ANALISIS JENIS, JUMLAH, DAN MUTU GIZI KONSUMSI
SARAPAN ANAK INDONESIA
FACHRUDDIN PERDANA
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Maret 2013
Fachruddin Perdana NIM I14080059
ABSTRAK
FACHRUDDIN PERDANA. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun. Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder (data konsumsi pangan) yang diperoleh dari hasil penelitian Riset Kesehatan Dasar 2010 (Riskesdas 2010) yang dilaksanakan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan Indonesia. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2010 dengan menggunakan desain cross sectional study. Penelitian ini mencakup 33 provinsi di Indonesia, dengan 40 437 total sampel; yang terdiri dari 20 659 laki-laki dan 19 778 perempuan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sepuluh jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, mi instan, tahu, roti, daging ayam, dan biskuit; lima jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi selama sarapan adalah air putih, teh, susu, kopi, dan sirup. Makanan yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 5 g/hari selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, dan mi instan. Minuman yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 15 mL/hari selama sarapan adalah air putih, teh, dan susu. Hanya 30.3% dari sarapan anak yang mencukupi asupan energi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara variabel pendidikan orang tua anak dan status ekonomi keluarga terhadap kontribusi energi sarapan dan mutu gizi konsumsi pangan sarapan (p<0.01).
Kata kunci: Sarapan, jumlah sarapan, jenis sarapan, anak-anak, mutu gizi pangan sarapan
ABSTRACT
FACHRUDDIN PERDANA. An Analysis of Type, Amount, and Nutritional Quality of Breakfast Among Indonesian Children. Supervised by HARDINSYAH.
The objective of this study was to analyze type, amount, and nutritional quality of breakfast among Indonesian children aged 3-12 years old. The data used for this study was the secondary data of Basic Health Survey 2010 (Riskesdas 2010) conducted by the Research and Development Agency, Ministry of Health Indonesia. Data was collected June until August 2010 by applying a cross sectional study design. This study covered 33 provinces of Indonesia, with 40 437 final total subjects; children consist of 20 659 boys and 19 778 girls. The results of this study showed that the ten major type of foods consumed during breakfast were rice, swamp cabbage, egg, fish, tempe, instant noodles, tofu, bread, chicken and biscuits; and the five major type of beverages consumed during breakfast were drinking water, tea, milk, coffee, and syrup. The food consumed on average of more than 5 g a day during breakfast were rice, swamp cabbage, egg, fish, tempe, instant noodles; and the beverages consumed on average of more than 15 mL a day were water, tea, and milk. Only 30.3% of children breakfast adequately fullfilled energy intake. The results showed that there was a positive significant correlation between parental education and family economic status with contribution of breakfast energy and nutritional quality of breakfast (p<0.01).
RINGKASAN
FACHRUDDIN PERDANA. Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia. Dibimbing oleh HARDINSYAH.
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun. Sedangkan tujuan khususnya meliputi: (1) menganalisis jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi sebagai sarapan oleh anak Indonesia usia 3-5 tahun dan usia 6-12 tahun. (2) menganalisis kontribusi energi sarapan terhadap pemenuhan
kebutuhan energi anak Indonesia usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun, (3) menganalisis mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-5 tahun dan
6-12 tahun.
Penelitian ini secara keseluruhan menggunakan data sekunder yang berasal dari data penelitian Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study yang mengacu pada desain penelitian Riskesdas 2010. Data penelitian ini diperoleh dalam bentuk electronic file berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010. Data antropometri, konsumsi pangan sarapan, dan karakteristik sosial ekonomi keluarga (daerah tempat tinggal sampel, pendidikan sampel, pendidikan orang tua, dan pekerjaan orang tua) diperoleh dari entry data kuesioner Riskesdas 2010. Data status ekonomi dan asupan zat gizi diperoleh dari hasil pengolahan tim Riskesdas 2010. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di 33 provinsi Indonesia sejak bulan Juni 2010 dan berakhir pada Agustus 2010. Pengolahan, analisis, dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai Desember 2012 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga, Bogor, Jawa Barat.
Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih berdasarkan listing sensus penduduk (SP) 2010 oleh Badan Pusat Statistik dengan menggunakan two stage sampling. Tim Riskesdas 2010 berhasil mengumpulkan 2 798 BS (Blok Sensus) dengan sampel anggota rumah tangga sebanyak 251 388 orang. Jumlah sampel anak yang berusia 3-12 tahun adalah 50 711 orang. Kriteria inklusi sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel berusia 3-12 tahun dalam kondisi sehat dan konsumsi harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain). Kriteria eksklusi sampel adalah kondisi fisiologis hamil. Proses cleaning data awal dilakukan terhadap data berat badan, tinggi badan, dan konsumsi pangan sarapan yang tidak lengkap. Proses cleaning selanjutnya dilakukan terhadap sampel yang memiliki asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal, sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%, dan IMT/U sampel <-4.0 SD. Total sampel dalam penelitian ini adalah 40 437 orang (79.7% dari total sampel awal) yang terdiri dari 20 659 anak laki-laki dan 19 778 anak perempuan.
Kg dan 126.2±13.4 cm. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status gizi menurut jenis kelamin dan kelompok usia anak (p<0.01).
Tipe sarapan berdasarkan konsep gizi seimbang yang dikonsumsi oleh anak usia 3-5 tahun meliputi pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (36.2%); karbohidrat, protein, sayur, dan minuman (14.6%); karbohidrat, protein, dan sayur (1.7%). Sedangkan anak usia 6-12 tahun mengonsumsi sarapan yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, dan minuman (34.4%); karbohidrat, protein, sayur, dan minuman (18.0%); karbohidrat, protein, dan sayur (2.3%). Tipe sarapan lengkap yang terdiri dari pangan sumber karbohidrat, protein, sayur, buah, dan minuman hanya dikonsumsi oleh 0.5% sampel anak usia 3-5 tahun dan 0.61% sampel anak usia 6-12 tahun.
Sepuluh jenis makanan yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, mi instan, tahu, roti, daging ayam, dan biskuit. Sedangkan lima jenis minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh sampel selama sarapan adalah air putih, teh, susu, kopi, dan sirup. Makanan yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 5 g/hari selama sarapan adalah nasi, kangkung, telur ayam, ikan, tempe, dan mi instan. Minuman yang dikonsumsi dengan rata-rata lebih dari 15 mL/hari selama sarapan adalah air putih, teh, dan susu.
Rata-rata kontribusi energi sarapan pada anak usia 3-12 tahun adalah 17.3±10.9% dengan anak laki-laki 15.2±9.5% dan anak perempuan 19.5±11.9%. Rata-rata kontribusi energi sarapan pada anak usia 3-5 tahun adalah 22.0±12.8% dan 15.6±9.7% pada anak usia 6-12 tahun. Sebagian besar sampel (45.7%) memiliki kontribusi energi sarapan 10-20% per harinya. Hanya 30.3 % dari keseluruhan sampel mengonsumsi sarapan dengan asupan energi yang mencukupi kebutuhannya. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap kontribusi energi sarapan menurut jenis kelamin dan kelompok usia (p<0.01).
Rata-rata mutu gizi konsumsi Pangan (MGP) sarapan pada anak laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 42.1±22.8 dan 42.3±22.9. Rata-rata MGP sarapan pada anak usia 3-5 tahun adalah 51.5±26.0 dan 38.9±20.7 pada anak usia 6-12 tahun. Sebagian besar sampel (76.1%) memiliki nilai MGP sarapan yang tergolong sangat kurang dengan persentase (76.2%) untuk sampel laki-laki dan (76.0%) untuk sampel perempuan. Sebanyak 5.6% sampel memiliki MGP sarapan yang tergolong baik. Hasil uji beda independent samples t-test menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan terhadap MGP sarapan menurut kelompok usia (p<0.01).
Hasil uji beda independent samples t-test menurut jenis kelamin menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan antara konsumsi energi sarapan, kebutuhan energi, dan kontribusi energi sarapan (p<0.01). Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada tipe sarapan dan mutu gizi pangan sarapan. Hasil uji beda independent samples t-test menurut kelompok usia menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan pada konsumsi energi sarapan, kebutuhan energi, kontribusi energi sarapan, tipe sarapan, dan mutu gizi pangan sarapan pada kelompok usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun (p<0.01).
