• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS JENIS, JUMLAH, DAN MUTU GIZI KONSUMSI

SARAPAN ANAK INDONESIA

FACHRUDDIN PERDANA

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2013

Fachruddin Perdana NIM I14080059

(3)

ABSTRAK

FACHRUDDIN PERDANA. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder (data konsumsi pangan) yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas 2010) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini mencakup 33 provinsi di Indonesia, dengan 40 437 total sampel; yang terdiri dari 20 659 laki-laki dan 19 778 perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sepuluh jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, mi instan, tahu, roti, daging ayam, dan biskuit; lima jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi selama sarapan adalah air putih, teh, susu, kopi, dan sirup. Makanan yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 5 g/hari selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, dan mi instan. Minuman yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 15 mL/hari selama sarapan adalah air putih, teh, dan susu. Hanya 30.3% dari sarapan anak yang mencukupi asupan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel pendidikan orang tua anak dan status ekonomi keluarga terhadap kontribusi energi sarapan dan mutu gizi konsumsi pangan sarapan (p<0.01).

Kata kunci: Sarapan, jumlah sarapan, jenis sarapan, anak-anak, mutu gizi pangan sarapan

ABSTRACT

FACHRUDDIN PERDANA. An Analysis of Type, Amount, and Nutritional Quality of Breakfast Among Indonesian Children. Supervised by HARDINSYAH.

The objective of this study was to analyze type, amount, and nutritional quality of breakfast among Indonesian children aged 3-12 years old. The data used for this study was the secondary data of Basic Health Survey 2010 (Riskesdas 2010) conducted by the Research and Development Agency, Ministry of Health Indonesia. Data was collected June until August 2010 by applying a cross sectional study design. This study covered 33 provinces of Indonesia, with 40 437 final total subjects; children consist of 20 659 boys and 19 778 girls. The results of this study showed that the ten major type of foods consumed during breakfast were rice, swamp cabbage, egg, fish, tempe, instant noodles, tofu, bread, chicken and biscuits; and the five major type of beverages consumed during breakfast were drinking water, tea, milk, coffee, and syrup. The food consumed on average of more than 5 g a day during breakfast were rice, swamp cabbage, egg, fish, tempe, instant noodles; and the beverages consumed on average of more than 15 mL a day were water, tea, and milk. Only 30.3% of children breakfast adequately fullfilled energy intake. The results showed that there was a positive significant correlation between parental education and family economic status with contribution of breakfast energy and nutritional quality of breakfast (p<0.01).

(4)

RINGKASAN

FACHRUDDIN PERDANA. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun. Sedangkan tujuan khususnya meliputi: (1) menganalisis jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sebagai sarapan oleh anak Indonesia usia 3-5 tahun dan usia 6-12 tahun. (2) menganalisis kontribusi energi sarapan terhadap pemenuhan

kebutuhan energi anak Indonesia usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun, (3) menganalisis mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-5 tahun dan

6-12 tahun.

Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data sekunder yang berasal dari data penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang mengacu pada desain penelitian Riskesdas 2010. Data penelitian ini diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Data antropometri, konsumsi pangan sarapan, dan karakteristik sosial ekonomi keluarga (daerah tempat tinggal sampel, pendidikan sampel, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua) diperoleh dari entry data kuesioner Riskesdas 2010. Data status ekonomi dan asupan zat gizi diperoleh dari hasil pengolahan tim Riskesdas 2010. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di 33 provinsi Indonesia sejak bulan Juni 2010 dan berakhir pada Agustus 2010. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Desember 2012 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, Jawa Barat.

Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing sensus penduduk (SP) 2010 oleh Badan Pusat Statistik dengan menggunakan two stage sampling. Tim Riskesdas 2010 berhasil mengumpulkan 2 798 BS (Blok Sensus) dengan sampel anggota rumah tangga sebanyak 251 388 orang. Jumlah sampel anak yang berusia 3-12 tahun adalah 50 711 orang. Kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berusia 3-12 tahun dalam kondisi sehat dan konsumsi harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain). Kriteria eksklusi sampel adalah kondisi fisiologis hamil. Proses cleaning data awal dilakukan terhadap data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan sarapan yang tidak lengkap. Proses cleaning selanjutnya dilakukan terhadap sampel yang memiliki asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal, sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%, dan IMT/U sampel <-4.0 SD. Total sampel dalam penelitian ini adalah 40 437 orang (79.7% dari total sampel awal) yang terdiri dari 20 659 anak laki-laki dan 19 778 anak perempuan.

(5)

Kg dan 126.2±13.4 cm. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status gizi menurut jenis kelamin dan kelompok usia anak (p<0.01).

Tipe sarapan berdasarkan konsep gizi seimbang yang dikonsumsi oleh anak usia 3-5 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (36.2%); karbohidrat, protein, sayur, dan minuman (14.6%); karbohidrat, protein, dan sayur (1.7%). Sedangkan anak usia 6-12 tahun mengonsumsi sarapan yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (34.4%); karbohidrat, protein, sayur, dan minuman (18.0%); karbohidrat, protein, dan sayur (2.3%). Tipe sarapan lengkap yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, sayur, buah, dan minuman hanya dikonsumsi oleh 0.5% sampel anak usia 3-5 tahun dan 0.61% sampel anak usia 6-12 tahun.

Sepuluh jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, mi instan, tahu, roti, daging ayam, dan biskuit. Sedangkan lima jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel selama sarapan adalah air putih, teh, susu, kopi, dan sirup. Makanan yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 5 g/hari selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, dan mi instan. Minuman yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 15 mL/hari selama sarapan adalah air putih, teh, dan susu.

Rata-rata kontribusi energi sarapan pada anak usia 3-12 tahun adalah 17.3±10.9% dengan anak laki-laki 15.2±9.5% dan anak perempuan 19.5±11.9%. Rata-rata kontribusi energi sarapan pada anak usia 3-5 tahun adalah 22.0±12.8% dan 15.6±9.7% pada anak usia 6-12 tahun. Sebagian besar sampel (45.7%) memiliki kontribusi energi sarapan 10-20% per harinya. Hanya 30.3 % dari keseluruhan sampel mengonsumsi sarapan dengan asupan energi yang mencukupi kebutuhannya. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kontribusi energi sarapan menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.01).

Rata-rata mutu gizi konsumsi Pangan (MGP) sarapan pada anak laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 42.1±22.8 dan 42.3±22.9. Rata-rata MGP sarapan pada anak usia 3-5 tahun adalah 51.5±26.0 dan 38.9±20.7 pada anak usia 6-12 tahun. Sebagian besar sampel (76.1%) memiliki nilai MGP sarapan yang tergolong sangat kurang dengan persentase (76.2%) untuk sampel laki-laki dan (76.0%) untuk sampel perempuan. Sebanyak 5.6% sampel memiliki MGP sarapan yang tergolong baik. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap MGP sarapan menurut kelompok usia (p<0.01).

Hasil uji beda independent samples t-test menurut jenis kelamin menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi sarapan, kebutuhan energi, dan kontribusi energi sarapan (p<0.01). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tipe sarapan dan mutu gizi pangan sarapan. Hasil uji beda independent samples t-test menurut kelompok usia menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada konsumsi energi sarapan, kebutuhan energi, kontribusi energi sarapan, tipe sarapan, dan mutu gizi pangan sarapan pada kelompok usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun (p<0.01).

