• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN POKDARWIS PANCOH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI UPAYAPENGEMBANGAN DESA WISATA PANCOH, TURI, SLEMAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERAN POKDARWIS PANCOH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI UPAYAPENGEMBANGAN DESA WISATA PANCOH, TURI, SLEMAN."

Copied!
260
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERAN POKDARWIS PANCOH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN DESA WISATA PANCOH, TURI, SLEMAN

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan

Oleh : Jamilatun Haniáh NIM 13102241050

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

(2)

ii

PERAN POKDARWIS PANCOH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN DESA WISATA PANCOH, TURI, SLEMAN

Oleh : Jamilatun Hani‟ah NIM 13102241050

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan : (1) Peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata (2) Faktor penghambat dan faktor pendukung Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Setting penelitian yaitu peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh. Informan dalam penelitian ini adalah pengurus Pokdarwis, anggota Pokdarwis, masyarakat dan tokoh masyarakat Pancoh. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian dibantu dengan pedoman observasi, wawancara, dan dokumentasi. Pengumpulan data menggunakan teknik observasi, dokumentasi, dan wawancara. Teknik analisis data yang digunakan yaitu reduksi, display data, dan penarikan kesimpulan. Triangulasi sumber, teknik dan waktu dilakukan untuk menjelaskan keabsahan data dengan berbagai narasumber, berbagai tekhnik dan waktu yang berbeda dalam mencari informasi yang dibutuhkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Peran yang dilakukan Pokdarwis Pancoh meliputi, peran sebagai motivator yang meliputi motivasi ekonomi, motivasi berprestasi, dan motivasi sosial, peran sebagai fasilitator, dan peran sebagai komunikator (2) Faktor penghambat meliputi tingkat kehadiran masyarakat kurang dalam kegiatan kepemanduan, rendahnya partisipasi masyarakat, perbedaan persepsi masyarakat, kurangnya pendampingan dari pemerintah, kurangnya kegiatan pelatihan, kurangnya kepercayaan diri dari masyarakat. Faktor pendukung meliputi antusias masyarakat, potensi alam dan aktifitas masyarakat yang menjadi obyek wisata, kesenian budaya yang beragam, potensi masyarakat, dukungan dari tokoh masyarakat, dampak positif dari perkembangan Desa Wisata, kesabaran dari anggota Pokdarwis Pancoh itu sendiri. Penelitian ini menunjukkan keberhasilan pemerintah dalam membentuk sebuah kelompok sadar wisata yang bertujuan untuk menyadarkan masyarakat akan dunia wisata dan kepedulian terhadap lingkungan. Pokdarwis Pancoh berhasil membuktikan perannya dalam merubah mindset masyarakat Pancoh dari masyarakat petani menjadi masyarakat wisata.

(3)

iii

ROLE POKDARWIS PANCOH IN IMPROVING COMMUNITY PARTICIPATION AS TOURISM VILLAGE DEVELOPMENT

PANCOH, TURI, SLEMAN By :

Jamilatun Haniáh NIM 13102241050

ABSTRACT

This research aims to describe : (1) Role Pokdarwis Pancoh in improving community participation as tourism village development (2) inhibiting factors and supporting factors Pokdarwis Pancoh in improving community participation as tourism village development.

This research is a descriptive research with qualitative approach. The research setting is the role of Pokdarwis Pancoh in inviting and improving community participation in developing Pancoh Tourism Village. Informants in this research are Pokdarwis board members. Pokdarwis members, community and community leaders Pancoh. Researchers are the main instruments in conducting research assisted by guidelines for observation, interviews, and documentation. Data collection using observation techniques, documentation, and interviews. Data analysis techniques used are reduction, data display, and conclusion. Triangulation of resources, techniques and time is done to explain the validity of data with various sources, different techniques and time in searching for the information needed.

The result of this research indicate that : (1) The role of Pokdarwis Pancoh includes the role of Pokdarwis Pancoh as a motivator that includes economic motivation, achievement motivation, and social motivation, the role of Pokdarwis Pancoh as a facilitator, and the role of Pokdarwis Pancoh communicator (2) inhibiting factors include the level of community attendance is lacking in the activities of the guidance, low community participation, differents perceptions of society, lack of mentoring from the government, lack of training activities, lack of confidence from the community. Supporting factors include community enthusiasm, natural potentials and activities of the people who become the object of tourism, diverse cultural arts, community potential, support from community leaders, the positive impact of the development of Tourism Village, patience of the members of Pokdarwis it self. This research shows the success of the government in forming a tourism conscious group that aims to awaken the public to the world of tourism and environmental awareness. Pokdarwis Pancoh succeeded in proving his role in changing the mindset of the Pancoh community from the peasant community to the tourism community.

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Jamilatun Haniáh

NIM : 13102241050

Program Studi : Pendidikan Luar Sekolah

Judul TAS : Peran Pokdarwis Pancoh dalam Meningkatkan Partisipasi

(5)

v

LEMBAR PERSETUJUAN Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PERAN POKDARWIS PANCOH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN DESA WISATA PANCOH, TURI, SLEMAN

(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi

PERAN POKDARWIS PANCOH DALAM MENINGKATKAN PARTISIPASI MASYARAKAT SEBAGAI UPAYA

PENGEMBANGAN DESA WISATA PANCOH, TURI, SLEMAN

(7)

vii

PERSEMBAHAN Atas karunia Allah SWT

Karya ini akan saya persembahkan untuk :

1. Bapak dan Ibu tercinta yang telah mencurahkan segenap kasih dan sayangnya serta doá yang tidak pernah lupa mereka sisipkan, sehingga penulis berhasil menyusun karya ini. Terimakasih atas semua pengorbanan yang telah diberikan.

2. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu besar.

(8)

viii MOTTO

Hidup adalah proses belajar terus menerus (penulis)

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “Peran Pokdarwis Pancoh dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya Pengembangan Desa Wisata Pancoh, Turi, Sleman” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Ibu Serafin Wisni Septiarti, M.Si selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Skripsi yang telah banyak memberikan semangat, dorongan dan bimbingan selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

2. Bapak Joko Sri Sukardi, M.Si dan Bapak Aloysius Setyo Rohadi, M.Kes selaku Penguji Utama dan Sekretaris Penguji yang sudah memberikan koreksi perbaikan secara komprehensif terhadap Tugas Akhir Skripsi ini. 3. Bapak Lutfi Wibawa, M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya Tugas Akhir Skripsi ini.

(10)

x

5. Bapak Camat Turi, Kepala Desa Girikerto, Bapak Kepala Dusun Pancoh, Bapak Ngatijan dan Bapak Noto Wiyono selaku Ketua Pengelola dan Pokdarwis Pancoh yang telah memberikan bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

6. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan disini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.

Akhirnya, semoga segala bantuan yang telah diberikan semmua pihak diatas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT, dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.

