• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Gereja dalam Pembangunan

Dalam dokumen PEMERINTAHAN DAN TOKOH MASYARAKAT (Halaman 21-32)

Umumnya para imam bekerja di paroki dan sudah sejak dahulu menjadi ujung tombak pembangunan karena berkarya langsung di tengah masyarakat.

Berdasarkan cerita penduduk setempat, ternyata Gereja banyak sekali melakukan pembangunan di Manggarai. Dana yang digunakan untuk pembangunan itu diambil dari Dana APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang biasanya dikumpulkan Gereja dari kolekte umat selama masa Prapaska. Selain itu, tak jarang Gereja mendapatkan dana pula dari pemerintah untuk pembangunan. Walaupun demikian, tidak selamanya hubungan antara Gereja dan pemerintah harmonis. Salah satu contoh konkret terjadi pada tahun 2008.

Ketika itu pemerintah menyerahkan proyek penghijauan kepada Kevikepan Manggarai Timur. Pihak Gereja menerima sekitar 30 ribu anak pohon kayu untuk ditanam di 27 paroki yang ada di seluruh kevikepan. Setiap pohon dibarengi Rp. 25.000,- untuk biaya penanaman. Ternyata, belakangan baru diketahui bahwa sebetulnya setiap pohon selain ada uang penanaman juga ada uang pemeliharaan yang besarnya Rp. 25.000,- juga. Namun, pemerintah tidak memberikan uang pemeliharaannya itu kepada Gereja. Persoalannya, pihak Gereja sudah menandatangani bahwa sudah menerima pohon. Tanda terima itu dianggap berarti juga sudah menerima seluruh uang penanaman dan pemeliharaan, padahal Gereja hanya menerima uang penanaman saja. Kasus ini memang tidak diperpanjang oleh pihak Gereja namun dengan tegas Gereja tidak mendukung oknum pemerintah yang saat itu hendak maju berkampanye245. Pada akhirnya memang ia memang kurang mendapat dukungan suara sehingga tidak terpilih. Relasi Gereja dengan pemerintah selanjutnya tetap baik karena tidak lama kemudian, tepatnya awal Februari 2009, jajaran pemerintah telah berganti dengan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati yang baru.246

Walaupun misi utama Gereja bergerak di bidang spiritual, namun Gereja memiliki juga program-program yang menyentuh langsung kehidupan konkret

244 Hal ini diungkapkan langsung oleh beberapa tokoh agama dan masyarakat sebagaimana yang digambarkan dalam sub bab mengenai Kecamatan Borong.

245 Berkampanye untuk maju sebagai Calon Bupati/Wakil Bupati atau sebagai calon legislatif dirahasiakan.

246 Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih merupakan paket yang didukung penuh oleh Gereja.

umatnya. Berdasarkan keputusan Sinode Keuskupan Ruteng, tahun 2009 menjadi Tahun Peduli Kemiskinan. Untuk itu, Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng merencanakan program-program bagi umatnya lewat komisi-komisi yang dibentuk oleh keuskupan. Program-program ini kemudian dilaksanakan oleh komisi dan bekerja sama dengan pastor paroki setempat. Selain itu, ada pula berbagai kegiatan pembangunan yang merupakan inisiatif dari para imam dan bukan merupakan program Keuskupan. Namun, masyarakat tetap memandangnya sebagai peran Gereja bagi pembangunan.

 Pembuatan Jalan

Sekitar tahun 1990-an, daerah-daerah di Manggarai umumnya masih terisolir. Kemudian datanglah LSM Intercorporation yang mewakili Pemerintah Swiss hendak memberikan bantuan untuk pembuatan jalan di Manggarai.

Setelah melakukan survai, LSM tersebut memercayakan Keuskupan Ruteng untuk menangani proyek tersebut. Maka, ditunjuklah Pater Stanis Ograbeck, SVD dan Pater Wasser, SVD sebagai wakil keuskupan untuk melaksanakan karya ini. Di tahun 1994, Pater Stanis dipindahkan ke Kalimantan sehingga posisinya kemudian diganti oleh Rm. Laurens Tjoang, Pr.

Hal menarik dari proyek pembuatan jalan ini adalah adanya keterlibatan masyarakat. Prosesnya, pertama direncanakan dulu di daerah mana saja yang akan dibuka ruas-ruas jalan. Setelah ditentukan lokasinya, Rm. Laurens dan Pater Wasser menghubungi para Romo Paroki yang daerahnya akan dibuat jalan. Tugas para Romo Paroki ini adalah memotivasi dan memobilisasi masyarakat setempat untuk mengumpulkan material dan berpartisipasi membuat jalan. Jadi, misalnya masyarakat mengumpulkan batu, kemudian Rm.

