• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMERINTAHAN DAN TOKOH MASYARAKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PEMERINTAHAN DAN TOKOH MASYARAKAT"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR WAWANCARA

Tabel 9 Daftar Wawancara

TOKOH PEMERINTAHAN DAN TOKOH MASYARAKAT

No Nama Keterangan

1 Yosef Tote, MSi Bupati Manggarai Timur 2 John Nahas Ketua DPRD Manggarai Timur 3 Melchior Carvallo,

Msi

Ketua Kesbangpol Kabupaten Manggarai Timur (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

4 Yohanes Subur, MSi Staf Kesbangpol Kabupaten Manggarai Timur 5 Syahdan Odom, MSi Staf Bappeda Kabupaten Manggarai Timur 6 Egidius Asa, MSi Camat Borong

7 H.Galuh Ali (alm) Ketui MUI Kabupaten Manggarai Timur 8 Muhammad Jamil

Tumpek

Ketua PHBI (Peringatan Hari Besar Islam)

9 Pendeta Markus Pendeta GMIT (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

10 Stefanus Banggur Sarjana teknik yang banyak berkecimpung dalam pembuatan sarana air bersih

TOKOH ADAT

11 Donatus Jematu Putera sulung Tu’a Dalu Riwu terakhir 12 Kanis Karjon Tokoh Adat

Putera Tu’a Dalu Riwu terakhir 13 Petrus Janggur Tokoh Adat dari Pau dan Katekis 14 Henrikus Sawsa Tokoh Adat dan tetua Gelarang Pau 15 Bernardus Alung Tu’a Adat Kantar

16 Benediktus Tas Tu’a Adat Torok Golo 17 Andreas Lujam Tu’a Adat Waling 18 Alex Juang Tu’a Adat Waling TOKOH GEREJA

19 Hubert Leteng, Pr Uskup Ruteng

20 Laurensius Sopang, Pr Vikjen Keuskupan Ruteng

21 Manfred Habur, Pr Puspas Keuskupan Ruteng (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

22 Beny Jaya, Pr Vikep Manggarai Timur dan Pastor Paroki Borong 23 Bene Bensy, Pr Vikep Manggarai Barat

24 Aleksius Hiro, Pr Pastor kapelan Borong (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

25 Roling Mujur, Pr Pastor kapelan Borong (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

26 Laurens Tjoang, Pr Pastor penggerak pembangunan jalan sekitar tahun 1990-an

27 Benediktus Jehadun, Pr

Pastor Paroki Labuan Bajo 28 Blasius Harmin, Pr Pastor Paroki Watunggong 29 Daniel Manik, SVD Pastor Paroki Lengko Ajang

30 Dedy Madur, Pr Pastor di Reo dan penggerak koperasi 31 Wasser, SVD Pastor dan penggerak pembangunan 32 Herman Ando, Pr Pastor dan dosen STKIP

33 Arsenius Viccar, CSE Imam yang pernah mendampingi Mondo ketika TOP di Borong

34 Elisa Maria, CSE Imam yang pernah mendampingi Mondo ketika TOP di

(2)

Borong (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

35 Gertrudis Ota, OSU Pimpinan biarawati Ursulin di Borong (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara) 36 Mathilda Boko, OSU Biarawati Ursulin di Borong (dalam percakapan non

formal, tidak khusus wawancara) 37 Marselina A. Teme,

OSU

Biarawati Ursulin di Borong (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

WARGA MONDO

38 Stefanus Syukur Tu’a Golo Mondo 39 Petrus Banis Tu’a Panga Teber 40 Mateus Soni Tu’a Panga Wodo 41 Bernardus Lajang Tu’a Panga Pau 42 Benediktus Muda Panga Pau 43 Donatus Darus Tu’a Panga Poka 44 Benediktus Enggok Tu’a Panga Carep 45 Alfonsius Dasung Warga

46 Feri Sehadung Warga 47 Siprianus Wer Warga

48 Kornelis Ketua Kombas

49 Kletus Ketua Kombas

50 Aleks Mantan Ketua Stasi Longko (dalam percakapan non formal, tidak khusus wawancara)

51 Warga pada umumnya (tidak dalam wawancara khusus namun dalam percakapan-percakapan non formal di berbagai kesempatan)

(3)

Uskup Ruteng, Mgr. Hubert Leteng,Pr. Romo Paroki Borong, Rm. Beny Jaya, Pr.

Bupati Manggarai Timur, Yosef Tote Camat Borong, Egidius Asa

Putra Sulung Tu’a Dalu Riwu terakhir, Donatus Jematu

Tu’a Golo Mondo, Stefanus Syukur

Gambar 37 Beberapa informan penting (Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2010)

(4)

Lampiran 2 Sekilas Profil Daerah dan Pembangunan di Sekitar Mondo

1. MANGGARAI TIMUR, KABUPATEN MUDA

Kabupaten Manggarai Timur dengan ibukota Borong mendapatkan otonomi daerah pada tahun 2007. Daerah Otonomi Baru (DOB) ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Manggarai Provinsi NTT, yang telah ditetapkan melalui Undang-undang RI Nomor 36 Tahun 2007 tanggal 10 Agustus 2007, dan telah diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri RI, H. Mardiyanto pada tanggal 23 November 2007 di Jakarta224. Pada tanggal 14 Februari 2009 barulah dilantik Bupati dan wakilnya yang merupakan pilihan rakyat lewat dua kali putaran PILKADA. Yosef Tote dan Andreas Agas225, demikianlah nama pemimpin daerah pilihan rakyat, dilantik sebagai Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur oleh Frans Lebu Raya, Gubernur NTT. Kedua orang yang terpilih sebagai bupati dan wakilnya ini merupakan putera daerah kelahiran Manggarai Timur.

