PERAN SERTA KOMITE SEKOLAH
DALAM MANAJEMEN SEKOLAH
DI SMA SWASTA DAN NEGERI SEKOTAMADYA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun oleh:
VERONICA KRISNIATI
031324005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
PERAN SERTA KOMITE SEKOLAH
DALAM MANAJEMEN SEKOLAH
DI SMA SWASTA DAN NEGERI SEKOTAMADYA
YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Ekonomi
Disusun oleh:
VERONICA KRISNIATI
031324005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 15 Januari 2008
Penulis
Veronica Krisniati
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : VERONICA KRISNIATI
Nomor Mahasiswa : 031324005
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : PERAN SERTA KOMITE SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SEKOLAH DI SMA SWASTA DAN NEGERI SEKOTAMADYA YOGYAKARTA
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 15 Januari 2008
Yang menyatakan
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus yang telah
mencurahkan rahmat, kasih, dan segala mukjizat sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar Sarjana Pendid ikan Program Studi Pendidikan Ekonomi. Skripsi
ini berjudul “Peran Serta Komite Sekolah Dalam Manajemen Sekolah di SMA Negeri
dan Swasta Sekotamadya Yogyakarta”.
Dalam penyusunan skripsi ini banyak pihak yang telah memberikan
bantuan baik material maupun spiritual yang sangat berarti, maka penulis sangat
mengucapkan terima kasih pada:
1. Bapak Drs. T. Sarkim., M. E., Ph. D selaku dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si selaku ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si selaku ketua Program Studi Pendidikan
Ekomoni Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Bapak Yohanes Harsoyo, S.Pd., M. Si selaku dosen Pembimbing I yang telah
ix
5. Bapak Drs. P. A. Rubiyanto selaku dosen Pembimbing II yang telah
membimbing proses penulisan skripsi ini.
6. Bapak atau Ibu Kepala Sekolah di SMA Negeri dan Swasta sekotamadya
Yogyakarta yang telah memberikan ijin penelitian di sekolahnya.
7. Bapak atau Ibu Pengurus dan Anggota Komite Sekolah di SMA Negeri dan
Swasta sekotamadya Yogyakarta yang telah bersedia memberikan
pandapatnya dalam kuesioner penelitian.
8. Orang tuaku FX. Saliman (Alm) dan Th. Murdayati terima kasih atas kasih
sayang, cinta, doa, materi dan segala bentuk pengorbanan yang diberikan.
9. Keluarga kakakku Mbak Tri, untuk biaya kuliah, materi, doa dan segala
bantuk bantuan yang telah diberikan.
10.Keluarga kakakku Tari, untuk materi dan doa yang telah diberikan.
11.Keluarga kakakku Naryo, untuk maemnya tiap hari dan segala bentuk bantuan
yang telah diberikan.
12.Keluarga Budhe Din, keluarga oom Slamet, mbak entin terima kasih bantuan
material dan spiritualnya.
13.Pakdhe Romo Paiman, terima kasih untuk selalu menyelipkan doa untuk
keponakanmu ini dihadapan Tuhan Yesus.
14.Sahabat dan teman-temanku: Maria (thanks komputernya), Wahyu (kapan
nyusul…), Nungki dan Niken (kok ga akrap lagi?), Benny (please de…maaf
x
Diah and gank, We, Ur, Ning, Rin, Is, Rino, Liust serta teman PE’03 dan
PAK’03 (maturtengkyu…).
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
skripsi ini, tetapi penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi para pembacanya.
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……….. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING………... ii
HALAMAN PENGESAHAN ……… iii
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. iv
MOTTO …...……… v
PERSEMBAHAN……… vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
KATA PENGANTAR…….……… viii
DAFTAR ISI.……… xi
DAFTAR TABEL….……… xv
ABSTRAK….………... xvi
ABSTRACT..……… xvii
BAB I PENDAHULUAN….……… 1
A. Latar Belakang…..………. 1
B. Rumusan Masalah..……… 3
C. Tujuan Penelitian……… 3
D. Manfaat Penelitian ………. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……… 5
A. Perkembangan Sistem Pendidikan Nasional..………. 6
xii
a. Hubungan Masya rakat dengan Pendidikan………... 9
b. Hubungan Manajemen Sekolah dengan Pendidikan………. 10
c. Tujuan Manajemen Sekolah untuk Pendidikan………. 11
d. Alasan Diterapkan Manajemen Sekolah……… 12
e. Aspek Yuridis Penerapan Manajemen Sekolah….………… 13
C. Komite Sekolah Wujud Peran Serta Masyarakat dalam Bidang Pendidikan….……… 15
a. Arti Komite Sekolah………. 15
b. Fungsi Komite Sekolah ….………... 16
c. Peranan Komite sekolah………... 17
D. Penelitian Terdahulu………. 20
a. Penelitian oleh Septiadhi……….. 20
b. Penelitian oleh Susilowati..……….. 21
E. Kerangka Pikiran………... 23
BAB III METODE PENELITIAN ……… 25
A. Jenis Penelitian……….. 25
B. Subjek dan Objek Penelitian ……… 25
C. Lokasi dan Waktu penelitian ……… 26
D. Populasi dan Sampel Penelitian ………... 26
E. Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran ……….. 27
F. Data yang dicari ……… 30
G. Teknik Pengumpulan Data ………... 30
xiii
I. Teknik Pengujian Instrumen ……….. 33
BAB IV GAMBARAN UMUM………... 36
A. Letak Geografis Kota Madya Yogyakarta ……… 36
B. Komite Sekolah………. 38
C. Daftar SMU di Kota Madya yang Menjadi Tempat Penelitian. 43 BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN………. 45
A. Analisis Data……….. 45
a. Validitas ……… 45
b. Reliabilitas….……… 46
c. Analisis Data Kuesioner ……… 47
B. Pembahasan ………... 52
BAB VI PENUTUP ……….. 59
A. Kesimpulan ……… 59
B. Saran …..……… 61
DAFTAR PUSTAKA ……….. 62
LAMPIRAN 1 Kuesione r Penelitian...……… 64
LAMPIRAN 2 Hasil Pengujian Validitas dan Reliabilitas………. 68
LAMPIRAN 3 Skor Hasil Jawaban kuesioner dari Responden………. 76
xiv LAMPIRAN 5
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Kisi-kisi instrumen kuesioner……… 34
Tabel 2 Struktur Komite Sekolah..………. 42
Tabel 3 Sepuluh Sekolah yang Menjadi Tempat Penelitian……... 44
Tabel 4 Enam Sekolah Yang Menjadi Temapat Penelitian……… 44
Tabel 5 Kriteria Skor Item Variabel Pertama………. 48
Tabel 6 Kriteria Skor Item Variabel Kedua……… 49
Tabel 7 Kriteria Skor Item Variabel Ketiga……… 50
xvi ABSTRAK
PERAN SERTA KOMITE SEKOLAH DALAM MANAJEMEN SEKOLAH
DI SMA SWASTA DAN NEGERI SEKOTAMADYA
YOGYAKARTA
Veronica Krisniati
031324005
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
2008
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui peran serta komite sekolah dalam manajemen sekolah sebagai: 1) pemberi pertimbangan maupun penentuan dalam pelaksanaan kebijakan pandidikan; 2) pendukung pendidikan yang berwujud finansial, tenaga, maupun pemikiran bagi perkembangan pendidikan; 3) pengontrol transparansi dan akuntabilitas untuk penyelenggaraan pendidikan; 4) mediator antara sekolah dan masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan, dalam manajemen sekolah di SMA swasta dan negeri sekotamadya Yogyakarta.
Penelitian ini dilakukan di SMA swasta dan negeri sekotamadya Yogyakarta. Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah SMA swasta dan negeri sekotamadya Yogyakarta. Sampel dalam penlitian ini sebanyak 6 SMA swasta dan negeri sekotamadya Yogyakarta, yang diambil secara Purposive Sampling. Data dikumpulkan dengan cara kuesioner, dilengkapi dengan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan penelitian. Analisis data yang dipakai adalah analisis deskriptif dengan pedoman kriteria Skala Likert.
xvii ABSTRACT
THE ROLE OF SCHOOL COMMITTEE AT SCHOOL MANAGEMENT IN PRIVATE AND STATE SENIOR HIGH SCHOOLS
IN THE MUNICIPALITY OF YOGYAKARTA
Veronica Krisniati
031324005
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
The purpose of this research is to know the role of school committee at school management as: 1) the giver of consideration and decision in the implementation of educational policy; 2)educational supporter in the froms of finance, personnel and idea for educational deve lopment; 3) the supervisor of transparency and accountability in carrying out education; 4) mediator between schools and society to carry out education, at school management in private and state senior high schools in the municip ality of Yogyakarta.
