• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Dalam Bidang Pendidikan

KEBERADAAN GEREJA METHODIST BERBAHASA BATAK dan PENGARUHNYA BAGI MASYARAKAT

4.3 Peranan Dalam Bidang Pendidikan

Pendidikan merupakan kunci dalam mencapai tujuan sosial masyarakat. Dengan pendidikan maka akan tercipta suatu masyarakat yang sejahtera dalam hidupnya. Pendidikan memberikan jawaban bagi masyarakat di dalam menghadapi kehidupannya.

Menurut Ki Hajar Dewantara ada tiga lingkungan pendidikan yaitu pertama keluarga. Keluarga merupakan lingkungan dimana terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Di dalam keluarga seseorang pertama sekali mendapat pendidikan. Bentuk pendidikan yang diperoleh biasanya pendidikan non formal. Yang berarti pendidikan yang diperoleh dengan metode yang alami atau tidak resmi. Adapun jenis pendidikannya antara lain berupa penanaman nilai spiritual yaitu kebaktian keluarga bersama, kebaktian minggu ke

gereja bersama-sama dan pemberian petuah atau nasihat oleh orang tua kepada anak.

Kedua, lingkungan sekolah. Lingkungan sekolah adalah tempat dimana seorang anak dapat berinteraksi dengan sesamanya dan guru sebagai pendidik. Gereja Methodist Indonesia Berbahasa Batak melihat hal ini sebagai wadah yang tepat untuk memberikan pelayanan kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa. Untuk itu gereja mendirikan yayasan pendidikan gereja Methodist Indonesiapada Januari 1961 di Medan.

Ketiga adalah masyarakat. Masyarakat merupakan tempat seorang mendapat pendidikan yang bersifat non formal. Di sini seorang individu harus dapat mempelajari dan mempraktekkan dengan sendirinya tata krama dalam bermasyarakat. Setiap individu memperoleh pelajaran yang bersifat tersirat karena sudah berhadapan dengan praktek di masyarakat. Gereja juga didalam mengelola pendidikannya memberikan mata pelajaran yang membahas tentang kemasyarakatan seperti ilmu-ilmu sosial, agama maupun budi pekerti. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat bersosialisasi dengan baik ketika terjun ke masyarakat.

Beberapa peran sekolah antara lain, pertama adalah peran sosialisasi. Artinya adalah bahwa pendidikan berperan sebagai wadah sosialisasi bagi peserta didik di dalam mempelajari arti kehidupan yang dituangkan dalam berbagai bentuk mata pelajaran. Dengan sosialisasi tentang kehidupan diharapkan peserta didik dapat merasakan dan memahami manfaat pendidikan bagi keberlangsungan kehidupannya.

Kedua, sekolah juga berfungsi sebagai kontrol sosial bagi masyarakat dan individu. Pendidikan moral yang diajarkan di sekolah dapat digunakan untuk menahan atau mengurangi sifat-sifat egoisme pada peserta didik sehingga menjadi sadar akan tanggung jawab sosialnya bagi masyrakat.

Ketiga sekolah berfungsi sebagai pelestari budaya masyarakat. Nilai-nilai budaya masyarakat yang merupakan pedoman bagi masyarakat dalam beraktifitas dalam kehidupan harus secara terus menerus dijaga dan dilestarikan agar menjaga terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang aman, teratur dan damai. Sekolah atau pendidikan mengambil peran sebagai pelestari nilai-nilai tersebut. Dengan mengajar dan mendidik peserta didik merupakan cara atau upaya di dalam melestarikan nilai-nilai budaya masyarakat. Melalui program mata pelajaran yang diajarkan diharapkan peserta didik mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai budaya dari suatu masyarakat.

Pendidikan juga berfungsi sebagai tempat seleksi, latihan dan pengembangan kemampuan peserta didik. Didalam menjalankan kehidupan di tengah masyarakat tentu kita harus memiliki kemampuan untuk berusaha. Pendidikan merupakan jawaban bagi setiap orang dalam melahirkan dan meningkatkan kemampuannya tersebut. Di dalam pendidikan setiap individu diharapakan mampu menggali potensi dan mengembangkan potensinya tersebut bagi perkembangan masyrakat.