Yogyakarta, Juli 2017 Penulis,

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN PERSETUJUAN ... v

HALAMAN PENGESAHAN ... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vii

MOTTO ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Batasan Masalah ... 7

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 10

1. Tinjauan Peran Kelompok ... 10

a. Pengertian Peran ... 10

b. Pengertian Kelompok ... 10

c. Timbulnya Kelompok ... 11

d. Ciri-ciri Kelompok ... 13

e. Kekompakan Kelompok ... 16

2. Tinjauan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ... 17

a. Pengertian Pokdarwis ... 17

b. Maksud Pembentukan Pokdarwis ... 18

c. Tujuan Pembentukan Pokdarwis ... 18

d. Fungsi dan Kedudukan Pokdarwis ... 19

e. Keanggotaan Pokdarwis ... 20

f. Pokdarwis Sebagai Aktivis Pengembangan Masyarakat ... 20

3. Tinjauan Partisipasi ... 22

a. Pengertian Partisipasi ... 22

b. Bentuk-bentuk Partisipasi ... 22

c. Macam-macam Partisipasi ... 23

d. Faktor-faktor Partisipasi ... 24

(12)

xii

4. Tinjauan Motivasi Masyarakat ... 27

a. Pengertian Motivasi ... 27

b. Teori Hierarki Menurut Abraham Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory) ... 28

c. Teori Motivasi Dua Faktor (Herzberg’s Two Factors Motivation Theory) ... 31

d. Teori Prestasi Mc. Clelland (Mc. Clelland Achievement Motivation Theory) ... 32

e. Alderfer‟s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory ... 34

f. Penggolongan Motivasi Manusia ... 35

g. Cara Mengukur Motivasi ... 37

h. Pengertian Masyarakat ... 38

5. Tinjauan Pengembangan Desa Wisata ... 40

a. Pengertian Desa Wisata ... 40

b. Tingkat Perkembangan Desa Wisata ... 40

c. Kebijakan Pengembangan Desa Wisata ... 41

B. Penelitian Yang Relevan ... 42

C. Pertanyaan Penelitian ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 45

B. Setting Penelitian ... 47

C. Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian ... 48

D. Teknik Pengumpulan Data ... 50

E. Instrumen Penelitian ... 56

F. Teknik Analisis Data ... 57

G. Keabsahan Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 64

1. Deskripsi Umum Desa Wisata Pancoh ... 64

a. Letak Demografis dan Geografis Dusun Pancoh ... 64

b. Jumlah Penduduk Dusun Pancoh ... 67

c. Profil Desa Wisata Pancoh ... 68

d. Potensi Wisata Desa Pancoh ... 69

e. Deskripsi Masyarakat Pancoh ... 72

2. Gambaran Umum Pokdarwis Pancoh ... 75

a. Sejarah Berdirinya Pokdarwis Pancoh ... 75

b. Deskripsi Anggota Pokdarwis Pancoh ... 78

c. Struktur Organisasi Pengelola dan Pokdarwis Pancoh ... 80

B. Hasil Penelitian dan Pembahasan... 81

1. Peran Pokdarwis Pancoh Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya Pengembangan Desa Wisata Pancoh ... 81

(13)

xiii

b. Peran Pokdarwis Sebagai Fasilitator ... 109

c. Peran Pokdarwis Sebagai Komunikator ... 113

2. Tanggapan Masyarakat Pancoh Mengenai Pengembangan Desa Wisata Pancoh ... 114

3. Keuntungan Terlibat dalam Pengembangan Desa Wisata Bagi Masyrakat Pancoh ... 116

4. Motivasi Masyarakat Pancoh dalam Mengembangkan Desa Wisata ... 122

5. Faktor Penghambat dan Faktor Pendukung Pokdarwis Pancoh Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat ... 129

a. Faktor penghambat Pokdarwis Pancoh Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat... 129

b. Faktor pendukung Pokdarwis Pancoh Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat... 135

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 141

B. Saran ... 142

DAFTAR PUSTAKA ... 143

(14)

xiv

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Profil Subyek Penelitian ... 50

Tabel 2. Teknik Pengumpulan Data ... 55

Tabel 3. Pemanfaatan lahan di Dusun Pancoh ... 65

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 67

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 67

(15)

xv

DAFTAR GAMBAR

Hal Gambar 1. Peta Dusun Pancoh ... 66 Gambar 2. Peta Potensi Ekowisata Pancoh ... 72 Gambar 3. Aktivitas warga dusun Pancoh dalam menyiapkan

kuliner ... 95 Gambar 4. Aktivitas beberapa masyarakat Pancoh pada saat memandu

Wisata ... 96 Gambar 5. Aktivitas masyarakat Pancoh pada saat mengikuti pelatihan ... 98 Gambar 6. Salah satu aktivitas pemuda karangtaruna pada saat mengikuti

kegiatan kerja bakti ... 101 Gambar 7. Aktivitas beberapa masyarakat Pancoh pada saat kegiatan kerja

Bakti ... 102 Gambar 8. Salah satu rumah warga yang dijadikan sebagai homestay ... 108 Gambar 9. Tempat yang digunakan untuk kegiatan pelatihan pembuatan

kerajinan tangan ... 110 Gambar 10. Salah satu tempat yang digunakan untuk kegiatan latihan,

(16)

xvi

DAFTAR BAGAN

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1. Pedoman Penelitian ... 146

Lampiran 2. Catatan Lapangan ... 162

Lampiran 3. Reduksi, Display, dan Kesimpulan ... 189

Lampiran 4. Dokumentasi ... 238

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya raya, baik kaya akan wisata alamnya, sumber daya alamnya, keseniannya, maupun budayanya. Wisata alam yang ada di Indonesia sangatlah beragam, mulai dari wisata pantai, pegunungan, air terjun, danau dan sungai. Keindahan alam Indonesia berhasil menarik perhatian dunia, hal itu dapat ditandai dengan semakin meningkatnya wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia untuk menikmati potensi wisata dan keindahan alam yang ada. Menurut data dari Kementrian Pariwisata (kemenpar) bulan September tahun 2016 menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sejumlah 1.006.653 juta jiwa, meningkat dibandingkan jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada tahun 2015 yang berjumlah 920.128 jiwa. Hal tersebut menunjukkan semakin meningkatnya kepercayaan wisatawan mancanegara dengan potensi wisata yang ada di Indonesia.

(19)

2

menjadi andalan utama bagi negara dalam menghasilkan devisa negara. Oleh karena itu, pengembangan dalam bidang wisata terus dilakukan. Sebagaimana dimuat dalam UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan maupun PP 50/2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional, maka pengembangan kepariwisataan ditopang oleh empat pilar yaitu: Pengembangan Destinasi Pariwisata, Industri Pariwisata, Pemasaran Pariwisata dan Kelembagaan Kepariwisataan. Pengembangan pariwisata terus dilakukan untuk menarik datangnya wisatawan baik domestik maupun mancanegara.

Pengembangan pariwisata melibatkan semua lapisan masyarakat, mulai dari kalangan atas sampai masyarakat lapisan bawah, baik pemerintah, swasta maupun masyarakat biasa. Semua lapisan masyarakat tersebut diharapkan dapat ikut terlibat dan membantu dalam usaha pengembangan wisata. Masyarakat akan terdorong dan termotivasi untuk membantu apabila mereka mengetahui alasan mengapa mereka harus membantu dan keuntungan apa yang akan mereka dapatkan. Masyarakat akan terdorong untuk membantu dan terlibat dalam pengembangan pariwisata apabila masyarakat menyadari adanya dampak positif dengan pengembangan obyek wisata yang ada didaerahnya.

(20)

3

(Soetomo, 2006:7-8). Dengan adanya masyarakat sebagai subyek atau pelaku, maka secara tidak langsung masyarakat akan ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan pengembangan desa tersebut. Dalam jangka panjang, keterlibatan masyarakat dalam pengembangan juga akan berdampak positif, kemandirian masyarakat juga akan cepat terwujud dengan adanya partisipasi secara langsung, karena masyarakat akan terbiasa dalam berpartisipasi dan melakukan perubahan. Melalui partisipasi masyarakat secara langsung tersebut, maka akan terjadi proses belajar sambil bekerja secara berkesinambungan.

Peran serta masyarakat dalam pengembangan wisata secara langsung sangat perlu adanya. Peran serta masyarakat dapat ditumbuhkan dan digerakkan melalui usaha-usaha penerangan serta pengembangan komunikasi sosial yang sehat, yang dilakukan melalui dialog yang luas dan bersifat terbuka, terarah, jujur, bebas dan bertanggung jawab, baik antara pemerintah dan masyarakat maupun antar golongan-golongan masyarakat itu sendiri. Dialog yang demikian akan melahirkan gagasan serta pandangan yang kuat agar pembangunan tetap memiliki gerak maju ke depan. Sebagai contoh, masyarakat di daerah tujuan wisata sangat mengharapkan terbinanya kelestarian usaha yang terkait dengan obyek wisata dan kehidupan alam budaya mereka tidak menjadi rusak (Suwantoro, 2004:34). Untuk itu pembangunan dan pengembangan pariwisata harus melibatkan masyarakat sekitar secara langsung.