This research was done in private and state senior high schools in the municipality of Yogyakarta. The kind of this research is descriptive. The populations in this research were private and state senior high schools in the municipality of Yogyakarta. The sampels were taken from 6 private and state senior high schools in the municipality of Yogyakarta and taken by Purposive Sampling. The data were collected by questionnaire, completed with documents deal with research. The analytical data used was descriptive ana lysis by using Likert Scale criteria.
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Selama ini pendidikan dipandang sebagai sarana mengembangakan
sumber daya manusia (SDM). Sumber daya yang berkualitas ditandai dengan
kemampuan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mempermudah
pemenuhan hidup manusia. Untuk dapat mencapai pendidikan yang mampu
menghasilkan sumber daya yang berkualitas tidaklah mudah. Sebab
permasalahan yang muncul kadang sangat sulit diatasi, seperti masih
rendahnya mutu pendidikan pada jenjang satuan pendidikan khususnya
pendidikan dasar dan menengah (www.kompas.com). Berbagai usaha telah
dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan antara lain melalui berbagai
pelatihan dan peningkatan kompetensi guru, pengadaan buku dan alat
pelajaran, pertukaran sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun berbagai indikator mutu pendidikan masih belum
menunjukan hasil yang berarti (Depdiknas, 2001:5). Hal ini terlihat adanya
kesenjangan yang menunjukan tidak meratanya sarana untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
Permasalahan yang muncul dalam rangka peningkatan mutu pendidikan
menunjukan bahwa sistem pendidikan maupun sistem yang ada di sekolah
perlu dipertanyakan. Salah satu wujud agar dapat meningkatkan mutu
murid yang selama ini dalam penyelenggaran pendidikan masih sangat minim
(Maryati, Agustus 2006). Partisipasi masyarakat selama ini pada umumnya
lebih banyak bersifat dukungan dana, bukan pada proses pandidikan
(pengambilan keputusan, monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas).
Dalam mewujudkan peran serta masyarakat, sekolah dibantu oleh
pemerintah. Pemerintah telah mngeluarkan kebijakannya melalui Keputusan
Menteri Pendidikan Nasional nomor 004/U/2002 tentang komite sekolah.
Komite sekolah ini diharapkan dapat menjadi perantara antara pihak sekolah,
masyarakat, orang tua murid, dan pemerintah. Sehingga kemajuan pendidikan
di sekolah dapat dipantau oleh pihak masyarakat. Oleh karena itu setiap
sekolah diwajibkan membentuk komite sekolah agar mempermudah proses
kemajuan mutu pendidikan.
Untuk melanjutkan upaya peningkatan mutu pendidikan perlu adanya
keterlibatan peran serta komite sekolah dalam manajemen sekolah.
Manajemen sekolah merupakan bentuk otonomi yang lebih besar kepada
sekolah dalam rangka mendorong segala pengambilan keputusan, yang
melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru, siswa, kepala
sekolah, karyawan, orang tua murid, dan masyarakat). Kehadiran komite
sekolah yang melibatkan masyarakat akan membantu proses berjalannya
otonomi sekolah lewat pelaksanaan manajemen sekolah. Sehingga
pemantauan dalam rangka transparasi dan akuntabilitas kinerja sekolah dapat
tercapai. Untuk itu, dalam karya ilmiah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran serta komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan
maupun penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan dalam
manajemen sekolah di SMA swasta dan negeri kotamadya Yogyakarta ?
2. Bagaimanakah peran serta komite sekolah sebagai pendukung pendidikan
berwujud finansial, pemikiran, maupun tenaga untuk penyelenggaran
pendidikan dalam manajemen sekolah di SMA swasta dan negeri
Kotamadya Yogyakarta?
3. Bagaimanakah peran serta komite sekolah sebagai pengontrol transparansi
dan akuntabilitas untuk penyelenggaran pendidikan dalam manajemen
sekolah di SMA swasta dan negeri Kotamadya Yogyakarta?
4. Bagaimanakah peran serta komite sekolah sebagai mediator antara sekolah
dan masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan dalam manajemen
sekolah di SMA swasta dan negeri Kotamadya Yogyakarta ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran serta komite sekolah sebagai pemberi
pertimbangan maupun penentuan dan pelaksanan kebijakan pendidikan
dalam manajemen sekolah di SMA swasta dan negeri Kotamadya
Yogyakarta.
2. Untuk mengetahui peran serta komite sekolah sebagai pendukung
perkembangan pendidikan dalam manajemen sekolah di SMA swasta dan
negeri Kotamadya Yogyakarta.
3. Untuk mengetahui peran serta komite sekolah sebagai pengontrol
teransparansi dan akuntabilitas untuk penyelenggaran pendidikan dalam
manajemen sekolah di SMA swasta dan negeri Kotamadya Yogyakarta.
4. Untuk mengetahui peran serta komite sekola h sebagai mediator antara
sekolah dan masyarakat untuk penyelenggaraan pendidikan dalam
manajemen sekolah di SMA swasta dan negeri Kotamadya Yogyakarta.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Sekolah
Untuk dapat melibatkan komite sekolah dalam kegiatan peningkatan mutu
pendidikan dalam manajemen sekolah yang sudah ada.
2. Bagi Orang tua
Untuk menambah pemahaman mereka tentang komite sekolah sehingga
mereka memahami fungsi dibentuknya komite sekolah dan mampu
berperan serta dalam komite sekolah untuk kemajuan pendidikan.
3. Bagi Komite Sekolah
Agar komite sekolah dapat berpartisipasi lebih aktif untuk berperan serta
ambil bagian dalam manajemen sekolah.
4. Bagi Universitas
Untuk menambah referensi hasil penelitian yang dapat digunakan sebagai
5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pergeseran paradigma dalam pengelolaan pendidikan harus
melibatkan kepala sekolah dan guru- guru sebagai pengelola dan pelaksana
pendidikan yang selalu berinteraksi dengan masyarakat. Menjalankan kembali
peran komite sekolah merupakan wujud yang efektif unt uk melibatkan secara
aktif orang tua murid dan masyarakat. Patisipasi orang tua dan masyarakat sangat
tergantung pada pendekatan dan metodenya. Memberikan kesempatan yang lebih
banyak untuk mengeluarkan pendapat, terjalin adanya kesetaraan dan mengatur
banyaknya frekuensi perjumpaan dengan anggota masyarakat merupakan salah
satu metode yang tepat. Peran komite sekolah bukan untuk merendahkan wibawa
guru maupun kepala sekolah, justru dengan posisi peran yang berbeda-beda dapat
menjalin kerjasama yang baik antara sekolah , masyarakat dan komite sekolah.
Peran diartikan sebagai sesuatu yang menjadi bagian atau yang
memegang pimpinan yang terutama dalam kegiatan. Sedangkan peran serta
diartikan ikut ambil bagian (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002;831). Menjadi
bagian dalam suatu organisasi merupakan wujud layanan masyarakat untuk dapat
memajukan kualitas pendidikan yang bermutu. Komite sekolah sebagai wujud
masyarakat, orang tua, sekolah, dan pemerintah untuk dapat memajukan
pendidikan yang bermutu dengan ikut ambil bagian melaksanakan program
kebebasan berotonomi sehingga keterlibatan semua warga sekolah sangat
mendukung kelancaran peningkatan mutu pendidikan.
A. Perkembangan Sistem Pendidikan Nasional
Pendidikan merupakan salah satu cara mencerdaskan kehidupan
bangsa. Demikian juga pendidikan bagi bangsa Indonesia bertujuan untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta
rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (UU Sisdiknas No.20
tahun 2003, pasal 4). Untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan, berbagai
pihak terutama pemerintah telah melakukan perubahan dalam sarana dan
pendukung dalam pendidikan.
