• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Bangunan Bersejarah Sebagai Pusaka Budaya

BAB IV MUSEUM PERJUANGAN SEBAGAI SALAH SATU OBJEK

4.4 Peranan Bangunan Bersejarah Sebagai Pusaka Budaya

Kebudayaan, di definisikan Koentjaraningrat sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan berpola, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan bermasyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar (1983:182). Kebudayaan merupakan suatu cara adaptasi manusia terhadap lingkungannya. Ciri suatu tekanan lingkungan yang spesifik berperan sebagai pemicu timbulnya perubahan kebudayaan (Clide,1951:35). Makmur (2011), mendefinisikan budaya sebagai keseluruhan yang kompleks yang di dalamnya terkandung sistem pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat istiadat, dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan yang diterima oleh masyarakat. Artinya, nilai budaya adalah upaya yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia, seluruh aktifitas

konsepsi yang hidup dalam pikiran sebagian warga masyarakat mengenai hal-hal yang mereka anggap bernilai, berharga, dan paling penting dalam hidup, sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang memberi arah dan orientasi kepada kehidupan warga masyarakat

Kota Medan sebagai salah satu kota besar di Indonesia berpenduduk sangat heterogen dengan kehidupan multicultural yang sudah dikenal sejak ibukota Provinsi Sumatera Utara ini pada abad ke-16. Pola kehidupan plural sejak pra-Indonesia seperti itu tercermin juga dalam kebudayaan fisik kotanya melalui ratusan bangunan bersejarah tinggalan colonial yang sangat menarik, yang saat ini dapat disaksikan terutama dalam berbagai fungsi baru seperti rumah tinggal, kantor, hotel, rumah took, tempat peribadatan, rumah sakit dan sekolah. Secara estetika, bangunan tersebut pada umumnya merupakan paduan gaya, desain dan arsitektur Melayu, Belanda, India, Inggris,dan Cina, sebagai akomodasi dan karaktaristik sejarah Kota Medan sendiri, yang dapat ditelusuri sejak era penanaman tembakau Deli di Sumatera Timur pada tahun 1863 (Dalam Surbakti, 2010).

Upaya perlindungan terhadap bangunan bersejarah di kota Medan sudah dilakukan oleh pemerintah Kota Medan dengan menerbitkan pada nomor 6 tahun 1988 tentang Pelestarian Bangunan dan Lingkungan Yang Bernilai Sejarah, Arsitektur, Kepurbakalaan, serta Penghijauaan dalam Daerah kota Medan. Namun, Perda hanya mencantumkan 42 bangunan yang dilindungi. Ironisnya, tiga diantaranya sudah dihancurkan. Misalnya eks Mega Ektra (2002), eks Bank Modern(2004), dan kompleks Perkantoran Perkebunan Sipef (2004) (Dalam, Surbakti 2009).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya :

1. Bahwa cagar budaya merupakan kekayaan budaya bangsa sebagai wujud pemikiran dan perilaku kehidupan manusia yang penting artinya bagi pemahaman dan pengembangan sejarah, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara sehingga perlu dilestarikan dan dikelola secara tepat melalui upaya perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan dalam rangka memajukan kebudayaan nasional untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

2. Bahwa untuk melestarikan cagar budaya, negara bertanggung jawab dalam pengaturan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan cagar budaya.

3. Bahwa cagar budaya berupa benda. Bangunan, struktur, situs, dan kawasan perlu dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah dengan meningkatkan peran serta untuk melindungi, mengembangkan, dan memamnfaatkan cagar budaya.

4. Bahwa dengan adanya perubahan paradigm pelestarian cagar budaya, diperlukan keseimbangan aspek ideologis, akademis, ekologis,dan ekonomis guna meningkatkan kesejahteraan rakyat.

5. Bahwa undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tetang Benda Cagar Budaya sudah tidak sesuai dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hokum dalam masyarakat sehingga perlu diganti.

6. Bahwa berdasrkan sebagaimana dimaksud dalam makna pelestarian pusaka budaya terkait dengan tuntutan hak budaya (cultural rights), baik untuk pelestarian

manfaatnya bagi kehidupan dan kesajteraan masyarakat. Pusaka buday merupakan sumber daya budaya yang memilki berbagai estetika, dan asosiasi/simbolik (Dalam Surbakti,2009).