Laurens dan Pater Wasser akan datang membawa mobil-mobil pengangkut batu. Mobil-mobil tersebut merupakan bantuan dari Intercorporation.

Masyarakat setempat yang bekerja itu digaji dengan dana dari Swiss tersebut, sehingga pekerjaan ini membuka lapangan pekerjaan yang sangat luas karena dapat melibatkan sangat banyak orang. Memang, upah yang diberikan tidak setinggi jika bekerja di proyek karena justru dengan demikian masyarakat lebih merasa memiliki jalan tersebut, yang dibuat dengan semangat swadaya karena partisipasi mereka sendiri.

Segi positif lainnya dari sistem ini adalah masalah pemberdayaan. LSM pertama-tama melatih dulu tim dari keuskupan, dengan Rm. Laurens Tjoang di antaranya. Setelah itu, tim keuskupan ini melatih lagi beberapa orang yang

dapat menjadi tenaga trampil untuk diterjunkan di daerah. Di daerah-daerah, mereka melatih lagi para penduduk setempat agar dapat menjadi tenaga yang diandalkan.

Pembuatan jalan ini hanya sampai tingkat bebatuan saja, atau biasa disebut dengan istilah Telford. Peningkatan ke aspal kemudian dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, Rm. Laurens Tjoang menceritakan kerja sama antara Gereja dan pemerintah daerah bagus sekali. Tak jarang bahkan jajaran pemerintah sampai ke Kepala Desa berusaha keras membantu para Romo memobilisasi masyarakat. Sebagian besar jalan-jalan utama di Manggarai merupakan buah dari pekerjaan ini. Dan hasilnya cukup banyak, antara lain masyarakat sekarang sudah mulai terbuka dari keterisolasiannya, transportasi lebih mudah, dan mereka dapat menjual komoditinya dengan harga yang lebih baik karena terbebas dari belenggu para lintah darat. Jalan-jalan yang sudah dibuat antara lain menghubungkan Reo di Kabupaten Manggarai dan Benteng Jawa di Manggarai Timur (sekitar 40 km). Jalur lain adalah dari Nanga Ramut di Kecamatan Satarmese Barat ke Repi di Kecamatan Lembor daerah Todo (sekitar 40 km), keduanya masih dalam Kabupaten Manggarai. Jalur selanjutnya adalah Rangga ke Tebang (sekitar 25 km), keduanya berada di Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai. Jalur Mombok ke Elar (sekitar 20 km) juga merupakan hasil program ini, keduanya masih dalam Kecamatan Elar Kabupaten Manggarai Timur. Kondisi jalan semua jalur tersebut masih bagus sampai sekarang dan menjadi jalur-jalur transportasi yang penting di Manggarai.

Situasi pembangunan jalan di banyak daerah tersebut tidak seperti di Mondo. Jika di daerah-daerah lain pada umumnya inisiatif pembangunan jalan datang dari pemerintah atau Gereja, di Mondo inisiatif murni dari masyarakat.

 Penyediaan Sarana Air Bersih

Pater Wasser, SVD adalah seorang imam yang berasal dari Swiss. Di tahun 2010 usianya sudah 81 tahun, namun tubuhnya masih sehat, penglihatan dan pendengarannya pun masih baik. Pertama kali menginjak tanah Manggarai tahun 1977, hatinya gelisah melihat penderitaan umatnya yang dililit oleh kemiskinan, penyakit, dan kebodohan. Lebih-lebih ketika ditugaskan di Wangkung tahun 1978. Umatnya yang miskin sangat rentan terhadap penyakit.