Pendidikan dari tahun ke tahun telah mengalami perubahan untuk
menuju perbaikan. Sampai sekarang reformasi sistem pendidikan di
Indonesia terus dilakukan, untuk dapat mewujudkan pendidikan yang
bermutu. Berbicara soal pendidikan di Indonesia sungguh sangat
membingungkan karena adanya pemahaman yang salah dari masa Orde Baru
(www.pikiran-rakyat.com). Menurut Djudju Sujana sebagai seorang guru
besar di Universitas Pendidikan Indonesia mengatakan pemahaman yang
salah terletak pada posisi pendidikan dipandang hanya sebagai bagian dari
sejumlah sistem yang terdidri dari idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
serta keamanan dan pertahanan. Sementara pendidikan tidak diletakkan
sebagai sistem yang sama pentingnya dengan sistem lain. Hal ini berakibat
pada pangambil kebijakan pusat tidak memand ang bahwa pendidikan
menjadi bagian pembangunan yang sama pentingnya. Padahal perkembangan
sistem-sistem lain itu menggunakan sumber daya manusia hasil sistem
pendidikan. Sudah saatnya pendidikan di sejajarkan dengan sistem-sistem
lain yang ada dalam pend idikan.
Selain itu akibat pandangan yang keliru itu dirasakan bahwa
sumber daya manusia Indonesia masih sangat rendah. Pendidikan belum
berperan secara optimal dalam mengembangakan sumber daya manusia
melalui pemerataan kesempatan pendidikan, penyelenggaraan pendidikan,
sehingga keluaran pendidikan lebih banyak yang mencari pekerja bukan
masyarakat pencipta lapangan kerja. Dengan demikian pendidikan belum
menjadi pemicu utama pengembangan sumber daya manusia tetapi menjadi
pendukung utama dalam peningkatan jumlah pengangguran.
Jika menginginkan pendidikan yang bermutu dan maju sebaiknya
membenahi dulu sistem pendidikan bukan hanya janji-janji saja atau peserta
didik di jadikan kelinci percobaan. Pemerintah sebaiknya lebih tegas dalam
setiap pengambilan keputusan dalam kebijakannya (www.depdiknas.go.id).
Penggunaan kurikulum yang selalu berubah setiap tahunnya akan
membingungkan pihak sekolah maupun guru sebagi pendidik. Apalagi
memicu lambannya penyerapan materi pendidikan yang akan diterima oleh
peserta didik.
Kegagalan sistem pendidikan nasional di Indonesia dipengaruhi
oleh beberapa faktor seperti komersialisasi yang menggeser tujuan
pendidikan, kurangnya pemahaman penyelenggaraan merumuskan
pendidikan, kesenjangan antara sekolah negeri dengan swasta
(www.pikiran-rakyat.com). Fenomena kegagalan yang lain terjadi pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah yaitu adanya gejala demoralisasi dari pendidik maupun
peserta didik. Untuk mengatasi hal ini peran dan keterlibatan masyarakat
sangat dibutuhkan seperti terlibat dalam setiap pengambilan keputusan
maupun bentuk pengawasan dan mendapatkan hasil laporan kerja
pendidikan.
Sebagai wujud perkembangan sistem pendidikan, pemberlakuan
otonomi yang diberikan oleh pemerintah sebaiknya dilaksanakan secara
maksimal. Program pendidikan yang disarankan pengaturannya dengan
sistem manajemen berbasis sekolah itu bertujuan untuk lebih memberikan
kebebasan kepada sekolah untuk mentukan cara peningkatan mutu yang tepat
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki sekolah masing- masing. Melibatkan
berbagai peran seperti para guru, departemen pendidikan, sekolah, maupun
orang tua murid sangat menunjang kelancaran dalam peningkatan mutu
B. Peran Serta Masyarakat dalam Pendidikan Nasional
a. Hubungan Masyarakat dengan Pendidikan
Peran masyarakat dalam bidang pendidikan sangat membantu
kemajuan pendidikan. Masyarakat di sini diartikan sangat luas karena
meliputi masyarakat sebagai orang tua murid, masyarakat sebagai warga
sekolah, masyarakat sebagai perusahaan donatur, dan masyarakat sebagai
penduduk yang mendukung adanya sekolah maupun pendidikan di
lingkungan mereka (Dede Rosyada, 2004:275). Sudah saatnya masyarakat
diberikan keleluasaan untuk ikut terlibat dalam peningkatan mutu
pendidikan (Maryati, Agustus 2006). Salah satu bentuknya dapat terlibat
dalam program manajemen berbasis sekolah (MBS). Selain itu dapat ikut
aktif dalam komite sekolah yang ada di setiap sekolah.
Peran masyarakat saat ini masih sangat minim, karena umumnya
hanya berbentuk dukungan dana. Padahal selama ini yang dibutuhkan
dari keterlibatan masyarakat adalah pada proses pendidikan. Proses
pendidikan yang dimaksud disini adalah pengambilan keputusan,
monitoring, evaluasi, dan akuntabilitas (Depdiknas,2001:4). Sehingga
masyarakat mengetahui dan memantau hasil dari pendidikan yang sedang
berlangsung di sekolah-sekolah.
Masyarakat harus diberi kesempatan seluas- luasnya untuk ikut
serta dalam memikirkan pendidikan. Dengan demikian masyarakat akan
untuk keberhasilan pendidikan. Jika ini dapat terwujud maka segala
sesuatu yang mereka miliki baik dalam bentuk uang, barang, tenaga dan
pikiran akan disumbangkan untuk kepent ingan pendidikan.
b. Hubungan Manajemen Sekolah dalam Pendidikan
Pengertian manajemen dapat diartikan sangat luas bahkan
berbeda-beda. Manajemen yaitu (1) mengelola orang-orang; (2)
pengambilan keputusan; (3) proses mengorganisasi dan memakai
sumber-sumber untuk menyelesaikan tujuan yang sudah ditentukan.
Selain itu manajemen dapat diartikan juga sebagai proses
mengintegrasikan sumber-sumber yang tidak berhubungan menjadi
sistem total untuk menyelesaikan suatu tujuan. Sumber-sumber tersebut
meliputi orang, alat, media, baha n, uang, dan sarana (Pidarta,1998;03).
Manajemen dikaitkan dengan pendidikan akan memiliki arti yang
berbeda. Menurut Pidarta dalam manajemen pendidikan memiliki arti
sebagai aktivitas memadukan sumber-sumber pendidikan agar terpusat
dalam usaha mencapai tujuan pendidikan yang telah ditentukan
sebelumnya. Manajemen dalam pendidikan juga akan memadukan
sumber-sumber yang ada selama ini dalam pendidikan seperti,
administrasi yang mengelolanya, kepala sekolah sebagai supervisor, dan
guru- guru yang secara langsung menjalankan proses belajar mengajar.
Secara umum mengikuti perkembangan dan kemajuan pendidikan
maka pemerintah memberikan kelonggaran otonomi kepada
manajemen sekolah atau yang lebih dimodifikasikan menjadi manajemen
peningkatan mutu berbasis sekolah (MPMBS). Manajemen sekolah
adalah suatu kegiatan yang mendorong suatu pengambilan keputusan
partisipasif yang melibatkan secara langsung semua warga sekolah (guru,
siswa, kepala sekolah, karyawan, orang tua, dan masyarakat) untuk
meningkatkan mutu sekolah berdasarkan kebijakan pendidikan nasional
(Depdiknas, 2001:5).
Dengan adanya otonomi lewat pembentukan manajemen sekolah
ini, sekolah akan lebih berdaya dalam mengembangkan
program-progaram yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan potensi yang
dimilikinya. Selain itu sekolah lebih memiliki kewenangan untuk
mengelola sekolahnya agar lebih mandiri. Dalam proses pengambilan
keputusan yang partisipasif yaitu melibatkan warga sekolah secara
langsung, maka rasa memiliki warga sekolah dapat meningkat.
Peningkatan rasa memiliki akan mendorong tanggung jawab warga
sekolah terhadap sekolahnya. Pengambilan keputusan secara partisipasif
maupun terjadinya otonomi sekolah lewat manajemen sekolah dapat
mewujudkan peningkatan mutu sekolah.
c. Tujuan Manajemen Sekolah untuk Pendidikan
Berdasarkan kebijakan pendidikan nasional lewat Depdiknas yang
mengharuskan terlaksananya manajemen sekolah, telah menentukan
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif
sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang
tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga sekolah dan masyarakat dalam
penyelenggaraan pendidikan melalui pengambilan keputusan
bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab sekolah kepada orang tua,
masyarakat, dan pemerintah tentang mutu sekolahnya.
