• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Polri dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika

BAB III : KEBIJAKAN PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP

2. Peran Polri dalam Penanggulangan Tindak Pidana Narkotika

Jaringan narkotika yaitu anggota dari suatu sindikasi dari tindak pidana narkotika, yang terdiri dari beberapa kelompok yang di dalam jaringan tersebut yang mendukung dalam melakukan suatu tindak pidana, yaitu, adanya penyandang dana, yang dimana dana tersebut digunakan untuk modal dalam melakukan penyalahgunaan narkotika. Adanya pemasok barang (obat), dimana obat tersebut akan diolah dan disalahgunakan menjadi zat yang berbahaya (narkotika). Adanya pengedar, yaitu orang atau oknum yang menyebarkan atau mendistribusikan sesuatu dalam ruang lingkup narkotika, yang tugasnya melakukan pengedaran barang terlarang atau narkotika kepada para pembeli setelah dilakukannya transaksi jual beli melalui komunikasi. Adanya bagian penyimpan barang, tugasnya untuk menyimpan barang narkotika agar tidak diketahui oleh siapapun. Dan adanya kurir, yang bertugas mengantarkan narkotika tersebut kepada pembeli.

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah, Direktorat Reserse Narkoba bertugas menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba; penganalisisan kasus narkoba beserta penanganannya dan pengkajian efektifitas pelaksanaan tugas Direktorat Reserse Narkoba;pengawasan penyidikan tindak pidana narkoba di lingkungan Polda; pembinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba. Berdasarkan Surat Keputusan Kapolri No.Pol: 1205/IX/2000 tentang penyelidikan reserse, dalam menggali keterangan dan

mengungkap jaringan narkotika, penyidik kepolisian mempunyai beberapa teknik mulai dari observasi (pengamatan), surveilance (pembuntutan), undercover buy (pembelian terselubung), controlled delevery (penyerahan yang diawasi) yang diuraikan sebagai berikut:

a) Observasi (pengamatan)

Pengertian observasi yaitu meninjau atau mengamat-amati suatu tempat, keadaan atau orang untuk mengetahui baik hal-hal yang biasa maupun yang tidak biasa dan kemudian hasilnya dituangkan dalam suatu laporan. Dari observasi yang dilakukan dapat diketahui kondisi suatu tempat dan orang-orang yang ada ditempat tersebut. Setiap apa yang dilihat dan diamati oleh observer akan dicatat sehingga dapat menentukan langkah-langkah berikutnya. Dalam melaksanakan observasi haruslah diperhatikan hal-hal yang lain atau terdapat perbedaan dari hal-hal biasa yang tidak diketahui masyarakat umum. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi yaitu:

1. Observasi dilakukan dengan cermat dan tepat sehingga dapat diperoleh gambaran yang lengkap dan jelas.

2. Hal-hal yang kelihatan kecil atau sepele perlu diamati dengan baik, karena hal tersebut mungkin tidak berarti bagi orang awam, tetapi sangat berharga bagi penyelidik.

4. Untuk membantu mengingat apa yang telah diamati perlu disediakan peralatan/perlengkapan yang diperlukan, misalnya: alat tulis/catatan, peralatan foto, alat perekam (handycam), teropong, gambar sketsa.

5. Sebelum melaksanakan observasi kepastian terhadap penentuan sasaran harus dikaji dan dianalisa secara cermat dan tepat.