Bahkan yang digolongkan sehat pun umumnya menderita koreng, kudis, dan penyakit kulit lainnya. Dugaannya kuat bahwa ini semua disebabkan tidak adanya air bersih bagi masyarakat. “Ayah saya dulu petani dan kami mempunyai mata air sendiri. Dari sana saya belajar memasang pipa-pipa untuk

mengalirkan air bersih,” cerita Pater Wasser. Berdasarkan pengalamannya inilah akhirnya Pater Wasser mulai memasang pipa-pipa dan mengalirkan air bersih bagi umatnya di Wangkung. Wangkung terletak di Kabupaten Manggarai, sekitar 10 km di sebelah barat Ruteng. “Sejak itu memang kami tumbuh sehat dan bersih, Suster,” ungkap Maximus Banggur, salah seorang umatnya, yang mengalami sendiri dampak air bersih hasil jerih payah Pater Wasser. Dan akhirnya, berdatanganlah para camat dari berbagai pelosok Manggarai, meminta bantuan Pater Wasser untuk membantu menyediakan sarana air bersih di kecamatannya. Perjuangannya dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat masih berlanjut sampai sekarang. Namun, Pater Wasser kini tidak sendirian lagi, karena sudah memiliki tim ahli yang membantunya bekerja di daerah-daerah. Setiap hari Sabtu, seluruh anggota tim berkumpul untuk memberikan laporan kepada Pater Wasser dan membicarakan program-program yang sedang maupun yang akan dijalankan.

Karya Pater Wasser ini sempat pula dinikmati oleh warga Mondo selama beberapa waktu, sayang hanya sementara saja karena kemudian pipa-pipanya rusak.

Gambar 38 (dari kiri ke kanan) Pater Wasser, Rm. Sergius Paulus CSE, para karyawan/wati yang bekerja dengan Pater Wasser

(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2009)

 Koperasi Kredit (Kopdit) Jalur Paroki

Program ini dijalankan oleh sebuah komisi yang dibentuk oleh Keuskupan Ruteng, yaitu Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi, biasa

disingkat PSE. Ketua Komisi adalah Rm. Simon Nama, Pr. Untuk melaksanakan program ini, para anggota komisi melakukan sosialisasi tentang dasar-dasar Kopdit ke paroki-paroki, bekerja sama dengan para pastor paroki setempat. Setelah itu, dilakukanlah pengorganisasian wadah-wadah Kopdit di masing-masing paroki. Setelah Kopdit berdiri, Komisi memberikan pendampingan dan penguatan Kopdit dengan kunjungan rutin dan mengadakan pula pendidikan dan pelatihan untuk para pengurus Kopdit. Untuk urusan Kopdit ini, Komisi PSE bekerja sama dengan Puskopdit Manggarai dan Dinas Perindag-Kop Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.

Salah satu imam yang cukup aktif di bidang Kopdit ini adalah Rm. Dedi Madur, Pr. Sejarah keaktifannya di Kopdit berawal ketika ia masih ditugaskan sebagai Pastor Paroki di sebuah desa di Rangga. Umumnya umatnya adalah para petani sederhana yang sangat miskin. Sebagai seorang imam muda yang baru lulus dari pendidikan imamat, Rm. Dedi prihatin melihat umatnya yang kurang pengetahuan, tidak mampu memanajemen ekonomi rumah tangga, dan tidak memiliki kebiasaan hidup sehat. “Kegembiraan seorang pastor adalah ketika melihat umatnya bergembira,” ucapnya pada tanggal 10 Oktober 2009.

Oleh karena itu, Rm. Dedi pun mulai belajar mengenai koperasi dan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang tersebut. Semakin lama kepiawaiannya mengelola koperasi pun semakin meningkat seiring dengan pengalaman demi pengalaman yang diperolehnya. Kini, Rm. Dedi termasuk salah seorang imam yang rajin berkeliling ke paroki-paroki di Keuskupan Ruteng untuk mengembangkan Kopdit. Pada saat ini, Kopdit jalur paroki berjumlah 67 Kopdit dengan anggota 9480 orang dan aset Rp. 8.676.268.843.

Seluruh paroki di Keuskupan Ruteng ada 96 buah, jadi sebagian besar paroki di Keuskupan Ruteng sudah memiliki Kopdit. Ada 5 paroki lain yang sebetulnya sudah memiliki Kopdit namun data modalnya belum ada, sementara 24 paroki lainnya memang belum ada Kopdit tetapi sudah ada UBSP.

UBSP merupakan singkatan dari Usaha Bersama Simpan Pinjam. Salah satu paroki yang belum ada Kopdit namun ada UBSP adalah Lengko Ajang.

Pater Daniel Manek, SVD adalah seorang imam muda yang bertugas di sana.