Pendidikan merupakan salah satu bidang kegiatan yang menunjang kebutuhan manusia serta membimbung manusia di dalam hidupnya untuk mencapai tujuan hidupnya. Peranan pendidikan menimbulkan semangat untuk melakukan hal-hal yang berguna bagi manusia dalam kehidupannya. Karena

pendidikan sangat penting dan sangat berguna, begitulah juga dengan kegiatan pendidikan yang dilaksanakan oleh Gereja Methodist Berbahasa Batak di Medan. Yayasan pendidikan yang didirikan oleh gereja membimbing masyarakat mulai dari tingkat taman kanak-kanak sampai kepada tingkat perguruan tinggi.

Universitas Methodist Indonesia merupakan perguruan tinggi yang didirikan oleh gereja sebagai bentuk kepedulian dan pelayanan gereja bagi pendidikan masyarakat kota Medan.Perguruan tinggi yang berlokasi di Medan ini berdiri pada 1 agustus 1965 berdasarkan hasil musyawarah Gereja Methodist, 26 – 31 Januari di Medan. Sistem kepemimpinan universitas Methodist berganti sekali dalam empat tahun, disesuaikan dengan penyelenggaraan Konferensi Agung Gereja Methodist Indonesia.

Manusia sebagai makhluk tertinggi yang diciptakan Tuhan memerlukansejumlah kebutuhan untuk dapat hidup layak. Manusia memerlukanmakanan, kesehatan, pakaian, pemukiman, komunikasi, dan pendidikan. Dari waktu ke waktu kebutuhan ini memperoleh standar baru sesuai dengan perkembangan zaman. Dan acuan standar ini selalu berpedoman kepada martabat manusia, sehingga dalam batas kemungkinan manusia terus berusaha untuk mempertinggi martabat kemanusiaan di bumi ini.

Seperti yang telah ditegaskan dalam Garis Besar Haluan Negara, pembangunan yang kita tuju dan cara-cara yang kita tempuh untuk melaksanakan pembangunan itu harus menjamin terwujudnya pembangunan manusia Indonesoa sutuhnya dan pembangunnan seluruh masyarakat Indonesia sejalan dengan UUD 1945 sebagai kerangka pengaturan kehidupan kebangsaan dan kenegaraan kita,

memberi kesempatan yang paling besar bagi kelancaran dan kelangsungan pembangunan. Unsur yang penting bagi suatu bangsa adalah stabilitas yang dinamis, keikut-sertaan dan kreativitas seluruh rakyat dan jaminan kelangsungan pembangunan.

Sejalan dengan itu Universitas Methodist Indonesia (UMI) sebagai Lembaga Pendidikan Tinggi Gereja Methodist Indonesia (GMI) dikelola oleh Yayasan Pendidikan GMI yang bertujuan untuk mendidik dan menghasilakan kader-kader bangsa dan negara Indonesia, yang teguh dalam iman, mempunyai ilmu yang tinggi, berbudi pekerti luhur serta mampu membaktikan dirinya kepada Tuhan, bangsa dan negra. Disamping itu UMI bertujuan untuk memelihara, menggali dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan atau kesenian serta membina dan meningkatkan perkembangan masyarakat kea rah satu tata kehidupan yang lebih dinamis, di atas dasar kebudayaan dan kepribadian Bangsa Indonesia.

Dengan melihat kebutuhan manusia untuk mempertinggi martabat kemanusiaan serta dilandasi bahwa pendidikan adalah merupakan salah satu misi dari Gereja Methodist Indonesia, amka Gereja Methodist Indonesia mengadakan saran apendidikan mulai dari tingkat Sekolah Taman Kanak-Kanak (STK), sampai tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Hal ini mengakibatkan jumlah lulusan yang mungkin makin meningkat setiap tahunnya. Lulusan SLTA sekolah-sekolah GMI banyak yang melanjutkan pendidikannya ke tingkat perguruan tinggi, terutama ke perguruan tinggi di Pulau Jawa. Bagi lulusan SLTA yang berdomisili di Sumatera Utara, pembiayaan pendidikan tinggi akan jauh lebih ringan jika