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB
ANALISIS JENIS, JUMLAH, DAN MUTU GIZI KONSUMSI
SARAPAN ANAK INDONESIA
FACHRUDDIN PERDANA
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi
dari Program Studi Ilmu Gizi pada Departemen Gizi Masyarakat
DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
Judul Skripsi : Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia
Nama : Fachruddin Perdana NIM : I14080059
Disetujui oleh
Dosen Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS NIP. 19590807 198303 1 001
Diketahui oleh
Ketua Departemen Gizi Masyarakat
Dr. Ir. Budi Setiawan, MS NIP. 19621218 198703 1 001
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Analisis
Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi Sarapan Anak Indonesia sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Gizi di Program Studi Ilmu Gizi,
Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian
Bogor.
Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan masukan dari banyak
pihak. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Hardinsyah, MS
selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan penuh kesabaran senantiasa
meluangkan waktu dan pikirannya, memberikan bimbingan, arahan, dorongan,
saran, dan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih penulis
ucapkan kepada Ibu Prof. Dr. drh. Clara M. Kusharto, M.Sc selaku dosen
pemandu seminar sekaligus dosen penguji sidang yang telah memberikan
semangat, masukan, kritik, dan saran demi penyempurnaan skripsi ini. Terima
kasih penulis ucapkan kepada Ibu dr. Mira Dewi, S.Ked, M.Si selaku dosen
pembimbing akademik yang telah memberikan nasehat dan dukungan selama
menjalani perkuliahan.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Ir. Dwi Soeharmanto, MM
dan Ir. Sri Arjoeni Indarti selaku bapak dan ibu yang senantiasa selalu
mendoakan dan memberikan dukungan baik dukungan moral maupun materi
selama menempuh pendidikan. Adik-adikku yang tercinta Yusuf Hasan Habibie,
Magistri Arnanto Wibisono, Aulia Rachma Pratiwi, dan Mohammad Mahatir
Assidiqie yang selalu mendoakan dan memberikan semangat. Terima kasih
kepada Dewi Nur Shaliha yang selalu memberikan dorongan dan semangat
dalam penulisan skripsi ini.
Di samping itu, terima kasih penulis sampaikan kepada Badan Penelitian
Pengembangan Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI yang telah mengijinkan
penulis menggunakan data hasil survei Riskesdas 2010. Terima kasih kepada
para pembahas seminar (Tania Primarta, Heti Sondari, Babang Yusup, Infoning
Paramita) yang telah memberikan kritik dan saran sehingga skripsi ini dapat
diperbaiki dan disempurnakan, serta dosen, staf, dan karyawan Departemen Gizi
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Teman-teman seperjuangan Triko, Gita, Mita, Zaini, Mas Aries, Mbak
GM 47, GM 48, JUVE IPB, IPB serta yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu, terima kasih karena senantiasa memberikan motivasi, semangat serta
kenangan indah yang tak terlupakan. Terima kasih kepada teman-teman KKP
Desa Grogol Kecamatan Pejawaran Kabupaten Banjarnegara, kelompok
Internship Dietetik RSUD Cibinong, serta kelas ekstensi GM yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
Terima kasih kepada sahabat-sahabatku yaitu Trikorian, Saumi, Tika,
Rahayu, Agus, Ibnu, Angga, Adi, Dheanni, Lusi, Defika, Ulqi, Zaenudin, Rohadi,
Laely, Dian, Mumtaz, Rendra, Azni, Nazhif, dan yang terspesial sayangku Dewi
Nur Shaliha atas kebersamaan, keceriaan, semangat serta kerjasama sejak awal
masuk kuliah hingga saat ini. Teman-teman seperjuangan Kost “Pondok Perjuangan” Erwan, Henry, Aldo, Hardi, Aziz, Rafiq, Satriaji dan Furqon yang senantiasa ada di saat senang dan susah serta telah menjadi keluarga selama
kita kuliah bersama. Pihak-pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu per satu
atas segala bantuan dan dukungan selama penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat
kekurangan sehingga dengan segala kerendahan hati penulis menerima saran
dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan selanjutnya. Penulis
berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca pada umumnya.
Bogor, Maret 2013
RIWAYAT HIDUP
Fachruddin Perdana dilahirkan di Barru, Sulawesi
Selatan pada tanggal 16 Maret 1990. Penulis merupakan
anak pertama dari lima bersaudara, putra pasangan Bapak
Ir. Dwi Soeharmanto, MM dan Ibu Ir. Sri Arjoeni Indarti.
Penulis menempuh pendidikan dasar pada tahun
1996 sampai dengan tahun 1998 di SD Negeri 21 Banda
Aceh, kemudian pada tahun 1998 sampai dengan tahun
2002 di SD Negeri 1 Tambakboyo, Kabupaten Tuban, Jawa Timur. Penulis
menyelesaikan pendidikan menengah pertama pada tahun 2002 sampai dengan
tahun 2005 di SMP Negeri 3 Tuban, Jawa Timur. Selanjutnya penulis
menyelesaikan pendidikan menengah atas pada tahun 2005 sampai dengan
tahun 2008 di SMA Negeri 1 Tuban, Jawa Timur.
Penulis resmi diterima sebagai mahasiswa Mayor Ilmu Gizi, Departemen
Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia di Institut Pertanian Bogor pada
tahun 2008 melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi
mahasiswa, penulis aktif dalam berbagai kegiatan akademik maupun non
akademik. Penulis aktif tergabung ke dalam berbagai organisasi kemahasiswaan
yaitu Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Ekologi Manusia IPB sebagai
Staff Divisi Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Kewirausahaan pada
tahun 2009-2010. Penulis menjadi anggota IPMRT (Ikatan Pelajar Mahasiswa
Ronggolawe Tuban). Penulis juga ikut serta dalam berbagai kepanitiaan yang
diselenggarakan oleh IPB, BEM KM IPB, BEM FEMA, Himagizi, dan IPMRT
Bogor. Penulis juga menjadi anggota Gizi Perkusi (Ziper), anggota Futsal Gizi
Masyarakat IPB angkatan 45, dan anggota JUVE IPB.
Penulis juga aktif sebagai asisten praktikum mata kuliah Biokimia Gizi
kelas ekstensi periode 2011. Asisten praktikum mata kuliah Analisis Zat Gizi
Makro, Biokimia Gizi, Analisis Zat Gizi Mikro, Ilmu Gizi Dasar, dan Ilmu Bahan
Makanan kelas regular periode 2012.
