• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

Dalam dokumen APRIYANTI MANDASARI SIAHAAN (Halaman 85-0)

BAB V ANALISIS TEMUAN

5.4. Peran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan

5.4.1. Peran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Permodalan Dalam permodalan, hal tersebut dirasakan oleh salah satu mitra binaan PT.

Pertamina (Persero) Medan yaitu Syamsir, pelaku UKM di sektor pengadaan gas elpiji 3 kg, yang memutuskan meminjam ke PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan sejak Maret 2010 dengan pinjaman awal sebesar Rp 15 juta dikarenakan memiliki masalah dalam permodalan dalam menjalankan usahanya. Selain itu pelayanan yang diberikan oleh PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan juga sangat bagus dan memuaskan sesuai dengan persyaratan, yang terutama adalah usaha yang dijalankan itu jelas. Ia memanfaatkan pinjaman dari PKBL untuk membeli gas elpiji 3 kg sebanyak 50 tabung per 20 hari. Selain itu pinjaman tersebut juga ia pergunakan untuk membuat sebuah gudang kecil berukura 1 x 1,5 meter di samping rumahnya sebagai tempat penyimpanan tabung gas elpiji tersebut.

(Wawancara dengan mitra binaan Syamsir, pada 22 Desember 2010)

Sumber Foto: Hasil Observasi di Lapangan, pada 22 Desember 2010 Gambar 5.1.

Syamsir, Agen Gas Elpiji 3 kg

Gambar 5.2.

Gudang tempat penyimpanan Gas

Hal yang sama juga dirasakan oleh mitra binaan lain yaitu Masrukin, pelaku UKM di sektor industri kayu (furniture), yang telah membuka usaha furniture selama 12 tahun bersama istrinya, Nurlaila, seperti lemari, meja makan, kursi, buffet, dan perabot kayu jepara lain akhirnya memutuskan meminjam ke PKBL PT. Pertamina (Persero) pada Maret 2010 karena merasa jasa administrasi yang diberikan ringan yaitu hanya sebesar 6 % per tahun serta pelayanan yang tidak ribet seperti pada bank.

Menurut penuturan dari Masrukin, ia mengetahui program PKBL PT.

Pertamina (Persero) Medan ini dari temannya. Lalu ia pun memutuskan untuk meminjam langsung ke PKBL, tidak memakan waktu lama setelah ia memasukkan proposal maka pihak PKBL langsung melakukan survey dan akhirnya memutuskan memberikan pinjaman sebesar Rp 35 juta dengan lama pinjaman selama 36 bulan. Pinjaman yang diberikan oleh PKBL sebagian besar digunakan untuk pengembangan usaha yang telah lama digelutinya membeli kayu jati langsung dari Jepara dan pengadaan peralatan untuk membuat furniture tersebut. Biasanya ia hanya memasarkan sendiri produk furniture-nya di depan rumahnya (kiosnya) dalam artian tidak memasoknya ke toko perabot yang ada. . (Wawancara dengan mitra binaan Masrukin , pada 22 Desember 2010)

Sumber Foto: Hasil Observasi di Lapangan, pada 22 Desember 2010 Gambar 5.3.

Masrukin dan isterinya di tempat usaha mereka

Gambar 5.4.

(Kiri) Hasil olahan kayu jepara

(Kanan) tempat pengolahan furniture

5.4.2. Peran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Penyediaan Aset

Dalam usaha kecil dan menengah (UKM), aset dapat berupa mesin dan peralatan yang umumnya digunakan untuk membuat atau mengolah bahan baku (bahan mentah) menjadi barang jadi yang siap untuk dipasarkan. Oleh sebab itu untuk terus mempertahankan usahanya mitra binaan yang bergerak di bidang industri roti, Mahmud, memanfaatkan pinjaman yang diberikan kepadanya pada tahun 2009 untuk membeli atau mengganti peralatan yang digunakannya untuk membuat roti. Usaha yang bergerak di bidang industri roti ini ia mulai dari tahun 1990-an bersama adiknya. Peralatan tersebut seperti mixer, loyang, oven untuk memanggang roti dan peralatan lain untuk menunjang pembuatan roti. Dalam pemasarannya Mahmud juga menyalurkan roti buatannya ke Hotel Dharma Deli dan Rumah Sakit Sri Ratu Medan. Selain membuat dan menyalurkan roti buatannya ke beberapa tempat ia juga menerima kue yang dititip oleh orang lain hal ini bertujuan untuk menambah penjualannya.