pendidikan tinggi itu dapat diperoleh di Sumatera Utara. Tambahan lagi daya tampung perguruan tinggi yang ada di Sumatera Utara terutama di daerah Medan dan sekitarnya masih membutuhkan tambahan perguruan tinggi. Fakta ini menggugah Drs. F. Hutagalung, salah seorang anggota jemaat GMI Medan, untuk mengambil prakarsa mendirikan suatu Perguruan Tinggi yang akan diasuh oleh GMI. Prakarsa ini beliau cetuskan pada tanggal 29 Januari 1965 dalam Konperensi Tahunan GMI yang berlangsung dari tanggal 26 s/d 31 Januari 1965 di Jalan Hang Tuah No. 8 Medan. Prakarsa Drs. F. Hutagalung tersebut memperoleh sambutan positif dalam konperensi dan merupakan salah satu keputusan dalam konperensi tersebut.

Untuk merealisasikan keputusan Konperensi tersebut, maka Dewan Pendidikan dan Pengajaran GMI mengajukan surat (No. 30/Brd.E/1965, tanggal 3 Maret 1965) permohonan izin mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia kepada Menteri Perguruan Tinngi dan Ilmu Pengetahuan (PTIP) RepublikIndonesia. Permohonan tersebut disetujui oleh Menteri PTIP dengan surat beliau tanggal 22 Maret 1965, No.0126/Swt/U/65.

Persetujuan Menteri PTIP direalisasikan oleh Dewan Pendidikan dan Pengajaran GMI dengan membentuk suatu panitia untuk mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia di Medan. Dalam rapat Dewan tertanggal 9 April 1965 terbentuklah panitia, dengan susunan sebagai berikut:

Ketua : Drs. F. Hutagalung Sekretaris : Pdt. H. Panggabean, MA

Bendahara : Lim Ka Oen

Anggota

: K. Hutapea

: Liaw Ing Seng

: Oei Giok Ie

Dengan dedikasi yang tinggi, walaupun berbekal fasilitas yang sangat minim, panitia berhasil mendirikan Perguruan Tinggi Methodist Indonesia (disingkat PTMI) pada tanggal 1 Agustus 1965.

Penerimaan mahasiswa diumumkan melalui surat-surat kabar, terutam edisi Medan. Fakultas-fakultas yang dibuka adalah Fakultas Sastra Jurusan Bahasa Inggris dan Fakultas Ekonomi Jurusan Perusahaan. Perkuliahan dilaksanakan di Perguruan Kristen Methodist Indonesia di Jal. MH Thamrin No. 58 Medan. Pada waktu itu terdaftar mahasiswa Fakultas Sastra sebanyak 219 orang, dan mahasiswa Fakultas Ekonomi sebanyak 39 orang.

Tahun berikutnya, kedua fakultas ini memperoleh status terdaftar sesuai dengan surat Menteri PTIP No. 156/B/Swt/P/66 tertanggal 14 Juli 1966.

Berdasarkan statuta sementara PTMI, maka Ketua Dewan Pimpinan Pusat Gereja Methodist Indonesia menetapkan Dewan Kantor PTMI, dan Pimpinan Harian PTMI dengan susunan sebagai berikut:

a. Dewan Kurator PTMI :

Ketua : Pdt. W. Panggabean Wakil ketua : H. Silitonga, SH Sekretaris : Liaw Ing Seng, BA

Anggota

: K. Hutapea

: Lim Giok Khoon

b. Pimpinan Harian PTMI :

Rektor : Drs. F. Hutagalung Pembantu Rektor : Pdt. H. Panggabean, MA

c. Pimpinan Fakultas :

Dekan Fak. Sastra : Pdt. H. Panggabean, MA Dekan Fak. Ekonomi : Drs. F. Hutagalung

Pada tahun 1967 PTMI membuka Fakultas Teknik Jurusan Mesin dan untuk memimpin fakultas ini diangkat Pejabat Dekan sementara yakni Dr. M.W. Napitupulu. Pada tahun 1968 PTMI juga membuka Fakultas Kedokteran dibawah pimpinan Dr. M.W. Napitupulu.