4) Meningkatkan kompetisi yang sehat antara sekolah tentang mutu
pendidikan yang akan dicapai.
d. Alasan Diterapkan Manajemen Sekolah
Manajemen sekolah atau Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis
Sekolah perlu diterapkan karena memiliki beberapa alasan. Berbagai
alasan telah dikemukakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk
kemajuan dalam pendidikan, yaitu:
1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan
ancaman bagi dirinya sehingga dapat mengoptimalkan
pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan
sekolahnya.
2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya
input pendidikan ya ng akan dikembangkan dan didaya-gunakan
dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan
3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok
untuk memenuhi kebutuhan sekolah.
4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif
bilamana dikontrol oleh masyarakat setempat.
5) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam
pengambilan keputusan sekolah menciptakan transparansi dan
demokrasi yang sehat.
6) Sekolah dapat bertanggung jawab tentang mutu pendidikan
masing- masing kepada pemerintah, orang tua peserta didik, dan
masyarakat pada umumnya sehingga berupaya semaksimal
mungkin untuk melaksanakan dan mencapai sasaran mutu
pendidikan yang telah direncanakan.
7) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-
sekolah lain untuk meningkatkan mutu pendidikan melalui
upaya-upaya inovatif dengan dukungan orang tua peserta didik,
masyarakat, dan pemerintah daerah setempat
8) Secara yuridis telah ditetapkan dalam peraturan perundangan yang
berlaku, khususnya pada UU Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003
serta peraturan perundangan yang lain yang terkait.
e. Aspek Yuridis Penerapan Manajemen Sekolah
Dalam menerapkan konsep manajemen sekolah ini mengacu kepada
berbagai peraturan perundangan yang berlaku dan telah disepakati oleh
1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pasal 51: (1) Pengelolaan satuan pendidikan
anak usia dini, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah
dilaksanakan berdasarkan standar pelayanan minimal dengan
prinsip manajemen berbasis sekolah/madrasah; dan (2)
Pengelolaan satuan pendidikan tinggi dilaksanakan berdasarkan
prinsip otonomi, akuntabilitas, jaminan mutu, dan evaluasi yang
transparan.
2) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah.
Pemerintah memberikan kewenangan dan keleluasaan kepada
daerah unuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat sesuai peraturan perundang-undangan. Kewenangan
diberikan kepada daerah kabupaten dan kota berdasarkan asas
dsentralisasi dalam wujud otonomi luas, nyata, dan bertanggung
jawab (Mulyasa, 2003:5).
3) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000 Tentang Program
Pembangunan Nasional ahun 2000-2004 pada Bab VII Tentang
Bagian Program Pembangunan Bidang Pendidikan: Tujuan
program pembinaan pendidikan dasar dan pra sekolah: “… (4)
terselenggaranya pendidikan dasar dan pra sekolah berbasis pada
sekolah dan masyarakat (school/community based management);
berbasis pada sekolah dan masyarakat (school/community based
management).
4) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerinah
Daerah pasal 13 ayat (1) “Urusan wajib yang menjadi
kewenangan pemerintah daerah propinsi merupakan urusan skala
propinsi meliputi (f) peyelenggaraan pendidikan dan alokasi
sumber daya manusia potensil…” dan 14 ayat (1) “Urusan wajib
yang menjadi kewenangan pemerintah daerah untuk
kabupaten/kota merupakan urusan yang berskala kabupaten/kota
meliputi (f) penyelenggaran pendidikan…”. Disebutkan pula
dalam pasal 22 bahwa dalam menyelenggarakan otonomi, daerah
mempunyai kewajiban (e) meningkatkan pelayanan dasar
pendidikan..”
5) Keputusan Mentri Pendidikan Nasional Nomor 004 Tahun 2002
tentang pembentukan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah.
C. Komite Sekolah Wujud Peran Serta Masyarakat Dalam Bidang
Pendidikan
a. Arti Komite Sekolah
Komite sekolah merupakan wadah untuk menyalurkan aspirasi dan
prakarsa masyarakat dalam melahirkan kebijakan operasional dan program
pendidikan di tiap satuan pendidikan (Keputusan Mentri Pendidikan
atau organisasi kerjasama orang tua/ wali murid dan tokoh masyarakat
yang peduli pendidikan dengan Kepala Sekolah beserta seluruh guru yang
ada di sekolah masing- masing (Sukirno, 2006:1).
Komite sekolah dulu dikenal dengan BP3 (Badan Pembantu
Penyelenggaraan Pendidikan). Te tapi sekarang komite sekolah lebih
bekerja sama dan melibatkan masyarakat sekitar sekolah maupun
perusahaan-perusahaan yang menjadi donatur bagi sekolah
(www.kompas.com). Komite sekolah berkedudukan sebagai lembaga
mandiri atau organisasi tetapi merupakan bagian yang tidak terpisahkan
sebagai mitra kerja sekolah.
b. Fungsi Komite Sekolah
Komite sekolah berfungsi mewadahi peran serta masyarakat dalam
rangka untuk meningkatkan mutu, pemerataan dan efisiensi pengelolaan
pendidikan di tiap-tiap satuan pendidikan atau sekolah
(www.kompas.com). Selain itu komite sekolah memiliki fungsi antara
lain mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap
peyelenggaraan pendidikan yang bermutu; mendorong orang tua dan
masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung
peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; dan menggalang dana
masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di
satuan pendidikan (Depdiknas, 2005:3). Peran masyarakat tersebut mulai
pendidikan. Sehingga tanggung jawab pendidikan menjadi tanggung
jawab bersama antara sekolah dan masyarakat.
c. Peranan komite sekolah
Peranan merupakan suatu tugas yang harus dijalankan oleh setiap
orang maupun organisasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
peranan merupakan bagian dari tugas utama yang harus dilaksanakan
oleh siapa saja. Jadi komite sekolah memiliki tugas utama yang harus
dijalankan sesuai dengan fungsi dibentuknya komite sekolah. Sesuai
dengan Keputusan Menteri Pendidikan no.004/U/2002 bahwa komite
sekolah memiliki peranan sebagai:
1). Sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan
kebijakan pendidikan. Komite sekolah ada untuk memutuskan dan
menguraikan pendapat tentang baik maupun buruk. Sehingga pendapat
tersebut dapat diambil secara tepat dan berguna bagi pendidikan.
Adapun bentuk dari suatu pendapat tersebut dikonsultasikan dengan
komite sekolah, seperti kebijakan operasional tiap satuan pendidikan.
Dalam hal ini komite sekolah bersama dengan masyarakat dan
pemerintah dapat menentukan kebijakan yang terbaik untuk kemajuan
pendidikan. Segala sesuatu yang menyangkut operasional pendidikan
harus ada pembicaran dari komite sekolah, masyarakat dan
pemerintah. Sehingga mendapatkan suatu keputusan yang disepakati
2). Sebagai pendukung baik yang berwujud finansial, pemikiran, maupu
tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan. Pendukung merupakan
orang yang mendukung, penyokong, pembantu dan penunjang suatu
keputusan maupun kegiatan. Dukungan yang diberikan oleh komite
sekolah tidak sebatas finansial tetapi juga tenaga dan pemikiran.
Finansial: Komite sekolah bekerja sama dengan perusahan donatur
untuk mencairkan dana bagi biaya pendidikan. Selain itu komite
sekolah juga menentukan pungutan biaya pendidikan yang
sebelumnya telah dibicarakan dengan pihak-pihak yang terkait.
Pemikiran :Komite sekolah dapat menjadi tempat pertimbangan
menyalurkan aspirasi maupun ide- ide dan prakarsa masyarakat dalam
melahirkan kebijakan yang berguna bagi masyarakat. Tenaga :Komite
sekolah bekerja sama dengan guru, orang tua murid dan pemerintah
akan menyediakan tenaga pendidik yang berkualitas bagi pendidikan
disekolah.
3). Sebagai pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas
dalam penyelenggaraan pendidikan. Pengontrol merupakan alat untuk
mengawasi atau mengontrol atau sebagai orang yang bertugas
mengontrol. Sebab yang dimaksudkan dengan akuntabilitas
merupakan bentuk tanggung jawab dari tata kerja, proses kerja, dan
hasil kerja suatu kegiatan atau dalam organisasi (Akdon, 2006:208).
Adanya pemberdayaan komite sekolah secara optimal, maka
transparansi, pengguanan alokasi dan pendidikan lebih dapat
dipertanggungjawabkan. Sehingga dana bantuan dari pusat yang
mengalir ke sekolah melalui mekanisme pengawasan komite sekolah
yang didalamnya terdapat wakil masyarakat dapat tepat sasaran.
