• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional

a. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan

Peran masyarakat dalam bidang pendidikan sangat membantu

kemajuan pendidikan. Masyarakat di sini diartikan sangat luas karena

meliputi masyarakat sebagai orang tua murid, masyarakat sebagai warga

sekolah, masyarakat sebagai perusahaan donatur, dan masyarakat sebagai

penduduk yang mendukung adanya sekolah maupun pendidikan di

lingkungan mereka (Dede Rosyada, 2004:275). Sudah saatnya masyarakat

diberikan keleluasaan untuk ikut terlibat dalam peningkatan mutu

pendidikan (Maryati, Agustus 2006). Salah satu bentuknya dapat terlibat

dalam program manajemen berbasis sekolah (MBS). Selain itu dapat ikut

aktif dalam komite sekolah yang ada di setiap sekolah.

Peran masyarakat saat ini masih sangat minim, karena umumnya

hanya berbentuk dukungan dana. Padahal selama ini yang dibutuhkan

dari keterlibatan masyarakat adalah pada proses pendidikan. Proses

pendidikan yang dimaksud disini adalah pengambilan keputusan,

monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas (Depdiknas,2001:4). Sehingga

masyarakat mengetahui dan memantau hasil dari pendidikan yang sedang

berlangsung di sekolah-sekolah.

Masyarakat harus diberi kesempatan seluas- luasnya untuk ikut

serta dalam memikirkan pendidikan. Dengan demikian masyarakat akan

untuk keberhasilan pendidikan. Jika ini dapat terwujud maka segala

sesuatu yang mereka miliki baik dalam bentuk uang, barang, tenaga dan

pikiran akan disumbangkan untuk kepent ingan pendidikan.

b. Hubungan Manajemen Sekolah dalam Pendidikan

Pengertian manajemen dapat diartikan sangat luas bahkan

berbeda-beda. Manajemen yaitu (1) mengelola orang-orang; (2)

pengambilan keputusan; (3) proses mengorganisasi dan memakai

sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.

Selain itu manajemen dapat diartikan juga sebagai proses

mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi

sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Sumber-sumber tersebut

meliputi orang, alat, media, baha n, uang, dan sarana (Pidarta,1998;03).

Manajemen dikaitkan dengan pendidikan akan memiliki arti yang

berbeda. Menurut Pidarta dalam manajemen pendidikan memiliki arti

sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat

dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan

sebelumnya. Manajemen dalam pendidikan juga akan memadukan

sumber-sumber yang ada selama ini dalam pendidikan seperti,

administrasi yang mengelolanya, kepala sekolah sebagai supervisor, dan

guru- guru yang secara langsung menjalankan proses belajar mengajar.

Secara umum mengikuti perkembangan dan kemajuan pendidikan

maka pemerintah memberikan kelonggaran otonomi kepada

manajemen sekolah atau yang lebih dimodifikasikan menjadi manajemen

peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Manajemen sekolah

adalah suatu kegiatan yang mendorong suatu pengambilan keputusan

partisipasif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru,

siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk

meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional

(Depdiknas, 2001:5).

Dengan adanya otonomi lewat pembentukan manajemen sekolah

ini, sekolah akan lebih berdaya dalam mengembangkan

program-progaram yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang

dimilikinya. Selain itu sekolah lebih memiliki kewenangan untuk

mengelola sekolahnya agar lebih mandiri. Dalam proses pengambilan

keputusan yang partisipasif yaitu melibatkan warga sekolah secara

langsung, maka rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat.

Peningkatan rasa memiliki akan mendorong tanggung jawab warga

sekolah terhadap sekolahnya. Pengambilan keputusan secara partisipasif

maupun terjadinya otonomi sekolah lewat manajemen sekolah dapat

mewujudkan peningkatan mutu sekolah.

c. Tujuan Manajemen Sekolah untuk Pendidikan

Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional lewat Depdiknas yang

mengharuskan terlaksananya manajemen sekolah, telah menentukan

1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif

sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang

tersedia.

2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam

penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan

bersama.

3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,

masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.

4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah tentang mutu

pendidikan yang akan dicapai.

d. Alasan Diterapkan Manajemen Sekolah

Manajemen sekolah atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis

Sekolah perlu diterapkan karena memiliki beberapa alasan. Berbagai

alasan telah dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk

kemajuan dalam pendidikan, yaitu:

1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan

pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan

sekolahnya.

2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya

input pendidikan ya ng akan dikembangkan dan didaya-gunakan

dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan

3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok

untuk memenuhi kebutuhan sekolah.

4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif

bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.

5) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam

pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan

demokrasi yang sehat.

6) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan

masing- masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan

masyarakat pada umumnya sehingga berupaya semaksimal

mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu

pendidikan yang telah direncanakan.

7) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-

sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui

upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik,

masyarakat, dan pemerintah daerah setempat

8) Secara yuridis telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang

berlaku, khususnya pada UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003

serta peraturan perundangan yang lain yang terkait.

e. Aspek Yuridis Penerapan Manajemen Sekolah

Dalam menerapkan konsep manajemen sekolah ini mengacu kepada

berbagai peraturan perundangan yang berlaku dan telah disepakati oleh

1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, pasal 51: (1) Pengelolaan satuan pendidikan

anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah; dan (2) Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang transparan.

2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.

Pemerintah memberikan kewenangan dan keleluasaan kepada

daerah unuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Kewenangan

diberikan kepada daerah kabupaten dan kota berdasarkan asas

dsentralisasi dalam wujud otonomi luas, nyata, dan bertanggung

jawab (Mulyasa, 2003:5).

3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program

Pembangunan Nasional ahun 2000-2004 pada Bab VII Tentang

Bagian Program Pembangunan Bidang Pendidikan: Tujuan

program pembinaan pendidikan dasar dan pra sekolah: “… (4)

terselenggaranya pendidikan dasar dan pra sekolah berbasis pada

sekolah dan masyarakat (school/community based management);

berbasis pada sekolah dan masyarakat (school/community based

management).

4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerinah

Daerah pasal 13 ayat (1) “Urusan wajib yang menjadi

kewenangan pemerintah daerah propinsi merupakan urusan skala propinsi meliputi (f) peyelenggaraan pendidikan dan alokasi

sumber daya manusia potensil…” dan 14 ayat (1) “Urusan wajib

yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk

kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota

meliputi (f) penyelenggaran pendidikan…”. Disebutkan pula

dalam pasal 22 bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah

mempunyai kewajiban (e) meningkatkan pelayanan dasar pendidikan..”

5) Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 004 Tahun 2002

tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.

Dokumen terkait