Pembukaan kedua fakultas ini merupakan bekal pemenuhan persyaratan menjadi universitas bagi PTMI, sesuai dengan Undang-undang No. 22 tahun 1961 tentang Perguruan Tinggi. Kedua fakultas ini terdaftar dengan surat No. 156A/DPT/1/1969, tertanggal 4 September 1969. Dengan terdaftarnya kedua fakultas ini maka tahun 1978 UMI membuka Fakultas Pertanian serta tahun 1981 kembali membuka Fakultas Ekonomi.

Pada awal perkembangannya, perguruan tinggi ini melaksanakan kegiatan akademis di gedung sekolah Perguruan Kristen Methodist Indonesia di Jl. M.H. Thamrin No. 58 Medan. Dalam perkembangann selanjutnya, terutama untuk memenuhi persyaratan sebagai universitas yang harus memiliki kampus, maka pada Konperensi Agung I GMI (12-16 Pebruari 1969) ditetapkan bahwa kampus UMI berlokasi di Jl. Hang Tuah No. 8 Medan. Pada tahun 1974 diperoleh bantuan dari Pemerintah daerah Tingkat I Sumatera Utara dalam bentuk pembangunan

ruangan perkuliahan. Berkat bantuan tersebut dapat dibangun ruang kuliah tambahan sebanyak 4 ruangan.

Mengingat jumlah mahasiswa dari tahun ke tahun mengalami peningkatan sementara kampus semakin menyempit, maka pada tahun akademik 1993/1994 Rektor Universitas Methodist Indonesia Pdt. H. Panggabean, MA (alm) membangun kampus II yang terletak di Jl. Setia Budi Psr II Tanjung Sari Medan dengan luas areal ± 3 Ha. Untuk menciptakan ketenangan belajar amak Fakultas Kedokteran dan Fak. Pertanian dipindahkan perkuliahannya ke Kampus II, sehingga proses belajar mengajar di kampus I lebih maksimal.

Oleh karena Indonesia mengalami krisis ekonomi pada tahun 1997, sudah barang tentu kampus universitas di seluruh Indonesia terimbas dengan situasi penerimaan mahasiswa baru, amak Rektor Universitas Methodist Indonesia saat ini Drs. A. P. Tambunan, Msi yang ketika itu menjabat sebagai Dekan Fak Ekonomi membuka Program Diploma III Jurusan Akuntansi Manejemen Informatika. Dan sejak Tahuin Akademik 2001/2002 tampaklah kesibukan kampus tertata kembali dengan naiknya jumlah mahasiswa baru.

Sejak beralihnya Pimpinan Universitas Methodist Indonesia dari Rektor lama Dr. R.L. Tobing yang sudah banyak berbuat pada mas periode belia dan dilanjutkan dengan terpilihnya Rektor Baru Drs. A. P. Tambunan, M.Si, tercatat sebagai Rektor UMI termudah terus berupaya meningkatkan kemajuan dengan gagasan yang menonjol menyekolahkan dosen-dosen ke starata yang lebih tinggi serta melengkapi segala fasilitas perkuliahan yang lebih baik.

Pada saat ini Universitas Methodist Indonesia mengasuh 4 fakultas yang masing-masing terbagi atas beberapa jurusan, yaitu:

Fakultas Sastra didirikan pada tahun 1965, terdiri atas Jurusan Bahasa Inggris dan Sastra Inggris, dengan status Terakreditasi : B.

Fakultas Kedokteran didirikan pada tahun 1969, terdiri atas Jurusan Kedokteran Umum, dengan status Terakreditasi : C.