(21)

4

Wisata. Pengembangan Desa Wisata dinilai mampu memberdayakan masyarakat dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat setempat. Selain itu, pengembangan Desa Wisata secara tidak langsung juga dapat menumbuhkan kemandirian masyarakat, karena dengan adanya Desa Wisata masyarakat akan dituntut untuk terus belajar dan terus berinovasi dalam pengembangan potensi wisata yang ada didaerahnya tersebut. Pengembangan Desa Wisata juga dinilai sebagai alternatif pembangunan desa yang sangat efektif dalam rangka mengenalkan potensi desa, budaya dan tradisi masyarakat setempat. Pengembangan Desa Wisata juga dapat memberi peluang yang sebesar-besarnya kepada masyarakat desa untuk memahami esensi dunia pariwisata serta memanfaatkan hasil dari pariwisata tersebut.

(22)

5

Pancoh adalah salah satu Desa Wisata yang berada dilereng Gunung Merapi, Desa Wisata Pancoh berada dikaki gunung Merapi dengan ketinggian mencapai 700 mdpl, Desa Pancoh merupakan salah satu desa yang terkena dampak dari bencana erupsi Merapi pada tahun 2010. Setelah beberapa tahun berjalan, masyarakat Desa Pancoh dibantu dengan pendampingan dari salah satu lembaga pemerintah mulai bangkit dan menata kembali desa dengan memanfaatkan potensi-potensi yang ada. Setelah diamati, Desa Pancoh memiliki potensi alam yang indah dan didukung dengan kebudayaan masyarakat yang beragam. Dengan adanya potensi-potensi yang ada, Desa Pancoh perlu dikembangkan agar menjadi Desa Wisata yang banyak diminati wisatawan, masyarakat Pancoh adalah subyek utama yang dapat menentukan perkembangan desa tersebut.

(23)

6

(24)

7 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut :

1. Belum semua potensi wisata dapat dikelola dengan baik oleh masyarakat setempat.

2. Rendahnya kesadaran dan komitmen masyarakat dalam mendukung kegiatan pariwisata.

3. Kurangnya sarana dan prasarana pendukung kegiatan pariwisata.

4. Rendahnya kemampuan sumber daya manusia yang profesional untuk mengelola dan mengembangkan potensi wisata yang ada.

C.Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah serta identifikasi masalah diatas, maka peneliti hanya membatasi pada studi tentang Peran Kelompok Sadar Wisata Pancoh Dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat Sebagai Upaya Pengembangan Desa Wisata Pancoh, Girikerto, Turi, Sleman, Yogyakarta. Hal ini dimaksudkan agar penelitian ini lebih fokus dan terarah terhadap pokok permasalahan yang ada, selain itu hal ini dilakukan karena berbagai keterbatasan peneliti, baik dalam segi waktu maupun tenaga. Peneliti ingin lebih fokus pada permasalahan yang ada agar bisa didapatkan hasil penelitian yang lebih mendalam.

D.Rumusan Masalah

(25)

8

1. Bagaimana peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh?

2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh?

E.Tujuan Penelitian

Dengan adanya rumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran dari Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh. 2. Untuk mengetahui apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor

pendukung Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak yang terkait, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

(26)

9 2. Manfaat Praktis

a. Bagi Peneliti

1) Menambah wawasan dan pemahaman tentang peran suatu kelompok dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata.

2) Mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh dalam perkuliahan. b. Bagi Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi program studi Pendidikan Luar Sekolah khususnya terkait mata kuliah pemberdayaan masyarakat untuk lebih memaksimalkan peran mahasiswa dalam mengikuti mata kuliah tersebut. Penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai keadaan nyata di lapangan mengenai Program Pendidikan Luar Sekolah di masyarakat.

c. Bagi Kelompok Sadar Wisata Pancoh

(27)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A.Kajian Teori

1. Tinjauan Peran Kelompok a. Pengertian Peran

Dalam sebuah kelompok, setiap individu adalah aktor atau pelaku yang harus memainkan perannya masing-masing. Kelompok dalam sebuah komunitas besar atau masyarakat dapat memainkan perannya sebagai agen perubahan di masyarakat. Peran adalah suatu rangkaian pola perilaku yang diharapkan dikaitkan dengan seseorang yang menduduki posisi tertentu dalam unit sosial. Sedangkan persepsi peran adalah suatu sudut pandang individu mengenai bagaimana dia seharusnya bertindak dalam suatu situasi tertentu, persepsi peran didapatkan dari stimulus yang ada disekitar kita, sebagai contoh teman, buku, film, televisi (Robbins & Judge, 2015:182).

Peran merupakan bagian dari sebuah kelompok. Peran menjamin bahwa dalam menjalankannya, setiap anggota saling berinteraksi sehingga tujuan kelompok dapat tercapai. Peran tersebut saling melengkapi, sehingga suatu peran tidak dapat tercapai tanpa adanya peran lain. Harapan dalam menjalankan suatu peran termasuk hak dan kewajiban, dimana kewajiban dalam suatu peran adalah hak untuk peran yang lain (Zulkarnain, 2013:10). b. Pengertian Kelompok

(28)

kebutuhan-11

kebutuhan lain yang berhubungan dengan kehidupan manusia. Hal inilah yang menjadi dasar individu atau manusia membentuk suatu kelompok masyarakat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Dengan adanya kelompok inilah individu dapat saling berinteraksi satu sama lain, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang saling membutuhkan.

Kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri atas dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya dalam suatu aturan yang saling memengaruhi pada setiap anggotanya. Berdasarkan sudut pandang tersebut, kelompok merupakan sebuah unit atau kumpulan individu yang terdiri atas dua orang atau lebih yang terbentuk berdasarkan persepsi yang sama antar-anggota, memiliki tujuan dan motivasi, mempunyai fungsi yang sama kemudian terjadi interaksi yang menunjukkan kebergantungan masing-masing anggota (Arifin, 2015:21).

Pengertian kelompok memiliki ciri-ciri seperti dua orang atau lebih, ada interaksi diantara anggotanya, memiliki tujuan atau goals, memiliki struktur dan pola hubungan diantara anggota yang berarti ada peran, norma dan hubungan antar anggota, serta groupness, merupakan satu kesatuan (Hariadi, 2011:13).

c. Timbulnya Kelompok

(29)

12

dalam perjalanan sejarahnya telah terbentuk melalui beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Kelompok sosial yang terbentuk melalui pengaruh faktor internal lahir dari sebuah kesadaran setiap individu untuk membangun sebuah kelompok dalam pemenuhan kebutuhannya yang tidak dapat terpenuhi secara individual, seperti kebutuhan pertahanan dari serangan kelompok lain. Pengelompokan yang dipengaruhi oleh faktor eksternal lahir dari sebuah proses alamiah tanpa melibatkan kehendak pada awal pengelompokannya, seperti seorang bayi yang dilahirkan dalam sebuah kelompok tertentu dan dinobatkan oleh mereka sebagai bagian dari kelompoknya.

(30)

13

Setiap individu memiliki keinginan untuk bergabung dengan suatu kelompok pasti memiliki alasan tertentu meskipun terkadang tidak disadari, menurut Worchel dan Cooper (1983) dalam Arifin (2015:31) secara psikologis orang masuk dalam kelompok karena tiga alasan, yaitu :

-Mempunyai kebutuhan untuk berafiliasi -Kelompok sering menjadi sumber informasi

-Kelompok sering memberikan hadiah. Alasan ini sering menjadi dasar kepindahan orang ke kelompok lain.

d. Ciri-ciri Kelompok

Ciri-ciri kelompok menurut beberapa ahli hampir sama, yaitu adanya kesamaan tujuan dan keterikatan antar anggota satu dengan yang lainnya. Soetarno (1994:31-34) dalam Huraerah & Purwanto (2006:6-8) mengutip hasil penelitian para ahli sosiologi dan ahli psikologi sosial yang menunjukkan bahwa kelompok sosial mempunyai ciri-ciri tertentu, yaitu : 1) Adanya Motif Yang Sama

(31)

14

tenaga moral yang tidak akan diperolehnya jika ia sebagai individu hidup sendiri, juga dapat memenuhi kebutuhannya sebagai makhluk sosial dan makhluk individu.