Penulis juga tercatat sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi
Akademik (PPA) terhitung dari tahun 2010 sampai tahun 2012. Penulis berhasil
mendapatkan dana hibah dari Direktorat Pendidikan Tinggi (DIKTI) bidang
Kewirausahaan pada kegiatan Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) periode
Penulis melaksanakan Kuliah Kerja Profesi (KKP) bersama mahasiswa
Fakultas Pertanian IPB di Desa Grogol, Kecamatan Pejawaran, Kabupaten
Banjarnegara selama 1.5 bulan terhitung dari tanggal 1 Juli sampai dengan
tanggal 14 Agustus 2011. Penulis juga melaksanakan Internship Dietetika Gizi
Masyarakat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Cibinong, Kabupaten Bogor
pada Bulan April 2012. Topik kasus penyakit yang dikaji meliputi penyakit dalam
(Dispnue, Dispepsia, DM Tipe II, Susp. TB Paru), penyakit bedah (Haemoroid
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... ix
RIWAYAT HIDUP ... xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
PENDAHULUAN ... 1
Latar Belakang ... 1
Tujuan ... 3
Kegunaan ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 5
Anak Usia 3-12 Tahun ... 5
Karakteristik Anak Usia 3-12 Tahun ... 5
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga ... 5
Besar Keluarga ... 5
Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua ... 6
Status Gizi ... 6
Konsumsi Pangan ... 7
Sarapan ... 8
Peranan dan Manfaat Sarapan ... 9
Makanan Sarapan ... 10
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Sarapan ... 11
Kecukupan Energi dan Zat Gizi ... 12
Mutu Gizi Asupan Pangan ... 13
KERANGKA PEMIKIRAN ... 15
METODE ... 17
Desain, Waktu, dan Tempat ... 17
Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel ... 17
Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 19
Pengolahan dan Analisis Data ... 20
Karakteristik ... 20
Status Gizi ... 21
Kebutuhan Energi ... 21
Kebutuhan Protein ... 22
Kebutuhan Lemak dan Karbohidrat ... 23
Kebutuhan Zat Gizi Mikro ... 23
Tingkat Kecukupan Zat Gizi ... 24
Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) Sarapan... 24
Konsumsi Sarapan ... 25
Analisis Data ... 25
Definisi Operasional ... 27
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
Karakteristik Sosial Ekonomi ... 28
Berat dan Tinggi Badan serta Status Gizi ... 32
Konsumsi Sarapan ... 33
Konsumsi Sarapan berdasarkan Tipe ... 34
Konsumsi Sarapan berdasarkan Jenis dan Jumlah Makanan dan Minuman Sarapan ... 36
Kontribusi Sarapan terhadap Pemenuhan Kebutuhan Energi ... 39
Asupan Zat Gizi Makro dan Mineral Sarapan ... 41
Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Zat Gizi Makro dan Mineral ... 42
Asupan Vitamin ... 44
Tingkat Pemenuhan Kebutuhan Vitamin ... 45
Mutu Gizi Asupan Pangan Sarapan ... 46
Analisis antara Karakteristik dengan Kontribusi Energi Sarapan dan MGP .... 47
KESIMPULAN DAN SARAN ... 49
Kesimpulan ... 49
Saran ... 50
DAFTAR PUSTAKA ... 51
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Klasifikasi status gizi anak berdasarkan IMT/U ... 7
2 Kontribusi energi dan zat gizi sarapan anak berdasarkan jenis kelamin ... 12
3 Sumber dan cara pengumpulan data ... 19
4 Klasifikasi status gizi anak ... 21
5 Perhitungan kebutuhan energi anak menurut usia dan jenis kelamin ... 22
6 Perhitungan kebutuhan protein berdasarkan kelompok usia ... 23
7 Karakteristik sosial ekonomi anak ... 28
8 Karakteristik sosial ekonomi anak laki-laki ... 30
9 Karakteristik sosial ekonomi anak perempuan ... 31
10 Status gizi IMT/U anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia ... 32
11 Z-score IMT/U anak menurut jenis kelamin dan kelompok usia ... 33
12 Tipe sarapan dan konsumsi sarapan anak laki-laki ... 35
13 Tipe sarapan dan konsumsi sarapan anak perempuan ... 35
14 Tipe sarapan dan konsumsi sarapan anak laki-laki dan perempuan ... 36
15 Jenis makanan dan konsumsi makanan sarapan anak laki-laki ... 37
16 Jenis minuman dan konsumsi minuman sarapan anak laki-laki ... 37
17 Jenis makanan dan konsumsi makanan sarapan anak perempuan ... 38
18 Jenis minuman dan konsumsi minuman sarapan anak perempuan ... 38
19 Jenis makanan dan konsumsi makanan anak laki-laki dan perempuan ... 39
20 Jenis minuman dan konsumsi minuman anak laki-laki dan perempuan ... 39
21 Persentase anak menurut tipe sarapan dan jumlah asupan energi sarapan . 40 22 Asupan zat gizi makro dan mineral sarapan anak ... 41
23 Tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi makro dan mineral sarapan anak .... 43
24 Asupan vitamin dari konsumsi sarapan anak ... 44
25 Tingkat pemenuhan kebutuhan vitamin dari sarapan anak ... 45
26 Persentase anak menurut mutu gizi konsumsi pangan sarapan ... 46
DAFTAR GAMBAR
Halaman 1 Kerangka pemikiran. ... 16
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Cara pengumpulan data karakteristik dan antropometri ... 56
2 Cara pengumpulan data asupan pangan ... 57
3 Uji beda independent samples t-test variabel menurut jenis kelamin ... 58
4 Uji beda independent samples t-test variabel menurut kelompok usia ... 59
5 Rata-rata (median) berat badan anak ... 60
6 Rata-rata (median) tinggi badan anak ... 60
7 Rata-rata (median) nilai z-score IMT/U anak ... 61
8 Sebaran dan rata-rata (median) tipe sarapan yang dikonsumsi anak ... 62
9 Sebaran dan rata-rata (median) tipe sarapan yang dikonsumsi anak ... 65
10 Sebaran dan rata-rata (median) karbohidrat sebagai sarapan ... 66
11 Sebaran dan rata-rata (median) protein sebagai sarapan ... 68
12 Sebaran dan rata-rata (median) sayuran sebagai sarapan ... 70
13 Sebaran dan rata-rata (median) buah sebagai sarapan ... 72
14 Sebaran dan rata-rata (median) minuman sebagai sarapan ... 73
15 Sebaran dan rata-rata (median) serealia sebagai sarapan... 74
16 Sebaran dan rata-rata (median) kacang-kacangan sebagai sarapan ... 75
17 Sebaran dan rata-rata (median) daging sebagai sarapan ... 76
18 Sebaran dan rata-rata (median) telur sebagai sarapan ... 78
19 Sebaran dan rata-rata (median) ikan sebagai sarapan ... 79
20 Sebaran dan rata-rata (median) sayuran sebagai sarapan ... 81
21 Sebaran dan rata-rata (median) buah sebagai sarapan ... 83
22 Sebaran dan rata-rata (median) susu sebagai sarapan ... 84
23 Sebaran dan rata-rata (median) lemak dan minyak sebagai sarapan ... 85
24 Sebaran dan rata-rata (median) serba-serbi sebagai sarapan ... 86
25 Sebaran dan rata-rata (median) makanan jajanan sebagai sarapan ... 87
26 Sebaran dan rata-rata (median) minuman sebagai sarapan ... 89
27 Sebaran dan rata-rata (median) sarapan anak laki-laki ... 90
28 Sebaran dan rata-rata (median) sarapan anak perempuan ... 99
Sumberdaya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif
sangat dibutuhkan dan perlu dipersiapkan oleh bangsa itu sendiri untuk
mencapai kemajuan dan keberhasilan dalam pembangunan. Keberhasilan
pembangunan sumberdaya manusia dalam Human Development Index (HDI)
atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan salah satu indikator
keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia, menunjukkan bahwa Indeks
Pembangunan Manusia Indonesia pada tahun 2004 menempati urutan 111 dari
177 negara yang disurvei (UNDP 2004). Sedangkan Indeks Pembangunan
Manusia Indonesia pada tahun 2011 menempati urutan 124 dari 187 negara
yang disurvei (UNDP 2011).
Perubahan peringkat ini menunjukkan bahwa pembangunan manusia di
Indonesia mengalami perlambatan dibandingkan negara-negara lain sehingga
diperlukannya program-program perbaikan gizi dan kesehatan yang bertujuan
untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan masyarakat guna meningkatkan
Indeks Pembangunan Manusia di Negara Indonesia (Depkes 2005).
Program-program perbaikan gizi dan kesehatan seperti penanganan pangan dan gizi
merupakan salah satu agenda penting dalam pembangunan nasional. Pangan
dan gizi terkait langsung dengan kesehatan masyarakat.
Di Indonesia, masalah gizi dan kesehatan yang berkaitan dengan ketidak
seimbangan konsumsi makanan merupakan masalah utama bagi sebagian besar
penduduk, termasuk anak-anak. Laporan Riskesdas 2010 (Balitbangkes 2011)
mengungkap bahwa pada semua kelompok umur dan jenis kelamin di Indonesia
terjadi masalah gizi kurang dan gizi lebih. Pada anak balita Indonesia terdapat
17.9% yang mengalami gizi kurang (underweight) dan 5.8% mengalami gizi lebih
(overweight). Pada anak usia 6-12 tahun sejumlah 12.2% tergolong kurus dan
9.2% tergolong gemuk berdasarkan indikator IMT/U. Adanya masalah gizi kurang
dan gizi lebih ini mengindikasikan bahwa banyak penduduk Indonesia yang
konsumsi pangan atau asupan gizinya belum memenuhi gizi seimbang.
Hasil Riskesdas 2010 menunjukan 40.6% penduduk Indonesia
mengonsumsi energi dibawah kebutuhan minimal (kurang dari 70% dari Angka
Kecukupan Gizi) yang dianjurkan tahun 2004. Penduduk yang mengonsumsi
protein di bawah kebutuhan minimal (kurang dari 80% dari angka kecukupan
protein dibawah kebutuhan minimal terjadi pada semua kelompok umur yaitu
24.4% pada Balita, 41.2% pada anak usia sekolah, 54.5% pada remaja, 40.2%
pada dewasa, serta 44.2% pada ibu hamil (Balitbangkes 2011).