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

ANALISIS JENIS, JUMLAH, DAN MUTU GIZI KONSUMSI

SARAPAN ANAK INDONESIA

FACHRUDDIN PERDANA

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi

dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)

Judul Skripsi : Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia

Nama : Fachruddin Perdana NIM : I14080059

Disetujui oleh

Dosen Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP. 19590807 198303 1 001

Diketahui oleh

Ketua Departemen Gizi Masyarakat

Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis

Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Program Studi Ilmu Gizi,

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian

Bogor.

Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak

pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS

selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran senantiasa

meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan bimbingan, arahan, dorongan,

saran, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis

ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc selaku dosen

pemandu seminar sekaligus dosen penguji sidang yang telah memberikan

semangat, masukan, kritik, dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Terima

kasih penulis ucapkan kepada Ibu dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen

pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan dukungan selama

menjalani perkuliahan.

Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Dwi Soeharmanto, MM

dan Ir. Sri Arjoeni Indarti selaku bapak dan ibu yang senantiasa selalu

mendoakan dan memberikan dukungan baik dukungan moral maupun materi

selama menempuh pendidikan. Adik-adikku yang tercinta Yusuf Hasan Habibie,

Magistri Arnanto Wibisono, Aulia Rachma Pratiwi, dan Mohammad Mahatir

Assidiqie yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. Terima kasih

kepada Dewi Nur Shaliha yang selalu memberikan dorongan dan semangat

dalam penulisan skripsi ini.

Di samping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Penelitian

Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI yang telah mengijinkan

penulis menggunakan data hasil survei Riskesdas 2010. Terima kasih kepada

para pembahas seminar (Tania Primarta, Heti Sondari, Babang Yusup, Infoning

Paramita) yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini dapat

diperbaiki dan disempurnakan, serta dosen, staf, dan karyawan Departemen Gizi

Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Teman-teman seperjuangan Triko, Gita, Mita, Zaini, Mas Aries, Mbak

(10)

GM 47, GM 48, JUVE IPB, IPB serta yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu, terima kasih karena senantiasa memberikan motivasi, semangat serta

kenangan indah yang tak terlupakan. Terima kasih kepada teman-teman KKP

Desa Grogol Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara, kelompok

Internship Dietetik RSUD Cibinong, serta kelas ekstensi GM yang tidak bisa

disebutkan satu per satu.

Terima kasih kepada sahabat-sahabatku yaitu Trikorian, Saumi, Tika,

Rahayu, Agus, Ibnu, Angga, Adi, Dheanni, Lusi, Defika, Ulqi, Zaenudin, Rohadi,

Laely, Dian, Mumtaz, Rendra, Azni, Nazhif, dan yang terspesial sayangku Dewi

Nur Shaliha atas kebersamaan, keceriaan, semangat serta kerjasama sejak awal

masuk kuliah hingga saat ini. Teman-teman seperjuangan Kost “Pondok Perjuangan” Erwan, Henry, Aldo, Hardi, Aziz, Rafiq, Satriaji dan Furqon yang senantiasa ada di saat senang dan susah serta telah menjadi keluarga selama

kita kuliah bersama. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu

atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat

kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran

dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Penulis

berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Maret 2013

(11)

RIWAYAT HIDUP

Fachruddin Perdana dilahirkan di Barru, Sulawesi

Selatan pada tanggal 16 Maret 1990. Penulis merupakan

anak pertama dari lima bersaudara, putra pasangan Bapak

Ir. Dwi Soeharmanto, MM dan Ibu Ir. Sri Arjoeni Indarti.

Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun

1996 sampai dengan tahun 1998 di SD Negeri 21 Banda

Aceh, kemudian pada tahun 1998 sampai dengan tahun

2002 di SD Negeri 1 Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penulis

menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 sampai dengan

tahun 2005 di SMP Negeri 3 Tuban, Jawa Timur. Selanjutnya penulis

menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2005 sampai dengan

tahun 2008 di SMA Negeri 1 Tuban, Jawa Timur.

Penulis resmi diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen

Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor pada

tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi

mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non

akademik. Penulis aktif tergabung ke dalam berbagai organisasi kemahasiswaan

yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekologi Manusia IPB sebagai

Staff Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kewirausahaan pada

tahun 2009-2010. Penulis menjadi anggota IPMRT (Ikatan Pelajar Mahasiswa

Ronggolawe Tuban). Penulis juga ikut serta dalam berbagai kepanitiaan yang

diselenggarakan oleh IPB, BEM KM IPB, BEM FEMA, Himagizi, dan IPMRT

Bogor. Penulis juga menjadi anggota Gizi Perkusi (Ziper), anggota Futsal Gizi

Masyarakat IPB angkatan 45, dan anggota JUVE IPB.

Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Biokimia Gizi

kelas ekstensi periode 2011. Asisten praktikum mata kuliah Analisis Zat Gizi

Makro, Biokimia Gizi, Analisis Zat Gizi Mikro, Ilmu Gizi Dasar, dan Ilmu Bahan

Makanan kelas regular periode 2012.

Penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi

Akademik (PPA) terhitung dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Penulis berhasil

mendapatkan dana hibah dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) bidang

Kewirausahaan pada kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) periode

(12)

Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bersama mahasiswa

Fakultas Pertanian IPB di Desa Grogol, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten

Banjarnegara selama 1.5 bulan terhitung dari tanggal 1 Juli sampai dengan

tanggal 14 Agustus 2011. Penulis juga melaksanakan Internship Dietetika Gizi

Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Kabupaten Bogor

pada Bulan April 2012. Topik kasus penyakit yang dikaji meliputi penyakit dalam

(Dispnue, Dispepsia, DM Tipe II, Susp. TB Paru), penyakit bedah (Haemoroid

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ix

RIWAYAT HIDUP ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan ... 3

Kegunaan ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Anak Usia 3-12 Tahun ... 5

Karakteristik Anak Usia 3-12 Tahun ... 5

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ... 5

Besar Keluarga ... 5

Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua ... 6

Status Gizi ... 6

Konsumsi Pangan ... 7

Sarapan ... 8

Peranan dan Manfaat Sarapan ... 9

Makanan Sarapan ... 10

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Sarapan ... 11

Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 12

Mutu Gizi Asupan Pangan ... 13

KERANGKA PEMIKIRAN ... 15

METODE ... 17

Desain, Waktu, dan Tempat ... 17

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel ... 17

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19

Pengolahan dan Analisis Data ... 20

Karakteristik ... 20

Status Gizi ... 21

(14)

Kebutuhan Energi ... 21

Kebutuhan Protein ... 22

Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat ... 23

Kebutuhan Zat Gizi Mikro ... 23

Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 24

Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) Sarapan... 24

Konsumsi Sarapan ... 25

Analisis Data ... 25

Definisi Operasional ... 27

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

Karakteristik Sosial Ekonomi ... 28

Berat dan Tinggi Badan serta Status Gizi ... 32

Konsumsi Sarapan ... 33

Konsumsi Sarapan berdasarkan Tipe ... 34

Konsumsi Sarapan berdasarkan Jenis dan Jumlah Makanan dan Minuman Sarapan ... 36

Kontribusi Sarapan terhadap Pemenuhan Kebutuhan Energi ... 39

Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Sarapan ... 41

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral ... 42

Asupan Vitamin ... 44

Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin ... 45

Mutu Gizi Asupan Pangan Sarapan ... 46

Analisis antara Karakteristik dengan Kontribusi Energi Sarapan dan MGP .... 47

KESIMPULAN DAN SARAN ... 49

Kesimpulan ... 49

Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Klasifikasi status gizi anak berdasarkan IMT/U ... 7