2) Adanya Sikap In-group dan Out-group

Apabila orang lain di luar kelompok itu bertingkah laku seperti mereka, mereka akan menyingkirkan diri. Sikap menolak yang ditunjukkan oleh kelompok yang oleh kelompok itu disebut sikap out-group atau sikap terhadap “orang luar”. Kelompok manusia itu

menunjukkan orang luar untuk membuktikan kesediannya berkorban bersama dan kesetiakawannya, baru kemudian menerima orang itu dalam segala kegiatan kelompok. Sikap menerima itu disebut sikap in-group atau sikap terhadap “orang dalam”.

3) Adanya Solidaritas

Solidaritas adalah kesetiakawanan antar anggoa kelompok sosial. Terdapatnya solidaritas yang tinggi di dalam kelompok tergantung kepada kepercayaan setiap anggota akan kemampuan anggota lain untuk melaksanakan tugas dengan baik. Pembagian tugas dalam kelompok sesuai dengan kecakapan masing-masing anggota dan keadaan tertentu akan memberikan hasil kerja yang baik. Dengan demikian, akan makin tinggi pula solidaritas kelompok dan makin tinggi pula sense of belonging. 4) Adanya Struktur Kelompok

(32)

15

sumbangan masing-masing dalam interaksi kelompok untuk mencapai suatu tujuan tertentu.

5) Adanya Norma Kelompok

Yang dimaksud dengan norma-norma kelompok disini adalah pedoman-pedoman yang mengatur tingkah laku individu dalam suatu kelompok. Pedoman ini sesuai dengan rumusan tingkah laku yang patut dilakukan anggota kelompok apabila terjadi sesuatu yang bersangkut paut dengan kehidupan kelompok tersebut. Jadi, norma disini mengandung arti ideal, bukan real.

6) Tahap-tahap Pengembangan Kelompok

Terdapat lima model pengembangan kelompok menurut Robbins & Judge (2015:179-180), yaitu :

a) Tahap Membentuk (forming stage)

Digolongkan sebagai sejumlah besar ketidakpastian mengenai tujuan, struktur dan kepemimpinan kelompok. Para anggota “menguji keadaan” untuk menentukan tipe perilaku apa yang dapat diterima. Tahap ini akan selesai ketika para anggota mulai berpikir bahwa dirinya sendiri sebagai bagian dari sebuah kelompok.

b) Tahap Mempeributkan (storming stage)

(33)

16

mengendalikan kelompok. Ketika tahap ini selesai, akan terdapat suatu hierarki kepemimpinan yang relatif jelas di dalam kelompok.

c) Tahap Menyusun Norma (norming stage)

Hubungan yang dekat akan berkembang dan kelompok akan menunjukkan kekompakan. Sekarang terdapat rasa identitas kelompok yang kuat dan persahabatan. Tahap ini selesai ketika struktur kelompok mengeras dan kelompok telah berasimilasi serangkaian ekspektasi umum mengenai apa yang mendefinisikan perilaku anggota yang benar.

d) Tahap Mengerjakan (performing)

Struktur pada poin ini sepenuhnya fungsional dan diterima. Energi kelompok telah berpindah dari mengenal dan memahami satu sama lain hingga mengerjakan tugas yang ada.

e) Tahap Membubarkan (adjourning stage)

Adalah untuk mengakhiri kegiatan dan mempersiapkan diri untuk pembubaran. Beberapa anggota kelompok optimis, bersenang-senang atas pencapaian kelompok. Anggota lainnya lebih tertekan karena kehilangan persahabatan dan pertemanan yang didapat selama kelangsungan kerja kelompok.

e. Kekompakan Kelompok

(34)

17

kelompok, dibandingkan anggota kelompok yang tingkat kekompakannya rendah. Kekompakan meningkatkan potensi kelompok dan meningkatkan rasa memiliki kelompok pada diri anggota kelompok. Semakin kompak suatu kelompok maka rasa loyalitas, keterlibatan, dan rasa keterikatan akan semakin erat. Seluruh anggota kelompok akan selalu mengadakan interaksi sehingga memudahkan pelaksanaan kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan (Zulkarnain, 2013:30).

2. Tinjauan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) a. Pengertian Pokdarwis

(35)

18

kelompok swadaya dan swakarsa masyarakat yang dalam aktivitas sosialnya berupaya untuk:

 Meningkatkan pemahaman kepariwisataan.

 Meningkatkan peran dan partisipasi masyarakat dalam pembangunan

kepariwisataan.

 Meningkatkan nilai manfaat kepariwisataan bagi masyarakat/anggota

Pokdarwis.

 Mensukseskan pembangunan kepariwisataan.

b. Maksud Pembentukan Pokdarwis

Maksud dari pembentukan Kelompok Sadar Wisata ini yaitu mengembangkan kelompok masyarakat yang dapat berperan sebagai motivator, penggerak serta komunikator dalam upaya meningkatkan kesiapan dan kepedulian masyarakat di sekitar destinasi pariwisata atau lokasi daya tarik wisata agar dapat berperan sebagai tuan rumah yang baik bagi berkembangnya kepariwisataan, serta memiliki kesadaran akan peluang dan nilai manfaat yang dapat dikembangkan dari kegiatan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat (sumber : Pedoman Pokdarwis Kemenpar).

c. Tujuan Pembentukan Pokdarwis

Tujuan dari pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) ini adalah sebagai berikut:

(36)

19

bermitra dengan pemangku kepentingan terkait dalam meningkatkan kualitas perkembangan kepariwisataan di daerah.

2) Membangun dan menumbuhkan sikap dan dukungan positif masyarakat sebagai tuan rumah melalui perwujudan nilai-nilai Sapta Pesona bagi tumbuh dan berkembangnya kepariwisataan di daerah dan manfaatnya bagi pembangunan daerah maupun kesejahteraan masyarakat.

3) Memperkenalkan, melestarikan dan memanfaatkan potensi daya tarik wisata yang ada di masing-masing daerah (sumber : Pedoman Pokdarwis Kemenpar).

d. Fungsi dan Kedudukan Pokdarwis 1) Fungsi Pokdarwis

Secara umum, fungsi Pokdarwis dalam kegiatan kepariwisataan adalah:

a) Sebagai penggerak Sadar Wisata dan Sapta Pesona di lingkungan wilayah destinasi wisata.

b) Sebagai Mitra Pemerintah dan pemerintah daerah (kabupaten/kota) dalam upaya perwujudan dan pengembangan Sadar Wisata di daerah (sumber : Pedoman Pokdarwis Kemenpar).

2) Kedudukan Pokdarwis

(37)

20 e. Keanggotaan Pokdarwis

Syarat-syarat umum keanggotaan Pokdarwis adalah sebagai berikut : 1) Bersifat sukarela.

2) Memiliki dedikasi dan komitmen dalam pengembangan kepariwisataan. 3) Masyarakat yang bertempat tinggal di sekitar lokasi daya tarik wisata dan

memiliki kepedulian terhadap pariwisata.

4) Mempunyai mata pencaharian atau pekerjaan yang berkaitan dengan penyediaan barang atau jasa bagi kebutuhan wisatawan, baik langsung maupun tak langsung.