Gizi Seimbang (balance diet atau balance nutrients) dapat menjadi solusi
dari permasalahan gizi tersebut. Gizi seimbang merupakan susunan pangan
(makanan dan minuman) yang mengandung semua zat gizi esensial yang sesuai
dan memenuhi kebutuhan gizi seseorang untuk hidup aktif dan sehat. Dalam
penjelasan Undang-Undang Nomor 36/2009 tentang Kesehatan, gizi seimbang
didefinisikan sebagai asupan gizi sesuai kebutuhan seseorang untuk mencegah
risiko gizi lebih dan gizi kurang yang memiliki tujuan untuk memenuhi kebutuhan
gizi guna mencegah terjadinya gizi kurang dan gizi lebih.
Secara umum pola makan yang berlaku di Indonesia meliputi sarapan,
makan siang, makan malam dan snack. Analisis terhadap data konsumsi pangan
Riskesdas 2010 pada anak usia 4-18 tahun menunjukkan bahwa sarapan
mempunyai kontribusi penting dalam total diet harian. Sarapan berkontribusi
sebanyak 15-30% dalam total asupan zat gizi harian. Tidak sarapan berarti
berisiko tidak memenuhi gizi seimbang. Hal ini menunjukkan bahwa sarapan
merupakan salah satu pilar dalam mewujudkan gizi seimbang (Hardinsyah 2012).
Sarapan merupakan kegiatan makan dan minum yang dilakukan antara
bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk memenuhi 15-30% kebutuhan gizi harian
dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas (Hardinsyah 2012).
Sampai saat ini sarapan masih sering ditemukan memiliki masalah terutama
pada anak-anak. Hasil kajian terhadap data sarapan Riskesdas tahun 2010
menunjukkan 44,6% anak usia sekolah dasar mengonsumsi sarapan dengan
kualitas rendah, yaitu memiliki asupan energi dari sarapan kurang dari 15%
kebutuhan harian (Hardinsyah dan Aries 2012).
Penelitian Faridi (2002) menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata
antara kebiasaan sarapan dengan kadar glukosa darah anak usia sekolah. Bila
terjadi keterlambatan asupan zat gizi maka dapat menurunkan daya konsentrasi
anak sewaktu belajar yang timbul karena lemas, lesu, pusing dan mengantuk.
Anak yang tidak sarapan dapat mengalami penurunan gairah belajar, kecepatan
reaksi, serta kesulitan dalam menerima pelajaran dengan baik. Dampak buruk
tidak sarapan yang lain bagi anak antara lain status gizi, kesehatan dan stamina
anak menurun; menggagalkan penanaman kebiasaan gizi seimbang dan
menghambat peningkatan kualitas sumberdaya manusia suatu bangsa (Brown
et al. 2008).
Tidak sarapan bagi orang yang tidak memiliki akses pada pangan akan
berdampak pada kekurangan gizi. Namun sebaliknya tidak sarapan bagi orang
yang mampu akses pada pangan dapat berdampak pada kelebihan gizi
(kegemukan) dalam jangka panjang. Beberapa hasil penelitian menunjukkan
bahwa adanya risiko tidak sarapan terhadap kegemukan. Tidak sarapan
menimbulkan rasa lapar yang berlebihan pada siang dan sore hari serta dapat
merangsang makan lebih banyak atau berlebihan ketika akses pada pangan
dikala waktu jajan, makan siang dan makan malam (Sharlin & Edelstein 2011,
Smith 2010, Haug et al. 2009, Croezen et al. 2009, Alexander et al. 2009 dan
Purslow et al. 2008). Sebaliknya anak yang sarapan cenderung memiliki berat
badan normal. Sarapan memungkinkan terjadinya metabolisme yang seimbang
sehingga membantu untuk memelihara berat badan yang sehat.
Sampai saat ini masih jarang dilakukannya penelitian berskala nasional
mengenai konsumsi sarapan dan masih belum ada penelitian mengenai analisis
jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan pada anak di Indonesia. Oleh
karena itu, terdapat ketertarikan untuk meneliti mengenai analisis jenis, jumlah,
dan mutu gizi konsumsi sarapan pada anak Indonesia. Penelitian ini dirasa
sangat penting dan melalui penelitian ini akan diperoleh informasi yang akan
bermanfaat untuk mendukung peningkatan sumberdaya manusia khususnya
anak baik itu usia pra sekolah maupun usia sekolah dasar.
Tujuan
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis jenis, jumlah,
dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun.
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
1. Menganalisis jenis dan jumlah makanan dan minuman yang dikonsumsi
sebagai sarapan oleh anak Indonesia usia 3-5 tahun dan usia 6-12 tahun.
2. Menganalisis kontribusi energi sarapan terhadap pemenuhan kebutuhan
energi anak Indonesia usia 3-5 tahun dan usia 6-12 tahun.
3. Menganalisis mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-5 tahun
Kegunaan
Kegunaan penelitian Analisis Jenis, Jumlah, dan Mutu Gizi Konsumsi
Sarapan Anak Indonesia diantaranya adalah memberikan informasi mengenai
gambaran konsumsi sarapan anak Indonesia usia 3-12 tahun terkait dengan
jenis, jumlah dan mutu gizinya. Informasi ini diharapkan dapat membantu
masyarakat Indonesia khususnya orang tua dalam memperhatikan konsumsi
sarapan anak sehingga anak dapat mencapai status gizi dan pertumbuhan yang
TINJAUAN PUSTAKA
Anak Usia 3-12 Tahun
Anak usia 3-12 tahun merupakan anak yang berada pada usia peralihan
dari balita menjadi anak-anak dan remaja, ditandai dengan perubahan fisik dan
mental. Perubahan fisik ditandai dengan membesar dan meningginya organ
tubuh. Anak usia ini lebih banyak menghabiskan waktunya di sekolah, klub
olahraga, dan tempat mainnya. Anak usia ini juga sangat mudah terpengaruh
oleh lingkungan teman sebaya, guru, instruktur olahraga, dan idolanya (Mahan &
Escott-Stump 2004).
Karakteristik Anak Usia 3-12 Tahun
Kelompok usia ini merupakan usia wajib sekolah. Beberapa karakteristik
anak usia ini adalah anak banyak menghabiskan waktu di luar rumah, aktivitas
fisik anak semakin meningkat, pada usia ini anak akan mencari jati dirinya. Anak
akan banyak berada di luar rumah untuk jangka waktu antara empat sampai lima
jam. Pada saat bangun pagi kadar gula anak dalam tingkat minimal, jika anak
berangkat tanpa makan pagi, berarti setibanya di sekolah dalam keadaan
hipoglikemi. Aktivitas fisik anak yang semakin meningkat, seperti pergi dan
pulang sekolah, bermain dengan teman akan meningkatkan kebutuhan energi.
Apabila anak tidak memperoleh energi sesuai kebutuhannya maka akan terjadi
pengambilan cadangan lemak tubuh untuk memenuhi kebutuhan energi,
sehingga anak menjadi lebih kurus dari sebelumnya (Musadat 2010).
Karakteristik Sosial Ekonomi Keluarga Besar Keluarga
Besar keluarga adalah banyaknya anggota keluarga yang terdiri dari
ayah, ibu, anak, dan anggota keluarga lain yang hidup dari pengeluaran
sumberdaya yang sama (Sanjur 1982). Semakin banyak jumlah anak dalam
keluarga maka perhatian pada anak akan terbagi sehingga kehangatan semakin
berkurang seiring dengan bertambahnya jumlah anak (Hastuti 2006). Jumlah
anggota keluarga mempengaruhi jumlah dan keragaman pangan yang
dikonsumsi dalam keluarga. Kualitas maupun kuantitas pangan secara langsung
akan menentukan status gizi keluarga dan individu. Selain itu besarnya keluarga
akan mempengaruhi pembagian makanan dalam keluarga yang akan berdampak
Pendidikan dan Pendapatan Orang Tua
Salah satu unsur penting yang mempengaruhi keadaan gizi adalah latar
belakang pendidikan seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan
pengetahuan atau informasi tentang gizi yang dimilikinya akan lebih baik. Faktor
tingkat pendidikan perlu dipertimbangkan untuk menentukan mudah tidaknya
seseorang menyerap dan memahami pengetahuan gizi yang mereka peroleh.
Berdasarkan kepentingan keluarga, pendidikan sangat diperlukan agar
seseorang lebih tanggap terhadap adanya masalah gizi di dalam keluarga dan
dapat mengambil tindakan secepatnya (Fikawati & Syafiq 2007).