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Pada tahun 1928 sebelum menjadi museum gedung ini merupakan bangunan

Asuransi NV Levensyerzekering Mattschappj Arhnehen. Kemudian pada tahun 1942 dijadikan markas Kampetai Jepang, pada tahun 1946 direbut oleh para pahlawan dan pejuang dari tangan Jepang dan Belanda dan dijadikan markas Komando teritorium I tahun 1950. Museum ini dibuka dan diresmikan sebagai tempat peninggalan benda- benda bersejarah pada tahun 1971. Dan barulah pada tanggal 5 Oktober 1996 diresmikanrenovasi museum ini dan menetapkan namanya menjadi Museum Perjuangan TNI. Terdiri dari 2 lantai, lantai satu ruang koleksi benda atau alat-alat kesehatan pada waktu itu, ada juga koleksi senjata, foto-foto pada saat peperangan dan lukisan-lukisan yang mengambarkan keadaa kota Medan pada waktu itu. Lantai keddua ruang diman tempat baju-baju para pejuang dan terdapat juga foto-foto Pangdan II / BB dari yang pertama sampai yang terakhir.

Sejarah Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak terlepas dari peran para pahlawan yang sangat gigih mempertahnkan kemerdekaan dari masa lampau khususnya Sumatera Utara. Para pejuang begitu sangat cinta Tanah Air rela berkorban demi membela negara dan merebutnya dari tangan Jepang dan Belanda. Jika setiap elemen bangsa memiliki kesadaran untuk mengimplikasikan nilai-nilai luhur para pahlawan dan para pejuang bangsa, maka permasalahan bangsa dan masalah-masalah sosial lainnya akan dapat dihadapi dan diatasi bersama. Museum

melalui internalisasi nilai-nilai luhur/ kearifan lokal. Suatu nilai yang intangible (tidak tersentuh), abstrak, namun sangat bermanfaat untuk membentengi bangsa dari dampak negative era globalisasi dan kemajuan teknologi yang datang dari barat. Nilai-nilai nasionalisme yang mendasarkan diri pada nilai-nilai kemanusiaan yang hakiki dan bersifat asasi.

5.2 Saran

Pemerintah harus lebih lagi memperhatikan museum karena museum telah menjadi jendela dalam memperkenalkan kebudayaan sebuah negara dan sebagai tempat untuk memamerkan koleksi yang menarik dan bernilai tinggi. Khususnya di kota Medan pemerintah nya lebih peduli lagi terhadap museum karena museum merupakan salah satu bangunan bersejarah yang memiliki nilai histori yang tinggi dan sebagai aset bangsa yang harus di jaga karena sebagai salah satu objek wisata yang dapat menarik wisatwan dan dapat menambah devisa bagi kota Medan.

DAFTAR PUSTAKA

Ismaun, H. 1990. Pengantar Ilmu Sejarah. Bandung: FPIPS IKIP Bandung

Surbakti, Asmyta 2010. Penghancuran Estetika Kota Bangunan Bersejarah Di Kota Medan. http://isi.dps.ac.id. 30 September 2012

Surbakti, Asmyta 2009. Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan. http://unud.ac.id. 30 September 2012

Pitana, I. Gede. 2009. Pengantar Ilmu Pariwisata, Yogyakarta: Andi

Pendit, Nyoman S. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, Jakarta: Pradaya Paramita

Wikipedia. 2011. Kota Medan. http://google.com. 25 Oktober 2012

Wahyuliani, Sri. 2011. Menumbuhkan Kembali Semangat Nasionalisme Pemuda Indonesia. http://museumindonesia.net. 25 Oktober 2012

http://id.m.wikipedia.org/wiki/sejarah. 25 Oktober 2012

hhtp://iaaipusat.wordpress.com/museum-sebagai-daya-tarik-wisata/.15Desember 2012

LAMPIRAN

1.

Data Informan

1. Nama : Ali Huddin Pardosi, Sos

Alamat : Asrama Kodam Tuntungan Jl. Lap. Golf Block Mawar No.42 Tuntungan

Umur : 50 thn

Pekerjaan : PNS TNI AD No.Hp : 085261806291

2. Nama : Kapt. Inf. Basri Alamat : Asrama Kiwal Kodam Pekerjaan : TNI AD

Umur : 52 thn

No.Hp : 085270471963

3. Nama : Sersan Mayor Ahyar Alamat : Jl. Letda Sudjono Pekerjaan : TNI AD

Umur : 49 thn

No.Hp : 081361164967

4. Nama : Sersan Satu Anto Alamat : Jl. Cemara Pekerjaan : TNI AD Umur : 48 thn No.Hp : 081361084999 5. Nama : Nicky Alamat : Jl. Kol.Yosudarso

Pejerjaan : Pelajar (sebagai pereka sejarah di museum) Umur : 16 thn

2. Dokumentasi

Courtasy of, Rizky, 2012

Courtasy of, Rizky, 2012

Dokumen terkait