5) Jumlah anggota setiap Pokdarwis, minimal 15 orang (sumber : Pedoman Pokdarwis Kemenpar).

f. Pokdarwis Sebagai Aktivis Pengembangan Masyarakat

(38)

21

Peran pekerja pengembangan masyarakat adalah membantu masyarakat dalam mengidenfikasi isu, masalah, dan kebutuhan sebagaimana apa yang lihat sendiri menurut referensi ilmiah serta memfasilitasi munculnnya upaya pemecahan secara bersama-sama terhadap isu, masalah dan kebutuhan tersebut. Dengan demikian, pekerja pengembangan masyarakat bekerja bersama dan untuk masyarakat. Mereka tidak bekerja sebagai patron atau orang luar, namun dibangun diatas dasar prinsip saling beremansipasi. Para pekerja pengembangan masyarakat adalah subjek dalam sistem politik dan ekonomi yang mendorong dan merangsang masyarakat agar mau bekerja sama dengan mereka (Zubaedi, 2014:56-57). Dalam konteks pendampingan masyarakat ada tiga peran dan tugas yang menjadi tanggung jawab para pekerja masyarakat, yaitu :

1) Peran Pendamping Sebagai Motivator

Dalam peran ini, pendamping berusaha menggali potensi sumber daya manusia, alam dan sekaligus mengembangkan kesadaran anggota masyarakat tentang kendala maupun permasalahan yang dihadapi.

2) Peran Pendamping Sebagai Komunikator

(39)

22 3) Peran Pendamping Sebagai Fasilitator

Dalam peran ini, pendamping berusaha memberi pengarahan tentang penggunaan berbagai teknik, strategi dan pendekatan dalam pelaksanaan program (Zubaedi, 2014:63-64).

3. Tinjauan Partisipasi a. Pengertian Partisipasi

Dr. Made Pidarta dalam Siti Irene A.D. (2015: 50) mengatakan bahwa partisipasi adalah pelibatan seseorang atau beberapa orang dalam suatu kegiatan. Keterlibatan dapat berupa keterlibatan mental dan emosi serta fisik dalam menggunakan segala kemampuan yang dimilikinya (berinisiatif) dalam segala kegiatan yang dilaksnakan serta mendukung pencapaian tujuan dan tanggungjawab atas segala keterlibatan. Partisipasi adalah keikutsertaan individu atau sekelompok individu dalam suatu kegiatan. Partisipasi merupakan proses yang akan menciptakan jaringan sosial baru yang masing-masing berusaha untuk melaksanakan tahapan-tahapan kegiatan demi tercapainya tujuan akhir yang diinginkan (Aprillia Theresia, dkk, 2014: 196-197).

b. Bentuk-bentuk Partisipasi

(40)

23

1) Menjadi kelompok-kelompok masyarakat. 2) Melibatkan diri pada kegitan diskusi kelompok.

3) Melibatkan diri pada kegiatan-kegiatan organisasi untuk menggerakan partisipasi-partisipasi masyarakat yang lain.

4) Menggerakan sumberdaya masyarakat.

5) Mengambil bagian dalam proses pengambilan keputusan.

6) Memanfaatkan hasil-hasil yang dicapai dari kegiatan masyarakatnya. c. Macam-macam Partisipasi

Menurut Yadav dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 198-199) mengemukakan ada empat macam partisipasi, yaitu:

1) Partisipasi dalam pengambilan keputusan. Untuk menumbuhkan partisipasi perlu dibukanya forum yang memungkinkan masyarakat banyak berpartisipasi langsung di dalam proses pengambilan keputusan tentang program-program yang ada.

2) Partisipasi dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi ini diartikan sebagai pemerataan sumbangan masyarakat dalam bentuk tenaga kerja, uang tunai, dan atau beragam bentuk korbanan lainnya yang sepadan dengan apa yang akan diterima. Selain itu, pemeliharaan proyek atau program-program yang telah berhasil diselesaikan.

(41)

24

4) Partisipasi dalam pemanfaatan hasil. Dalam hal ini, partisipasi yang dimaksud adalah partisipasi dalam pemanfaatan hasil proyek atau program. Pemanfaatan hasil proyek atau program akan merangsang kemauan dan kesukarelaan masyarakat untuk selalu berpartisipasi dalam setiap program yang akan datang.

d. Faktor-faktor Partisipasi

Dalam konsep pendidikan, Berlo (1961) menyatakan partisipasi merupakan bentuk tanggapan atau respon atas rangsangan yang diberikan, yang dalam hal ini, tanggapan merupakan fungsi dari manfaat (rewerds) yang dapat diharapkan (Aprillia Theresia, dkk, 2014: 207). Oleh karena itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi. Menurut Slamet dalam Aprillia Theresia, dkk (2014: 207-211) tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat ditentukan oleh tiga unsur pokok, yaitu:

1) Adanya kesempatan yang diberikan kepada masyarakat, untuk berpartisipasi. Adanya kesempatan merupakan faktor pendorong tumbuhnya kemauan, dan kemauan akan menentukan kemampuannya. Beberapa kesempatan yang dimaksud disini adalah :

a) Kemauan politik dari penguasa untuk melibatkan masyarakat dalam proyek atau program, baik pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi, pemeliharaan, dan pemanfaatan hasil proyek atau program.

(42)

25

c) Kesempatan memanfaatkan dan memobilisasi sumberdaya (alam dan manusia) untuk pelaksanaan proyek atau program.

d) Kesempatan untuk memperoleh dan menggunakan teknologi yang tepat, termasuk peralatan/perlengkapan penunjangnya.

e) Kesempatan untuk berorganisasi, termasuk untuk memperoleh dan menggunakan peraturan, perijinan, dan prosedur kegiatan yang harus dilaksanakan.

f) Kesempatan mengembangkan kepemimpinan yang mampu menumbuh, menggerakkan, dan mengembangkan serta memelihara partisipasi masyarakat.

2) Adanya kemauan masyarakat untuk berpartisipasi. Kemauan untuk berpartisipasi ditentukan oleh sikap mental yang dimiliki masyarakat untuk membangun atau memperbaiki kehidupannya, yang menyangkut: a) Sikap untuk meninggalkan nilai-nilai yang menghambat proyek atau

program.

b) Sikap terhadap pelaksana proyek atau program pada umumnya. c) Sikap untuk selalu ingin memperbaiki mutu hidup dan tidak cepat puas

diri.

d) Sikap kebersamaan untuk dapat memecahkan masalah, dan tercapainya tujuan proyek atau program.

(43)

26

3) Adanya kemampuan mayarakat untuk berpartisipasi. Kesempatan yang disediakan untuk menggerakkan partisipasi masyarakat tidak berarti apabila masyarakat tidak memiliki kemampuan untuk berpartisipasi. Kemampuan yang dimaksud adalah:

a) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan- kesempatan atau peluang proyek atau program.

b) Kemampuan untuk melaksanakan proyek atau program, yang dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan keterampilan yang dimiliki. c) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan

menggunakan sumber daya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

e. Tingkatan Partisipasi

Menurut Wilcox dalam Aprillia Theresia (2014: 202) ada lima tingkatan dalam partisipasi, yaitu:

1) Memberikan informasi (Information). Dalam konteks ini pemuda memberikan informasi sebagai bahan masukan dalam sebuah kegiatan. 2) Konsultasi (Consultation) yaitu menawarkan pendapat, sebagai pendengar

yang baik untuk memberikan umpan balik, tetapi tidak terlibat dalam implementasi ide dan gagasan tersebut.

(44)

27

4) Bertindak bersama (Acting together), dalam arti pemuda tidak sekedar ikut dalam pengambilan keputusan, tetapi juga terlibat dan menjalin kemitraan dalam pelaksanaan kegiatannya.

5) Memberikan dukungan (Supporting independent community interest) dimana pemuda menawarkan pendanaan, nasehat,dan dukungan

lain untuk mengembangkan agenda kegiatan. 4. Tinjauan Motivasi Masyarakat

a. Pengertian Motivasi

(45)

28

Berbicara tentang motivasi, maka yang hakiki pada setiap orang, menurut pakar dari Barat, motivasi adalah self concept realization, yaitu merealisasikan konsep dirinya. Self concept realization bermakna bahwa seseorang akan selalu termotivasi jika : (1) Ia hidup dalam suatu cara yang sesuai dengan peran yang lebih ia sukai, (2) diperlakukan sesuai dengan tingkatan yang lebih ia sukai, dan (3) dihargai sesuai dengan cara yang mencerminkan penghargaan seseorang atas kemampuannya (Arep & Tanjung, 2004:13).

b. Teori Hierarki Menurut Abraham Maslow (Maslow’s Need Hierarchy Theory)

Maslow’s Need Hierarchy Theory atau A Theory of Human

Motivation, dikemukakan oleh A.H. Maslow tahun 1943 dalam (Hasibuan;,

2008:104-107) dan (Siagian, 2004:145-161). Teori ini merupakan kelanjutan dari “Human Sciene Theory” Elton Mayo (1880-1949) yang menyatakan bahwa kebutuhan dan kepuasan seseorang itu jamak yaitu kebutuhan biologis dan psikologis berupa materill dan nonmateriil.