2 Kontribusi energi dan zat gizi sarapan anak berdasarkan jenis kelamin ... 12

3 Sumber dan cara pengumpulan data ... 19

4 Klasifikasi status gizi anak ... 21

5 Perhitungan kebutuhan energi anak menurut usia dan jenis kelamin ... 22

6 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan kelompok usia ... 23

7 Karakteristik sosial ekonomi anak ... 28

8 Karakteristik sosial ekonomi anak laki-laki ... 30

9 Karakteristik sosial ekonomi anak perempuan ... 31

10 Status gizi IMT/U anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia ... 32

11 Z-score IMT/U anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia ... 33

12 Tipe sarapan dan konsumsi sarapan anak laki-laki ... 35

13 Tipe sarapan dan konsumsi sarapan anak perempuan ... 35

14 Tipe sarapan dan konsumsi sarapan anak laki-laki dan perempuan ... 36

15 Jenis makanan dan konsumsi makanan sarapan anak laki-laki ... 37

16 Jenis minuman dan konsumsi minuman sarapan anak laki-laki ... 37

17 Jenis makanan dan konsumsi makanan sarapan anak perempuan ... 38

18 Jenis minuman dan konsumsi minuman sarapan anak perempuan ... 38

19 Jenis makanan dan konsumsi makanan anak laki-laki dan perempuan ... 39

20 Jenis minuman dan konsumsi minuman anak laki-laki dan perempuan ... 39

21 Persentase anak menurut tipe sarapan dan jumlah asupan energi sarapan . 40 22 Asupan zat gizi makro dan mineral sarapan anak ... 41

23 Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral sarapan anak .... 43

24 Asupan vitamin dari konsumsi sarapan anak ... 44

25 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari sarapan anak ... 45

26 Persentase anak menurut mutu gizi konsumsi pangan sarapan ... 46

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Kerangka pemikiran. ... 16

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1 Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri ... 56

2 Cara pengumpulan data asupan pangan ... 57

3 Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin ... 58

4 Uji beda independent samples t-test variabel menurut kelompok usia ... 59

5 Rata-rata (median) berat badan anak ... 60

6 Rata-rata (median) tinggi badan anak ... 60

7 Rata-rata (median) nilai z-score IMT/U anak ... 61

8 Sebaran dan rata-rata (median) tipe sarapan yang dikonsumsi anak ... 62

9 Sebaran dan rata-rata (median) tipe sarapan yang dikonsumsi anak ... 65

10 Sebaran dan rata-rata (median) karbohidrat sebagai sarapan ... 66

11 Sebaran dan rata-rata (median) protein sebagai sarapan ... 68

12 Sebaran dan rata-rata (median) sayuran sebagai sarapan ... 70

13 Sebaran dan rata-rata (median) buah sebagai sarapan ... 72

14 Sebaran dan rata-rata (median) minuman sebagai sarapan ... 73

15 Sebaran dan rata-rata (median) serealia sebagai sarapan... 74

16 Sebaran dan rata-rata (median) kacang-kacangan sebagai sarapan ... 75

17 Sebaran dan rata-rata (median) daging sebagai sarapan ... 76

18 Sebaran dan rata-rata (median) telur sebagai sarapan ... 78

19 Sebaran dan rata-rata (median) ikan sebagai sarapan ... 79

20 Sebaran dan rata-rata (median) sayuran sebagai sarapan ... 81

21 Sebaran dan rata-rata (median) buah sebagai sarapan ... 83

22 Sebaran dan rata-rata (median) susu sebagai sarapan ... 84

23 Sebaran dan rata-rata (median) lemak dan minyak sebagai sarapan ... 85

24 Sebaran dan rata-rata (median) serba-serbi sebagai sarapan ... 86

25 Sebaran dan rata-rata (median) makanan jajanan sebagai sarapan ... 87

26 Sebaran dan rata-rata (median) minuman sebagai sarapan ... 89

27 Sebaran dan rata-rata (median) sarapan anak laki-laki ... 90

28 Sebaran dan rata-rata (median) sarapan anak perempuan ... 99

(18)

Sumberdaya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif

sangat dibutuhkan dan perlu dipersiapkan oleh bangsa itu sendiri untuk

mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan. Keberhasilan

pembangunan sumberdaya manusia dalam Human Development Index (HDI)

atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan salah satu indikator

keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia, menunjukkan bahwa Indeks

Pembangunan Manusia Indonesia pada tahun 2004 menempati urutan 111 dari

177 negara yang disurvei (UNDP 2004). Sedangkan Indeks Pembangunan

Manusia Indonesia pada tahun 2011 menempati urutan 124 dari 187 negara

yang disurvei (UNDP 2011).

Perubahan peringkat ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di

Indonesia mengalami perlambatan dibandingkan negara-negara lain sehingga

diperlukannya program-program perbaikan gizi dan kesehatan yang bertujuan

untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat guna meningkatkan

Indeks Pembangunan Manusia di Negara Indonesia (Depkes 2005).

Program-program perbaikan gizi dan kesehatan seperti penanganan pangan dan gizi

merupakan salah satu agenda penting dalam pembangunan nasional. Pangan

dan gizi terkait langsung dengan kesehatan masyarakat.

Di Indonesia, masalah gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan ketidak

seimbangan konsumsi makanan merupakan masalah utama bagi sebagian besar

penduduk, termasuk anak-anak. Laporan Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2011)

mengungkap bahwa pada semua kelompok umur dan jenis kelamin di Indonesia

terjadi masalah gizi kurang dan gizi lebih. Pada anak balita Indonesia terdapat

17.9% yang mengalami gizi kurang (underweight) dan 5.8% mengalami gizi lebih

(overweight). Pada anak usia 6-12 tahun sejumlah 12.2% tergolong kurus dan

9.2% tergolong gemuk berdasarkan indikator IMT/U. Adanya masalah gizi kurang

dan gizi lebih ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk Indonesia yang

konsumsi pangan atau asupan gizinya belum memenuhi gizi seimbang.

Hasil Riskesdas 2010 menunjukan 40.6% penduduk Indonesia

mengonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka

Kecukupan Gizi) yang dianjurkan tahun 2004. Penduduk yang mengonsumsi

protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80% dari angka kecukupan

(19)

protein dibawah kebutuhan minimal terjadi pada semua kelompok umur yaitu

24.4% pada Balita, 41.2% pada anak usia sekolah, 54.5% pada remaja, 40.2%

pada dewasa, serta 44.2% pada ibu hamil (Balitbangkes 2011).