Melakukan observasi terhadap seseorang harus diperhatikan gerak-gerik orang yang sembunyi-sembunyi perlu mendapat perhatian khusus; sikap dan tingkah laku orang yang terlalu ingin tahu perlu diamati; sikap seseorang yang menunjukkan pura- pura tidak tahu, yang terlalu dibuat-buat biasanya mengandung maksud tertentu yang perlu diperhatikan penyelidik. Bila penyelidik hadir/datang di tempat kejadian perkara, tindak pidana masih berlangsung maka penyelidik harus dapat melakukan observasi secara cepat, tepat dan obyektif terutama mengenai faktor-faktor penting, misalnya waktu, tempat, orang, benda, dan perbuatan.

b) Surveilance (pembuntutan)

Dalam mengungkapkan adanya suatu tindakan pidana narkotika maka penyelidik tidak hanya melakukan pemeriksaan atau pengawasan hanya pada suatu ternpat tertentu. Pengawasan ini harus dilakukan secara berpindah, untuk itu diperlukan teknik surveilance. Surveilance adalah pengawasan terhadap orang, kenderaan dan tempat atau obyek yang dilakukan secara rahasia untuk memperoleh informasi kegiatan dan identifikasi oknum. Inforrmasi yang diperoleh dalam melakukan pembuntutan digunakan untuk mengidentifikasi sumber, kurir dan penerima narkotika. Operasi surveilance dilakukan secara terus-menerus dan

berganti-ganti agar tidak menimbulkan kecurigaan bagi pelaku tindak pidana narkotika. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan surveilance yaitu:

1. Surveilance terhadap subyek sebaiknya direncanakan secara teliti dan matang serta fleksibel sesuai dengan kebutuhan dan keadaan yang mungkin berkembang/berubah di lapangan.

2. Dalam merencanakan surveilance perlu memperhitungkan dan mempertimbangkan tentang kemungkinan yang dapat menimbulkan hal-hal yang tak terduga dan resiko-resiko yang akan dihadapi yaitu tentang informasi yang telah diterima dan telah tersedia, tujuan surveilance yang akan dicapai, perkiraan tentang kemungkinan yang akan dihadapi, cara bertindak yang diperlukan.

3. Petugas yang melakukan surveilance bertubuh sedang/biasa, tidak memiliki kelainan/keistimewaan bentuk badan dan wajah, tidak mempunyai tanda khusus/cacat diri, dapat cepat menyesuaikan diri dan serasi dengan tempat/lingkungan dan keadaan sekeliling (misalnya menguasai bahasa, paham adat kebiasaan, cara berpakaian dan penampilan), menguasai teknik dan taktik penyelidikan.

4. Surveilance agar mempersiapkan uang termasuk uang kecil yang cukup untuk

sewaktu-waktu diperlukan misalnya untuk telepon, taxi, bus, makan direstoran, dan lain-lain, surveilance harus senantiasa peka terhadap gerak tipu obyek supaya tidak kehilangan jejak, harus waspada terhadap kemungkinan penyesatan, hati-hati dan waspada terhadap gerakan-gerakan obyek yang

bersifat tipu daya, misalnya berhenti tiba-tiba, pura-pura membetulkan tali sepatu, dasi atau berdiri di depan etalase yang tujuan sebenarnya untuk mengelakkan atau mengecek apakah ada orang yang mengikutinya.

5. Waspada terhadap obyek yang menggunakan pengawal bertujuan untuk mengamankan/menghalangi pengawasan atau memperdaya surveilance. Jika obyek curiga bahwa ada yang mengikuti atau surveilance kehilangan jejak, maka seolah-olah surveilance tak mengawasi obyek, merubah posisi dengan cepat dari cara semula dan segera melapor pada atasan sebab kehilangan jejak. 6. Larangan bagi petugas penyelidik yang sedang melakukan surveilance yaitu

hindarkan kontak langsung bertatap mata dengan obyek, supaya tidak dikenali oleh obyek terutama pada saat harus bertatapan; bila dalam surveilance tiba- tiba terjadi kontak langsung dan bertatap muka dengan obyek, maka jangan mengalihkan pandangan secara mendadak supaya tidak menimbulkan kecurigaan/perhatian obyek; bila perlu memandang wajah obyek, maka pandanglah secara tidak langsung dan wajar untuk menghindari kecurigaan; hindari gerakan-gerakan yang mendadak atau kurang wajar agar tidak menarik perhatian.