4). Mediator antara sekolah dan masyarakat. Mediator merupakan
penghubung atau perantara bagi dua orang atau lebih. Komite sekolah
dapat dijadikan alat untuk berkomunikasi antara sekolah dan
masyarakat. Karena komite sekolah memiliki keterkaitan dengan
pihak pemerintah, masyarakat dan sekolah sendiri maka tanggung
jawab pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara sekolah
dan masyarakat sebagai mitra kerja dalam membangun pendidikan.
Dalam hal ini aspirasi orang tua atau masyarakat akan disalurkan
melalui komite untuk disampaikan kepada sekolah.
Melalui komite sekolah ini masyarakat berhak atau orang tua murid
berhak untuk menuntut sekolah jika pelayanan dari sekolah tidak sesuai
dengan biaya yang dikeluarkan. Selain itu mereka juga berhak mengetahui
berbagai kucuran dana yang mengalir ke sekolah karena di era reformasi,
transparansi dan akuntabilitas sangat diperlukan.
Jika komite sekolah dijalankan dengan tepat sesuai dengan
Keputusan Menteri Pendidikan Nasional no.004/U/2002 yang menjadi dasar
pembentukannya, maka sebuah pendidikan yang bermutu akan sangat mudah
oleh pemerintah, namun peran serta pelaku pendidikan atau pihak sekolah dan
masyarakat.
D. Penelitian Terdahulu
a. Penelitian oleh Septiadhi
Penelitian yang dilakukan oleh Septiadhi ini berjudul “Efektivitas
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Sebagai Upaya
Peningkatan Mutu Sekolah Di Sekolah Dasar”
(http://222.124.158.89/pasca/avaliabel/etd). Permasalahan yang hendak
dipecahkan melalui penelitia n ini adalah mengenai: 1) Bagaimanakah
gambaran implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di komplek
SDN Sekeloa Kec. Coblong Bandung? Dan 2) Bagaimanakah efektivias
implementasi manajemen berbasis sekolah (MBS) di komplek SDN Sekeloa
Kec. Coblong Bandung?
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: 1) SDN Sekeloa
menerapkan Manajemen Berbasis Sekolah pada tahun 2002 dengan
membentuk dewan sekolah yang sekarang menjadi komite sekolah terlebih
dahulu; 2) Sekolah memiliki kewenangan dalam mengelola sumber daya
yang dimiliki oleh sekolah; 3) Adanya keterlibatan warga sekolah baik
guru- guru dan komite sekolah dalm pengambilan keputusan di sekolah.
Serta adanya pengawasan dari komite sekolah terhadap penggunaan dana
sekolah; 4) Dalam pengembangan kurikulum terutama dalam penerapan
KBK, sehingga perlu diingkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan
kurikulum dan juga kreativitas guru memberikan materi kepada para peserta
didik; 5) Masih rendahnya kepedulian masyarakat terhadap peningkatan
mutu sekolah, hal ini dikarenakan faktor pendidikan dan faktor ekonomi
masyarakat di sekitar lingkungan SDN Sekeloa; 6) Peningkatan prestasi
peserta didik belum adanya pembinaan yang berkesinambungan dari pihak
sekolah.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah Di SDN Sekeloa belum berdampak terhadap
peningkatan mutu sekolah. Oleh karena itu diperlukan perbaikan-perbaikan
secara berkesinambungan, baik dalam profesionalisme personil sekolah dan
komite sekolah serta peningkatan kepedulian masyarakat terhadap
peningkatan mutu sekolah.
b. Penelitian oleh Susilowati
Penelitian yang dilakukan oleh Susilowati berjudul “ Kontribusi
Kinerja Kepala Sekolah dan Pengurus Komite Sekolah Terhadap Efektifitas
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah: Studi pada Implementasi
Manajemen Berbasis Sekolah di Sekolah Dasar Negeri Se-Kecamatan
Cileunyi Kabupaten Bandung Tahun 2004”
(http://222.124.158.89/pasca/available/etd). Penelitian ini dilakukan
berdasarkan adanya keragaman penyebutan dan penerapan manajemen
berbasis sekolah di setiap sekolah yang ada di Kecamatan Cileunyi
kepala sekolah dan pengurus komite sekolah dalam mengimplementasikan
manajemen berbasis sekolah dengan kualitas sekolah rendah, yang ditandai
dengan: masih terbatasnya sarana dan prasarana yang ada di sekolah,
sejumlah siswa mempunyai nilai rata-rata ujian rendah, kedisiplinan siswa
yang kurang, sebagian guru kurang berdisiplin dalam kedatangannya ke
sekolah.
Hipotesis yang diajukan adalah terdapat kontribusi kinerja kepala
sekolah dan pengurus komite sekolah yang signifikan terhadap efektivitas
implemenasi manajemen berbasis sekolah. Hasil dari penelitian ini adalah
hipotesis yang diajukan diterima. Berarti terdapat hubungan yang signifikan
antara kinerja kepala sekolah dengan efekivitas implementasi manajemen
berbasis sekolah, terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja pengurus
komite sekolah dengan efektivitas implemenasi manajemen berbasis
sekolah dan terdapat hubungan yang signifikan antara kinerja kepala
sekolah dan pengurus komite sekolah dengan efekivitas implementasi
manajemen berbasis sekolah.
Berdasarkan hasil yang didapat peneliti menyarankan supaya: 1)
Kepala sekolah meningkatkan kinerjanya dengan mengadakan studi
banding, dialog yang intensif dengan guru, serta mengikuti pendidikan dan
pelatihan manajemen berbasis sekolah; 2) Pengurus komite sekolah lebih
meningkatkan frekuensi rapat dengan sesama pengurus, dialog dengan
pihak sekolah, dan mengikuti pendidikan dan pelatihan; 3) Kepala sekolah
seringnya dialog diantara mereka dan menambah wawasan serta
pengalaman melalui studi banding serta penilaian.
E. Kerangka Pemikiran
Komite sekolah merupakan wujud peran serta masyarakat dalam
bidang pendidikan. Selama ini masyarakat kurang maksimal menempati
posisinya dalam kemajuan pendidikan. Dalam rangka untuk mewujudkan
pendidikan yang bermutu kini diperlukan peran aktif masyarakat dalam
pendidikan di sekolah. Peran aktif masyarakat bukan hanya dalam bentuk dana
saja tetapi lebih luas pada sumbangan pendapat dan pemikiran serta
monitoring dan akuntabilitas. Sehingga masyarakat akan memiliki rasa
tanggung jawab yang sama terhadap keberhasilan pendidikan. Lewat komite
sekolah ini diharapkan peran masyarakat sebagai orang tua murid dapat lebih
maksimal sehingga tujuan pendidikan dapat tercapai.
Peningkatan mutu pendidikan dari waktu ke waktu terus dilakukan
perubahan. Perubahan tersebut juga menyeluruh sampai pada sistem
pendidikan yang dianjurkan oleh pemerintah. Pemerintah telah memberikan
keleluasaan dalam menjalankan proses pendidikan yang ada di sekolah.
Sekolah diberikan otonomi yang luas untuk mengelola sekolahnya dengan
alasan sekolah lebih tahu tentang sumber daya yang dimiliki sekolah
masing-masing. Otonomi yang diberikan itu berupa pengelolaan sekolah dengan
pendidikan yang bermutu pihak sekolah lebih mengetahui kekurangan dan
kelebihan masing- masing sekolah.
Untuk itu dalam menjalankan Manajemen Berbasis Sekolah perlu
kerja sama seluruh warga sekolah dan masyarakat sekolah. Dalam hal ini
komite sekolah sebagai wujud peran serta masyarakat diharapkan dapat
berperan aktif untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu. Masyarakat dapat
berperan melalui komite sekolah sebagai: 1) pemberi pertimbangan maupun
penentuan dan pelaksanan dan kebijakan pendidikan; 2) masyarakat maupun
orang tua dapat menyumbangkan pemikiran, finans ial dan tenaganya untuk
mendukung penyelenggaraan pendidikan; 3) sebagai pihak yang dapat
mengontrol transparansi dan akuntabilitas dalam kinerja penyelenggaraan
pendidikan; 4) sebagai pihak yang dapat dijadikan alat untuk saling
berkomunikasi maup un mediator bagi sekolah dan masyarakat sendiri.