(Wawancara dengan mitra binaan Mahmud , pada 22 Desember 2010)

Sumber Foto: Hasil Observasi di Lapangan, pada 22 Desember 2010 Gambar 5.5.

Toko Roti milik Mahmud

Yang berlokasi di Jl. T.Cik Ditiro Medan

Gambar 5.6.

Aneka roti buatan Mahmud dan kue lain yang dititip oleh orang

lain

5.4.3. Peran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Menciptakan Lapangan Pekerjaan

Peran PKBL dalam menciptakan lapangan pekerjaan ternyata dimanfaatkan oleh salah seorang mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan, Zakaria Silaen, yang memiliki usaha ponsel. Berawal dari modal sendiri kemudian setelah itu ia memutuskan untuk meminjam ke PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan.

Dalam perjalanan usahanya ia sudah meminjam sebanyak tiga kali ke PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan. Hal tersebut disebabkan karena semakin lama usaha yang dikelolanya semakin berkembang. Dana pinjaman tersebut ia gunakan untuk membangun tempat usaha, membeli peralatan, modal kerja (pulsa) dan yang terutama untuk membayar gaji karyawan yang dipekerjakannya. Ia merasakan manfaat terbesar dalam menjalankan usahanya ini adalah ia mampu menciptakan lapangan pekerjaan bagi warga di sekitarnya. Saat ini ia telah memiliki sembilan orang karyawan untuk menjalankan usahanya seperti menjual voucher pulsa isi ulang, ponsel, aksesoris ponsel, dan servis ponsel.

(Wawancara dengan mitra binaan, Zakaria Silaen pada 22 Desember 2010)

Sumber Foto: Hasil Observasi di Lapangan, pada 22 Desember 2010 Gambar 5.7.

Zakaria Silaen, mitra binaan yang membuka usaha PIONEER PONSEL

Di daerah Pancing-Aksara

Gambar 5.8.

(Kiri) Pekerja yang bekerja di PIONEER PONSEL (Kanan) tempat usaha & service HP

5.4.4. Peran Program Kemitraan dan Bina Lingkungan dalam Ilmu Manajemen dan Ekspansi Usaha

Salah satu mitra binaan PT. Pertamina (Persero) Medan yang merasakan peran PKBL dalam ilmu manajemen dan ekspansi usaha adalah Aradi, pelaku UKM di sektor industri batu (handicraft), yang memutuskan meminjam ke PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan sejak tahun 2004 dengan pinjaman awal sebesar Rp 5 juta dikarenakan memiliki masalah dalam permodalan dalam menjalankan usahanya. Kegiatan pembinaan yang dilakukan oleh PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan adalah pelatihan ESQ. Menurutnya setelah ia mengikuti pelatihan ESQ ia menjadi dapat menambah wawasan dalam berbisnis. Ia menjadi semakin kreatif dalam menghasilkan kerajinan tangan yang unik. Selain itu ia juga mampu mengelola pinjaman tersebut untuk melakukan perluasan (ekspansi) usaha tanpa meninggalkan usaha yang sedang digelutinya saat ini. Ekspansi usaha tersebut adalah dengan membuka usaha aksesoris seperti ikat rambut, gelang, tas, dan lain-lain yang dikelola oleh istrinya.

(Wawancara dengan mitra binaan, Aradi pada 16 Desember 2010)

Sumber Foto: Hasil Observasi di Lapangan, 16 Desember 2010 Gambar 5.9.

Aradi, Pengusaha Industri Batu

Gambar 5.10.