c) Undercover buy (pembelian terselubung)

Undercover buy (pembelian terselubung) sebagai suatu metode yang

dilakukan penyidik dalam tindak pidana narkotika. Undercover buy (pembelian terselubung) adalah suatu teknik khusus dalam penyelidikan kejahatan narkotika, dimana seorang informan atau anggota polisi bertindak sebagai pembeli dalam suatu

transaksi gelap jual beli narkotika, dengan maksud pada saat terjadi hal tersebut, penjual atau perantara atau orang-orang yang berkaitan dengan supply narkotika dapat ditangkap beserta barang bukti yang ada padanya. Pengertian tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa undercover buy (pembelian terselubung) bertujuan untuk menangkap penjual, perantara atau orang yang berkaitan dengan supply narkotika beserta barang bukti yang sah.

d) Controlled Delevery (penyerahan yang diawasi)

Controlled delevery adalah Pengiriman dan penyerahan Narkotika kepada penerima oleh kurir yang merupakan tersangka yang ingin bekerjasama dengan Polisi. Penyerahan tersebut diawasi untuk mengetahui siapa penerima atau jaringannya dan kemudian dilakukan penangkapan tersangka dan mengungkap jaringannya serta penyitaan barang bukti narkotika. Dalam hal ini Controlled Delivery ada beberapa macam, yaitu:90

1) Controlled import atau export “pass through”, yaitu suatu teknik

penyelidikan Controlled Delivery atas import atau export barang yang diduga diselewengkan untuk tujuan produksi/pembuatan Narkotika. Salah satunya dapat melalui jasa ekspedisi atau jasa pengiriman yang akhir-akhir ini semakin sering terjadi.

90

Wawancara dengan AKBP K.A.M Sinambela, Kabag Analis Direktorat Narkoba Polda Sumatera Utara tanggal 23 Mei 2011.

2) Controlled Delivery dengan cooperating dependant atau kurir narkotika yang dapat diajak kerjasama, dalam hal ini kurir adalah mantan pemakai atau mantan bandar.

3) Controlled Delivery dengan undercover agent bertindak sebagai kurir

sindikat. Undercover agent adalah petugas polisi yang melakukan penyusupan ke dalam sasaran sindikat atau organisasi kriminal. Dalam hal ini, penyidik kepolisian telah membuat transaksi sendiri dengan anggota sindikat narkotika. Setelah mendapat barang bukti narkotika dari hasil transaksi yang dilakukan dengan para pelaku tindak pidana narkotika maka barang bukti tersebut di foto dan dibuatkan BAP.

Melaksanakan Undercover buy (pembelian terselubung) dan Controlled Delevery (penyerahan yang diawasi) dilakukan untuk keperluan penyelidikan yang tidak mungkin didapat dengan dengan cara-cara terbuka oleh sebab itu perlu dilakukan penyamaran untuk dapat menyusup kedalam sasaran guna memperoleh bahan keterangan yang diperlukan. Petugas yang melakukan undercover harus betul- betul dipilih dan dipersiapkan sehingga memiliki kemampuan tehnis dalam melakukan observasi dan surveilance serta kemampuan untuk melakukan tindakan- tindakan lain yang mendukung tindakan penyelidikan. Untuk mencegah terungkapnya penyamaran (undercover), maka identitas petugas harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi sasaran, sedangkan semua identitas diri yang tidak mendukung pelaksanaan kegiatan undercover harus dihilangkan/disingkarkan antara lain KTP,

SIM, kartu nama dan lain-lain. Persiapan-persiapan yang dilakukan dalam melakukan undercover yaitu:

1. Peralatan dan perlengkapan khusus disesuaikan dengan sasaran dan biaya yang diperlukan, sarana komunikasi dan transportasi sesuai dengan cover yang diperlukan, menentukan tempat pertemuan tertentu (safe house) untuk menyampaikan bahan keterangan dan menerima instruksi dari pimpinan, mempelajari data sasaran dengan cermat dan teliti. Kelengkapan administrasi meliputi surat perintah yang diterbitkan akan tetapi tidak dibawa oleh yang bersangkutan, surat-surat identitas diri seperti KTP, SIM dan lain sebagainya disesuaikan dengan covernya.