Fakultas Pertanian didirikan pada tahun 1978, teridir atas:

- Jurusan Budidaya Pertanian, dengan status : Terakreditasi C

- Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, dengan status : Terakreditasi C

4. Fakultas Ekonomi didirikan pada tahun 1980, terdiri atas:

- Jurusan Manajemen, dengan ststus : Terakreditasi C

- Jurusan Akuntansi, dengan status : Terakreditasi B

- Jurusan Manajemen Informatika, dengan status : Terdaftar (Proses Akreditasi)

- Jurusan Komputerisasi Akuntansi, dengan status : Terdaftar ( Proses Akreditasi)

Dari pertumbuhan Universitas Methodist Indonesia seperti terlihat dalam sejarah singkat di atas, maka dalam rangka peningkatan mutu serta pengembangan

selanjutnya diperlukan suatu program pembangunan yang menyeluruh dan terpadu. Maka setapak demi setapak UMI berusaha mengadakan pembenahan ruang belajar, pembangunan gedung kampus baru, pengadaan laboratorium dan alat laboratorium, perkantoran, perbaikan lingkungan kampus, buku perpustakaan, dan sebagainya.

Awal perwujudan pembangunan tersebut ditandai dengan diresmikannya Gedung Kampus Baru UMI pada tanggal 22 Juni 1993 di Jalan Setia Budi Pasar II Tanjung Sari Medan. Dan dengan demikian kegiatan perkuliahan Fakultas Kedokteran, Fakultas Pertanian serta Biro Tata Usaha dipindahkan ke kampus baru UMI Jl. Setai Budi Pasar II Tanjung Sari Medan. Kepemimpinan UMI berganti sekali dalam empat tahun yang mana hal itu disesuaikan dengan hasil penyelenggaraan Konperensi Agung Gereja Methodist Indonesia.

Selain mendirikan universitas sebagai sebuah lembaga pendidikan yang hadir di Medan, gereja Methodist juga mendirikan sekolah Methodist 1di jalan hang tuah, Medan. Kehadiran sekolah ini diharapakan mampu menjadi pelayan bagi masyarakat Medan dalam bidang pendidikan. Sekolah ini merupakan bentuk partisipasi gereja dalam membangun dunia pendidikan di Medan. Sekolah dipimpin oleh seorang kepala sekolah yang berlatar belakang profesi guru. Di dalam menjalankan pendidikannya pihak sekolah sangat memperhatikan pertumbuhan nilai spiritual para muridnya. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan ibadah kebaktian bersama para guru dan murid sekali dalam seminggu ditambah ibadah pembuka sebelum memulai pelajaran pada pagi hari di ruangan kelas masing-masing.

Selain nilai-nilai spiritual sekolah juga menaruh perhatian pada nilai-nilai kebangsaan. Rasa bangga sebagai bangsa Indonesia ditanamkan dalam diri para murid. Upacara sekolah, kegiatan ekstrakurikuler baik pramuka maupun palang merah remaja, serta patroli keamanan sekolah merupakan organisasi para murid yang ingin menyalurkan rasa bangga terhadap tanah airnya.

Kedisiplinan merupakan hal yang sangat diperhatikan dalam mendidik anak murid. Berbagai metode pun diterapkan, antara lain masuk kelas tepat waktu, disiplin dalam mengerjakan tugas dan taat beribadah. Banyak alumni dari sekolah Methodist jalan hang Tuah medan ini yang diterima di berbagai perguruan tinggi favorit baik negeri maupun swasta. Hal ini semua tidak terlepas dari ajaran John Wesley yang lebih mengutamakan disiplin dalam setiap aktifitasnya dan diterapkan oleh gereja dalam sistem pendidikan yang diselenggarakan oleh sekolah Methodist ini.

Berdiritahun 1927 di jantung kota medan. Methodist 1 medan hadir mendidik siswa dan siswi menjadi insan yang berkualitas serta mampu bersaing dalam mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknlogi untuk menjadi pemimpin-pemimpin masa depan.

Siswa siswi Methodist-1 dipersiapkan untuk memasuki universitas negeri dan swasta terbaik serta universitas di mancanegara seperti: Malaysia, Singapore, Australia, Amerika Serikat, India maupun Eropa. Methodist-1 dalam seluruh kegiatannya menekankan ciri khas Kristiani yang mewarnai seluruh tindakan, disiplin, prilaku dalam kegitan sekolah sehari-hari sebagai sekolah yang peduli aspek iman dan moral Kristiani bebas dari narkoba.