Dasar Maslow Need Hierarchy Theory:

1) Manusia adalah makhluk sosial yang berkeinginan, ia selalu menginginkan lebih banyak. Keinginan ini terus menerus, baru berhenti jika akhir hayatnya tiba.

(46)

29

3) Kebutuhan manusia itu bertingkat-tingkat (hierarchy) sebagai berikut : a) Physiological Needs (kebutuhan fisiologis)

Physiological Needs (kebutuhan fisik = biologis) yaitu kebutuhan

yang diperlukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup seseorang, seperti makan, minum, udara, perumahan dan lain-lainnya. Kebutuhan ini dipandang sebagai kebutuhan yang paling mendasar bukan saja karena setiap orang membutuhkannya terus menerus sejak lahir hingga ajalnya, akan tetapi juga karena tanpa pemuasan berbagai kebutuhan tersebut seseorang tidak dapat dikatakan hidup secara normal. Berbagai kebutuhan fisiologis itu berkaitan dengan status manusia sebagai insan ekonomi.

b) Safety and Security Needs (kebutuhan keamanan)

Kebutuhan keamanan harus dilihat dalam arti luas, tidak hanya dalam arti keamanan fisik meskipun aspek ini yang sangat penting, akan tetapi juga keamanan yang bersifat psikologis, termasuk perlakuan adil dalam pekerjaan seseorang.

c) Affiliation or Acceptance Needs (pemuasaan kebutuhan sosial)

Manusia adalah makhluk sosial, karena manusia adalah makhluk sosial, sudah jelas ia menginginkan kebutuhan-kebutuhan sosial yang terdiri dari empat kelompok, yaitu :

 Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain di lingkungan ia

(47)

30

 Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa

dirinya penting (sense of importance).

 Kebutuhan akan perasaan kemajuan dan tidak seorang pun yang

menyenangi kegagalan. Kemajuan di segala bidang merupakan keinginan dan kebutuhan yang menjadi idaman setiap orang.

 Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of participation).

d) Esteem or Status Needs (penghargaan diri)

Salah satu ciri manusia ialah bahwa dia mempunyai harga diri, karena itu semua orang memerlukan pengakuan atas keberadaan dan statusnya oleh orang lain. Keberadaan dan status seseorang biasanya tercermin pada berbagai lambang yang penggunaannya sering dipandang sebagai hak seseorang.

e) Self Actualization (aktualisasi diri)

Self actualization adalah kebutuhan akan aktualisasi diri dengan

(48)

31

 Kebutuhan aktualisasi diri tidak dapat dipenuhi dari luar,

pemenuhannya hanya berdasarkan keinginan atas usaha individu itu sendiri.

 Aktualisasi diri berhubungan dengan pertumbuhan seorang individu.

Kebutuhan ini berlangsung terus menerus terutama sejalan dengan meningkatnya jenjang karier seorang individu.

(49)

32

Perbedaan antara Maslow’s Need Hierarchy Theory dengan Herzberg’s Two Factors Motivation Theory, yaitu :

1) Maslow mengemukakan bahwa kebutuhan-kebutuhan manusia itu terdiri dari lima tingkat (Physiological, Safety, Affiliation, Esteem and Self Actualization), sedang Herzberg mengelompokkannya atas dua kelompok

(Satisfiers and Dissatisfiers).

2) Menurut Maslow semua tingkat kebutuhan itu merupakan alat motivator, sedang Herzberg (gaji, upah dan yang sejenisnya) bukan alat motivasi, hanya merupakan alat pemeliharaan (Dissatisfiers) saja, yang menjadi motivator (satisfiers) ialah yang berkaitan langsung dengan pekerjaan itu. 3) Teori Maslow dikembangkannya hanya atas pengamatan saja dan belum

pernah diuji coba kebenarannya, sedang teori Herzberg didasarkan atas hasil penelitiannya (Hasibuan, 2008:110-111).

(50)

33

selalu mau menerima nasihat dan saran tentang cara meningkatkan kinerjanya (Uno, 2011:47).

Menurut Mc. Clelland ada tiga kebutuhan pokok manusia, yaitu : 1) Kebutuhan Akan Prestasi

Kebutuhan akan prestasi merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja seseorang. Karena ini akan mendorong seseorang untuk mengembangkan kreativitas dan mengarahkan semua kemampuan serta energi yang dimilikinya demi mencapai prestasi kerja yang optimal.

2) Kebutuhan Akan Afiliasi

Kebutuhan akan afiliasi menjadi daya penggerak yang akan memotivasi semangat bekerja seseorang. Sebab setiap orang menginginkan :

a) Kebutuhan akan perasaan diterima oleh orang lain dilingkungan ia hidup dan bekerja (sense of belonging).

b) Kebutuhan akan perasaan dihormati, karena setiap manusia merasa dirinya penting (sense of importance).

c) Kebutuhan akan perasaan maju dan tidak gagal (sense of achievement). d) Kebutuhan akan perasaan ikut serta (sense of paticipation).

3) Kebutuhan Akan Kekuasaan

(51)

34

manusia yang ingin lebih berkuasa dari manusia lainnya sehingga menimbulkan persaingan (Hasibuan, 2008:112-113).

e. Alderfer‟s Existence, Relatedness and Growth (ERG) Theory

Teori ini merupakan penyempurnaan dari teori kebutuhan yang dikemukakan oleh Maslow. Alderfer mengemukakan bahwa ada 3 kelompok kebutuhan yang utama, yaitu :

1) Kebutuhan akan keberadaan (existence needs)

Berhubungan dengan kebutuhan dasar termasuk didalamnya physiological needs and safety need dari Maslow.

2) Kebutuhan akan afiliasi (relatedness needs)

Menekankan akan pentingnya hubungan antar individu (interpesonal relationship) dan juga bermasyarakat (social relationship). Kebutuhan ini

berkaitan juga dengan love needs dan esteem needs dari Maslow. 3) Kebutuhan akan kemajuan (growth needs)

Adalah keinginan intrinsik dalam diri seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya.

Perbedaa teori ERG dengan Maslow needs hierarchy theory, yaitu :

a) Teori ERG menyatakan bahwa lebih dari satu kebutuhan dapat bekerja pada saat yang bersamaan, artinya tidak selalu harus bertingkat-tingkat atau berjenjang seperti yang dikemukakan Maslow.

(52)

35 b. Penggolongan Motivasi Manusia

Menurut Handoko (1992:24) ada beberapa penggolongan motif manusia yang sudah banyak dikenal di kalangan orang yang mempelajari psikologi. Penggolongan yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1) Motif Primer dan Motif Sekunder

Suatu motif disebut motif primer bila dilatarbelakangi oleh proses fisio-kemis di dalam tubuh. Dengan kata lain, motif primer ini tergantung pada keadaan organik individu. Yang termasuk di dalam golongan motif primer ini adalah motif lapar, haus, bersitirahat dan bernafas. Sedangkan motif sekunder tidak bergantung pada proses fisio-kemis yang terjadi di dalam tubuh. Berdasarkan pengertian ini, maka semua motif yang tidak langsung pada keadaan organisme individu dapat digolongkan ke dalam motif sekunder. Ciri lain yang ikut menandai apakah suatu motif termasuk motif primer atau motif sekunder adalah bahwa motif primer bersifat bawaan, tidak dipelajari, artinya tidak ada pengalaman yang mendahuluinya. Sedangkan motif sekunder sangat bergantung pada pengalaman individu.