2. Menyembunyikan segala catatan/arsip resmi baik yang berada dirumah maupun yang dibawa seperti identitas diri (surat perintah tugas, potret-potret berpakaian dinas yang dapat menunjukkan identitas anggota Polri). Apabila petugas yang melakukan penyamaran bertempat tinggal dalam komplek perumahan Polri maka yang bersangkutan harus berpindah keluar komplek hingga tugas selesai. Mengingatkan kepada semua anggota keluarga/teman untuk tidak mengatakan/menceritakan tentang identitas yang sebenarnya sebagai anggota Polri kepada orang lain yang belum dikenal. Melatih/membiasakan diri dengan identitas yang baru.

3. Merencanakan tempat-tempat pertemuan tertentu serta alat-alat komunikasi dan transportasi yang akan dipergunakan untuk menyampaikan bahan-bahan keterangan yang diperoleh kepada pimpinan. Mencari dan memilih orang-

orang yang dapat membantu dan melaksanakan undercover bila diperlukan. Memperhitungkan segala kemungkinan adanya hambatan bagi pelaksanaan kegiatan undercover untuk dapat diatasi. Mempersiapkan suatu skenario/cerita penyamaran (cover story) yang akan dilakukan dalam kegiatan undercover guna mendekati sasaran.

4. Melakukan pendekatan pada sasaran yang telah ditentukan, apabila ada hambatan untuk pendekatan langsung, dapat melalui orang lain yang dapat membantu. Setelah berhasil kontak dengan sasaran dilanjutkan dengan kegiatan untuk menumbuhkan kepercayaan dari sasaran dengan menyebarluaskan cerita samaran dilingkungan sasaran. Pilih tempat tinggal, tempat hiburan dan tempat kerja yang dapat dipergunakan untuk mengamati kegiatan sasaran. Dalam hal petugas yang melaksanakan kegiatan undercover telah berada dan berhasil diterima dilingkungan sasaran, maka sebelum mengumpulkan bahan keterangan yang diperlukan, petugas harus segera melakukan adaptasi dan bertindak hati-hati dengan cara membatasi pembicaraan agar orang-orang yang ada di sasaran lebih aktif bicara, berusaha untuk mendengar semua hal yang dibicarakan oleh sasaran, perhatikan dengan seksama apa yang tampak disekitar tempat/sasaran dan kegiatan-kegiatan apa yang tengah/akan berlangsung diingat tanpa mencatat, jangan sampai terpengaruh terhadap hal-hal negatif yang dilakukan oleh orang-orang yang ada di sasaran dengan memberikan alasan yang logis dan dapat diterima oleh sasaran, jangan bersikap dan bertindak yang dapat menimbulkan kecurigaan

dalam lingkungan orang-orang yang ada disasaran, melakukan pengamatan secara cermat dan teliti yang diharapkan dapat memperoleh bahan keterangan lain, petugas undercover jangan sampai terpengaruh akibat negatif dari orang- orang yang ada di sasaran, bila diperlukan memmbeli narkotika supaya petugas undercover tidak langsung membeli tetapi mengadakan tawar- menawar terlebih dahulu untuk tidak menimbulkan kecurigaan, komunikasi terhadap teman supaya menggunakan tanda-tanda atau gerakan tubuh tertentu (rahasia) yang mudah disampaikan dan dimengerti.