Sebagai lembaga yang menaungi berbagai bidang diatas, gereja menerapkan sistem manajemen yang disiplin, transparan dan tegas. Kedisiplinan dan kejujuran merupakan hal yang diutamakan dalam sistem organisasi gereja. Oleh karena itu ketegasan menjadi kewajiban bagi setiap pemimpin jemaat Gereja Methodist berbahasa Batak ini.

BAB V KESIMPULAN

Kota Medan adalah ibukota provinsi Sumatera Utara. Kota ini merupakan kota terbesar di pulau Sumatera. Medan yang didirikan oleh Guru Patimpus berkembang menjadi sebuah kota perdagangan yang multi etnis sejak dibukanya perkebunan tembakau di Deli. Medan menjadi tempat perdagangan dan juga tempat tinggal bagi penduduk yang bersal dari berbagai etnis. Keberagaman etnis yang menempati kota medan menjadikan Medan sebagai kota multi etnis.

Dengan hadirnya berbagai macam etnis di Medan maka melahirkan Medan sebagai kota yang lengkap dengan berbagai komposisi, antara lain datangnya penginjil yang memberitakan ajaran agama Kristen ke Medan. Sejalan dengan misinya mengabarkan ajaran agamakristen dan merangkul berbagai panganut jaran gama lain masuk kedalamnya, maka datang juga penginjil dari Amerika Serikat untuk menyebarkan ajaran Methodist di Medan.

Methodist merupakan ajaran yang dilahirkan melalui pemikiran John Wesley. Oleh karenanya John Wesley diangkat sebagai bapak Methodist. Adapun ajaran Methodist lahir melalui pertobatan john Wesley yang terjadi di jalan Aldersgate London, Inggris. Metode yang diajarkan oleh John Wesley merupakan metode pelayanan yang baru yang berbeda dari ajaran aliran Anglikan yang berkembang di Inggris pada masa itu. Penyebaran ajarannya dilakukan John Wesley dengan cara membentuk kelompok kecil, mengadakan khotbah di jalan-jalan di Inggris dan juga di dalam keluarganya sendiri. Dengan ketekunan dan keyakinan yang teguh akhirnya banyak masyarakat yang menerima ajarannya dan

menjadi pengikut aliran Methodist bukan hanya di Inggris kampung halamannya John Wesley tapi juga sampai ke seluruh dunia.

Aliran methodist yang diajarkan oleh John Wesley dibawa dan dikembangkan sampai ke benua Amerika. Di sini aliran Methodist menjadi sebuah aliran yang besar. Akhirnya Amerika Serikat menjadi pusat dari penyebaran ajaran Methodist yang sampai ke Malayasia , Singapura dan masuk ke Indonesia.

Sebelum masuk ke pulau Sumatera, fokus penginjilan ajaran Methodist berpusat di pulau Jawa. Akhirnya ajaran Methodist masuk ke pulau Sumatera. Daerah ini merupakan daerah dengan perkembangan perekonomian yang pesat pada masa itu. Selain sebagai daerah pusat perekonomian juga sebagai daerah yang terdiri dari berbagai etnis.

Etnis Tionghoa menjadi tujuan pertama dari pelayanan yang dilakukan oleh misionaris aliran Methodist. Singapura yang didominasi oleh etnis Tionghoa menjadi alasan mengapa missionaris Methodist memilih etnis Tionghoa menjadi tujuan pelayanan mereka mula-mula. Begitupun penyebaran aliran Methodist akhirnya meluas ke berbagai etnis yang ada di pulau Sumatera.

Aliran Methodist masuk pertamakali ke Medan pada 1905 yang dibawa oleh seorang guru bahasa Inggris bernama Solomon Pakhianatan. Pada waktu itu kebaktian masih berlangsung dalam bahasa Inggris dan Melayu. Jumlah jemaat masih terbatas pada masyarakat Tionghoa dan Melayu. Seiring berkembangnya waktu maka pertumbuhan jemaat Methodist pun bertambah dan meluas ke berbagai etnis terutama etnis Batak.