Hasil Kerajinan Tangan dan usaha aksesoris yang ada di galeri milik Aradi

Studi Kasus Pada Mitra Binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan 1. Analisis Kasus Kisah Sukses Aradi, Pengusaha Industri Batu

Berawal dari ketertarikan terhadap dunia handicraft, Aradi yang merupakan lulusan dari D3 Pariwisata USU memutuskan untuk mengundurkan diri dari pekerjaan sebelumnya yaitu sebagai seorang yang bekerja di bidang jasa di Bali.

Tahun 2004 ia mulai mendirikan usahanya tersebut dengan menggunakan modalnya sendiri sebesar Rp 1 juta dan belajar secara otodidak (tidak mempunyai pengalaman sebelumnya). Dengan memanfaatkan serbuk kayu, kayu manis, pasir, kerang, batu alam (seperti batu candi, batu multi colour, batu kacang) serta kulit telur kemudian ia menggunakan desainnya sendiri yang ditambah dengan melihat perkembangan handicraft saat ini melalui majalah dan internet maka produk yang dihasilkannya memiliki keunikan sendiri. Tidak hanya dengan membeli bahan artwork dari Pasar Sambu, ia juga mendapatkan bahan dari limbah kaca dan keramik. Sehingga dari kreasinya dihasilkan produk-produk seperti vase, bingkai, cermin, lampu, kotak pensil, dan souvenir lainnya dengan kisaran harga mulai dari Rp 8.000,- hingga Rp 4 juta.

Namun dalam perjalanan usahanya ia mengalami kesulitan dalam hal permodalan dan pemasaran produk yang dihasilkannya. Sebelum menjadi mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan ia memasarkan produknya dari

„mulut ke mulut‟ atau menawarkan produk-produknya ke toko bunga di Jalan Cirebon, Medan. Kadang ia mengikuti pameran yang diadakan di plasa dengan biaya menyewa stand yang cukup mahal yaitu sekitar Rp 5 juta per minggu.

Kemudian ia mulai mengikuti berbagai pameran untuk dapat meningkatkan pemasaran produk-produknya. Di salah satu pameran tersebut ia bertemu dengan salah seorang staf PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan yang menawarkan untuk menjadi mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan. Kemudian ia memutuskan untuk menjadi mitra binaan. Hal pertama yang ia rasakan menjadi mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan adalah pelayanan yang diberikan dengan sangat baik, dalam arti prosedur pengurusan yang tidak berbelit-belit. Akhirnya pada tahun 2004 ia mendapat pinjaman awal sebesar Rp 5 juta.

Selain mendapat pinjaman ia juga mengikuti beberapa pelatihan yang diadakan oleh PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan.

Dari pelatihan tersebut banyak manfaat yang didapat olehnya seperti manajemen/pemasaran dimana ia dapat meningkatkan wawasan dalam arti dimana letak kekurangan dalam menjalankan bisnisnya tersebut dan pemasaran produknya semakin dikenal oleh banyak orang. Adapun penggunaan pinjaman yang diberikan tersebut digunakan untuk modal kerja sehingga dapat meningkatkan omset penjualannya menjadi Rp 10 juta per bulan dengan mempekerjakan beberapa pegawainya (merupakan warga di lingkungan sekitar rumahnya). Selain itu pinjaman tersebut digunakan untuk mendirikan galeri dan workshop (tempat untuk membuat produk).

Dalam perjalanan usahanya Aradi kembali meminjam kembali pada tahun 2008 sebesar Rp 40 juta dengan cicilan selama 36 bulan. Dana tersebut dikelolanya untuk melakukan perluasan usaha yaitu untuk mendirikan sebuah mini galeri penjualan aksesoris yang dikelola langsung oleh istrinya dan kafe di dekat rumahnya. Hal tersebut untuk meningkatkan bisnisnya tanpa harus

meninggalkan usaha sebelumnya. Dari pemaparan di atas maka Aradi tergolong pengusaha kecil yang cukup sukses dalam memanfaatkan pinjaman yang didapatkannya dari PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan.