5. Dalam hal petugas yang melaksanakan undercover tidak berhasil melapor pada waktu dan tempat yang telah ditentukan/diatur pimpinan pelaksana kegiatan undercover memerintahkan kepada petugas lain untuk mengadakan pengecekan untuk mengetahui situasi dan kondisi penyelidik yang melakukan undercover serta sasarannya. Jika karena situasi terpaksa harus melibatkan diri dalam suatu perbuatan tindak pidana, maka kegiatan tersebut harus sepengetahuan dan persetujuan pimpinan pelaksana undercover. Apabila petugas menemukan kesulitan-kesulitan dalam melakukan kegiatan undercover, maka pimpinan harus memberikan petunjuk baru yang jelas dan tegas. Jangan sekali-sekali menanyakan usul-usul orang di tempat sasaran. Waspada terhadap orang-orang yang membantu pelaksanaan kegiatan undercover. Apabila diperlukan agar pimpinan pelaksana kegiatan undercover menunjuk petugas lain yang bertindak sebagai pelindung dengan jalan mengikuti jejak dan memperhatikan kegiatan undercover yang dilakukan

petugas lain untuk kemudian melaporkannya kepada pimpinan pelaksana kegiatan undercover. Setelah tugas undercover selesai, segera membuat laporan hasil penyelidikan undercover.

Berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah, salah satu tugas Direktorat Reserse Narkoba adalah menyelenggarakan penyelidikan dan penyidikan tindak pidana penyalahgunaan narkoba. Anggota Direktorat Reserse Narkoba Polda Sumatera Utara mempunyai tugas dalam menangani kasus-kasus penyalahgunaan narkotika, yaitu :91

1. Penyelidikan.

Berawal dari adanya informasi masyarakat dan diduga adanya tempat yang dijadikan sebagai transaksi dan peredaran narkotika salah satunya melalui jasa penitipan. Sebelumnya pihak kepolisian melakukan kerjasama atau koordinasi dalam mengungkap jaringan narkotika.

2. Penindakan.

Apabila ditemukan bukti adanya tindak pidana narkotika, maka polisi langsung melakukan proses penindakan di tempat kejadian perkara, dengan melakukan penggeledahan, penyitaan barang bukti, dan Penangkapan. Penggeledahan ada 2 macam yaitu penggeledahan rumah dan penggeledahan badan. Menurut ketentuan Pasal 1 butir 17 KUHAP penggeledahan rumah

91

Hari Sasangka, Penyidikan, Penahanan, Penuntutan dan Pra Peradilan Dalam Teori dan Praktek, cetakan 1, (Bandung: Mandar Maju, 2007), hal. 56.

adalah tindakan penyidik untuk memasuki rumah tempat tinggal dan tempat tertutup lainnya, untuk melakukan tindakan pemeriksaan dan atau penyitaan ada atau penangkapan dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang- undang. Serta menurut ketentuan Pasal 1 butir 18 KUHAP penggeledahan badan adalah tindakan penyidik untuk mengadakan pemeriksaan badan atau pakaian tersangka untuk mencari benda yang diduga keras ada pada badannya atau dibawa serta, untuk disita. Dalam keadaan biasa di dalam melakukan penggeledahan penyidik haruslah mendapat ijin dari ketua pengadilan, adanya saksi, serta membuat berita acara.

Penyitaan menurut ketentuan Pasal 1 butir 16 KUHAP adalah serangkaian tindakan penyidik untuk mengambil alih dan atau menyimpan di bawah penguasaannya benda bergerak atau tidak bergerak, berwujud atau tidak berwujud untuk kepentingan pembuktian dalam penyidikan, penuntutan dan peradilan. Sesungguhnya penyitaan berkaitan erat dengan penggeledahan pada suatu tempat oleh penyidik biasanya diikuti oleh penyitaan, apabila diketemukan suatu benda, surat, dan sebagainya yang diperlukan untuk pembuktian di sidang pengadilan nanti.92

Pengertian penangkapan menurut ketentuan Pasal 1 butir 20 KUHAP adalah suatu tindakan penyidik berupa pengekangan sementara waktu kebebasan tersangka atau terdakwa apabila cukup bukti gunakepentingan penyidikan atau penuntutan dan atau peradilan dalam hal serta menurut cara yang diatur

92

dalam undang-undang ini. Perintah penangkapan tersebut tidak boleh dilakukan sewenang-wenang, tetapi harus dilakukan kepada mereka yang betul-betul melakukan tindak pidana. Dalam tugas tersebut, para anggota dilengkapi dengan surat perintah tugas, geledah, sita, penangkapan.

