancoh

92

berkembang maka masyarakat dapat menjual buah salak kepada wisatawan dengan harga yang lebih tinggi

Ketika Desa Wisata Pancoh dapat berkembang dengan baik, maka secara tidak langsung tamu kunjungan pun semakin meningkat, hal itu tentu akan berdampak pada peningkatan perekonomian masyarakat Pancoh. Sebagai contoh, masyarakat biasanya menjual buah salak dengan harga Rp.4.000 per kg tetapi dengan adanya wisatawan yang datang ke Desa Wisata Pancoh masyarakat dapat menjual buah salak dengan harga Rp.5.000 per kg nya. Hal tersebut seperti yang dikatakan bapak “NJ” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“... terus salaknya juga yang biasanya laku Rp.4.000 jadi bisa laku Rp.5.000 ...”.

d) Membelajarkan masyarakat dengan menanamkan prinsip siapa yang bekerja dan mau terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh maka akan mendapatkan upah, begitupun sebaliknya

Pengembangan Desa Wisata Pancoh bertujuan untuk memberdayakan masyarakat Pancoh. Harapannya, pengembangan Desa Wisata Pancoh dapat melibatkan seluruh lapisan masyarakat Pancoh, akan tetapi masih ada beberapa masyarakat Pancoh yang belum mau terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata dengan berbagai alasannya. Oleh karena itu, strategi anggota Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi kerja masyarakat yaitu dengan mengatakan bahwa yang akan mendapatkan upah dari hasil pengembangaan Desa Wisata hanyalah orang-orang yang mau terlibat didalamnya, apabila masyarakat belum

93

mau terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata, maka mereka hanya akan menjadi penonton pasif saja, dengan begitu harapannya masyarakat Pancoh akan tergerak untuk ikut dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh. Seperti yang dikatakan oleh bapak “HS” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“... ini ya kita pembagian hasilnya juga udah bisa dirasakan bersama tapi ya gak merata, maksud saya ya ada yang banyak ada yang dikit karena kita profesional kita harus menggaji orang yang mau bekerja, kita harus profesional kita harus mendidik warga seperti itu mbak, kalo kita cuma duduk-duduk digaji ya mendingan kita duduk aja mbak”.

2) Motivasi Berprestasi

Strategi kedua yang dilakukan Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh yaitu salah satunya dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki warga Pancoh sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh dan memberikan dorongan prestasi agar masyarakat mau terlibat dalam mengembangkan Desa Wisata, strategi tersebut diantaranya :

a) Mengajak masyarakat yang memiliki potensi dalam membuat kerajinan tangan untuk dijadikan sebagai obyek wisata edukasi

Salah satu obyek wisata yang ada di Desa Wisata Pancoh adalah obyek wisata edukasi dengan memanfaatkan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat Pancoh, obyek wisata edukasi ini merupakan obyek pembelajaran tentang bagaimana cara membuat kerajinan tangan. Strategi yang dilakukan anggota Pokdarwis Pancoh dalam mengembangkan potensi wisata yang ada dengan adanya potensi yang

94

dimiliki warga Pancoh ini yaitu dengan mengajak dan memotivasi masyarakat Pancoh yang memiliki potensi dalam membuat kerajinan tangan untuk turut serta dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh. Hal tersebut seperti yang dikatakan oleh ibu “SD” selaku anggota Pokdarwis Pancoh :

“... terus yang didepan rumah ini dulu juga kekeh orangnya tapi yang perempuannya kita ajak, dia kan pinter anyaman bambu terus ada tamu suruhlah dia buat anyaman, belajar anyaman terus akhirnya dapet honor juga la akhirnya secara pelan-pelan mereka kan sadar sendiri ...”.

b) Mengajak ibu-ibu PKK dan masyarakat lainnya yang memiliki potensi dalam bidang kuliner untuk bergabung dengan seksi kuliner

Ketika Desa Wisata Pancoh berkembang dan kunjungan wisatawan semakin meningkat, kebutuhan akan kuliner juga akan meningkat, sehingga keadaan tersebut dimanfaatkan oleh anggota Pokdarwis Pancoh dalam mengajak dan memotivasi masyarakat untuk bergabung diseksi kuliner, warga yang memiliki potensi dibidang kuliner dan warga yang belum ahli dibidang kuliner sama-sama diajak untuk turut serta bergabung diseksi kuliner, sehingga terjadi proses belajar antara warga yang memiliki potensi dan warga yang belum begitu ahli dibidang kuliner. Seperti yang dikatakan ibu “SD” selaku anggota Pokdarwis

Dokumen terkait