Gizi Seimbang (balance diet atau balance nutrients) dapat menjadi solusi

dari permasalahan gizi tersebut. Gizi seimbang merupakan susunan pangan

(makanan dan minuman) yang mengandung semua zat gizi esensial yang sesuai

dan memenuhi kebutuhan gizi seseorang untuk hidup aktif dan sehat. Dalam

penjelasan Undang-Undang Nomor 36/2009 tentang Kesehatan, gizi seimbang

didefinisikan sebagai asupan gizi sesuai kebutuhan seseorang untuk mencegah

risiko gizi lebih dan gizi kurang yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan

gizi guna mencegah terjadinya gizi kurang dan gizi lebih.

Secara umum pola makan yang berlaku di Indonesia meliputi sarapan,

makan siang, makan malam dan snack. Analisis terhadap data konsumsi pangan

Riskesdas 2010 pada anak usia 4-18 tahun menunjukkan bahwa sarapan

mempunyai kontribusi penting dalam total diet harian. Sarapan berkontribusi

sebanyak 15-30% dalam total asupan zat gizi harian. Tidak sarapan berarti

berisiko tidak memenuhi gizi seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan

merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan gizi seimbang (Hardinsyah 2012).

Sarapan merupakan kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara

bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian

dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah 2012).

Sampai saat ini sarapan masih sering ditemukan memiliki masalah terutama

pada anak-anak. Hasil kajian terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010

menunjukkan 44,6% anak usia sekolah dasar mengonsumsi sarapan dengan

kualitas rendah, yaitu memiliki asupan energi dari sarapan kurang dari 15%

kebutuhan harian (Hardinsyah dan Aries 2012).

Penelitian Faridi (2002) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata

antara kebiasaan sarapan dengan kadar glukosa darah anak usia sekolah. Bila

terjadi keterlambatan asupan zat gizi maka dapat menurunkan daya konsentrasi

anak sewaktu belajar yang timbul karena lemas, lesu, pusing dan mengantuk.

Anak yang tidak sarapan dapat mengalami penurunan gairah belajar, kecepatan

reaksi, serta kesulitan dalam menerima pelajaran dengan baik. Dampak buruk

tidak sarapan yang lain bagi anak antara lain status gizi, kesehatan dan stamina

anak menurun; menggagalkan penanaman kebiasaan gizi seimbang dan

(20)

menghambat peningkatan kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa (Brown

et al. 2008).

Tidak sarapan bagi orang yang tidak memiliki akses pada pangan akan

berdampak pada kekurangan gizi. Namun sebaliknya tidak sarapan bagi orang

yang mampu akses pada pangan dapat berdampak pada kelebihan gizi

(kegemukan) dalam jangka panjang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan

bahwa adanya risiko tidak sarapan terhadap kegemukan. Tidak sarapan

menimbulkan rasa lapar yang berlebihan pada siang dan sore hari serta dapat

merangsang makan lebih banyak atau berlebihan ketika akses pada pangan

dikala waktu jajan, makan siang dan makan malam (Sharlin & Edelstein 2011,

Smith 2010, Haug et al. 2009, Croezen et al. 2009, Alexander et al. 2009 dan

Purslow et al. 2008). Sebaliknya anak yang sarapan cenderung memiliki berat

badan normal. Sarapan memungkinkan terjadinya metabolisme yang seimbang

sehingga membantu untuk memelihara berat badan yang sehat.

Sampai saat ini masih jarang dilakukannya penelitian berskala nasional

mengenai konsumsi sarapan dan masih belum ada penelitian mengenai analisis

jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan pada anak di Indonesia. Oleh

karena itu, terdapat ketertarikan untuk meneliti mengenai analisis jenis, jumlah,

dan mutu gizi konsumsi sarapan pada anak Indonesia. Penelitian ini dirasa

sangat penting dan melalui penelitian ini akan diperoleh informasi yang akan

bermanfaat untuk mendukung peningkatan sumberdaya manusia khususnya

anak baik itu usia pra sekolah maupun usia sekolah dasar.

Tujuan

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis, jumlah,

dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun.

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi

sebagai sarapan oleh anak Indonesia usia 3-5 tahun dan usia 6-12 tahun.

2. Menganalisis kontribusi energi sarapan terhadap pemenuhan kebutuhan

energi anak Indonesia usia 3-5 tahun dan usia 6-12 tahun.

3. Menganalisis mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-5 tahun

(21)

Kegunaan

Kegunaan penelitian Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi

Sarapan Anak Indonesia diantaranya adalah memberikan informasi mengenai

gambaran konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun terkait dengan

jenis, jumlah dan mutu gizinya. Informasi ini diharapkan dapat membantu

masyarakat Indonesia khususnya orang tua dalam memperhatikan konsumsi

sarapan anak sehingga anak dapat mencapai status gizi dan pertumbuhan yang

(22)

TINJAUAN PUSTAKA

Anak Usia 3-12 Tahun

Anak usia 3-12 tahun merupakan anak yang berada pada usia peralihan

dari balita menjadi anak-anak dan remaja, ditandai dengan perubahan fisik dan

mental. Perubahan fisik ditandai dengan membesar dan meningginya organ

tubuh. Anak usia ini lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah, klub

olahraga, dan tempat mainnya. Anak usia ini juga sangat mudah terpengaruh

oleh lingkungan teman sebaya, guru, instruktur olahraga, dan idolanya (Mahan &

Escott-Stump 2004).

Karakteristik Anak Usia 3-12 Tahun

Kelompok usia ini merupakan usia wajib sekolah. Beberapa karakteristik

anak usia ini adalah anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah, aktivitas

fisik anak semakin meningkat, pada usia ini anak akan mencari jati dirinya. Anak

akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara empat sampai lima

jam. Pada saat bangun pagi kadar gula anak dalam tingkat minimal, jika anak

berangkat tanpa makan pagi, berarti setibanya di sekolah dalam keadaan

hipoglikemi. Aktivitas fisik anak yang semakin meningkat, seperti pergi dan

pulang sekolah, bermain dengan teman akan meningkatkan kebutuhan energi.

Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi

pengambilan cadangan lemak tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi,

sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Musadat 2010).

Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga

Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari

ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengeluaran

sumberdaya yang sama (Sanjur 1982). Semakin banyak jumlah anak dalam

keluarga maka perhatian pada anak akan terbagi sehingga kehangatan semakin

berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah anak (Hastuti 2006). Jumlah

anggota keluarga mempengaruhi jumlah dan keragaman pangan yang

dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung

akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Selain itu besarnya keluarga

akan mempengaruhi pembagian makanan dalam keluarga yang akan berdampak

(23)

Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua

Salah satu unsur penting yang mempengaruhi keadaan gizi adalah latar

belakang pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan

pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimilikinya akan lebih baik. Faktor

tingkat pendidikan perlu dipertimbangkan untuk menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.

Berdasarkan kepentingan keluarga, pendidikan sangat diperlukan agar

seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan

dapat mengambil tindakan secepatnya (Fikawati & Syafiq 2007).

Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi

derajat kesehatan. Terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan

pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak yang baik. Pendidikan ibu

merupakan salah satu faktor penentu mortalitas anak, karena tingkat pendidikan

ibu berpengaruh terhadap pemahamannya pada perawatan kesehatan, higiene,

dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2006).

Pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas

makanan. Hal ini karena pekerjaan akan menentukan pendapatan yang

dihasilkan. Pendapatan ini akan digunakan salah satunya untuk membeli

makanan. Tingkat pendidikan ayah berpengaruh terhadap jenis pekerjaan.

Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka peluang untuk memperoleh

pekerjaan akan semakin besar. Tingginya tingkat pendapatan cenderung diikuti

dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingginya

pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan.

(Fikawati & Syafiq 2007).

Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang

diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga juga tergantung

pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya. Penurunan daya beli

pada tingkat keluarga akan menurunkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan

serta aksesibilitas pelayanan kesehatan terutama bagi warga kelas ekonomi

bawah. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan anak yang rentan

terhadap gangguan kesehatan dan gizi (Hardinsyah 2007).

Status Gizi

Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau

sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan, penyerapan (absorbsi), dan

(24)

dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka

akan dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status

gizinya baik ataukah tidak baik. Penilaian status gizi secara langsung dapat

dibagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan konsumsi pangan

(Riyadi 2006).

Status gizi dapat diperoleh melalui pengukuran antropometri. Pengukuran

antropometri maksudnya adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat

badan, tinggi badan, lingkaran bagian–bagian tubuh, serta tebal lapisan kulit

(skinfold). Disamping itu, juga diperlukan pengukuran terhadap usia dan

kematangan seksual dalam pengukuran antropometri. Metode antropometri

menggunakan pengukuran-pengukuran dimensi fisik dan komposisi tubuh.

Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan derajat gizi sehingga

bermanfaat terutama pada keadaan terjadinya ketidakseimbangan energi dan

protein secara kronis. Antropometri dapat mendeteksi malnutrisi derajat sedang

dan berat. Keuntungan lain dari pengukuran antropometri adalah memberikan

informasi mengenai riwayat gizi masa lampau (Riyadi 2003).

Sistem klasifikasi standar yang biasanya digunakan untuk melihat status

gizi pada anak adalah Z-Score atau skor standar deviasi (SD). Sistem klasifikasi

ini direkomendasikan oleh WHO karena kemampuannya dalam menggambarkan

status gizi termasuk dalam keadaan ekstrim, serta menunjukkan proses hasil

statistik, seperti mean dan standar deviasi dari Z-Score. Pengukuran status gizi

pada anak tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks

masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) (WHO 2007). Kategori status gizi

berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Klasifikasi status gizi anak berdasarkan IMT/U

Indeks Status Gizi Cut off points

IMT/U

Sangat kurus/severe thinnes < -3 SD

Kurus/thinnes ≥ -3 SD s/d ≤ -2 SD Normal ≥ -2 SD s/d < +1 SD

Overweight ≥ +1 SD s/d < +2 SD

Obesitas ≥ +2 SD Sumber: WHO (2007)

Konsumsi Pangan

Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh

setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi.

Kekurangan dan kelebihan pangan dalam jangka waktu yang lama akan

(25)

bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim,

dan aktivitas fisik (Almatsier 2009).

Menurut Sediaoetama (2006), konsumsi makanan adalah faktor yang

berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang. Menurut Kusharto dan Sa’adiyah (2006), konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau sekelompok orang

pada waktu tertentu. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi,

informasi tentang jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang

dikonsumsi merupakan hal penting.

Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang

bersifat kuantitatif adalah metode mengingat 24 jam (recall method). Prinsip dari

metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Apabila pengukuran hanya

dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk

menggambarkan kebiasaan makan individu (Supariasa et al. 2001). Metode food

recall adalah metode penilaian konsumsi pangan, dimana pewawancara

menanyakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden. Wawancara dilakukan

berdasarkan suatu daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan

terlebih dahulu. Ditanyakan dengan lengkap apa yang telah dikonsumsi ketika

makan pagi, siang, malam, dan selingan atau makanan kecil di luar waktu

makan. Tanggal dan waktu makan serta besar porsi setiap makanan dicatat

dengan teliti. Hasil pencatatan wawancara kemudian diolah, dikembalikan

kepada bentuk bahan mentah dan dihitung zat-zat gizinya berdasarkan Daftar

Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang berlaku. Jumlah masing-masing zat

gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari (Sediaoetama 2006).

Sarapan

Sarapan didefinisikan sebagai kegiatan makan dan minum yang

dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk memenuhi 15-30%

kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas

(Hardinsyah 2012). Sebagai pembanding dengan kondisi di Amerika Latin,

bahwa sarapan diartikan kegaiatan makan dan minum antara jam 5 sampai jam

9 pagi dan mengandung total energi lebih dari 100 kkal (Alexander et al. 2009).

Sementara itu Wilson et al. (2006) di New Zealand dan Smith et al. (2010)

di Australia menetapkan waktu sarapan antara jam 6 sampai jam 9 pagi.

(26)

waktu sarapan antara jam 5 sampai jam 10 pada hari sekolah dan jam 5 sampai

jam 11 pada hari libur. Batasan sarapan yang terakhir ini tidak tepat karena jam

10 adalah saatnya morning tea atau snack pagi. Sarapan yang baik adalah bila

selalu dilakukan pada waktu waktu pagi hari bukan menjelang makan siang dan

tidak perlu dibedakan antara hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah 2012).

Peranan dan Manfaat Sarapan

Sarapan bermanfaat untuk mencegah kegemukan dan membentuk

kebiasaan makan sehat. Penelitian longitudinal selama 20 tahun pada anak di

Australia menunjukkan kebiasaan tidak sarapan berisiko meningkatkan lingkar

pinggang, kadar total kolesterol darah, dan kadar kolesterol jahat atau LDL

(Smith et al. 2010). Sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif yang

berhubungan dengan memori, nilai tes, dan kehadiran sekolah (Gail 2005).

Cueto S (2001) dan Cueto S & Chinen M (2008) dalam penelitiannya

menyebutkan bahwa anak sekolah yang sarapan meraih skor tes memori, tes

penyelesaian masalah dan prestasi belajar yang lebih baik dibanding anak yang

tidak sarapan. Wesnes (2003) menyebutkan bahwa anak yang sarapan

menunjukkan perbaikan fungsi kognitif, atensi, dan memori.

Khomsan (2005) menjelaskan bahwa ada dua manfaat yang bisa diambil

dari sarapan. Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap

digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, sehingga gairah dan

konsentrasi dan produktivitas kerja meningkat. Kedua, pada dasarnya sarapan

akan memberikan kontribusi zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein,

lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini penting untuk berfungsinya

proses fisiologis dalam tubuh.

Hasil penelitian Brown et al. (2008) menunjukkan dengan sarapan anak

menjadi jarang sakit dan pusing, dan sakit perut. Selain itu anak akan memiliki

stamina, disiplin dan kerja sama yang lebih baik. Penelitian lain menunjukkan

bahwa sarapan membantu proses metabolisme di dalam tubuh berlangsung

dengan baik, sehingga mampu meningkatkan konsentrasi selama beraktivitas,

membantu mengontrol berat badan dan memperbaiki status gizi, meningkatkan

daya tahan tubuh terhadap stres. Anak yang tidak sempat sarapan cenderung

rentan mengalami stres. Sebaliknya, anak yang menyempatkan diri untuk

sarapan cenderung lebih ceria dan lebih beraktivitas. Rajin sarapan juga

membuat asupan vitamin yang dikonsumsi lebih banyak dari pada orang yang

(27)

Penelitian yang dilakukan oleh Sandercock, Voss dan Dye (2010)

terhadap 4 326 anak sekolah usia 10-16 tahun. Menunjukkan anak yang terbiasa

sarapan berhubungan signifikan dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi dan

juga tingkat cardiorespiratory fitness. Selain itu studi di India yang dilakukan pada

8 sekolah negeri dan swasta yang melibatkan 1 814 siswa, menunjukkan anak

yang sarapan pagi lebih banyak konsumsi sayur, susu, dan buah dibandingkan

yang tidak pernah sarapan. Sarapan juga berhubungan dengan tingginya tingkat

aktivitas fisik anak sekolah (Arora et al. 2011).