Dengan memanfaatkan peluang yang didukung oleh semangat dan kreatifitas yang dimilikinya maka ia mampu mempertahankan usahanya hingga saat ini. Harapannya ke depan adalah agar usaha kecil dan menengah (UKM) dapat lebih dimajukan dan semakin waktu semakin banyak tumbuh para pelaku UKM baru karena secara tidak langsung dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang dapat mencegah pengangguran yang ada saat ini.

(Wawancara dengan mitra binaan, Aradi pada 16 Desember 2010)

2. Analisis Kasus Kisah Kurang Sukses Syamsir, Agen gas Elpiji

Masalah dalam pemodalan adalah masalah dialami oleh salah seorang mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan yaitu Syamsir. Adapun usaha yang dijalankannya adalah sebagai agen penjual gas elpiji 3 kg. Dengan mendapat pinjaman sebesar Rp 15 juta pada Maret 2010 lalu ia berupaya untuk menjadi agen di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Dana pinjaman yang diperolehnya dari PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan tersebut digunakannya untuk mengadakan gas elpiji 3 kg sebanyak 50 tabung, selain itu sebagian dana tersebut digunakannya untuk membuat gudang (tempat penyimpanan sementara gas elpiji 3 kg) yang berukuran 1 x 1.5 m di samping rumahnya. Dalam menjalankan usahanya ia masih saja tetap mengalami hambatan walaupun telah menjadi mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan. Hambatan tersebut adalah banyaknya agen penjual gas elpiji 3 kg yang sama seperti dirinya namun menjual

dengan harga yang jauh lebih murah (di bawah harga yang telah ditetapkan). Hal ini membuat usaha yang ia jalankan menjadi „sepi‟ dan kurang laku dalam pemasarannya.

Menurut penuturan Syamsir ia tidak terlibat langsung dalam pengurusan dirinya menjadi mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan. Ia mengetahui program ini dari salah satu staf pegawai yang bekerja di PT.

Pertamina (Persero) (bukan staf pegawai di PKBL) yang mengajaknya untuk menjadi calon mitra binaan PKBL. Sementara itu menurut penuturannya ia belum pernah diikutsertakan dalam pelatihan bahkan ia tidak mengetahui bahwa dalam PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan terdapat kegiatan pelatihan bagi para mitra binaannya. Hal ini terjadi karena adanya proses perantaraan tadi sehingga ia tidak mengetahui beberapa informasi yang seharusnya dapat ia ketahui sebagai salah satu mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero).

Ringkasnya, hambatan yang sering ditemui dalam menjalankan usaha kecil adalah gagal dalam pengorganisasian, keuangan, administrasi/pembukuan dan pemasaran.34 Hal tersebut dialami oleh Syamsir dimana ia kurang mampu mengelola dana pinjaman tersebut. Di bidang keuangan, ia lemah dalam membuat anggaran, tidak adanya pencatatan/pembukuan yang tidak memadai. Dalam hal ini tidak adanya batasan yang jelas antara milik pribadi (keluarga) dam milik usaha. Selayaknya dana pinjaman sebesar Rp 15 juta tersebut dapat dikelola dengan seoptimal mungkin misalnya dengan mengadakan alat transportasi berupa kereta angkut untuk memasarkan gas elpiji 3 kg tersebut atau bahkan dapat mempekerjakan beberapa orang untuk membantu mengelola usahanya. Sehingga

34 Nurlela Ketaren, Bahan Ajar Administrasi Niaga, (Medan: USU, 2008), hal 88.

ia mampu bekerja dengan lebih efektif dan efisien karena adanya pembagian tugas yang jelas.

Kelemahan selanjutnya adalah pendirian suatu usaha tanpa didukung adanya fakta dan data yang aktual. Hal ini tentu saja membuat pemasaran produk (gas elpiji 3 kg) menjadi kurang lancar karena adanya usaha sejenis. Seharusnya sebelum ia memutuskan untuk melakukan usaha penjualan gas elpiji 3 kg dapat berkonsultasi dengan orang yang mengerti dengan bisnis.