Sehingga tidak ada lagi jurang pemisah antara sekolah dengan
keluarga siswa, masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dapat mengontrol
penyelenggaraan pendidikan agar dapat tercapainya pendidikan bermutu bagi
anak didiknya. Tanggung jawab keberhasilan pendid idikan dapat dipikul
bersama, baik oleh sekolah, pemerintah, dan masyarakat melalui
25 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari cara dan pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian
deskriptif yang menggambarkan atau melukiskan keadaan subjek/objek
penelitian seseorang, lembaga masyarakat dan lain- lain pada saat sekarang
berdasarkan fakta- fakta yang tampak atau sebagaimana adanya
B. Subjek dan Objek Penelitian
1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah komite sekolah yang ada di SMA swasta
dan negeri sekotamadya Yogyakarta. Dengan alasan, untuk mengetahui
peran serta komite sekolah dalam manajemen sekolah yang ada di SMA
yang berbeda. Hal ini sangat penting karena komite sekolah sudah lama
ada dan sejauh mana keterlibatan peranannya dalam manajemen sekolah
di SMA swasta dan negeri sekotamadya Yo gyakarta.
2. Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah peran
serta komite sekolah dalam manajemen sekolah di SMA swasta dan
negeri sekotamadya Yogyakarta. Untuk mengetahui peran serta komite
sekolah dalam manajemen sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
pendidikan yang berwujud finansial, tenaga ma upun pikiran, sebagai
pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pendidikan, sebagai mediator antara sekolah dan
masyarakat.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian adalah SMA swasta dan negeri di Kotamadya
Yogyakarta. Alasan pemilihan lokasi karena SMA swasta dan negeri di
Kotamadya Yogyakarta yang telah membentuk komite sekolah sehingga
dapat mengetahui peran serta komite sekolah dalam keterlibatannya di
program manajemen sekolah. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Mei –
Juli 2007.
D. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang dapat terdiri dari
manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes dan peristiwa-peristiwa
sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu di dalam suatu
penelitian (Arikunto, 1983:102).
Dalam penelitian ini populasinya adalah SMA swasta dan negeri di
Kotamadya Yogyakarta. Jadi populasinya disesuaikan dengan jumlah
SMA swasta dan negeri di Kotamadya Yogyakarta yaitu ada 49 SMA
2. Sampel Penelitian
Penelitian ini bersifat penelitian sampel karena hanya sebagian dari
subjek penelitian dianggap mewakili keseluruhan. Subjek penelitian yang
dimaksud adalah komite sekolah. Sampel menurut Arikunto (1983:102)
adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dalam penelitian ini
jumlah sampel yang diambil 10 SMA swasta dan negeri dari 49 SMA
swasta dan negeri yang ada di kotamadya Yogyakarta. Hal ini karena
penjajakan sebelum melakukan penelitian. Namun pada kenyataannya
hanya 6 SMA saja yang menjadi tepat penelitian, karena 4 SMA menolak
dengan berbagai alasan.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang akan digunakan dalam penelitian
ini Purposive Sampling. Purposive Sampling adalah teknik pengambilan
sampel dengan pertimbangan tertentu yang sudah diketahui
sebelumnya.(Sugiono, 2005:61). Dari populasi 49 SMA swasta dan negeri,
sampel yang diambil 6 SMA saja karena 4 SMA menolak untuk menjadi
tempat penelitian. Dari 6 SMA tersebut kemudian diambil 10 responden
yang secara kebetulan ada dan dapat ditemui di sekolah masing- masing.
E. Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala sesuatu yang dapat menjadi objek penelitian
Dalam penelitian ini permasalahan pokok atau variabel yang akan diteliti
adalah peran serta komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
pelaksanaan kebijakan pendidikan, sebagai pengontrol transparansi dan
akuntabilitas, sebagai pendukung pendidikan berwujud finansial, tenaga,
pemikiran, sebagai mediator bagi sekolah dan masyarakat dalam
manajemen sekolah.
2. Definisi Operasional dan pengukuran
a. Peranan komite sekolah sebagai pemberi pertimbangan dalam
pelaksanaan kebijakan pendidikan adalah jika sekolah akan
melakukan perubahan atau peranan tentang kemajuan pendidikan
maka disini fungsi komite sekolah sebagai pihak yang akan
memberikan pendapat untuk kebaikan kemajuan pendidikan
disekolah. Maka untuk mengetahui peran serta komite sekolah dalam
manajemen sekolah dapat diukur dengan keterlibatannya dalam
penyelenggaraan pendidikan.
b. Peranan komite sekolah sebagai pendukung pendidikan yang berwujud
finansial, tena ga maupun pikiran adalah memantau pihak sekolah
dalam masalah keuangan maupun masalah pengadaan dana. Untuk
mengukurnya dapat diketahui melalui sumbangan yang diberikan
pihak komite sekolah, baik yang berupa dana pendidikan, ketersediaan
meluangkan waktu, sumbangan ide untuk kemajuan pendidikan.
c. Peranan komite sekolah sebagai pengontrol transparansi dan
mengawasi administrasi sekolah dengan jelas untuk
dipertanggungjawabkan pada masyarakat, pemerintah dan sekolah.
Dapat diukur keterlibatan komite sekolah dalam mengawasi kinerja
penyelenggaraan pendidikan dan mewujudkan kondisi yang terbuka
dan tanggung jawab bersama.
d. Peranan komite sekolah sebagai mediator antara sekolah dalam
masyarakat serta orang tua murid adalah komite sekolah dapat
dijadikan media komunikasi antara pemerintah, masyarakat dan orang
tua. Hal ini dapat diukur melalui lancarnya komunikasi yang terjalin
antara anggota komite sekolah, pihak sekolah dan pemerintah.
Peran serta komite sekolah dalam manajemen sekolah ini dapat diukur
menggunakan kuisioner yang memuat pernyataan-pernyataan keterlibatan
komite sekolah dalam manajemen sekolah. Keempat indikator diatas dapat
diukur menggunakan Skala Likert dengan lima alternatif jawaban yaitu :
a. Sangat setuju (SS)
b. Setuju (S)
c. Ragu-ragu (R)
d. Tidak setuju (TS)
e. Sangat tidak setuju (STS)
Alternatif jawaban tersebut memiliki skor 1-5 untuk pernyataan positif
jawaban dib eri skor 5-1, sedangkan untuk pernyataan negatif diberi skor
sebaliknya yakni 1-5. Pernyataan positif mengenai peran serta komite sekolah
Pernyataan negatif mengenai peran komite sekolah bersifat tidak mendukung
atau kurang terlibat terhadap peran komite sekolah dalam kinerjanya.
F. Data yang dicari
1.Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber
data/responden. Data tersebut meliputi peran serta komite sekolah sebagai :
a. Pemberi pertimbangan dalam pertimbangan dalam penentuan dan
pelaksanaan kebijakan pendidikan
b. Pendukung pendidikan yang berwujud finansial, tenaga, maupun
pendidikan.
c. Pengontrol dalam rangka trasparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pendidikan
d. Mediator antara sekolah dan masyarakat.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang sudah ada
di SMU swasta dan negeri Kotamadya Yogyakarta, meliputi: keadaan
umum sekolah, dan jumlah anggota komite sekolah.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk
memperoleh data sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan. Metode yang
data dan ciri responden, maka metode yang digunakan tidak selalu sama untuk
setiap variabel.
1. Kuesioner atau angket
Kuesioner atau angket adalah daftar pertanyaan yang diberikan
kepada orang lain yang bersedia memberikan respon (responden) sesuai
dengan permintaan pengguna (Riduwan, 2002:26-27). Kuesioner atau
angket mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpul data
dengan cara dan pengadaannya mengikuti prasyaratan yang telah
digariskan dalam penelitian. Data-data yang hendak diperoleh melalui
kuesioner yakni peran serta komite sekolah dalam perkembangan
pendidikan di sekolah dalam manajemen sekolah.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan pengumpulan data berdasarkan sumber
dari pihak disekolah yang meliputi gambaran umum sekolah dan segala
hal yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh dari
teknik ini adalah gambaran umum SMA swasta dan negeri di Yogyakarta
meliputi keadaan umum sekolah, struktur organisasi di sekolah, jumlah
siswa dan segala hal yang berhubungan dengan penelitian ini.
H. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk menganalisis data
yang telah diperoleh dari sumber data tentang peran serta komite sekolah
sebagai pemberi pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan
pendidikan; sebagai pendukung pendidikan yang berwujud finans ial, tenaga
maupun pemikiran; sebagai pengontrol dalam rangka trasparansi dan
akuntabilitas; sebagai mediator antara pemerintah dan masyarakat. Untuk
menganalisis data yang telah diperoleh diperlukan langkah- langkah sebagai
berikut:
1. Menghitung skor dalam kuesioner dari setiap responden untuk semua
pernyataan.