Etnis Batak menjadi etnis yang dominan setelah etnis Tionghoa. Perkembangan jemaat Methodist yang berasal dari etnis Batak mengakibatkan

timbulnya kebaktian berbahasa Batak di Medan. Meskipun sempat terjadi perselisihan diantara dua etnis mayoritas di dalam tubuh gereja Methodist tetapi itu tidak menyebabkan terjadinya perpecahan di dalamnya. Justru semakin mempererat tali persaudaraan.

Semakin ramainya etnis Batak dalam setiap kesempatan ibadah membuat timbulnya wacana untuk mendirikan gereja berbahasa Batak di Medan. Selama beberapa lama hal ini tetap menjadi wacana sampai akhirnya terwujud lewat pembukaan tanah di jalan Hang tuah, Medan. Inilah yag menjadi awal bagi berdirinya gereja Methodist berbahsa Batak di Medan. Kelak sampai sekarang gereja ini masih tetap berdiri kokoh dan tetap melayani masyarakat kota Medan dengan segenap tenaga dan pikiran.

Pada Januari 1957berdirilah Gereja Methodist berbahasa Batak yang bertempat di Jl. Hang Tuah Medan dan ditahbiskan oleh Bishop Horbart B. Amstutz. Gereja Methodist berbahasa Batak selalu tetap memperhatikan jemaatnya, organisasi yang sifatnya etnisitas di tubuh Gereja Methodist berbahasa Batak selalu dijauhkan oleh pengurus gereja, sehingga sampai saat ini perbedaan etnisitas menjadi salah satu kekuatan bagi tubuh Methodist, yang diatur dengan tata tertib Gereja Methodist Indonesia.

Bishop merupakan pemimpin tertinggi Gereja Methodist di Indonesia termasuk pemimpin tertinggi bagi gereja Methodist berbahasa Batak di Medan. Pengangkatan bishop dilakukan melalui konferensi Agung yang dihadiri oleh seluruh bishop, pendeta Methodist serta perwakilan jemaat.

Kepemimpinan gereja pada awal berdirinya dipimpi oleh seorang Pendeta yang bertindak sebagai pimpinan jemaat gereja. Guru injil menjadi pembantu

pendeta dalam melakukan pelayanan baik bagi jemaat maupun bagi masyarakat. Selain itu duduk di jajaran kepengurusan gereja ada terdapat majelis sebagai perwakilan jemaat. Diantara majelis terdapat lagi layleader dan layspeaker yang berperan sebagai pemimpin sekaligus perwakilan bagi majelis dan jemaat.

Gereja Methodist berbahasa Batak di dalam melakukan pelayanannya di tengah masyarakat Medan memiliki pilar-pilar sebagai perpanjangan tangan gereja dan juga sebagai wadah pembinaan jemaat gereja tersebut. Berbagai pilar tersebut antara lain pertama Persekutuan Pria Methodist Indonesia (P3MI). pilar yang pertama ini adalah wadah persekutuan bagi kaum pria gereja Methodist berbahasa Batak. Selain membina iman jemaat pria yang sudah dewasa juga mereka melakukan pelayanan yang bersifat taktis maupun strategis bagi masyarakat kota Medan.

Kedua adalah Persekutuan Wanita Methodist Indonesia (PWMI). Ini adalah wadah bagi kaum ibu untuk bersekutu, bersaksi dan melayani bagi masyarakat. Sama halnya dengan P2MI, persekutuan ini juga merupakan perpanjangan tangan gereja dalam melayani masyarakat.

Ketiga adalah Persekutuan Pemuda dan Pemudi Gereja Methodist Indonesia (P3MI). Sesuai dengan namanya ini adalah wadah bagi kaum pemuda dan pemudi untuk dan bertumbuh di dalam iman serta bersaksi dan melayani di tengah masyarakat. Selain mengadakan kebaktian rutin bagi pemuda dan pemudi, persekutuan ini juga aktif melakukan kegiatan sosial bagi masyarakat seperti

Dokumen terkait