Selain menyumbangkan glukosa, sarapan juga menyumbangkan zat gizi

penting bagi tubuh yang berperan dalam mekanisme daya ingat (kognitif) memori

seseorang, meskipun tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan. Bila terjadi

keterlambatan masukan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat

menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena lemas,

lesu, pusing dan mengantuk. Dampak buruk tidak sarapan yang lain bagi anak

antara lain; status gizi, kesehatan dan stamina anak menurun; menggagalkan

penanaman kebiasaan gizi seimbang dan pencapaian prestasi optimal anak;

pemborosan investasi pendidikan; menghambat peningkatan kualitas SDM

bangsa (Brown et al. 2008).

Makanan Sarapan

Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan

keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber

zat pembangun, dan sumber pengatur dalam jumlah yang seimbang (Depkes

1996). Khomsan (2002) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan beraneka

ragam pangan yang terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat

memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Makanan tinggi protein dan

tinggi karbohidrat bisa membantu memuaskan selera makan, serta bermanfaat

meningkatkan asupan vitamin dan mineral bagi tubuh. Hanya saja masalahnya

seringkali sayur tidak bisa tersedia secara instan, sehingga makan pagi yang

disediakan tanpa sayuran. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena fungsi

sayuran sebagai fungsi penyumbang vitamin dan mineral bisa diganti dengan

buah (Khomsan 2002).

Minum susu di pagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber

vitamin dan mineral juga kaya akan lemak, apabila kita mengonsumsi lemak

maka kita akan relatif lebih tahan lapar. Di dalam tubuh, lemak dicerna lebih lama

(28)

terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan

akan vitamin dan mineral (Khomsan 2002).

Pada saat sarapan sebaiknya mengonsumsi makanan lengkap yang

mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi

yang seimbang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Menurut Depkes (2001), konsep makan pagi yang mengacu pada gizi seimbang

dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut:

1. Sumber karbohidrat, yaitu nasi, roti, makaroni, kentang, tepung beras, tepung

maizena, tepung kacang hijau, dan lain-lain.

2. Sumber protein, yaitu susu, daging, ikan, ayam, hati, tahu, tempe, keju,

kacang hijau, dan lain-lain.

3. Sumber vitamin dan mineral, yaitu dari sayuran seperti wortel, bayam,

kangkung, labu siam, buncis, buah-buahan seperti papaya, jambu biji, air

jeruk, melon, alpukat, dan lain-lain.

Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Sarapan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan menurut

Sandercock (2010) antara lain: usia anak, jenis kelamin anak, pengetahuan anak

mengenai kesehatan dan gizi, ketersediaan makanan pagi di rumah, waktu

tempuh atau jarak antara rumah dengan sekolah, jumlah uang saku, kebiasaan

jajan yang mengenyangkan, kebiasaan membawa bekal dari rumah, persepsi

tubuh ideal (ingin seperti model), serta pendidikan, perkerjaan, dan penghasilan

orang tua.

Di Indonesia, menurut (Khomsan 2005) alasan banyaknya anak yang

tidak biasa sarapan sebelum berangkat ke sekolah adalah karena tidak tersedia

pangan untuk disantap, pangan tidak menarik, jenis pangan yang disediakan

monoton (membosankan), tidak cukup waktu (waktu terbatas) karena harus

berangkat pagi. Di perkotaan tidak sarapan seringkali disebabkan kesibukan ibu

bekerja dan waktu yang amat terbatas dipagi hari karena harus segera

meninggalkan rumah. Bagi orang tua, khususnya ibu, masalah utama untuk

membiasakan sarapan pada anak adalah sulitnya membangunkan anak dari

tidurnya untuk sarapan (59%), sulit mengajak anak untuk sarapan (19%), sulit

meminta anak menghabiskan sarapan (10%), dan khawatir anak telat sekolah

(29)

Kecukupan Energi dan Zat Gizi

Sarapan akan menyumbang sekitar seperempat dari asupan zat gizi

harian. Hal ini mempertimbangkan bahwa selain dari sarapan asupan zat gizi

harian juga diperoleh dari makan siang (lunch), makan malam (dinner) dan snack

yang dilakukan diantara waktu makan. Lopez-Sobaler et al. (2003) di Madrid,

Spanyol menetapkan sarapan dianggap cukup jika menyediakan minimal 20%

asupan energi harian. Sementara di Amerika Latin, sarapan minimal

mengandung energi 100 Kal (Alexander et al. 2009).

Menurut Khomsan (2005) sarapan sebaiknya menyumbangkan energi

sekitar 25% dari asupan energi harian. Menurut Hardinsyah (2012), di Indonesia

lebih tepat bila kontribusi zat gizi sarapan adalah 15-30 % asupan gizi. Oleh

karena target asupan gizi harian yang ideal adalah memenuhi kebutuhan gizi

(100% AKG) maka sarapan yang dianjurkan adalah mengandung zat gizi 15-30%

zat gizi, yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi. Kontribusi energi

dan zat gizi dari sarapan pada anak Indonesia berdasarkan jenis kelamin

disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Kontribusi energi dan zat gizi dari sarapan pada anak Indonesia berdasarkan jenis kelamin

Zat Gizi Laki-laki Perempuan Total

Rata-rata±SD % AKG Rata-rata±SD % AKG Rata-rata±SD % AKG

Energi (kkal) 336±201 18.11 329±198 17.81 333±200 17.96

Protein (g) 10.85±8.55 23.63 10.54±8.21 22.95 10.70±8.38 23.30 Vitamin A (RE) 85.20±160.78 16.12 86.98±160.86 16.45 86.06±160.82 16.28

Besi (mg) 1.21±1.75 11.16 1.24±2.00 9.92 1.23±1.88 10.56

Kalsium (mg) 49.91±69.56 7.20 49.95±71.10 7.20 49.93±70.31 7.20 Sumber: Hardinsyah (2012)

Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang

dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi

negatif. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah,

cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit

infeksi. Kelebihan energi dapat menyebabkan kegemukan dan menyebabkan

gangguan dalam fungsi tubuh. Makanan sumber energi diantaranya didapatkan

dari sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni

(Almatsier 2009).

Protein adalah salah satu sumber energi bersama-sama dengan

karbohidrat dan lemak. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, berfungsi

dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati

(Sediaoetama 2006). Kekurangan protein biasanya diikuti dengan kekurangan

(30)

sumber protein yang baik seperti telur, daging, ikan, kerang, dan

kacang-kacangan. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat

menyebabkan obesitas (Almatsier 2009).