2) Motif Mendekat dan Motif Menjauh

(53)

36

rangsang yang datang. Rangsang yang menimbulkan reaksi mendekat disebut rangsang positif, sedangkan rangsang yang menimbulkan reaksi menjauh disebut rangsang negatif.

3) Motif Sadar dan Motif Tak Sadar

Pembagian motif menjadi motif sadar dan motif tidak sadar semata-mata didasarkan pada taraf kesadaran manusia akan motif yang sedang melatarbelakangi tingkah lakunya. Jika ada seseorang yang bertingkah laku tertentu tetapi orang tersebut tidak dapat mengatakan motif apa yang menggerakkannya, maka motif yang menggerakkan tingkah laku itu disebut motif tidak sadar. Sebaliknya jika seseorang bertingkah laku tertentu dan dia mengerti alasannya berbuat demikian, maka motif yang melatarbelakangi tingkah laku itu disebut motif sadar.

4) Motif Biogenetis dan Motif Sosiogenetis

(54)

37

kebudayaan. Dengan kata lain, motif sosiogenetis bergantung pada hubungan manusia dengan lingkungannya.

5) Motif Tunggal dan Motif Kompleks

Penggolongan motivasi menjadi motif tunggal dan motif kompleks (gabungan) didasarkan pada banyakanya motif yang bekerja di belakang tingkah laku manusia. Bila tingkah laku kita hanya digerakkan oleh satu motif saja, maka motif tersebut disebut motif tunggal. Sebaliknya bila tingkah laku kita digerakkan oleh beberapa motif sekaligus, maka motif yang bersama-sama menggerakkan tingkah laku itu disebut motif kompleks atau motif bergabung.

6) Motif Intrinsik dan Motif Ekstrinsik

Pembagian motif menjadi motif intrinsik dan motif ekstrinsik didasarkan pada datangnya penyebab suatu tindakan. Tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari luar diri individu disebut tindakan yang bermotif ekstrinsik. Sedangkan tindakan yang digerakkan oleh suatu sebab yang datang dari dalam diri individu disebut tindakan yang bermotif intrinsik.

c. Cara Mengukur Motivasi

Pada umumnya ada dua cara untuk mengukur motivasi, yaitu :

1) Mengukur faktor-faktor luar tertentu yang diduga menimbulkan dorongan dalam diri seseorang.

(55)

38

Salah satu cara yang lebih tepat untuk mengetahui motif seseorang yang sebenarnya adalah mengamat-amati objek-objek yang menjadi pusat perhatiannya. Objek yang selalu dikejar, dicari, diperhatikan lebih dari yang lain, itulah yang menjadi cermin atas motif yang sedang menguasainya. Ada tidaknya motivasi dalam diri seseorang dapat juga disimpulkan dari beberapa segi tingkah lakunya, misalnya kekuatan tenaga yang ia keluarkan (usahanya) frekuensinya, kecepatan reaksinya, tema pembicaraannya fantasinya, impian-impiannya dan lain-lain. Tetapi perlu diingat dan disadari bahwa menyimpulkan motivasi berdasarkan tingkah laku tidak selalu mudah dan bahkan bisa sama sekali salah. Mengapa demikian? karena tingkah laku manusia tidak semata-mata ditentukan oleh motivasinya, melainkan juga oleh pengalaman masa lampaunya, cita-citanya, situasi sesaat pada waktu terjadinya tingkah laku, dan yang lebih penting lagi adalah bahwa manusia bisa berpura-pura. Apa yang ia tampilkan dapat terjadi sama sekali berlawanan dengan apa yang sebenarnya ia kehendaki (Handoko, 1992:61-62).

d. Pengertian Masyarakat

(56)

39

kehidupannya. Menurut Soerjono Soekanto dalam (Abdulsyani, 2012:32) menyatakan bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok, yaitu :

1) Manusia yang hidup bersama, di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis, angka minimumnya ada dua orang yang hidup bersama.

2) Bercampur untuk waaktu yang cukup lama, kumpulan dari manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati seperti umpamanya kursi, meja dan sebagainya. Oleh karena dengan berkumpulnya manusia, maka akan timbul manusia-manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, merasa dan mengerti, mereka juga mempunyai keinginan-keinginan untuk menyampaikan kesan-kesan atau perasaan-perasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu, timbulah sistem komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia dalam kelompok tersebut.

3) Mereka sadar bahwa mereka merupakan suatu kesatuan.

(57)

40 5. Tinjauan Pengembangan Desa Wisata

a. Pengertian Desa Wisata

Desa dan Desa Adat adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa). Desa wisata memiliki pengertian yang lebih khusus dibanding pengertian desa. Desa Wisata adalah suatu daerah tujuan wisata, disebut pula sebagai destinasi pariwisata, yang mengintegrasikan daya tarik wisata, fasilitas umum, fasilitas pariwisata, aksesibilitas, yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku (UU No. 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan) dalam (sumber : Buku Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau Kemenpar).

b. Tingkat Perkembangan Desa Wisata

Berdasarkan tingkat perkembangannya, Desa Wisata dibagi menjadi tiga kategori, yaitu :

1) Desa Wisata Embrio

(58)

41 2) Desa Wisata Berkembang

Yaitu Desa Wisata embrio yang sudah dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa, sudah ada swadaya masyarakat/desa untuk pengelolaannya, sudah mulai melaksanakan promosi dan sudah ada wisatawan yang mulai tertarik untuk berkunjung.

3) Desa Wisata Maju

Yaitu Desa Wisata yang sudah berkembang dengan adanya kunjungan wisatawan secara kontinu dan dikelola secara profesional dengan terbentuknya forum pengelola, seperti Koperasi/Badan Usaha Milik Desa (BUMDES), selanjutnya disebut BUMDES, serta sudah mampu melakukan promosi dan pemasaran dengan baik (sumber : Pedoman Pengembangan Desa Wisata Hijau Kemenpar).

c. Kebijakan Pengembangan Desa Wisata

Kebijakan pengembangan meliputi prinsip-prinsip dasar sebagai berikut:

1) Melibatkan dan menguntungkan masyarakat setempat.

2) Menerapkan pengembangan produk pariwisata perdesaan berbasis pelestarian.

3) Mendayagunakan sumber daya lokal berbasis pelestarian.

4) Berskala kecil untuk memudahkan terjalinnya hubungan timbal balik dengan masyarakat setempat.

(59)

42

6) Mendorong perwujudan keterkaitan antar usaha pariwisata dengan usaha pendukung lainnya.

7) Mendorong jejaring antar kawasan (sumber : Panduan Pengembangan Desa Wisata Hijau Kemenpar).

B.Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian dibawah ini adalah penelitian yang dinilai relevan : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Agung Suryawan tahun 2016 jurusan

Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta ini mengenai Peran Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS) Sendang Arum Dalam Pengembangan Potensi Pariwisata (Studi Kasus Di Desa Wisata Tlahab Kecamatan Kledung Kabupaten Temanggung). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan peran Pokdarwis dalam mengembangkan potensi pariwisata, mendeskripsikan faktor pendukung dan penghambat Pokdarwis dalam mewujudkan Desa Wisata sebagai daerah tujuan wisata dan untuk mendeskripsikan dampak Pokdarwis dalam mengembangkan potensi wisata. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Mohammad Rizal Nursetyo tahun 2015

(60)

43

3. Penelitian yang dilakukan oleh Aris Tri Cahyo Purnomo tahun 2016 jurusan Pendidikan Luar Sekolah Universitas Negeri Yogyakarta ini mengenai Partisipasi Masyarakat Dalam Perencanaan Pembangunan Desa Wisata Di Desa Wisata Limbasari, Kecamatan Bobotsari, Kabupaten Purbalingga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan Desa Wisata dan juga mengetahui faktor pendukung dan penghambat partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan desa.

C.Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan pendekatan kualitatif, berikut beberapa pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh ?

a. Bagaimana peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh ?

b. Apa motivasi masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata Pancoh ? 2. Apa yang menjadi faktor penghambat dan faktor pendukung Pokdarwis

Pancoh dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata Pancoh ?