3. Penyidikan.

Para pelaku tindak pidana narkotika akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu dilakukannya proses penyidikan dengan dibuatnya Berita Acara Pemeriksaan saksi dan tersangka serta dilakukan tes barang bukti. Adapun tata cara/prosedur penyidikan yang dilakukan oleh penyidik terhadap tersangka adalah sebagai berikut:93

a. Tersangka dan saksi-saksi di BAP (berita acara pemeriksan) yaitu: surat perintah tugas, surat perintah geledah, surat perintah sita, surat perintah tangkap, surat perintah keterangan saksi, surat perintah keterangan saksi ahli, surat perintah keterangan tersangka;

b. Barang bukti dikirim ke labfor POLDA Sumut, jika hasil positif maka tersangka ditahan;

c. Melengkapi penyidikan (berita acara yang berkaitan dengan penyidikan, surat perintah tugas penyelidikan dan surat perintah tugas penyidikan);

d. Berkas dikirim ke Penuntut Umum.

93

Wawancara dengan Kompol Jusman Silaban, Kasubbag Analis Direktorat Narkoba Polda Sumut, tanggal 23 Mei 2011.

Mengingat akibat dari tindak pidana narkotika sangat berbahaya dan meresahkan masyarakat, terlebih-lebih yang kecanduan tersebut para remaja yang merupakan generasi penerus bangsa ini. Penanggulangan tindak pidana narkotika tidak dapat hanya dilakukan oleh satu pihak saja, yaitu hanya dilakukan oleh pemerintah. Upaya penanggulangan harus melibatkan berbagai pihak tidak hanya pemerintah tetapi juga keikutsertaan masyarakat. Penanggulangan narkotika yang dapat dilakukan menurut wawancara dengan AKBP K.A.M Sinambela Kabag Analis Direktorat Narkoba Polda Sumatera Utara, dalam menanggulangi penyalahgunaan narkotika telah melakukan dua upaya, yaitu:

1. Penanggulangan yang bersifat preventif 2. Penanggulangan yang bersifat represif. 1) Penanggulangan yang bersifat Preventif

Penanggulangan yang bersifat preventif ini bisa diartikan sebagai suatu tindakan pencegahan. Preventif94 juga dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan narkotika melalui pengendalian dan pengawasan jalur resmi serta pengawasan langsung terhadap jalur peredaran gelap, dengan tujuan agar potensi penyalahgunaan tidak berkembang menjadi ancaman faktual, antara lain dengan tindakan mencegah agar jumlah dan jenis narkotika yang beredar hanya untuk dunia

94

Preventif (pencegahan), yaitu untuk membentuk masyarakat yang mempunyai ketahanan dan kekebalan terhadap narkoba. Pencegahan adalah lebih baik dari pada pemberantasan. Pencegahan penyalahgunaan Narkoba dapat dilakukan dengan berbagai cara, seperti pembinaan dan pengawasan dalam keluarga, penyuluhan oleh pihak yang kompeten baik di sekolah dan masyarakat, pengajian oleh para ulama, pengawasan tempat-tempat hiburan malam oleh pihak keamanan, pengawasan distribusi obat-obatan ilegal dan melakukan tindakan-tindakan lain yang bertujuan untuk mengurangi atau meniadakan kesempatan terjadinya penyalahgunaan Narkoba.