Tingkat pendidikan, khususnya tingkat pendidikan wanita mempengaruhi
derajat kesehatan. Terdapat hubungan positif antara pendidikan ibu dengan
pengetahuan gizi, kesehatan, dan pengasuhan anak yang baik. Pendidikan ibu
merupakan salah satu faktor penentu mortalitas anak, karena tingkat pendidikan
ibu berpengaruh terhadap pemahamannya pada perawatan kesehatan, higiene,
dan kesadaran terhadap kesehatan anak dan keluarga (Madanijah 2006).
Pekerjaan seseorang akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas
makanan. Hal ini karena pekerjaan akan menentukan pendapatan yang
dihasilkan. Pendapatan ini akan digunakan salah satunya untuk membeli
makanan. Tingkat pendidikan ayah berpengaruh terhadap jenis pekerjaan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka peluang untuk memperoleh
pekerjaan akan semakin besar. Tingginya tingkat pendapatan cenderung diikuti
dengan tingginya jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi. Tingginya
pendapatan akan mencerminkan kemampuan untuk membeli bahan pangan.
(Fikawati & Syafiq 2007).
Pendapatan keluarga adalah besarnya rata-rata penghasilan yang
diperoleh dari seluruh anggota keluarga. Pendapatan keluarga juga tergantung
pada jenis pekerjaan suami dan anggota keluarga lainnya. Penurunan daya beli
pada tingkat keluarga akan menurunkan kualitas dan kuantitas konsumsi pangan
serta aksesibilitas pelayanan kesehatan terutama bagi warga kelas ekonomi
bawah. Hal ini akan berdampak negatif terhadap kesehatan anak yang rentan
terhadap gangguan kesehatan dan gizi (Hardinsyah 2007).
Status Gizi
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau
sekelompok orang yang diakibatkan oleh asupan, penyerapan (absorbsi), dan
dan dinilai. Dengan menilai status gizi seseorang atau sekelompok orang maka
akan dapat diketahui apakah seseorang atau sekelompok orang tersebut status
gizinya baik ataukah tidak baik. Penilaian status gizi secara langsung dapat
dibagi menjadi empat, yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan konsumsi pangan
(Riyadi 2006).
Status gizi dapat diperoleh melalui pengukuran antropometri. Pengukuran
antropometri maksudnya adalah pengukuran yang dilakukan terhadap berat
badan, tinggi badan, lingkaran bagian–bagian tubuh, serta tebal lapisan kulit
(skinfold). Disamping itu, juga diperlukan pengukuran terhadap usia dan
kematangan seksual dalam pengukuran antropometri. Metode antropometri
menggunakan pengukuran-pengukuran dimensi fisik dan komposisi tubuh.
Pengukuran tersebut bervariasi menurut umur dan derajat gizi sehingga
bermanfaat terutama pada keadaan terjadinya ketidakseimbangan energi dan
protein secara kronis. Antropometri dapat mendeteksi malnutrisi derajat sedang
dan berat. Keuntungan lain dari pengukuran antropometri adalah memberikan
informasi mengenai riwayat gizi masa lampau (Riyadi 2003).
Sistem klasifikasi standar yang biasanya digunakan untuk melihat status
gizi pada anak adalah Z-Score atau skor standar deviasi (SD). Sistem klasifikasi
ini direkomendasikan oleh WHO karena kemampuannya dalam menggambarkan
status gizi termasuk dalam keadaan ekstrim, serta menunjukkan proses hasil
statistik, seperti mean dan standar deviasi dari Z-Score. Pengukuran status gizi
pada anak tidak menggunakan indikator BB/TB akan tetapi menggunakan indeks
masa tubuh berdasarkan umur (IMT/U) (WHO 2007). Kategori status gizi
berdasarkan IMT/U dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi status gizi anak berdasarkan IMT/U
Indeks Status Gizi Cut off points
IMT/U
Sangat kurus/severe thinnes < -3 SD
Kurus/thinnes ≥ -3 SD s/d ≤ -2 SD Normal ≥ -2 SD s/d < +1 SD
Overweight ≥ +1 SD s/d < +2 SD
Obesitas ≥ +2 SD Sumber: WHO (2007)
Konsumsi Pangan
Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok yang diperlukan tubuh
setiap hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energi dan zat-zat gizi.
Kekurangan dan kelebihan pangan dalam jangka waktu yang lama akan
bergantung pada berbagai faktor seperti umur, jenis kelamin, berat badan, iklim,
dan aktivitas fisik (Almatsier 2009).
Menurut Sediaoetama (2006), konsumsi makanan adalah faktor yang
berpengaruh langsung terhadap keadaan gizi seseorang. Menurut Kusharto dan Sa’adiyah (2006), konsumsi pangan merupakan informasi tentang jenis dan jumlah pangan yang dimakan (dikonsumsi) seseorang atau sekelompok orang
pada waktu tertentu. Dalam menghitung jumlah zat gizi yang dikonsumsi,
informasi tentang jenis pangan yang dikonsumsi dan jumlah pangan yang
dikonsumsi merupakan hal penting.
Salah satu metode pengukuran konsumsi makanan untuk individu yang
bersifat kuantitatif adalah metode mengingat 24 jam (recall method). Prinsip dari
metode recall 24 jam, dilakukan dengan mencatat jenis dan jumlah bahan
makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam lalu. Apabila pengukuran hanya
dilakukan 1 kali (1x24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif untuk
menggambarkan kebiasaan makan individu (Supariasa et al. 2001). Metode food
recall adalah metode penilaian konsumsi pangan, dimana pewawancara
menanyakan apa yang telah dikonsumsi oleh responden. Wawancara dilakukan
berdasarkan suatu daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah dipersiapkan
terlebih dahulu. Ditanyakan dengan lengkap apa yang telah dikonsumsi ketika
makan pagi, siang, malam, dan selingan atau makanan kecil di luar waktu
makan. Tanggal dan waktu makan serta besar porsi setiap makanan dicatat
dengan teliti. Hasil pencatatan wawancara kemudian diolah, dikembalikan
kepada bentuk bahan mentah dan dihitung zat-zat gizinya berdasarkan Daftar
Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang berlaku. Jumlah masing-masing zat
gizi dijumlahkan dan dihitung rata-rata konsumsi setiap hari (Sediaoetama 2006).
Sarapan
Sarapan didefinisikan sebagai kegiatan makan dan minum yang
dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi untuk memenuhi 15-30%
kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan cerdas
(Hardinsyah 2012). Sebagai pembanding dengan kondisi di Amerika Latin,
bahwa sarapan diartikan kegaiatan makan dan minum antara jam 5 sampai jam
9 pagi dan mengandung total energi lebih dari 100 kkal (Alexander et al. 2009).
Sementara itu Wilson et al. (2006) di New Zealand dan Smith et al. (2010)
di Australia menetapkan waktu sarapan antara jam 6 sampai jam 9 pagi.
waktu sarapan antara jam 5 sampai jam 10 pada hari sekolah dan jam 5 sampai
jam 11 pada hari libur. Batasan sarapan yang terakhir ini tidak tepat karena jam
10 adalah saatnya morning tea atau snack pagi. Sarapan yang baik adalah bila
selalu dilakukan pada waktu waktu pagi hari bukan menjelang makan siang dan
tidak perlu dibedakan antara hari kerja/sekolah dan hari libur (Hardinsyah 2012).
Peranan dan Manfaat Sarapan
Sarapan bermanfaat untuk mencegah kegemukan dan membentuk
kebiasaan makan sehat. Penelitian longitudinal selama 20 tahun pada anak di
Australia menunjukkan kebiasaan tidak sarapan berisiko meningkatkan lingkar
pinggang, kadar total kolesterol darah, dan kadar kolesterol jahat atau LDL
(Smith et al. 2010). Sarapan dapat meningkatkan fungsi kognitif yang
berhubungan dengan memori, nilai tes, dan kehadiran sekolah (Gail 2005).
Cueto S (2001) dan Cueto S & Chinen M (2008) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa anak sekolah yang sarapan meraih skor tes memori, tes
penyelesaian masalah dan prestasi belajar yang lebih baik dibanding anak yang
tidak sarapan. Wesnes (2003) menyebutkan bahwa anak yang sarapan
menunjukkan perbaikan fungsi kognitif, atensi, dan memori.
Khomsan (2005) menjelaskan bahwa ada dua manfaat yang bisa diambil
dari sarapan. Pertama, sarapan dapat menyediakan karbohidrat yang siap
digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah, sehingga gairah dan
konsentrasi dan produktivitas kerja meningkat. Kedua, pada dasarnya sarapan
akan memberikan kontribusi zat gizi yang diperlukan tubuh, seperti protein,
lemak, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini penting untuk berfungsinya
proses fisiologis dalam tubuh.