(61)

44

(62)

45 BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowbal, teknik pengumpulan dengan trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi (Sugiyono, 2012:15).

(63)

46

Pengakuan, simbol, atau rangkaian tindakan tersebut kemudian dikumpulkan dan digunakan sebagai masukan utama dalam menggambarkan subyek atau obyek penelitian secara deskriptif. Adapun karakteristik dari pendekatan kualitatif menurut (Sugiono : 21-22) adalah sebagai berikut :

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah eksperimen) langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci.

2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekankan pada angka.

3. Penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome.

4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.

5. Penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif karena peneliti bermaksud untuk mendiskripsikan, menggambarakan serta menguraikan mengenai peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata. Disini peneliti mendalami fenomena yang ada dalam masyarakat tersebut dengan menggunakan metode alamiah untuk disajikan secara holistik maupun deskripsi tanpa menguji hipotesis, namun dengan menggambarkan kondisi yang sebenarnya suatu variabel.

(64)

47

digunakan untuk menarik kesimpulan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif ini peneliti mampu mengetahui dan mendiskripsikan peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata, motivasi masyarakat dalam mengembangkan Desa Wisata serta faktor penghambat dan pendukung Pokdarwis dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata.

B.Setting Penelitian

(65)

48 C.Penentuan Subyek dan Obyek Penelitian

Pada penelitian kualitatif konsep populasi dan sampel disebut sebagai subyek penelitian atau unit analisis. Konsep subyek penelitian berhubungan dengan apa atau siapa yang diteliti. Sedangkan dari mana data itu diperoleh disebut unit observasi atau unit pengamatan. Dengan kata lain konsep unit pengamatan berhubungan dengan sumber data dan konsep subyek penelitian juga berhubungan erat dengan unit pengamatan. Unit pengamatan berupaya untuk menjelaskan apa atau siapa sumber data penelitian. Sumber data penelitian dapat berupa orang, benda, dokumen, atau proses suatu kegiatan, dan lain-lain. Subyek penelitian merupakan entitas yang mempengaruhi desain riset, pengumpulan data, dan keputusan analisis data (Satori & Komariah, 2011:45).

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tenang situasi sosial tersebut.

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik

(66)

49

memudahkan peneliti menjelajahi obyek atau situasi sosial yang di teliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada

awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap (Sugiyono, 2012:297-301).

(67)

50

Tabel 1. Profil Subyek Penelitian

No Nama Usia Jabatan

1. NT 40 tahun Ketua Pokdarwis Pancoh

2. HS 50 tahun Wakil Ketua Pokdarwis Pancoh

3. KN 24 tahun Sekretaris Pokdarwis Pancoh

4. HD 52 tahun Bendahara Pokdarwis Pancoh

5. NJ 51 tahun Anggota Pokdarwis Pancoh

6. SY 43 tahun Anggota Pokdarwis Pancoh

7. SD 35 tahun Anggota Pokdarwis Pancoh

8. MY 40 tahun Anggota Pokdarwis Pancoh

9. SP 38 tahun Anggota Pokdarwis Pancoh

10. WH 50 tahun Masyarakat Pancoh

11. WT 50 tahun Masyarakat Pancoh

12. AD 38 tahun Masyarakat Pancoh

13. SM 60 tahun Masyarakat Pancoh

14. SH 67 tahun Masyarakat Pancoh

15. PW 55 tahun Tokoh Masyarakat Pancoh

D.Teknik Pengumpulan Data

(68)

51

mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperanserta (participan observation), wawancara mendalam (in depth interview) dan dokumentasi (Sugiyono, 2012:309).

Pengumpulan data dalam penelitian kualitatif instrumen utamanya adalah peneliti sendiri (human instrument), untuk mencari data dengan berinteraksi secara simbolik dengan informan/subyek yang diteliti (Ghony & Almanshur, 2012:163). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan beberapa teknik dalam mengumpulkan data, yaitu:

1. Observasi

(69)

52

a. Dengan berada di lapangan peneliti lebih mampu memahami konteks data dalam keseluruhan situasi, jadi ia dapat memperoleh pandangan yang holistik atau menyeluruh.

b. Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan pendekatan induktif, jadi tidak dipengaruhi oleh konsep-konsep atau pandangan sebelumnya. Pendekatan induktif membuka kemungkinan melakukan penemuan atau discovery.

c. Peneliti dapat melihat hal-hal yang kurang atau yang tidak diamati orang lain, khususnya orang yang berada dalam lingkungan itu, karena telah dianggap “biasa” dan karena itu tidak akan terungkapkan dalam wawancara. d. Peneliti dapat menemukan hal-hal yang sedianya tidak akan terungkapkan

oleh responden dalam wawancara karena bersifat sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan nama lembaga.

e. Peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi responden, sehingga peneliti memperoleh gambaran yang lebih komperhensif.

f. Dalam lapangan peneliti tidak hanya dapat mengadakan pengamatan akan tetapi juga memeroleh kesan-kesan pribadi, misalnya merasakan suasana situasi sosial, dengan berada secara pribadi dalam lapangan peneliti mempunyai kesempatan mengumpulkan data yang kaya, yang dapat dijadikannya dasar untuk memperoleh data yang lebih banyak, lebih terinci dan lebih cermat.

(70)

53

mengembangkan Desa Wisata, dari kegiatan observasi ini akan menghasilkan pengamatan mengenai aktivitas-aktivitas Pokdarwis Pancoh bersama masyarakat yang relevan dengan peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi masyarakat. Kegiatan observasi ini dilakukan untuk mengamati atau melihat aspek fisik dan non fisik yang berkaitan dengan peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata.

2. Wawancara

(71)

54

Dalam penelitian ini kegiatan wawancara dilaksanakan untuk memperoleh informasi atau data-data dari para narasumber dan semua pihak yang terlibat yang berkaitan dengan peran Pokdarwis Pancoh dalam meningkatkan motivasi masyarakat sebagai upaya pengembangan Desa Wisata.

3. Dokumentasi

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Dokumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan. Dokumen yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup, sketsa dan lain-lain. Dokumen yang berbentuk karya misalnya karya seni, yang dapat berupa gambar, patung, film, dan lain-lain. Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif (Sugiyono, 2012:329).

Gambar

Gambaran Desa Wisata Pancoh
Tabel 3. Pemanfaatan lahan di Dusun Pancoh
Gambar 1. Peta Dusun Pancoh
Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Walaupun masyarakat berpartisipasi aktif dalam berbagai proses pengembangan desa wisata, memiliki hak dan wewenang dalam mempengaruhi kebijakan dan pengambilan

Sedangkan beberapa permasalahan yang dapat diidentifikasi dalam pengembangan Desa Doulu sebagai desa wisata adalah masyarakat kurang menyadari potensi pariwisata

desa wisata sudah terkenal dengan beberapa penghargaan yang diperoleh; (b) masyarakat sudah banyak menggunakan tehnologi internet melalui jejaring sosial untuk

Dan peran serta masyarakat Desa Hilisataro Nandisa mengambil bagian dalam pengembangan wisata air terjun yang maju, dalam hal ini mengingat pembangunan objek

Bentuk partisipasi masyarakat Kelurahan Kandri dalam pengembangan Desa Wisata Kandri Kota Semarang adalah pseudo-participation atau partisipasi semu, hal ini

Bentuk partisipasi masyarakat Kelurahan Kandri dalam pengembangan Desa Wisata Kandri Kota Semarang adalah pseudo-participation atau partisipasi semu, hal ini

Dalam dua tahun terakhir, desa wisata kampung kelembak telah memulai, desa wisata kampung kelembak telah melaksanakan berbagai pengembangan kawasan ekowisata berbasis masyarakat dengan

266 PARTISIPASI DAN DESENTRALISASI DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENGEMBANGAN DESA WISATA Oti Kusumaningsih1*, Emiraldo Win Pazqara2, Johar Ma’muri3