• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

7. Teori Opportunity Cost

2.7. Nilai Tukar (Kurs)

2.7.1. Pengertian Nilai Tukar (Kurs)

Dalam perdagangan internasional pertukaran antara satu mata uang dengan mata uang lain menjadi hal yang terpenting untuk mempermudah proses transaksi jual beli barang dan jasa. Dari pertukaran ini, terdapat perbandingan nilai atau harga antara kedua mata uang tersebut, dan inilah yang dinamakan kurs. Jadi secara umum, kurs atau nilai tukar dapat diartikan sebagai harga suatu mata uang asing atau harga mata uang luar negeri terhadap mata uang domestik (Lindert, 2000).

Kurs adalah harga mata uang domestik terhadap mata uang asing dihitung berdasarkan rata-rata tertimbang nilai tukar riil dari negara mitra dagang Indonesia, nilai tukar rupiah Indonesia digunakan sebagai proyeksi dari nilai tukar negara mitra dagang Indonesia Kurs merupakan salah satu harga yang terpenting dalam perekonomian terbuka mengingat pengaruhnya yang sedemikian besar bagi transaksi berjalan maupun terhadap variabel-variabel ekonomi lainnya kurs juga memainkan peranan sentral dalam perdagangan internasional,

Dalam mekanisme pasar, kurs dari suatu mata uang akan mengalami fluktuasi yang berdampak langsung pada harga barang-barang ekspor dan impor (Dominick, 2001). Perubahan yang dimaksud adalah:

1 Apresiasi, yaitu peristiwa menguatnya nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan-kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs

ini adalah harga produk negara itu bagi pihak luar negeri makin mahal, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah.

2 Depresiasi, yaitu peristiwa penurunan nilai tukar mata uang secara otomatis akibat bekerjanya kekuatan penawaran dan permintaan atas mata uang yang bersangkutan dalam sistem pasar bebas. Sebagai akibat dari perubahan kurs ini adalah produk negara itu bagi pihak luar negeri menjadi murah, sedangkan harga impor bagi penduduk domestik menjadi mahal.

2.7.2. Pasar Valuta Asing

Kurs ditentukan oleh interaksi antara berbagai rumah tangga, perusahaan dan lembaga-lembaga keuangan yang membeli dan menjual valuta asing guna keperluan pembayaran internasional. Pasar yang memperdagangkan mata uang internasional disebut dengan pasar valuta asing (foreign exchange market).

Dengan kata lain, pasar valuta asing adalah tempat bertemunya pembeli dan penjual dari berbagai mata uang asing (Krugman dan Obstfeld, 2002).

2.8. Pupuk

Pupuk merupakan salah satu input sangat esensial dalam proses produksi pertanian. Tanpa pupuk, penggunaan input lainnya seperti benih unggul, air dan tenaga kerja, hanya akan memberikan manfaat minimal sehingga produktivitas pertanian dan pendapatan petani akan rendah. Oleh karena itu, ketersediaan pupuk secara enam tepat, yaitu tepat jenis, tepat jumlah, tepat mutu, tepat lokasi, tepat waktu dan tepat harga, merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi. Keberhasilan revolusi

hijau yang menghantarkan Indonesia mencapai swasembada beras pada tahun 1984 tidak terlepas dari dukungan penyediaan pupuk secara memadai, di samping kebijakan lainnya yang terkait.

Banyak komoditas yang membutuhkan pupuk, baik yang termasuk ke dalam sektor pertanian (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan peternakan), maupun sektor sektor di luar pertanian yaitu kehutanan, perikanan dan perindustrian. Dari segi tipe manajemen pengusahaan, ada komoditas yang diusahakan oleh rakyat, dan ada pula yang diusahakan oleh perusahaan besar negara dan perusahaan besar swasta (domestik dan asing). Perusahaan besar umumnya terlibat dalam pengusahaan komoditas perkebunan, perikanan budidaya dan kehutanan.

2.8.1. Penawaran Pupuk

Pupuk merupakan unsur pokok dalam memproduksi komoditas pertanian secara efisien dan berkelanjutan. Untuk komoditas tertentu, pupuk merupakan komponen terbesar dari biaya variabel produksi. Selama beberapa tahun terakhir, harga pupuk cenderung meningkat secara dramatis karena meningkatnya biaya energi untuk produksi, terutama gas alam, meningkatnya biaya transportasi dan meningkatnya permintaan (Alley and Wysor, 2005).