(Wawancara dengan mitra binaan, Syamsir pada 22 Desember 2010)

BAB VI PENUTUP 6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan di PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan, maka dapat ditarik kesimpulan :

1. PT. Pertamina (Medan) telah memiliki komitmen yang sangat besar tehadap CSR yaitu dengan membentuk departemen khusus yang menangani kegiatan CSR dan PKBL dengan mengangkat dua pejabat setingkat manajer, masing-masing manajer CSR dan PKBL. Kegiatan CSR berada langsung di bawah Sekretaris Perseroan tepatnya di bawah Divisi Hubungan Kelembagaan (Community Development) dan PKBL langsung berada di bawah koordinasi Direktur Keuangan.

2. Program CSR PT. Pertamina (Persero) lebih terkait dalam bidang pendidikan, kesehatan, lingkungan serta infrastuktur dan peduli bencana.

Adapun beberapa program yang dilaksanakan secara periodik tersebut antara lain Cerdas bersama Pertamina, Sehat bersama Pertamina, pemberian beasiswa kepada mahasiswa, pembangunan infrastruktur seperti pembangunan sekolah dan gereja, serta pada akhir tahun 2010 ini pelaksanaan pengobatan dan sunatan massal, serta pelaksanaan donor darah pada HUT Ke-53 PT. Pertamina (Persero).

3. Keberadaan Program Kemitraan PT. Pertamina (Persero) sangat membantu para pelaku UKM di wilayah kerjanya khususnya yang menjadi mitra binaan.

Adapun peran PKBL dalam mengembangkan UKM khususnya dalam hal

permodalan, penyediaan aset, menciptakan lapangan pekerjaan, ilmu manajemen dan ekspansi usaha.

4. Dalam pelaksanaan kegiatannya PKBL mengalami berbagai hambatan seperti apabila pada suatu periode waktu dana yang ada pada Program Bina Lingkungan PKBL habis padahal periode waktu satu tahun belum selesai maka khusus untuk kegiatan berhubungan dengan bencana alam pihak PT.

Pertamina (Persero) Medan akan meminta dana kepada PT. Pertamina (Pusat).

5. Beberapa hal yang menjadi faktor keberhasilan PKBL PT. Pertamina (Persero) Medan dalam mengembangkan sektor UKM adalah adanya komitmen dari PKBL untuk membina dan melatih para mitra binaannya untuk meningkatkan kemampuan kewirausahaan serta membantu dalam pemasaran dan promosi hasil produksi.

6.2. Saran

Melalui penulisan skripsi ini, penulis ingin memberikan beberapa saran yang berkaitan dengan temuan penelitian antara lain:

1. Sosialisasi program kemitraan dan bina lingkungan oleh PT. Pertamina (Persero) perlu ditingkatkan secara lebih aktif lagi agar seluruh masyarakat khususnya pelaku UKM dapat mengetahui program ini, hal ini dapat ditempuh dengan mengadakan pameran beberapa kali dalam satu tahun di seluruh wilayah kerja.

2. Pemberian pelatihan/pendidikan yang merata bagi seluruh mitra binaan PKBL PT. Pertamina (Persero) agar seluruh mitra binaan dapat meningkatkan wawasan dan pengetahuan dalam menjalankan usahanya.

3. PKBL PT. Pertamina (Persero) perlu mengadakan suatu program berupa bimbingan karier dengan menjalin kerjasama dengan psikolog atau ahli ekonomi bagi mitra binaannya untuk berkonsultasi jika mitra binaan tersebut mengalami hambatan dalam menjalankan usahanya. Jadi tidak hanya terbatas pada pelaksanaan pelatihan/pendidikan yang diadakan oleh PKBL PT.

Pertamina (Persero).

4. Melakukan pembaruan informasi (meng-up date) situs www.pkblpertamina.com agar masyarakat dan mitra binaan PKBL PT.

Pertamina Region I dapat mengetahui perkembangan yang terjadi saat ini.

DAFTAR PUSTAKA 1. Buku

Anggusti, Martono. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan. Bandung: Books Terrace & Library.