Diceritakan bagaimana umatnya membentuk kelompok dan mengumpulkan uang bersama untuk UBSP ini. Uang yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk modal yang kemudian dipinjamkan kepada anggotanya yang membutuhkan sesuai dengan sumbangannya. Perbedaan utama dengan Koperasi, modal ini habis dipinjam oleh anggota, atau dengan kata lain, modal di tangan anggota. Sedangkan Koperasi, selalu ada uang yang disimpan di

Koperasi sebagai modal. Salah satu cara yang dilakukan Pastor Paroki Lengko Ajang untuk merangsang UBSP ini adalah memelihara sapi. Dengan demikian, umat diperkenalkan untuk beternak sapi dan timbul semangat menabung agar dapat membeli dan memelihara sapi.

Kampung Mondo terletak di Stasi Longko, dan di sana sudah ada pula Koperasi untuk perempuan. Rm. Beny Jaya mendirikan Koperasi untuk perempuan ini pada tahun 2006 di kota Borong dan pada tahun 2009 didirikan pula di Stasi Longko. Anggota koperasi tersebut antara lain adalah para perempuan dari Mondo.

 Pengembangan Rantai Komoditi Kopi

Selain Kopdit, Rm. Simon Nama, Pr beserta rekan-rekan di Komisi PSE juga aktif dalam program pengembangan rantai komoditi kopi. Salah satu kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan program ini adalah pelatihan pengolahan pasca panen bagi para petani kopi. Selain itu, dibentuk juga wadah pemasaran serta memediasi para petani dengan pengusaha lokal untuk melindungi harga kopi sehingga daya tawar petani kopi bisa lebih kuat. Hingga saat ini sudah terbentuk 4 wadah pemasaran di Desa Arus, Watu Arus, Rengkam, dan Nggalak Leleng, serta masih ada 8 desa lain yang didampingi juga secara intensif. Masih banyak lagi sebetulnya kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh komisi, yang kesemuanya bertujuan menolong para petani kopi baik mulai dari pengolahan hingga pemasaran. Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia tanggal 4 November di Borong, Rm. Simon Nama, Pr bahkan mempromosikan kopi para petani asuhannya tersebut yang sudah dikemas secara menarik dan penampilan kemasannya pun tidak kalah dengan kopi bermerk lainnya yang sudah beredar di pasaran. Dalam kesempatan tersebut, diajukan pula usul kepada pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk membuat regulasi yang terkait dengan pemasaran kopi.

 Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya

Program lain yang dikerjakan oleh Komisi PSE adalah membuat Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya. Pusat kegiatan ini berada di Mano dan kegiatan yang sudah dilakukan adalah membangun kandang sapi berukuran 6 x 21 m dan sebuah bangunan pengolahan limbah ternak berukuran 4 x 6 m.

Sebagai tempat penggembalaan ternak, terbentang padang rumput seluas 4 ha.

Pada tahun 2008 digemukkan 8 ekor sapi, dan tahun berikutnya 7 ekor.

Diharapkan program ini dapat meningkatkan ketrampilan petani di bidang pertanian organik.

 Penghijauan

Karya ini berawal dari keprihatinan Pater Wasser, SVD yang melihat air bersih yang telah diusahakannya hanya digunakan untuk minum dan mencuci saja. Maka dibentuklah kelompok yang dinamakan KERAN. Kelompok ini terdiri dari 10 hingga 15 ibu yang tersebar di berbagai desa. Para ibu ini dikumpulkan dan diajarkan menanam sayur, membuat apotik hidup, mengolah penganan lokal, dan sebagainya. Selain itu, digerakkan pula penghijauan dengan menanam tanaman ampupu, berbagai tanaman komoditi, dan pengumpulan serta penyebaran bibit. Apa yang sudah dilakukan oleh Pater Wasser ini dianggap sangat baik oleh pihak Keuskupan sehingga digulirkanlah program Seribu Pohon oleh Sinode Keuskupan Ruteng.

Komisi PSE merupakan komisi yang ditugaskan untuk program penghijauan ini. Selain untuk melestarikan lingkungan, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian umat. Pada tahun 2007 dan 2008 dilakukanlah pembagian bibit mahoni dan suren ke 37 paroki di bawah monitoring Rm. Yosef K., Pr. Tahun 2007 ada 6000 koker mahoni dan 12.000 koker suren yang didistribusikan, sedangkan pada tahun 2008 didistribusikan 22.000 koker suren untuk paroki yang berada di dataran tinggi dan 3000 koker mahoni untuk paroki yang berada di dataran rendah.