2. Menghitung rata-rata skor dalam kuesione r dari setiap responden untuk
semua pernyataan.
3. Menyusun kategori skor dari responden dengan pedoman kriteria skor Skala
Likert (Riduwan, 2002:13)
a. 0 - 60 : Sangat tidak berperan
b. 61 - 120 : Tidak berperan
c. 121 - 180 : Ragu-Ragu
d. 181 - 240 : Berperan
e. 241 - 300 : Sangat Berperan
4. Mengelompokkan atau menentukan kategori skor dari responden untuk
I. Teknik Pengujian Instrumen
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner
maka untuk mengukur kevalidan dan keandala nnya dilakukan pengujian
terlebih dahulu sebagai berikut:
1. Validitas
Analisis Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan dan kesahihan suatu instrument.(Arikunto,1996:158). Suatu
instrument penelitian harus mempunyai syarat kesahihan. Instrumen
dikatakan valid dan sahih jika mampu mengungkapkan apa yang hendak
diungkapkannya. Instrumen yang dimaksud adalah kuesioner yang
dibagikan kepada responden, digunakan teknik Korelasi Product Moment
(Sugiono,2005:272) dengan rumus sebagai berikut:
rxy =
( )
[
∑
−∑
∑
]
∑ ∑
[
∑
−( )
∑
]
− 2 2 2 2 y y N x x N y x xy N Keterangan :rxy= koefisien korelasi setiap item N = banyaknya responden x = nilai tiap item
y= nilai total tiap item
Setelah diperoleh rhitungnya, untuk dapat disebut sebagai
instrument yang valid atau tidak, kemudian dibandingkan dengan r tabel.
Jika r hitung lebih besar dari rtabel untuk taraf kesalahan dalam
penelitian ini yang digunakan adalah 5% dengan derajat kebebasan
(
n−2)
,dipergunakan untuk penelitian. Numun untuk mempermudah penghitungan
digunakan bantuan SPSS 12.
Berikut ini akan disajikan tabel rancangan kisi-kisi instrumen
tentang peran serta komite sekolah dalam manajemen sekolah.
Tabel III.1 Kisi-Kisi Instrumen
Variabel Indikator Item 1. Peran serta komite sekolah
sebagai pemberi pertimbangan maupun pene ntuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan.
a.Aspek metode atau cara
b.Aspek materi
1,2
3,4,5
2. Peran serta komite sekolah sebagai pendukung yang berwujud financial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan. a.Finansial b.Pemikiran c.Tenaga 6,7,8,9, 10,11,12, 13
3. Peran serta komite sekolah sebagai pengontrol trasparansi dan akuntabilitas. a.Pengontrol b.Transparansi c.Akuntabilitas/ tanggung jawab 14,15, 16,17,18, 19,20,21
4. Peran serta komite sekolah sebagai mediator antara sekolah dan masyarakat.
a.Mediator bagi sekolah b.Mediator bagi
masyarakat
22,23, 24,25
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah tingkat kesetabilan dan keandalan alat ukur
dalam mengukur suatu gejala. Pengukuran ini dengan menggunakan teknik
perhitungan Alpha Cronbach yang bertujuan untuk menggambarkan tingkat
konsistensi atau keajegan. Untuk mengukur koefisien dalam penelitian ini
menggunakan koefisien Alpha Cronbach dengan taraf signifikan 5%. Indek
Penggunaan rumus Alpha Cronbach karena menggunakan model Skala
Likert. (Sugiono,2005:282). Rumusnya adalah sebagai berikut :
i
R =
(
k −1)
k −
∑
t i s S 2 1 Keterangan:k = mean kuadrat antara subjek atau jumlah item
∑
Si2= mean kuadrat kesalahan atau jumlah variabel St = Varian totalPada kuesione r yang akan diujikan 25 butir pertanyaan yang
harus dijawab dengan alternativ jawaban yaitu sangat setuju, setuju,
ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju. Pemberian skor dilakukan cara SS=5,
S=4, RR= 3, TS=2, STS=1. Butir-butir yang diujicobakan untuk mengukur
peran serta komite sekolah sebagai : pemberi pertimbangan dalam
penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan, pendukung baik yang
berwujud finansial, pemikiran, ma upun tenaga dalam penyelenggaraan
pendidikan, pengontrol dalam rangka transparansi dan akuntabilitas dalam
penyelenggaraan pendid ikan, mediator antara sekolah dan masyarakat.
Setelah ditemukan nilai dari variable total kemudian dimasukkan ke dalam
rumus Alpha Cronbach. Dari hasil perhitungan tersebut, jika nilai hitung
Alpha Cronbach lebih besar dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%, maka
36 BAB IV
GAMBARAN UMUM
A. Letak Geografis Kota Madya Yogyakarta
Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Propinsi DIY dan
merupakan satu-satunya daerah tingkat II yang berstatus Kota di samping 4
daerah tingkat II lainya yang berstatus kabupaten. Kota Yogyakarta terletak
ditengah-tengah Propinsi DIY, dengan batas wilayah sebagai berikut; Sebelah
Utara: Kabupaten Sleman, Sebelah Timur: Kabupaten Bantul dan Sleman,
Sebelah Selatan: Kabupaten Bantul, Sebelah Barat: Kabuapaten Bantul dan
Sleman. Wilayah kota Yogyakarta terbentang antara 1100 280 190 sampai 1100
280 530 Bujur Timur dan 70 490 260 sampai 0700 150 240 Lintang Selatan dengan
ketinggian rata-rata 114 m diatas permukaan laut.
Secara garis besar kota Yogyakarta merupakan dataran rendah dimana dari
barat ke timur relatif datar dan dari utara ke selatan memiliki kemiringan ± 1
derajat, serta terdapat tiga sungai yang melintas Kota Yogyakarta, yaitu: Sebelah
timur adalah Sungai Gajah Wong, Bagian tengah adalah Sungai Code, Sebelah
Barat adalah Sungai Winongo. Luas wilayah Kota Yogyakarta adalah 3.250
hektar yang terbagi menjadi 14 Kecamatan, 45 Kelurahan, 617 RW, dan 2. 531
RT, serta dihuni ± 489.000 dengan kepadatan rata-rata 15.000 jiwa/ Km2.
Kondisi iklim kota Yogyakarta:curah hujan rata-rata 2.012 mm/thn dengan
119 hari hujan, suhu rata-rata 27, 20 C dan kelembaban rata-rata 24, 7%. Angin
daya dengan arah 2200 bersifat basah dan mendatangkan hujan, pada musim
kemarau bertiup angin muson tenggara yang agak kering dengan arah ± 900-1400
dengan rata-rata kecepatan 5-16 knot/jam.
Sejarah terbentuknya kota Yogyakarta dimulai sesudah perjanjian Giyanti
(Palihan Nagari) pada tahun 1755, Mataram dibagai menjadi dua kerajaan,
Kasultanan Surakarta Hadiningrat di bawah kekuasaan Sunan Pakubuwono III
dan Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat. Sesudah perjanjian Giyanti,
Pangeran Mangkubumi- saudara laki- laki Susuhunan Pakubuwono II - dinobatkan
menjadi raja Ngayogyakarta Hadiningrat dengan nama Sultan Hamengku
Buwono I. Beliaulah yang mewarisi garis keturunan para Sultan yang sampai saat
ini masih tinggal di Kraton Yogyakarta dan berperan penting dalam budaya
masyarakat Jawa. Kerajaan kedua disebut dengan Yogyakarta.
Pada tahun 1813, di bawah kekuasaan Inggris untuk ketiga kalinya
perpecahan terjadi di kerajaan Mataram. Pangeran Noto Kusumo anak laki- laki
Hamengku Buwono I, dinobatkan menjadi Pangeran Adipati Aryo Paku Alam I
dan tinggal terpisah dari Kasultanan Yogyakarta. Pada saat Republik Indonesia
berdiri tanggal 17 Agustus 1945, sesudah proklamasi kemerdekaan,
Ngayogyakarta Hadiningrat (Kasultanan) dan Pakualaman ( Kadipaten)
bergabung menjadi satu propinsi menjadi bagian Republik Indonesia dengan Sri
Sultan Hamengku Buwono IX sebagai gubernur dan Sri Paku Alam VIII sebagai
berstatus propinsi pada tahun 1950 sebagai penghargaan karena berperan penting
dalam perang demi kemerdekaan.