Hasil penelitian Brown et al. (2008) menunjukkan dengan sarapan anak
menjadi jarang sakit dan pusing, dan sakit perut. Selain itu anak akan memiliki
stamina, disiplin dan kerja sama yang lebih baik. Penelitian lain menunjukkan
bahwa sarapan membantu proses metabolisme di dalam tubuh berlangsung
dengan baik, sehingga mampu meningkatkan konsentrasi selama beraktivitas,
membantu mengontrol berat badan dan memperbaiki status gizi, meningkatkan
daya tahan tubuh terhadap stres. Anak yang tidak sempat sarapan cenderung
rentan mengalami stres. Sebaliknya, anak yang menyempatkan diri untuk
sarapan cenderung lebih ceria dan lebih beraktivitas. Rajin sarapan juga
membuat asupan vitamin yang dikonsumsi lebih banyak dari pada orang yang
Penelitian yang dilakukan oleh Sandercock, Voss dan Dye (2010)
terhadap 4 326 anak sekolah usia 10-16 tahun. Menunjukkan anak yang terbiasa
sarapan berhubungan signifikan dengan tingkat aktivitas fisik yang tinggi dan
juga tingkat cardiorespiratory fitness. Selain itu studi di India yang dilakukan pada
8 sekolah negeri dan swasta yang melibatkan 1 814 siswa, menunjukkan anak
yang sarapan pagi lebih banyak konsumsi sayur, susu, dan buah dibandingkan
yang tidak pernah sarapan. Sarapan juga berhubungan dengan tingginya tingkat
aktivitas fisik anak sekolah (Arora et al. 2011).
Selain menyumbangkan glukosa, sarapan juga menyumbangkan zat gizi
penting bagi tubuh yang berperan dalam mekanisme daya ingat (kognitif) memori
seseorang, meskipun tidak mempengaruhi tingkat kecerdasan. Bila terjadi
keterlambatan masukan zat gizi (asupan gula ke dalam sel darah) maka dapat
menurunkan daya konsentrasi anak sewaktu belajar yang timbul karena lemas,
lesu, pusing dan mengantuk. Dampak buruk tidak sarapan yang lain bagi anak
antara lain; status gizi, kesehatan dan stamina anak menurun; menggagalkan
penanaman kebiasaan gizi seimbang dan pencapaian prestasi optimal anak;
pemborosan investasi pendidikan; menghambat peningkatan kualitas SDM
bangsa (Brown et al. 2008).
Makanan Sarapan
Jenis makanan untuk sarapan dapat dipilih dan disusun sesuai dengan
keadaan dan akan lebih baik bila terdiri dari makanan sumber tenaga, sumber
zat pembangun, dan sumber pengatur dalam jumlah yang seimbang (Depkes
1996). Khomsan (2002) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan beraneka
ragam pangan yang terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat
memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Makanan tinggi protein dan
tinggi karbohidrat bisa membantu memuaskan selera makan, serta bermanfaat
meningkatkan asupan vitamin dan mineral bagi tubuh. Hanya saja masalahnya
seringkali sayur tidak bisa tersedia secara instan, sehingga makan pagi yang
disediakan tanpa sayuran. Namun hal ini tidak menjadi masalah karena fungsi
sayuran sebagai fungsi penyumbang vitamin dan mineral bisa diganti dengan
buah (Khomsan 2002).
Minum susu di pagi hari sangat baik karena susu selain sebagai sumber
vitamin dan mineral juga kaya akan lemak, apabila kita mengonsumsi lemak
maka kita akan relatif lebih tahan lapar. Di dalam tubuh, lemak dicerna lebih lama
terdiri dari nasi, sayur/buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan
akan vitamin dan mineral (Khomsan 2002).
Pada saat sarapan sebaiknya mengonsumsi makanan lengkap yang
mengandung semua unsur gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Kandungan gizi
yang seimbang terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.
Menurut Depkes (2001), konsep makan pagi yang mengacu pada gizi seimbang
dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut:
1. Sumber karbohidrat, yaitu nasi, roti, makaroni, kentang, tepung beras, tepung
maizena, tepung kacang hijau, dan lain-lain.
2. Sumber protein, yaitu susu, daging, ikan, ayam, hati, tahu, tempe, keju,
kacang hijau, dan lain-lain.
3. Sumber vitamin dan mineral, yaitu dari sayuran seperti wortel, bayam,
kangkung, labu siam, buncis, buah-buahan seperti papaya, jambu biji, air
jeruk, melon, alpukat, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kebiasaan Sarapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan sarapan menurut
Sandercock (2010) antara lain: usia anak, jenis kelamin anak, pengetahuan anak
mengenai kesehatan dan gizi, ketersediaan makanan pagi di rumah, waktu
tempuh atau jarak antara rumah dengan sekolah, jumlah uang saku, kebiasaan
jajan yang mengenyangkan, kebiasaan membawa bekal dari rumah, persepsi
tubuh ideal (ingin seperti model), serta pendidikan, perkerjaan, dan penghasilan
orang tua.
Di Indonesia, menurut (Khomsan 2005) alasan banyaknya anak yang
tidak biasa sarapan sebelum berangkat ke sekolah adalah karena tidak tersedia
pangan untuk disantap, pangan tidak menarik, jenis pangan yang disediakan
monoton (membosankan), tidak cukup waktu (waktu terbatas) karena harus
berangkat pagi. Di perkotaan tidak sarapan seringkali disebabkan kesibukan ibu
bekerja dan waktu yang amat terbatas dipagi hari karena harus segera
meninggalkan rumah. Bagi orang tua, khususnya ibu, masalah utama untuk
membiasakan sarapan pada anak adalah sulitnya membangunkan anak dari
tidurnya untuk sarapan (59%), sulit mengajak anak untuk sarapan (19%), sulit
meminta anak menghabiskan sarapan (10%), dan khawatir anak telat sekolah
Kecukupan Energi dan Zat Gizi
Sarapan akan menyumbang sekitar seperempat dari asupan zat gizi
harian. Hal ini mempertimbangkan bahwa selain dari sarapan asupan zat gizi
harian juga diperoleh dari makan siang (lunch), makan malam (dinner) dan snack
yang dilakukan diantara waktu makan. Lopez-Sobaler et al. (2003) di Madrid,
Spanyol menetapkan sarapan dianggap cukup jika menyediakan minimal 20%
asupan energi harian. Sementara di Amerika Latin, sarapan minimal
mengandung energi 100 Kal (Alexander et al. 2009).
Menurut Khomsan (2005) sarapan sebaiknya menyumbangkan energi
sekitar 25% dari asupan energi harian. Menurut Hardinsyah (2012), di Indonesia
lebih tepat bila kontribusi zat gizi sarapan adalah 15-30 % asupan gizi. Oleh
karena target asupan gizi harian yang ideal adalah memenuhi kebutuhan gizi
(100% AKG) maka sarapan yang dianjurkan adalah mengandung zat gizi 15-30%
zat gizi, yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 pagi. Kontribusi energi
dan zat gizi dari sarapan pada anak Indonesia berdasarkan jenis kelamin
disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Kontribusi energi dan zat gizi dari sarapan pada anak Indonesia berdasarkan jenis kelamin
Zat Gizi Laki-laki Perempuan Total
Rata-rata±SD % AKG Rata-rata±SD % AKG Rata-rata±SD % AKG
Energi (kkal) 336±201 18.11 329±198 17.81 333±200 17.96
Protein (g) 10.85±8.55 23.63 10.54±8.21 22.95 10.70±8.38 23.30 Vitamin A (RE) 85.20±160.78 16.12 86.98±160.86 16.45 86.06±160.82 16.28
Besi (mg) 1.21±1.75 11.16 1.24±2.00 9.92 1.23±1.88 10.56
Kalsium (mg) 49.91±69.56 7.20 49.95±71.10 7.20 49.93±70.31 7.20 Sumber: Hardinsyah (2012)
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang
dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi
negatif. Gejala yang ditimbulkan adalah kurang perhatian, gelisah, lemah,
cengeng, kurang bersemangat, dan penurunan daya tahan terhadap penyakit
infeksi. Kelebihan energi dapat menyebabkan kegemukan dan menyebabkan
gangguan dalam fungsi tubuh. Makanan sumber energi diantaranya didapatkan
dari sumber karbohidrat seperti padi-padian, umbi-umbian, dan gula murni
(Almatsier 2009).