Pada tahun 2008, bahan-bahan katakese untuk umat ditekankan kepada penghijauan dan penanaman kayu keras. Tujuannya, agar umat disadarkan untuk menyelamatkan lingkungan dan memberikan alternatif peningkatan ekonomi di lain pihak. Oleh karena itu, para katekis terjun ke kampung-kampung untuk mensosialisasikan hal ini. Di Borong, pihak Paroki sendiri ikut memberikan contoh konkret penghijauan dan melibatkan umat untuk menanam di tanah paroki. Di awal masa puasa tahun 2008, Rm. Beny Jaya mengumpulkan semua Ketua Wilayah dan mensosialisasikan program ini.

Kemudian, diatur jadwal setiap hari Jumat selama masa puasa (sekitar 7 kali Jumat), umat dari wilayah-wilayah secara bergantian menanam mahoni dan jati di lahan paroki seluas 4 ha. Lokasi penanaman tersebut terletak di Liangbala.

 Pembuatan Irigasi

Pada tahun 2005 para imam dari Paroki Wukir memimpin umatnya untuk membuat saluran irigasi. Dana pembuatan saluran tersebut diperoleh dari pemerintah Kabupaten Manggarai yang berasal dari program pemberdayaan masyarakat. Sebelumnya, dana untuk program pemberdayaan masyarakat ini disalurkan lewat kecamatan dan desa. Namun, ternyata dana tersebut tidak dipergunakan sebagaimana mustinya sehingga pada tahun 2005 pemerintah kabupaten memutuskan untuk mengalirkan dana tersebut melalui paroki.

 Pengurangan Resiko Bencana

Pengurangan Resiko Bencana juga merupakan salah satu program Komisi PSE. Diharapkan dengan adanya program ini masyarakat di daerah rawan dapat semakin siap menghadapi bencana. Lewat berbagai diskusi tematik dan pelatihan, kini sudah ada 6 orang staf trampil dalam memfasilitasi berbagai kegiatan analisis ancaman, kerentanan, dan kapasitas masyarakat di daerah rawan bencana. Selain itu, ada 284 orang masyarakat di 4 lokasi program yang mengenal dan memahami program ini. Sudah terbuat pula peta daerah rawan bencana dan lokasi evakuasi di masing-masing lokasi sasaran program. Adapun lokasi program ini berada di Desa Perak Paroki Rii, Desa Gapong Paroki Pagal, Desa Selama Paroki Reo, dan Desa Satar Punda Paroki Reo.

 Kaderisasi Kepemimpinan di Bidang Politik

Salah satu program yang dijalankan oleh keuskupan lewat komisinya adalah kaderisasi kepemimpinan dalam bidang politik. Tujuan dari program ini adalah agar kaum awam dapat mengimplementasikan nilai-nilai Katolik dalam kehidupan sosial-politik. Untuk menjalankan program ini, komisi bekerja sama dengan pemerintah daerah Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Program ini dilakukan di paroki-paroki yang ada di Keuskupan Ruteng pada musim safari Aksi Puasa Pembangunan, yaitu kira-kira 7 minggu menjelang Hari Raya Paska.

Menjelang PEMILU legislatif tahun 2009, Paroki Borong juga melakukan pengkaderan ini. Rm. Beny Jaya mengadakan pengkaderan di tiga titik, yaitu di Borong, Benteng Jawa, dan Mano. Di masing-masing titik tersebut, pihak paroki memfasilitasi pertemuan antara para calon legislatif dengan masyarakat setempat. Sempat juga muncul keluhan bahwa ternyata

cukup banyak calon legislatif yang kurang kompeten dalam hal kemampuan berpikir maupun berbicara. Melalui program ini, para calon legislatif dapat meningkatkan kapasitasnya dalam berbicara, berlogika, berkomunikasi, dan menjalin relasi, sementara masyarakat belajar menyuarakan pendapatnya dan menilai calon legislatif mana yang sesuai dengan aspirasi mereka.

 Advokasi Tambang

Komisi lain yang dibentuk oleh Keuskupan Ruteng dan memiliki program yang berkaitan langsung dengan pembangunan adalah Komisi Keadilan dan Perdamaian, dengan Rm. Ardus Jehaut, Pr sebagai ketua. Salah satu program yang sedang ramai digalakkan saat ini adalah Advokasi Tambang.