Mutu Gizi Asupan Pangan

Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang

berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang

diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,

termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang

digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, atau pembuatan makanan atau

minuman. Pemenuhan kebutuhan pangan bukan hanya untuk menghilangkan

rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi

(Bender 2002).

Asupan pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi

seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian

asupan pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis pangan yang

dikonsumsi. Meningkatkan jumlah dan mutu asupan memerlukan peningkatan

pengetahuan masyarakat tentang pangan yang bergizi, perubahan sikap, serta

perubahan perilaku sehari-hari dalam menentukan, memilih, dan mengkonsumsi

pangan. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi

dari asupan pangan (Hardinsyah & Martianto 1992).

Pangan yang dikonsumsi dapat ditentukan kualitasnya dengan Mutu Gizi

Asupan Pangan (MGP). MGP secara sederhana diartikan sebagai suatu nilai

untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak yang didasarkan

pada kandungan zat gizi makanan yang berkaitan kebutuhan dan tingkat

ketersediaan secara biologis bagi tubuh. Mutu gizi asupan pangan diartikan pula

sebagai persentase konsumsi zat gizi terhadap kecukupan dan kebutuhannya.

Penentuan mutu gizi asupan pangan didasarkan pada jumlah zat gizi yang

tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya

(Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010).

Kandungan gizi pangan merupakan salah satu ukuran mutu gizi asupan

pangan. Perhitungan kandungan gizi pangan dilakukan dengan menggunakan

Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang menunjukkan berbagai

kandungan zat gizi dari bahan pangan dalam 100 g bagian yang dapat dimakan

(31)

aneka makanan adalah penjumlahan dari zat gizi yang sama yang diperoleh dari

aneka makanan tersebut (Hardinsyah 2001).

Setelah diperoleh kandungan gizi tertentu dalam bahan pangan,

kemudian dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi tersebut. Penggunaan nilai

tingkat kecukupan gizi lebih rasional dan mudah digunakan untuk menghitung

mutu gizi asupan pangan (Hardinsyah & Atmojo 2001). Selanjutnya Perhitungan

MGP dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

MGP (%) = Keterangan:

MGP = Mutu Gizi Asupan Pangan

TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100

(32)

KERANGKA PEMIKIRAN

Anak usia 3-12 tahun adalah masa peralihan dari balita menjadi anak dan

remaja, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai

dengan membesar dan meningginya organ tubuh. Anak usia 3-12 tahun secara

mental sudah mempunyai keinginan sendiri dan terkesan tidak mau diatur. Peran

orang tua sangatlah penting dalam mengontrol konsumsi makanan pada anak

di usia ini khususnya mengenai sarapan paginya.

Sarapan atau makan dan minum pagi adalah kegiatan makan dan minum

yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian

(15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan

cerdas (Hardinsyah 2012). Sarapan pagi pada anak dipengaruhi oleh jenis dan

jumlah konsumsi pangan yang berasal dari makanan atau dari minuman.

Konsumsi pangan anak dipengaruhi oleh karakteristik anak, seperti usia, jenis

kelamin, pendidikan, dan daerah tempat tinggal. Selain itu, konsumsi pangan

juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi keluarga, seperti

pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, serta status ekonomi keluarga.

Kebiasaan sarapan akan menentukan pertumbuhan fisik dan mental pada

anak. Sarapan merupakan kegiatan yang penting dilakukan setiap hari sebelum

melakukan aktivitas sehari-hari. Sarapan memberikan beberapa manfaat penting

yang dapat diperoleh anak. Pertama, sarapan pagi menyumbang karbohidrat

yang berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Kedua, pada dasarnya

sarapan pagi dapat memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang

diperlukan tubuh seperti protein, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini

bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2005).

Makanan dan minuman yang dikonsumsi sebagai sarapan mengandung

beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti energi, karbohidrat,

protein, lemak, Ca, P, Fe, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat,

vitamin B12, dan vitamin C. Berdasarkan kandungan gizi pangan tersebut, maka

diperoleh penilaian mutu gizi secara komprehensif, yaitu mutu gizi asupan

pangan. Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) merupakan salah satu dimensi utama

mutu pangan yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan zat gizi dari pangan

yang dikonsumsi (Hardinsyah et al. 2000). Penilaian Mutu Gizi Asupan Pangan

(MGP) menggunakan metode rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi

(33)

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

: Hubungan yang diteliti

: Hubungan yang tidak diteliti

Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia.

- Pendidikan Ayah dan Ibu - Pekerjaan Ayah dan Ibu - Status Ekonomi Keluarga - Usia Sampel

- Jenis Kelamin

- Daerah Tempat Tinggal

Karakteristik Keluarga

- Besar Keluarga

Karakteristik Sampel

Konsumsi Sarapan (Jenis dan Kuantitas

Sarapan)

Mutu Gizi Asupan Pangan

- Asupan Zat Gizi

- Tingkat Kecukupan Zat

Gizi

Kontribusi Energi Sarapan

- Usia

- Jenis Kelamin

(34)

METODE

Desain, Waktu, dan Tempat

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu

pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu dan dilakukan dengan

mengolah data sekunder dari hasil penelitian Riskesdas 2010 (Riset Kesehatan

Dasar 2010). Data penelitian Riskesdas 2010 merupakan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan

oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di beberapa

daerah sejak bulan Juni 2010 sampai dengan Agustus 2010. Proses pengolahan,

analisis, dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012

sampai dengan Desember 2012 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga,

Bogor, Jawa Barat.

Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel

Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari data Riskesdas

2010 (Riset Kesehatan Dasar 2010). Sampel Riskesdas 2010 mewakili nasional

dan 33 provinsi yang tersebar di 441 Kabupaten/Kota dari total 497

Kabupaten/Kota di Indonesia. Namun, jumlah tersebut merupakan sebagian dari

jumlah total Kabupaten/Kota yang menjadi sampel Riskesdas 2010 serta

sebagian dari jumlah total Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini dikarenakan

terdapat 56 Kabupaten/Kota di Indonesia yang dikeluarkan dari data dan tidak

termasuk dalam sampel Riskesdas 2010 karena daerah tersebut tidak memenuhi

syarat yang telah ditetapkan, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT

dan terdapat satu Kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak

dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas tahun 2010.

Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang

mewakili 33 provinsi yang tersebar di 441 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.

Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih

berdasarkan listing Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 oleh Badan Pusat

Statistik (BPS) dengan menggunakan two stage sampling, yaitu pemilihan

sampel dengan dua tahap. Selanjutnya Riskesdas mengambil 2 800 BS (blok

sensus) yang telah dikumpulkan BPS melalui SP 2010 dengan 70 000 rumah

tangga. Pemilihan blok sensus dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan

memperhatikan status ekonomi, rasio perkotaan/perdesaan hasil Riskesdas

(35)

yang tidak dapat disertakan dalam proses analisis karena tidak sempat dikirim ke

manajemen data pusat.