Protein adalah salah satu sumber energi bersama-sama dengan
karbohidrat dan lemak. Protein berfungsi sebagai zat pembangun, berfungsi
dalam pertumbuhan dan pemeliharaan jaringan, menggantikan sel-sel yang mati
(Sediaoetama 2006). Kekurangan protein biasanya diikuti dengan kekurangan
sumber protein yang baik seperti telur, daging, ikan, kerang, dan
kacang-kacangan. Makanan yang tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
menyebabkan obesitas (Almatsier 2009).
Mutu Gizi Asupan Pangan
Berdasarkan UU No. 7 tahun 1996, pangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia,
termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang
digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan, atau pembuatan makanan atau
minuman. Pemenuhan kebutuhan pangan bukan hanya untuk menghilangkan
rasa lapar dan memenuhi selera, tetapi juga memenuhi kebutuhan energi
(Bender 2002).
Asupan pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dikonsumsi
seseorang atau sekelompok orang pada waktu tertentu, sehingga penilaian
asupan pangan dapat berdasarkan jumlah maupun jenis pangan yang
dikonsumsi. Meningkatkan jumlah dan mutu asupan memerlukan peningkatan
pengetahuan masyarakat tentang pangan yang bergizi, perubahan sikap, serta
perubahan perilaku sehari-hari dalam menentukan, memilih, dan mengkonsumsi
pangan. Kebutuhan gizi adalah sejumlah zat gizi minimum yang harus dipenuhi
dari asupan pangan (Hardinsyah & Martianto 1992).
Pangan yang dikonsumsi dapat ditentukan kualitasnya dengan Mutu Gizi
Asupan Pangan (MGP). MGP secara sederhana diartikan sebagai suatu nilai
untuk menentukan apakah makanan tersebut bergizi atau tidak yang didasarkan
pada kandungan zat gizi makanan yang berkaitan kebutuhan dan tingkat
ketersediaan secara biologis bagi tubuh. Mutu gizi asupan pangan diartikan pula
sebagai persentase konsumsi zat gizi terhadap kecukupan dan kebutuhannya.
Penentuan mutu gizi asupan pangan didasarkan pada jumlah zat gizi yang
tersedia untuk dikonsumsi relatif terhadap kebutuhan dan nilai biologisnya
(Hardinsyah & Atmojo 2001, Jadhav & Vali 2010).
Kandungan gizi pangan merupakan salah satu ukuran mutu gizi asupan
pangan. Perhitungan kandungan gizi pangan dilakukan dengan menggunakan
Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM) yang menunjukkan berbagai
kandungan zat gizi dari bahan pangan dalam 100 g bagian yang dapat dimakan
aneka makanan adalah penjumlahan dari zat gizi yang sama yang diperoleh dari
aneka makanan tersebut (Hardinsyah 2001).
Setelah diperoleh kandungan gizi tertentu dalam bahan pangan,
kemudian dihitung pula tingkat kecukupan zat gizi tersebut. Penggunaan nilai
tingkat kecukupan gizi lebih rasional dan mudah digunakan untuk menghitung
mutu gizi asupan pangan (Hardinsyah & Atmojo 2001). Selanjutnya Perhitungan
MGP dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
MGP (%) = Keterangan:
MGP = Mutu Gizi Asupan Pangan
TKGi = Tingkat kecukupan zat gizi ke-i, yaitu (konsumsi zat gizi ke-i/kecukupan zat gizi ke-i) x 100
KERANGKA PEMIKIRAN
Anak usia 3-12 tahun adalah masa peralihan dari balita menjadi anak dan
remaja, ditandai dengan perubahan fisik dan mental. Perubahan fisik ditandai
dengan membesar dan meningginya organ tubuh. Anak usia 3-12 tahun secara
mental sudah mempunyai keinginan sendiri dan terkesan tidak mau diatur. Peran
orang tua sangatlah penting dalam mengontrol konsumsi makanan pada anak
di usia ini khususnya mengenai sarapan paginya.
Sarapan atau makan dan minum pagi adalah kegiatan makan dan minum
yang dilakukan antara bangun pagi sampai jam 9 untuk memenuhi sebagian
(15-30%) kebutuhan gizi harian dalam rangka mewujudkan hidup sehat, aktif, dan
cerdas (Hardinsyah 2012). Sarapan pagi pada anak dipengaruhi oleh jenis dan
jumlah konsumsi pangan yang berasal dari makanan atau dari minuman.
Konsumsi pangan anak dipengaruhi oleh karakteristik anak, seperti usia, jenis
kelamin, pendidikan, dan daerah tempat tinggal. Selain itu, konsumsi pangan
juga dapat dipengaruhi oleh karakteristik sosial ekonomi keluarga, seperti
pendidikan ayah dan ibu, pekerjaan ayah dan ibu, serta status ekonomi keluarga.
Kebiasaan sarapan akan menentukan pertumbuhan fisik dan mental pada
anak. Sarapan merupakan kegiatan yang penting dilakukan setiap hari sebelum
melakukan aktivitas sehari-hari. Sarapan memberikan beberapa manfaat penting
yang dapat diperoleh anak. Pertama, sarapan pagi menyumbang karbohidrat
yang berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Kedua, pada dasarnya
sarapan pagi dapat memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang
diperlukan tubuh seperti protein, vitamin, dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini
bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh (Khomsan 2005).
Makanan dan minuman yang dikonsumsi sebagai sarapan mengandung
beberapa zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh, seperti energi, karbohidrat,
protein, lemak, Ca, P, Fe, vitamin A, tiamin, riboflavin, niasin, vitamin B6, folat,
vitamin B12, dan vitamin C. Berdasarkan kandungan gizi pangan tersebut, maka
diperoleh penilaian mutu gizi secara komprehensif, yaitu mutu gizi asupan
pangan. Mutu Gizi Asupan Pangan (MGP) merupakan salah satu dimensi utama
mutu pangan yang mencerminkan pemenuhan kebutuhan zat gizi dari pangan
yang dikonsumsi (Hardinsyah et al. 2000). Penilaian Mutu Gizi Asupan Pangan
(MGP) menggunakan metode rata-rata tingkat pemenuhan kebutuhan zat gizi
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
: Hubungan yang diteliti
: Hubungan yang tidak diteliti
Gambar 1 Kerangka pemikiran analisis jenis, jumlah, dan mutu gizi konsumsi sarapan anak Indonesia.
- Pendidikan Ayah dan Ibu - Pekerjaan Ayah dan Ibu - Status Ekonomi Keluarga - Usia Sampel
- Jenis Kelamin
- Daerah Tempat Tinggal
Karakteristik Keluarga
- Besar Keluarga
Karakteristik Sampel
Konsumsi Sarapan (Jenis dan Kuantitas
Sarapan)
Mutu Gizi Asupan Pangan
- Asupan Zat Gizi
- Tingkat Kecukupan Zat
Gizi
Kontribusi Energi Sarapan
- Usia
- Jenis Kelamin
METODE
Desain, Waktu, dan Tempat
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yaitu
pengamatan yang dilakukan sekaligus pada satu waktu dan dilakukan dengan
mengolah data sekunder dari hasil penelitian Riskesdas 2010 (Riset Kesehatan
Dasar 2010). Data penelitian Riskesdas 2010 merupakan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia. Pengumpulan data Riskesdas 2010 dilakukan
oleh tenaga terlatih dengan kualifikasi minimal tamat D3 kesehatan di beberapa
daerah sejak bulan Juni 2010 sampai dengan Agustus 2010. Proses pengolahan,
analisis, dan interpretasi data untuk penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012
sampai dengan Desember 2012 di Kampus Institut Pertanian Bogor, Darmaga,
Bogor, Jawa Barat.
Jumlah dan Cara Pengambilan Sampel
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari data Riskesdas
2010 (Riset Kesehatan Dasar 2010). Sampel Riskesdas 2010 mewakili nasional
dan 33 provinsi yang tersebar di 441 Kabupaten/Kota dari total 497
Kabupaten/Kota di Indonesia. Namun, jumlah tersebut merupakan sebagian dari
jumlah total Kabupaten/Kota yang menjadi sampel Riskesdas 2010 serta
sebagian dari jumlah total Kabupaten/Kota di Indonesia. Hal ini dikarenakan
terdapat 56 Kabupaten/Kota di Indonesia yang dikeluarkan dari data dan tidak
termasuk dalam sampel Riskesdas 2010 karena daerah tersebut tidak memenuhi
syarat yang telah ditetapkan, yaitu jumlah rumah tangga yang kurang dari 25 RT
dan terdapat satu Kabupaten di Provinsi Papua (Kabupaten Nduga) yang tidak
dapat dikunjungi dalam periode waktu pengumpulan data Riskesdas tahun 2010.