Para anggota komisi turun ke daerah-daerah pertambangan dan berjumpa dengan masyarakat di sana, antara lain ke Reo dan Waning. Setelah menyampaikan kepada masyarakat apa saja yang menjadi keuntungan dan kerugian jika ada pertambangan di daerah mereka, tampaklah bahwa ternyata umumnya masyarakat tidak mengerti sebelumnya. Tambah pula, mereka lebih tidak mengerti lagi ketika sebelumnya disodori kertas untuk ditandatangani;

mereka tidak sadar bahwa tandatangan tersebut merupakan tanda persetujuan mereka dibukanya tambang di tanah mereka. Hasil studi komisi menunjukkan bahwa dampak negatif dari pertambangan jauh lebih besar daripada dampak positifnya, baik untuk masyarakat setempat maupun lingkungan. Oleh karena itu, komisi ini pun menggagas pernyataan sikap tolak tambang yang diajukan kepada pemerintah daerah agar dapat ditinjau kembali atau bahkan dihentikannya pertambangan yang telah banyak merugikan masyarakat.

 Sosialisasi Menabung dan Hidup Hemat

Sesuai dengan program Keuskupan Ruteng, katakese tahun 2009 ditekankan kepada peduli kemiskinan. Komisi Kateketik yang diketuai Rm.

Manfred Habur, Pr menyusun bahan-bahan katakese untuk umat dengan tema ekonomi rumah tangga berkeadilan. Di Borong, para katekis dikumpulkan oleh Pastor Paroki dan dibagikan bahan katakese tersebut untuk disampaikan kepada umat, termasuk di Mondo. Melalui katakese itu, umat diajak untuk hidup hemat dan menabung sebagai salah satu usaha pengentasan kemiskinan. Selain itu, topik ini diberikan juga kepada pasangan-pasangan yang akan menikah dalam Kursus Pembinaan Perkawinan.

 Pengobatan Gratis bagi Anak-Anak

Keuskupan memiliki pula program pengobatan gratis bagi anak-anak, namun hanya berlangsung sesekali dengan bekerja sama dengan rumah sakit yang ada di keuskupan. Di Borong, Paroki bekerja sama dengan PERDAKI memberikan pelayanan pemeriksaan mata dan pembuatan kacamata gratis untuk anak-anak. Tim yang telah ditunjuk dan dilatih, terjun ke sekolah-sekolah untuk mengadakan pemeriksaan. Dalam hal ini, Paroki memfasilitasi pelaksanaannya termasuk juga menyediakan akomodasi dan konsumsi untuk para petugas yang memberikan pelayanan gratis tersebut.

Selain yang telah disebutkan di atas, banyak pula para imam yang mengasuh anak-anak kurang mampu dengan membantu membiayai pendidikan mereka hingga ke jenjang yang tinggi dan membiarkan mereka tinggal di pastoran. Umumnya, anak-anak tersebut diberi tanggung jawab untuk memelihara babi paroki. Hasil dari pemeliharaan babi itulah yang dipakai untuk membiayai kehidupan dan pendidikan anak-anak yang kurang mampu tersebut.247

Hal yang paling sering dilakukan oleh para imam untuk meneruskan program-program keuskupan adalah lewat katakese. Misalnya, untuk mendidik hidup hemat, kebiasaan hidup sehat, mengurangi resiko bencana longsor, dan sebagainya. Rm. Laurensius Sopang, Pr yang menjadi Vikaris Jenderal Keuskupan bercerita bagaimana cara imam-imam di Manggarai berkatekese kepada umat.248 Setelah memberikan Misa, biasanya mereka masih meluangkan waktu lagi 1 jam untuk berbicara kepada umat mengenai pentingnya pendidikan. Dalam kesempatan lain, mereka akan mengajarkan umat cara hidup hemat. Pada kesempatan berikutnya, mendorong umat untuk hidup dengan sehat. Masih banyak lagi sebetulnya peranan Gereja dalam pembangunan di tanah Manggarai, namun tidak semua sempat direkam dalam penelitian ini.

Demikianlah kurang lebih yang dilakukan para imam di Manggarai, mereka berjalan dari kampung ke kampung untuk memberikan pelayanan kepada umat di bidang spiritual. Namun, seringkali tak dapat dihindari juga memberikan pelayanan di bidang non spiritual.

Demikianlah kurang lebih yang dilakukan para imam di Manggarai, mereka berjalan dari kampung ke kampung untuk memberikan pelayanan kepada umat di bidang spiritual. Namun, seringkali tak dapat dihindari juga memberikan pelayanan di bidang non spiritual.

Dalam dokumen PEMERINTAHAN DAN TOKOH MASYARAKAT (Halaman 21-32)

Dokumen terkait