Bertens, K. 2000. Pengantar Etika Bisnis. Yogyakarta: Kanisius.

Bustami, Bastian et al. 2007. Mari Membangun Usaha Mandiri, (Yogyakarta : Graha Ilmu.

Ernawan, Erni R. 2007. Business Ethics : Etika Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.

Hutagalung, Raja Bongsu dan Syafrizal Helmi Situmorang. 2008. Pengantar Kewirausahaan. Medan: USU Press.

Irawan, Andi dan Bayu Airlangga Putra. 2007. Kewirausahaan UKM Pemikiran dan Pengalaman. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ketaren, Nurlela. 2008. Bahan Ajar Administrasi Niaga, Medan: USU.

Kodrat, David Sukardi. 2009. Manajemen Strategi, Membangun Keunggulan Bersaing Era Global di Indonesia Berbasis Kewirausahaan. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Kristianto, R. Heru. 2009. Kewirausahaan (Entrepreneurship) Pendekatan Manajemen dan Praktik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Riani, Asri Laksmi dkk. 2005. Dasar-Dasar Kewirausahawan. Surakarta: UNS Press.

Rudito, Bambang dan Melia Femiola. 2007 Etika Bisnis dan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan di Indonesia. Bandung: Rekayasa Sains.

Siagian, Matias dan Agus Suriadi. 2010. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan CSR Perspektif Pekerjaan Sosial. Medan: FISIP USU Press.

Sugiyono. 2007. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Sumarsono, Sonny. 2010. Kewirausahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Susanto, A. B. 2009. Reputation-Driven Corporate Social Responsibility Pendekatan Strategic Management dalam CSR. Jakarta: Erlangga.

Tambunan, Tulus T. H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.

Untung Budi, Hendrik. 2008. Corporate Social Responsibility. Jakarta: Sinar Grafika.

2. Internet

Implementasi Corporate Social responsibility (CSR) Sebagai Modal Sosial Pada PT. Newmont eprints.undip.ac.id/17529/1/HASAN_ASY‟ARI.pdf Diakses pada Senin 1 November 2010 Jam 13.45 WIB

CSR Pada Korporasi (oleh Permata Wulandari)

http://vibizmanagement.com/journal/index/category/leadership_corp_cultur e/28/190 Diakses pada Rabu 26 Januari 2011 Jam 17.00 WIB

UKM Medan Butuh Tempat Khusus Pemasaran Produk.

http://www.portalsumut.com/index.php/Post,27,0.html. Diakses pada Senin 1 November 2010, Jam 13.30 WIB

Visi, Misi, dan Strategi PUKK. www.pertamina.com/../VisiMisi.asp. Diakses pada Kamis 4 November 2010, Jam 13.30 WIB

PKBL Pertamina Targetkan 1000 Wirausaha (Penulis Eva Simanjuntak).

www.harian-global.com/index.php. Diakses pada Senin 8 November 2010, Jam 09.24 WIB

CSR: Sekilas Sejarah dan Konsep (oleh Heni Hidayat, blogger)

http://ngenyiz.blogspot.com/2009/02/csr-sekilas-sejarah-dan-konsep.html Diakses pada 7 Desember 2010 Jam 17.05 WIB

Sejarah dan Masa Depan CSR Menurut Min-Dong Paul Lee

http://www.csrindonesia.com/data/articles Diakses pada 7 Desember Jam 16.35 WIB

Tentang Pertamina

http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id

=3713&Itemid=863 Diakses pada Senin, 1 November 2010 Jam 12.35 WIB

Pertamina Raih 9 Proper Hijau

http://pertamina.com/index.php/detail... Diakses pada Rabu, 19 Januari 2011 Jam 08.45 WIB

Kebijakan dan Komitmen CSR Pertamina

http://pertamina.com/index.php/detail/read/kebijakan-komitmen-csr-pertamina Diakses pada Selasa, 14 Desember 2010 Jam 12.35 WIB