Secara keseluruhan, jumlah sampel Riskesdas 2010 yang berasal dari

2 798 BS (blok sensus) adalah 69 300 rumah tangga dengan jumlah anggota

rumah tangga sebanyak 251 388 orang. Kriteria inklusi sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah sampel berusia 3-12 tahun dalam kondisi sehat, dan

konsumsi harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain),

sedangkan kriteria eksklusi sampel adalah kondisi fisiologis hamil. Proses

cleaning data awal dilakukan terhadap data berat badan, tinggi badan, dan

konsumsi pangan yang tidak lengkap. Proses cleaning selanjutnya dilakukan

terhadap sampel yang memiliki asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal,

sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%, IMT/U sampel <-4.0 SD yang

dijelaskan pada Gambar 1. Total sampel dalam penelitian ini adalah 40 437

(79.7% dari sampel awal) anak yang terdiri dari 20 659 anak laki-laki dan 19 778

anak perempuan.

Gambar 2 Alur cleaning data untuk memperoleh jumlah sampel penelitian. -

Jumlah seluruh anggota rumah tangga

251 388 orang

Jumlah calon sampel

50 711 anak (3-12 tahun)

Jumlah sampel penelitian

40 437 anak

Cleaning selanjutnya pada data : - Nilai total asupan energi <0.3 dan

>3 dari BMR : 1 996 anak - Tingkat kecukupan gizi >400 :

4 155 anak

- BMI-for-age-Z-score (BAZ) <-4.0 SD : 2 031 anak

Cleaning awal pada data : - Berat badan, tinggi badan, dan

konsumsi responden yang tidak lengkap (missing) : 582 anak - Kondisi fisiologis hamil : 76 anak - Kondisi konsumsi tidak biasa

(36)

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data

sekunder dari Riskesdas 2010. Data diperoleh dalam bentuk electronic file

berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010 (Tabel 3). Pengumpulan

data telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas) tahun 2010. Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim

Riskesdas 2010 dapat dilihat pada Lampiran 1. Sumber dan cara pengumpulan

data Riskesdas 2010 yang digunakan adalah:

Tabel 3 Sumber dan cara pengumpulan data

Peubah Sumber data yang digunakan Cara Pengumpulan Data

Karakteristik individu 1. Daerah

2. Usia

3. Jenis kelamin 4. Pendidikan 5. Status hamil

Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT)

Blok I No. 5 Blok IV No. 7 Blok IV No. 4 Blok IV No. 8 Blok IV No. 10

Wawancara

Karakteristik keluarga 1. Pendidikan ayah 2. Pendidikan ibu 3. Pekerjaan ayah 4. Pekerjaan ibu

Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT)

Blok IV No. 8 Blok IV No. 8 Blok IV No. 9 Blok IV No. 9

Wawancara

Antropometri 1. Berat badan

2. Tinggi badan

Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND)

Blok X No. 1a, 1b

Blok X No. 2a, 2b

Pengukuran langsung - Diukur dengan timbangan

berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g)

- Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1)

Konsumsi Pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan

3. Waktu makan (sarapan)

Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND)

Blok IX Blok IX Blok IX

Food Recall 1x24 jam

1. Status ekonomi 2. Asupan zat gizi makro

dan mineral (E, P, L, KH, Ca, P, Fe)

3. Asupan vitamin (Vit. A, Tiamin, Ribovlafin, Niasin, Vit. B6, Folat, Vit. B12, dan Vit. C)

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Hasil olahan data Riskesdas 2010

Olahan BPS

Dihitung menggunakan

Nutrisurvey Software

Dihitung menggunakan

Nutrisurvey Software

(37)

Pengolahan dan Analisis Data

Data electronic hasil penelitian Riskesdas 2010 diolah dengan

menggunakan program komputer Microsoft Office Excel 2010, SPSS 17.0 for

Windows dan WHO AnthroPlus 1.0.4 (untuk mengetahui status gizi anak).

Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning dan analisis. Proses cleaning

data sampel dilakukan terhadap data konsumsi pangan, berat badan, dan tinggi

badan yang tidak lengkap (Gambar 3). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan

bahwa data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan.

Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berada dalam kisaran usia

3-12 tahun. Selanjutnya, sampel yang ada dikelompokkan menurut jenis kelamin

dan kelompok usia. Sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok usia yang

meliputi kelompok usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun. Menurut Almatsier (2011),

kelompok anak menurut usia terdiri dari usia pra-sekolah dan usia sekolah. Usia

3-5 tahun disebut sebagai usia pra-sekolah sedangkan usia 6-12 tahun disebut

sebagai usia sekolah. Selama masa ini, anak memperoleh keterampilan yang

memungkinkanya untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan

makannya sendiri. Selain itu, anak usia 3-12 tahun cenderung sudah memiliki

kegiatan dan aktivitas yang cukup tinggi seperti sekolah dan bermain sehingga

banyak ditemui kejadian tidak sarapan pagi sebelum memulai aktivitasnya. Anak

yang memiliki usia kurang dari 2 tahun cenderung masih terjaga rutinitas waktu

makan dan masih diberikan ASI dan MP-ASI oleh orang tuanya. Oleh karena itu,

dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anak yang memiliki usia 3-12

tahun.

Karakteristik

Berdasarkan kuesioner Riskesdas 2010, dapat diperoleh data sekunder

mengenai pendidikan, pekerjaan, daerah, dan status ekonomi yang telah

dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Daerah tempat tinggal sampel

dikelompokkan menjadi dua kelompok yang meliputi perdesaan dan perkotaan.

Pendidikan orang tua sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok yang

meliputi tidak pernah sekolah, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA,

dan tamat D1/D2/D3/PT (Diploma/Perguruan Tinggi). Pekerjaan orang tua

sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok yang meliputi tidak bekerja,

TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/jasa, petani, buruh/nelayan, dan lainnya.

Gambar

Gambar 1   Kerangka pemikiran analisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi
Gambar 2  Alur cleaning data untuk memperoleh jumlah sampel penelitian.
Tabel 3  Sumber dan cara pengumpulan data
Tabel 5  Perhitungan kebutuhan energi anak menurut usia dan jenis kelamin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Field research adalah sumber data yang diperoleh dari lapangan penelitian yaitu mencari data terjun langsung ke obyek penelitian untuk memperoleh data yang kongret

bahwa dengan telah dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2007 tentang Perubahan Ketiga Atas Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2004 tentang Kedudukan Protokoler

kesesuaian tindakan aktor yang terlibat. • Yang menunjukkan bahwa lebih berpengaruh dibandingkan variabel lainnya, yang mana menunjukkan besarnya kekuatan masyarakat dalam

Untuk mengevaluasi kinerja dosen dalam pembelajaran pada setiap mata kuliah, maka dilakukan penyebaran kuesioner yang harus diisi mahasiswa serta pemberian kritik dan saran

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas segalaa anugerah-Nya sehinga penulis akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PEMBERDAYAAN KARYAWAN DAN

Hasil penelitian: Karakteristik responden rata-rata umur 33 tahun, berjenis kelamin perempuan (100%), berpendidikan D-3 Keperawatan (88,9%), dan lama bekerja 9 tahun; sebagian

Orang Kelantan, walau pun yang berkelulusan PhD dari universiti di Eropah (dengan biasiswa Kerajaan Persekutuan) dan menjawat jawatan tinggi di Kementerian atau di Institusi

Kesepakatan bersama yang dibuat antara PT Pelindo II Cabang Cirebon dengan perusahaan Bongkar Muat batu Bara atau pelaku usaha lainnya akan penulis dalami dari