B. Komite Sekolah
1. Munculnya Komite Sekolah
Kemunculan komite didasari pada keputusan Mentri Pendidikan
Nasional Nomor 004/U/2002, tanggal 2 April 2002. Sejak saat itu sebenarnya
pemerintah sudah mewajibkan setiap sekolah membentuk komite sekolah. Pada
tahun 2002 baru beberapa sekolah saja yang membentuk komite sekolah. Hal
tersebut hanya terlihat di kota-kota seperti: Jakarta, Bandung dan Yogyakarta.
Pada bulan April 2006, sekolah-sekolah di seluruh Indonesia mulai membentuk
komite sekolah sebagai tanggapan atas kemunculanya keputusan Mentri
Pendidikan Nasional tahun 2002. Kemunculan komite sekolah terkesan lambat
karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan pada masyarakat dan orang tua
murid. Walaupun terkesan lambat, namun sekolah unggulan sudah membentuk
komite sekolah. Bahkan jika dibentuk secara benar, telah banyak peran dari
kehadiran komite sekolah untuk perkembangan sekolah tersebut.
2. Proses Pembentukan Komite Sekolah
Pembentukan komite sekolah pada awalnya telah melibatkan
masyarakat, pihak sekolah, orang tua murid. Mereka duduk bersama dalam
musyawarah untuk memilih pengurus dan jabatan masing- masing. Banyak juga
menjadi bagian dari pengurus komite sekolah. Di Yogyakarta, komite sekolah
mulai terbentuk di sekolah-sekolah pada tahun 2003. Terbentuknya komite
sekolah ini disambut baik oleh SMA Negeri sebagai bentuk dari otonomi
sekolah. SMA Negeri 1, SMA Negeri 3 dan SMA Negeri 8 sudah sejak tahun
2003 telah membentuk komite sekolah. Komite sekolah yang terbentuk saat itu
belum optimal, hanya berfungsi sebagai mediasi penerimaan dana saja. Namun
saat ini komite sekolah sudah memiliki program-program kerja yang telah
tersusun.
Kemunculan komite sekolah di Yogyakarta ini tidak lepas dari
perhatian Wali kota Yogyakarta. Wali kota Yogyakarta mewajibkan setiap
sekolah baik negeri maupun swasta harus membentuk komite sekolah . Komite
sekolah wajib membuat program kerja, rencana anggaran pendapatan dan
bela nja dari masing- masing sekolah. Sehingga pada akhir tahun nanti pihak
sekolah dan komite sekolah menyampaikan laporan pertanggungjawaban secara
terbuka kepada orang tua atau wali murid.
3. Anggota Komite Sekolah
Pada umunya anggota komite sekolah beranggotakan seluruh orang
tua murid, guru-guru di sekolah dan perwakilan dari masyarakat. Dari sekian
banyak orang tua telah dipilih melalui musyawarah untuk menjabat sebagai
anggota komite sekolah. Dari pihak guru- guru di sekolah juga dipilih lewat
jalan musyawarah. Kepala sekolah kebanyakan menjabat sebagai pengurus
masyarakat yang peduli dengan pendidikan atau sebagai orang yang dihargai
dan sebagai panutan dalam masyarakat. Selain itu ada beberapa sekolah yang
melibatkan tokoh agama dan ketua OSIS sebagai pengurus komite sekolah.
Selain itu anggota komite sekolah terdiri dari anggota sukarela.
Anggota sukarela adalah warga masyarakat yang mempunyai perhatian besar
pada pendidikan terkait secara sukarela dan tidak mengikat dapat menyatakan
diri secara tertulis kepada pengurus komite sekolah pada masing- masing
sekolah dan kepadanya ditetapakan sebagai anggota sukarela setelah melalui
pertimbangan dalam rapat pengurus komite yang bersangkutan.
Pengurus komite sekolah terdiri atas ketua, sekretaris, bendahara,
dan seksi-seksi yang pembentukanya secara formatur terdiri atas unsur komite
dan unsur sekolah dalam rapat komite sekolah masing- masing. Pengurus
komite sekolah juga dilengkapi kepala sekolah masing- masing sebagai Pembina
dan Badan Pemeriksa yang terdiri atas seorang ketua dan dua orang anggota
komite. Sedangkan anggota Badan Pemeriksa berasal dari anggo ta komite satu
orang dan guru satu orang yang dipilih melalui rapat komite sekolah.
4. Pergantian Komite Sekolah
Pergantian pengurus komite sekolah dilakukan sesuai kebijakan
sekolah. Pergantian tersebut bisa dilakukan 1-2 tahun sekali sesuai dengan
kesepakatan pembentuakan dari sekolah. Pergantian tersebut biasanya dilakukan
menjelang tahun ajaran baru, sekaligus membicarakan program kerja untuk
sesuai dengan kesepakatan pengurus, mengingat pengurus tidak hanya dari
kalangan pendidik saja. Waktu pertemuan biasanya dilakukan diluar jam proses
pembelajarn siswa di sekolah, yang diadakan satu bulan sekali atau satu minggu
sekali.
Penetapan maupuan pergantian pengurus tersebut telah ditetapkan
denga Surat Keputusan Kepala sekolah di sekolah masing- masing atas usul
ketua komite sekolah berdasarkan hasil rapat anggota komite sekolah yang
bersangkutan. Rapat anggota komite sekolah sekurang-kurangnya diadakan satu
kali dalam satu tahun untuk menyampaikan: informasi program dan
pelaksanaan pendidikan di sekolah oleh kepala sekolah, informasi program
kerja dan laporan pelaksanaan program kerja, pemilihan pengurus baru sesuai
periode kepengurusan dan serah terima pengurus lama ke pengurus baru.
Sedangkan rapat pengurus komite sekolah diadakan dua kali dalam satu
semester atau empat kali dalam satu tahun. Rapat pertama, pada awal semester
untuk menyusun program terpadu dengan pejabat terkait. Rapat kedua, pada
akhir semester guna menyusun laporan kerja pengurus sebagai bahan
pertanggungjawaban pada Rapat Anggota Komite tahunan. Rapat pada akhir
semester genap juga dilaksanakan guna mempersiapkan penyelenggaraan Rapat
Anggota Komite Tahunan berkaitan dengan Anggota Komite tanggal dan
Anggota Komite yang Baru, serta rapat pergantian pengurus Komite sesuai
Anggaran dan sumber dana komite sekolah berasal dari anggota
komite seperti uang pangkal, uang iuran tiap bulan maupun iuran suka rela serta
sumber dana lain yang sah. Besar pungutan uang pangkal, iuran, dan
sumbangan sukarela minimum serta dana lain yang sah ditentukan oleh hasil
musyawarah Pengurus Komite dan Kepala Sekolah. Pengelolan dana
sepenuhnya berada pada Pengurus Komite dan Kepala Sekolah. Penggunaan
dana komite sekolah yang digunakan untuk membantu kegiatan siswa, sarana,
dan prasarana dikeluarkan berdasarkan proposal yang telah ditandatangi oleh
Kepala Sekolah dan Ketua Komite. Banyaknya dana yang dikeluarkan
berdasarkan kemampuan keuangan Komite Sekolah.
5. Struktur Komite Sekolah
Tabel IV.1
Struktur Komite Sekolah
BADAN PEMERIKSA
KETUA KEPALA
SEKOLAH
BENDAHARA SEKRETARIS
SEKSI PEMBANGUNAN SEKSI PENDIDIKAN
Keterangan:
- - - : Garis pemeriksa keuangan
………….. : Garis Pembina, koordinasi, kerja sama _________ : Garis pelaksanaan tugas
Sumber: Pedoman Kerja Komite Sekolah
Susunan struktur komite sekolah ini dilengkapi Kepala Sekolah
masing- masing sebagai Pembina dan Badan Pemeriksa yang terdiri atas seorang
ketua dan dua orang anggota. Ketua Badan Pemeriksa berasal dari anggota komite
sekolah, sedangkan Anggota Badan Pemerikasa berasal satu orang dari anggota
komite sekolah dan satu orang dari guru yang dipilih melalui rapat anggota
komite sekolah. Untuk pengurus komite sekolah terdiri dari Ketua, Sekretaris,
Bendahara, dan Seksi-seksi yang pembentukannya terdiri dari atas un