Corporate Social Responsibility

http://pertamina.com/index.php/detail/read/program-csr Diakses pada Selasa, 14 Desember 2010, Jam 12.30 WIB

Program Kemitraan Bina Lingkungan http://www.pkblpertamina.com/?program,4 Diakses pada Senin, 6 Desember 2010 Jam 18.35 WIB

Kerangkan Acuan Kerja Bagi Peserta Workshop ”Kajian Penerapan Pasal 74 UU PT No.40/2007 Dan Kaitannya Dengan Pelaksanaan PKBL Pada Badan Usaha Milik Negara”

pkbl.bumn.go.id/.../TOR%20utk%20Peserta%20Workshop%20PKBL.doc Diakses pada 22 Desember 2010, Jam 22.24 WIB

Angka Pengangguran 2010-Media Indonesia

http://www.mediaindonesia.com/foto/2739/An Diakses pada 28 Desember 2010, Jam 08.50 WIB

Karakteristik Kewirausahawan, http://10menit.wordpress.com/tugas-kuliah/

Diakses pada Jumat, 14 Januari 2011, Jam 16.30 WIB Struktur Organisasi PT. Pertamina (Persero)

http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id

=3713&Itemid=63 Diakses pada Senin, 1 November 2010 Jam 12.35 WIB Menelusuri Jejak CSR pada BUMN

http://menelusuri-jejak-csr-pada-bumn.blogspot.com/ Diakses pada Rabu, 22 Desember 2010 Jam 22.46WIB

3. Perundang-undangan

Republik Indonesia, Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.

____, Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.

____, Undang-Undang No. 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.

Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945.

Peraturan Menteri BUMN No. Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan BUMN dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

LAMPIRAN

PT. PERTAMINA (PERSERO) A. Sejarah Singkat PT. Pertamina (Persero)35

PT. Pertamina (Persero) adalah perusahaan minyak dan gas bumi yang dimiliki Pemerintah Indonesia (National Oil Company), yang berdiri sejak tanggal 10 Desember 1957 dengan nama PT PERMINA. Pada tahun 1961 perusahaan ini berganti nama menjadi PN PERMINA dan setelah merger dengan PN PERTAMIN di tahun 1968 namanya berubah menjadi PN PERTAMINA. Dengan bergulirnya Undang Undang No. 8 Tahun 1971 sebutan perusahaan menjadi PERTAMINA. Sebutan ini tetap dipakai setelah PERTAMINA berubah status hukumnya menjadi PT. Pertamina (Persero) pada tanggal 17 September 2003 berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2001 pada tanggal 23 November 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi.

PT Pertamina (Persero) didirikan berdasarkan akta Notaris Lenny Janis Ishak, SH No. 20 tanggal 17 September 2003, dan disahkan oleh Menteri Hukum

& HAM melalui Surat Keputusan No. C-24025 HT.01.01 pada tanggal 09 Oktober 2003. Pendirian Perusahaan ini dilakukan menurut ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas, Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 tentang Perusahaan Perseroan (Persero), dan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2001 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998 dan peralihannya berdasarkan PP No.31 Tahun 2003 "Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan

35 Tentang Pertamina

http://www.pertamina.com/index.php?option=com_content&task=view&id=3713&Itemid=863 Diakses pada Senin, 1 November 2010 Jam 12.35 WIB

Gas Bumi Negara (Pertamina) Menjadi Perusahaan Perseroan (Persero)". Sesuai akta pendiriannya, Maksud dari Perusahaan Perseroan adalah untuk menyelenggarakan usaha di bidang minyak dan gas bumi, baik di dalam maupun di luar negeri serta kegiatan usaha lain yang terkait atau menunjang kegiatan usaha di bidang minyak dan gas bumi tersebut.

Adapun tujuan dari Perusahaan Perseroan adalah untuk:

1. Mengusahakan keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan Perseroan secara efektif dan efisien.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

2. Memberikan kontribusi dalam meningkatkan kegiatan ekonomi untuk kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.

Dalam dokumen APRIYANTI MANDASARI SIAHAAN (Halaman 85-0)

Dokumen terkait