pengobatan dan pengembangan ilmu pengetahuan, mencegah kebocoran pada jalur resmi, meningkatkan dan memantapkan pengawasan terhadap lalu lintas narkotika tingkat internasional, pengawasan terhadap gerakan-gerakan komersial dagang dari zat pemula (precusor), pengawasan terhadap analog zat-zat yang berada di bawah pengawasan internasional, pemusnahan ladang-ladang narkotika, dan pengembangan kembali daerah yang sebelumnya merupakan perdagangan gelap yang menghabiskan narkotika.95

Penanggulangan preventif terhadap penyalahgunaan narkotika juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendidikan agama sejak dini, pembinaan kehidupan rumah tangga yang harmonis dengan penuh perhatian dan kasih sayang, menjalin komunikasi yang baik antara orang tua dan anak, orang tua memberikan teladan yang baik kepada anak-anak, anak-anak diberikan pengetahuan sedini mungkin tentang narkoba, jenis, dan dampak negatifnya.

Penanggulangan preventif dilakukan dengan mengadakan pendekatan kepada masyarakat, baik itu anak sekolah, orang tua, maupun pemuka masyarakat serta pemuka agama. Dengan mengadakan penyuluhan ini, diharapkan dapat menghilangkan atau setidak-tidaknya mengurangi apa yang menjadi sebab terjadinya penyalahgunaan narkotika tersebut. Keterbukaan orang tua dengan anaknya, atau pemuka masyarakat dengan warganya adalah usaha pertama yang harus dilakukan, sehingga jika terjadi penyimpangan dari norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat dapat segera diperbaiki tanpa menunggu adanya korban yang lebih

95

banyak lagi. Tindakan Preventif ini dilakukan oleh Satuan Narkoba Polda Sumut berdasarkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2010 Tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Pada Tingkat Kepolisian Daerah, salah satu tugas Direktorat Reserse Narkoba mengadakan pembinaan dan penyuluhan dalam rangka pencegahan dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba dengan cara:96

a) Mengadakan penyuluhan-penyuluhan ke sekolah-sekolah.

Anak-anak sekolah sebagian besar yang terdiri dari remaja merupakan sasaran dari penanggulangan ini. Untuk penyuluhan ke sekolah-sekolah ini dilakukan dengan jalan memberikan penjelasan tentang akibat yang ditimbulkan dari penyalahgunaan narkotika. Dengan pengetahuan akan bahaya dari narkotika tersebut diharap mereka akan berusaha untuk menghindarinya dan tidak menggunakannya. Adanya tekanan atau goncangan pada jiwa anak dapat membuat pendirian seseorang anak goyah dan mereka sering mencari tempat pelarian yang belum tentu positif, salah satunya adalah narkotika.97 Sehingga untuk menghindari terjadinya penyalahgunaan narkotika ini perlu adanya penyuluhan tentang narkotika.

b) Pendekatan Terhadap Orang Tua

96

Wawancara dengan AKBP K.A.M Sinambela, Kabag Analis Direktorat Narkoba Polda Sumatera Utara, tanggal 23 Mei 2011.

97

Yanen Dwimukti Wibowo, Kasus Penyalahgunaan Narkoba Khususnya pada Remaja, http://www.wikimu.com/News/DisplayNewsRemaja.aspx?id=5309, diakses tanggal 22 Juni 2011.

Selain anak-anak sekolah menurut pendapat bapak AKBP K.A.M Sinambela bahwa orang tua juga perlu mendapatkan penyuluhan tentang narkotika. Disamping usaha penyuluhan yang dilakukan, yang tidak kalah pentingnya dalam rangka mengatasi penyalahgunaan narkotika ini adalah pengadaan sarana penunjang pembinaan mental, misalnya tempat-tempat olahraga dan tempat-tempat hiburan. Pengadaan sarana ini merupakan faktor yang sama pentingnya dengan pembinaan mental, sehingga pengadaan sarana ini

Dokumen terkait