Populasi dalam Riskesdas 2010 adalah seluruh rumah tangga biasa yang
mewakili 33 provinsi yang tersebar di 441 Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia.
Sampel rumah tangga dan anggota rumah tangga dalam Riskesdas 2010 dipilih
berdasarkan listing Sensus Penduduk (SP) tahun 2010 oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) dengan menggunakan two stage sampling, yaitu pemilihan
sampel dengan dua tahap. Selanjutnya Riskesdas mengambil 2 800 BS (blok
sensus) yang telah dikumpulkan BPS melalui SP 2010 dengan 70 000 rumah
tangga. Pemilihan blok sensus dilakukan sepenuhnya oleh BPS dengan
memperhatikan status ekonomi, rasio perkotaan/perdesaan hasil Riskesdas
yang tidak dapat disertakan dalam proses analisis karena tidak sempat dikirim ke
manajemen data pusat.
Secara keseluruhan, jumlah sampel Riskesdas 2010 yang berasal dari
2 798 BS (blok sensus) adalah 69 300 rumah tangga dengan jumlah anggota
rumah tangga sebanyak 251 388 orang. Kriteria inklusi sampel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah sampel berusia 3-12 tahun dalam kondisi sehat, dan
konsumsi harian normal (tidak sedang puasa, diet, sakit, dan lain-lain),
sedangkan kriteria eksklusi sampel adalah kondisi fisiologis hamil. Proses
cleaning data awal dilakukan terhadap data berat badan, tinggi badan, dan
konsumsi pangan yang tidak lengkap. Proses cleaning selanjutnya dilakukan
terhadap sampel yang memiliki asupan energi <0.3 atau >3 kali dari energi basal,
sampel dengan tingkat kecukupan zat gizi >400%, IMT/U sampel <-4.0 SD yang
dijelaskan pada Gambar 1. Total sampel dalam penelitian ini adalah 40 437
(79.7% dari sampel awal) anak yang terdiri dari 20 659 anak laki-laki dan 19 778
anak perempuan.
Gambar 2 Alur cleaning data untuk memperoleh jumlah sampel penelitian. -
Jumlah seluruh anggota rumah tangga
251 388 orang
Jumlah calon sampel
50 711 anak (3-12 tahun)
Jumlah sampel penelitian
40 437 anak
Cleaning selanjutnya pada data : - Nilai total asupan energi <0.3 dan
>3 dari BMR : 1 996 anak - Tingkat kecukupan gizi >400 :
4 155 anak
- BMI-for-age-Z-score (BAZ) <-4.0 SD : 2 031 anak
Cleaning awal pada data : - Berat badan, tinggi badan, dan
konsumsi responden yang tidak lengkap (missing) : 582 anak - Kondisi fisiologis hamil : 76 anak - Kondisi konsumsi tidak biasa
Jenis dan Cara Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini seluruhnya merupakan data
sekunder dari Riskesdas 2010. Data diperoleh dalam bentuk electronic file
berupa entry data dan hasil pengolahan Riskesdas 2010 (Tabel 3). Pengumpulan
data telah dilakukan oleh Kementrian Kesehatan melalui Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2010. Cara pengumpulan data yang dilakukan oleh tim
Riskesdas 2010 dapat dilihat pada Lampiran 1. Sumber dan cara pengumpulan
data Riskesdas 2010 yang digunakan adalah:
Tabel 3 Sumber dan cara pengumpulan data
Peubah Sumber data yang digunakan Cara Pengumpulan Data
Karakteristik individu 1. Daerah
2. Usia
3. Jenis kelamin 4. Pendidikan 5. Status hamil
Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT)
Blok I No. 5 Blok IV No. 7 Blok IV No. 4 Blok IV No. 8 Blok IV No. 10
Wawancara
Karakteristik keluarga 1. Pendidikan ayah 2. Pendidikan ibu 3. Pekerjaan ayah 4. Pekerjaan ibu
Kuesioner Riskesdas (RKD10.RT)
Blok IV No. 8 Blok IV No. 8 Blok IV No. 9 Blok IV No. 9
Wawancara
Antropometri 1. Berat badan
2. Tinggi badan
Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND)
Blok X No. 1a, 1b
Blok X No. 2a, 2b
Pengukuran langsung - Diukur dengan timbangan
berat badan digital (kapasitas 150 kg dan ketelitian 50 g)
- Diukur dengan alat ukur tinggi badan multi fungsi (kapasitas ukur 2 m dan ketelitian 0.1)
Konsumsi Pangan 1. Jumlah pangan 2. Jenis pangan
3. Waktu makan (sarapan)
Kuesioner Riskesdas (RKD10.IND)
Blok IX Blok IX Blok IX
Food Recall 1x24 jam
1. Status ekonomi 2. Asupan zat gizi makro
dan mineral (E, P, L, KH, Ca, P, Fe)
3. Asupan vitamin (Vit. A, Tiamin, Ribovlafin, Niasin, Vit. B6, Folat, Vit. B12, dan Vit. C)
Hasil olahan data Riskesdas 2010
Hasil olahan data Riskesdas 2010
Hasil olahan data Riskesdas 2010
Olahan BPS
Dihitung menggunakan
Nutrisurvey Software
Dihitung menggunakan
Nutrisurvey Software
Pengolahan dan Analisis Data
Data electronic hasil penelitian Riskesdas 2010 diolah dengan
menggunakan program komputer Microsoft Office Excel 2010, SPSS 17.0 for
Windows dan WHO AnthroPlus 1.0.4 (untuk mengetahui status gizi anak).
Proses pengolahan data meliputi editing, cleaning dan analisis. Proses cleaning
data sampel dilakukan terhadap data konsumsi pangan, berat badan, dan tinggi
badan yang tidak lengkap (Gambar 3). Hal tersebut dilakukan untuk memastikan
bahwa data yang digunakan logis dan sesuai dengan variabel yang ditentukan.
Sampel dalam penelitian ini adalah anak yang berada dalam kisaran usia
3-12 tahun. Selanjutnya, sampel yang ada dikelompokkan menurut jenis kelamin
dan kelompok usia. Sampel dikelompokkan menjadi dua kelompok usia yang
meliputi kelompok usia 3-5 tahun dan 6-12 tahun. Menurut Almatsier (2011),
kelompok anak menurut usia terdiri dari usia pra-sekolah dan usia sekolah. Usia
3-5 tahun disebut sebagai usia pra-sekolah sedangkan usia 6-12 tahun disebut
sebagai usia sekolah. Selama masa ini, anak memperoleh keterampilan yang
memungkinkanya untuk makan secara bebas dan mengembangkan kesukaan
makannya sendiri. Selain itu, anak usia 3-12 tahun cenderung sudah memiliki
kegiatan dan aktivitas yang cukup tinggi seperti sekolah dan bermain sehingga
banyak ditemui kejadian tidak sarapan pagi sebelum memulai aktivitasnya. Anak
yang memiliki usia kurang dari 2 tahun cenderung masih terjaga rutinitas waktu
makan dan masih diberikan ASI dan MP-ASI oleh orang tuanya. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini sampel yang digunakan adalah anak yang memiliki usia 3-12
tahun.
Karakteristik
Berdasarkan kuesioner Riskesdas 2010, dapat diperoleh data sekunder
mengenai pendidikan, pekerjaan, daerah, dan status ekonomi yang telah
dikelompokkan ke dalam beberapa kategori. Daerah tempat tinggal sampel
dikelompokkan menjadi dua kelompok yang meliputi perdesaan dan perkotaan.
Pendidikan orang tua sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok yang
meliputi tidak pernah sekolah, tamat SD/MI, tamat SMP/MTS, tamat SMA/MA,
dan tamat D1/D2/D3/PT (Diploma/Perguruan Tinggi). Pekerjaan orang tua
sampel dikelompokkan menjadi enam kelompok yang meliputi tidak bekerja,
TNI/Polri/PNS/Pegawai, wiraswasta/jasa, petani, buruh/nelayan, dan lainnya.