• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru dalam Rangka Menangai keterlamatan belajar siswa Menurut Mulyati (2007:23) peran guru dalam rangka mengangi

keterlambatan belajar siswa adalah:

1) Pahami bahwa anak membutuhkan lebih banyak pengulangan, 3 sampai 5 kali, untuk memahami suatu materi daripada anak lain dengan kemampuan rata-rata. Maka, dibutuhkan penguatan kembali melalui aktivitas praktek dan yang familiar, yang dapat membantu proses generalisasi.

2) Anak slow-learner yang tidak berprestasi dalam akademik dasar dapat memperoleh manfaat melalui kegiatan tutorial di sekolah atau privat. Tujuan tutorial bukanlah untuk menaikkan prestasinya, tetapi membantunya untuk optimis terhadap kemampuannya dan menghadapkannya pada harapan yang realistik dan dapat dicapainya.

3) Berusahalah untuk membantu anak membangun pemahaman dasar mengenai konsep baru daripada menuntut mereka menghafal materi dan fakta yang tidak berarti bagi mereka.

4) Gunakan demonstrasi dan petunjuk visual sebanyak mungkin. Jangan membingungkan mereka dengan terlalu banyak verbalisasi. Pendekatan multisensori juga dapat sangat membantu.

5) Jangan memaksa anak bersaing dengan anak dengan kemampuan yang lebih tinggi. Adakan sedikit persaingan dalam program akademik yang tidak akan menyebabkan sikap negatif dan pemberontakan terhadap proses belajar. Belajar dengan kerjasama dapat mengoptimalkan pembelajaran, baik bagi anak yang berprestasi atau tidak, ketika pemebelajaran tersebut mendukung interaksi sosial yang tepat dalam kelompok yang heterogen.

6) Konsep yang sederhana yang diberikan pada anak pada permulaan unit instruksial dapat membantu penguasaan materi selanjutnya. Maka, dibutuhkan beberapa modifikasi di kelas.

7) Anak sebaiknya diberi tugas, terutama dalam pelajaran sosial dan ilmu alam, yang terstruktur dan konkret. Proyek-proyek besar yang membutuhkan matangnya kemampuan organisasional dan kemampuan konseptual sebaiknya dikurangi, atau secara substansial dimodifikasi, disesuaikan dengan kemampuannya. Dalam kerja kelompok, slow-learner dapat ditugaskan untuk bertanggung jawab pada bagian yang konkret, sedang anak lain dapat mengambil tanggung jawab pada komponen yang lebih abstrak.

8) Tekankan hal-hal setelah belajar, berikan insentif dan motivasi yang bervariasi.

9) Berikan banyak kesempatan bagi anak untuk bereksperimen dan mempraktikkan konsep baru dengan materi yang konkret atau situasi yang menstimulasi.

10) Pada awal setiap unit, kenalkan anak dengan materi-materi yang familiar.

11) Sederhanakan petunjuk dan yakin bahwa petunjuk itu dapat dimengerti.

12) Penting bagi guru untuk mengetahui gaya belajar masing-masing anak, ada yang mengandalkan kemampuan visual, auditori atau kinestetik. Pengetahuan ini memudahkan penerapan metode belajar yang tepat pada mereka

C. PENUTUP

Menurut Alisuf, Bahri (1996: 40) mengemukakan “Anak lamban belajar adalah anak yang mengalami hambatan atau keterlambatan dalam perkembangan mental (fungsi intelektual di bawah teman-teman seusianya) disertai ketidakmampuan/kekurangmampuan untuk belajar dan untuk menyesuaikan diri sedemikian rupa sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus”. Masalah pokok yang dialami murid-murid yang lambat belajar adalah keterlambatan dalam belajar akibat dari keterbatasan

kemampuan yang dimilikinya antara lain masalah konsentrasi, daya ingat yang lemah, kognisi, serta masalah sosial dan emosional.

Ciri-ciri umum siswa lamban belajar dapt dipahami melalui pengamatan fisik siswa, Perkembangan mental, intelektual, sosial, ekonomi, kepribadian dan proses-proses belajar yang dilakukannya di sekolah dan di rumah. Ciri-ciri itu dianalisis agar diperoleh kejelasan yang konkret tentang gejala dan sebab-sebab kesulitan belajar siswa di sekolah dan di rumah.

Kelambanan belajar yang dialami anak dapat digolongkan dari segi penyebab, yaitu Kelainan daya pikir dan Kelainan motivasi. Terdapat beberapa strategi yang bisa dilakukan oleh seorang guru dalam upaya mengajar siswa yang lambat belajar salah satunya dengan mengelompokkan strategi bimbingan untuk setiap masalah , misalnya mengadakan bimbingan bagi anak dengan masalah konsentrasi,bimbingan bagi anak dengan masalah daya ingat, bimbingan bagi anak dengan masalah kognisi, serta bimbingan bagi anak dengan masalah sosial dan emosional.

Dengan adanya pembahasan tentang pembelajaran untuk anak didik lambat belajar diharapkan dapat memberikan wawasan mengenai ciri – ciri anak lambat belajar dan bagaimana cara membelajarkan mereka sehingga dapat meningkatkan kinerja para pendidik untuk memberikan pembelajaran sesuai dengan kemampuan dan klasifikasi anak didiknya. Dengan begitu tujuan pendidikan akan dapat tersebar merata tanpa memandang kekurangan peserta didik.

KEPUSTAKAAN

Abu, Ahmadi. 2004. Psikologi Belajar. Jakarat: Rineka Cipta.

Alisuf, Sabri. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya. Annur, Rahman. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabet.

Bimo, Walgito. 2004. Bimbingan dan Koseling (studi karier). Yogyakarta: Andi Offest.

Crow& Crow. 1951. An Introduction to Guidance. New York: American Book Company.

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Asdi Mahasatya.

Sukardi, Dewa Ketut. 2002. Pengantar Pelaksana Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Hallen, A. 2005. Bimbingan dan Konseling. Jakarta : Quantum Teaching.

Juntika Nurihsan, A. 2004. Manajemen Bimbingan Konseling di Sekolah. Jakarta: Grasindo.

Jones, J.J .1963 & 1987. Scondary School Administration. New York: Mc Graw Hill Bokk Company.

Muhibbin, Syah. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: Rajawali Press.

Mulyati. 2007. Pengantar Psikologi Belajar. Yogjakarta : Quality Publishing. M. Surya & M. Yamin. 1980. Pengajaran Remidial. Jakarta: Andreola.

Nana, Sudjana. 2008. Dasar-dasar Proses Belajar

Mengajar.Bandung: Balai.

UU RI No. 14 Tahun 2005. Tentang Guru dan Dosen. Dan UU RI No. 20 Tahun

2003. Tentang Sidiknas.Wipress.

Undang-undang Dasar 1945. Bab XIII Pendidikan dan Kebudayaan. Surakarta:

Pustaka Mandiri.

Prayitno. 1997. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Depdiknas. Prayitno, dkk. 2004. Pedoman Khusus Bimbingan dan Konseling. Jakarta:

Depdiknas.

Prayitno &Erman Amti. 2009. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Smith, J. David.2006. Inklusi, Sekolah Ramah Untuk Semua. Jakarta: Nuansa. Sutratinah, Tirtonegoro.2001. Anak Supernormal dan Program Pendidikannya.

Sutrina. 2013. Bimbingan dan Konseling: Pendidikan Formal, Nonformal, dan Informal. Yogyakarta: Andi Offest.

Dokumen terkait