Ada tiga kelompok jenis pupuk yang banyak digunakan, yaitu nitrogen, fosfat, dan kalium. Untuk pupuk nitrogen (N), menurut Alley and Wysor (2005), sumber utamanya adalah N2 di atmosfir yang berisi sekitar 78% N2. Menurut Summary Report: World Agricultural Situation and Fertilizer Demand, Global Fertilizer Supply and Trade 2003/04 – 2008/09 (Future National Fertilizer Industry

Association, Paris), banyak fasilitas pabrik baru pembuatan Urea yang dibangun di dunia. Kapasitas produksi diharapkan akan tumbuh tumbuh 17%. Asosiasi tersebut memprediksi bahwa kapasitas produksi dunia akan melebihi permintaan dunia sekitar 9-11% selama periode tersebut (dengan asumsi tidak ada penutupan pabrik di AS dan Eropa). Menurut negara pemasok utama, pasokan pupuk N untuk pasar dunia diperkirakan akan cukup.

Sisi penawaran/produksi memberikan beberapa kesimpulan mengenai pupuk yaitu untuk pupuk Urea, produksinya dipengaruhi secara signifikan terutama oleh kapasitas produksi dan harga pupuk tersebut di pasar domestik, kemudian diikuti oleh produksi tahun lalu dan terakhir harga gas. Implikasinya adalah bahwa upaya meningkatkan produksi Urea akan sangat efektif melalui peningkatan kapasitas produksi pabrik yang ada karena semua pabrik pupuk Urea di Indonesia umumnya berproduksi di bawah kapasitas produksi optimumnya. Untuk pupuk TSP, produksinya dipengaruhi secara signifikan oleh produksi tahun lalu, kemudian diikuti oleh kapasitas produksi dan harga pupuk tersebut di pasar domestik. Untuk pupuk KCl tidak dilakukan analisis penawaran karena Indonesia tidak memproduksi pupuk ini, di mana kebutuhan pupuk dipenuhi dari impor (Rachbini, 2006).

2.8.2. Permintaan Pupuk

Permintaan pupuk aktual di tingkat petani paling sedikit dipengaruhi oleh 10 faktor (Parthsarathy, 2004), yaitu: (1) Terciptanya keuntungan finansial cukup tinggi akibat penggunaan pupuk dan adanya kesadaran petani akan manfaat pupuk sehingga petani termotivasi untuk menggunakan pupuk; (2) Kemampuan petani membeli

pupuk dan likuiditas tunai yang secara cepat dapat dicairkan menjadi uang untuk membeli pupuk; (3) Ketersediaan pupuk secara tepat jenis, jumlah, waktu dan lokasi; (4) Curah hujan dan distribusinya sepanjang tahun mempengaruhi ketersediaan air yang selanjutnya mempengaruhi penggunaan pupuk; (5) Luas lahan berigasi yang mempengaruhi intensitas tanam yang kemudian berdampak pada kebutuhan pupuk; (6) Pola tanam, yang menentukan jumlah pupuk yang diperlukan; (7) Ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul yang responsif terhadap pupuk; (8) Karakteristik tanah dan kandungan nutrisi dalam tanah; (9) Total luas lahan yang diusahakan; dan (10) Luas garapan per petani, di mana penggunaan pupuk per hektare petani sempit petani sempit lebih banyak dibanding petani luas.

Dari berbagai penelitian dapat diketahui variabel bebas yang dimasukkan ke dalam model permintaan pupuk, yaitu: harga jenis pupuk sendiri, harga jenis pupuk lain, harga input lain (pestisida dan tenaga kerja), harga output, biaya produksi selain pupuk, jarak ke tempat membeli pupuk, biaya angkut pupuk, luas garapan, luas areal intensifikasi, pendidikan kepala keluarga, intensitas penyuluhan, keikutsertaan petani dalam kelompok tani, dummy status garapan, dummy pengetahuan petani mengenai pupuk, dummy ketersediaan pupuk, dummy varietas tanaman, dummy irigasi, dummy musim, dan dummy daerah. Masing-masing penelitian menggunakan spesifikasi model dengan memilih beberapa variabel bebas.

Dokumen terkait