1.1 Profil Umum Kabupaten Manggarai Timur

Kabupaten ini merupakan satu dari 20 kabupaten/kota yang terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur.226 Secara administratif, Kabupaten Manggarai Timur yang memiliki luas 2.519,55 km2 ini terbagi dalam 6 kecamatan, 10 kelurahan, dan 104 desa dengan pusat pemerintahan di Borong. Di sebelah Utara, Manggarai Timur berbatasan dengan Laut Flores sementara di sebelah Selatan dengan Laut Sawu. Bagian Barat kabupaten berbatasan dengan Kabupaten Manggarai sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Ngada. Oleh karena itu, Manggarai Timur memiliki pemandangan tepi pantai baik di utara maupun di selatan. Adapun di bagian tengah kabupaten, daerahnya hijau bergunung-gunung sehingga kabupaten muda ini memiliki pemandangan laut dan pegunungan sekaligus.

224 Berdasarkan data dari BAPPEDA Kabupaten Manggarai Timur.

225 Bupati dan Wakilnya beragama Katolik sesuai dengan agama mayoritas penduduk.

226 Data ini berdasarkan buku Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

(5)

Sebagian besar kawasan Manggarai Timur terdiri dari pegunungan dan perbukitan. Wilayah yang memiliki kemiringan lebih dari 40% mencapai 205.513 ha, atau seluas 81,60%. Adapun lahan yang digunakan sebagai perkampungan, sawah, ladang, dan perkebunan dari total keseluruhan wilayah kabupaten hanyalah sebesar 32.329 ha, atau sekitar 12% (lihat tabel berikut).

Tabel 10 Luas Wilayah Menurut Jenis Penggunaan Tanah

Sumber: RPJMD KMT 2009-2014

Di wilayah Manggarai Timur yang cukup luas ini, jumlah penduduk tahun 2008 sekitar 248.756 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk sebesar 94,09 jiwa/km2.227 Mayoritas penduduk DOB ini bekerja di sektor pertanian.

Pada tahun 2008, terhitung ada 206.850 orang atau sekitar 83% penduduk yang bergerak di sektor pertanian, kehutanan, perkebunan, dan perikanan. Sisanya, bekerja di sektor jasa dan perdagangan, eceran dan rumah makan, industri pengolahan, dan bangunan. Kebanyakan kampung-kampung orang Manggarai berada di dataran tinggi yang dikelingi oleh gunung-gunung atau di kawasan perbukitan. Mereka yang tinggal di daerah pesisir umumnya adalah kaum pendatang baik dari Pulau Flores sendiri seperti Bajawa dan Ende ataupun dari luar Flores seperti Bugis dan Makasar. Namun, perlahan-lahan seiring dengan kemajuan pembangunan di Kabupaten Manggarai Timur, mulai banyak pula orang Manggarai yang tinggal di daerah pesisir, seperti Borong. Sebelumnya, jarang sekali ada orang Manggarai yang tinggal di Borong. Umumnya mereka yang tinggal di Borong sekarang ini adalah orang-orang yang bergerak di sektor perdagangan dan jasa khususnya sebagai pegawai negeri atau guru.

227 Jumlah penduduk tidak disebutkan pasti karena menurut data RPJMD KMT 2009- 2014 hal. 60 besaran angka tersebut masih merupakan prediksi BAPPEDA.

No Kecamatan Luas Area Per- kam- pung -an (Ha)

Sawah Tegalan / ladang (Ha)

Per- kebunan

(Ha) Luas

Area (Ha)

% 2x

(Ha) 1x (Ha)

1 Borong 49.026 19,46 169 198 508 4.993 33

2 Kota Komba 49.194 19,52 72 0 2.75

4

3.847 1.178

3 Elar 56.759 22,53 218 260 117 2.628 9

4 Sambi

Rampas

40.009 15,88 107 72 482 5.144 55

5 Poco Ranaka 33.362 8,30 92 3.08

0 1.38

9

1.943 451

6 Lamba Leda 36.043 14,31 161 0 292 3.255 0

Jumlah Total 264.39 3

100,0 819 3610 5542 21.810 548

% 100,0 0,33 0,35 2,20 8,66 0,22

(6)

Dalam sambutannya di bulan Februari 2009, Yosef Tote menyebutkan masyarakat yang mencapai pendidikan hingga tingkat SMU atau sederajat hanya 0.91%, sedangkan yang bisa mencapai jenjang perguruan tinggi jauh lebih sedikit lagi, yaitu hanya 0.04%. Kualitas sumber daya manusia yang rendah ini bukan saja ditemukan di kalangan bawah lapisan masyarakat bahkan termasuk pula di tingkat jajaran pemerintah daerah sebagaimana yang dikeluhkan oleh banyak orang.

Tabel 11 Penduduk Manggarai Timur Menurut Jenjang Pendidikan Tahun 2007

No Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Jumlah %

1 Tidak/belum pernah sekolah 23.062 9.41

2 SD/MI/sederajad 34.065 13.90

3 SMP/MTs/sederajad 6.715 2.74

4 SMA/MA/SMK/sederajad 2.230 0.91

5 Universitas 98 0.04

6 Putus sekolah 178.905 73.00

Jumlah 245.075 100

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

1.2 Perekonomian Daerah

Pada tanggal 15 Februari 2009 dalam sambutannya sesudah Misa Syukur Pelantikan Bupati dan Wakilnya, Yosef Tote selaku Bupati baru mengatakan bahwa masyarakat Manggarai Timur umumnya masuk dalam kriteria miskin.

Pada tahun 2007, jumlah penduduk yang masuk kategori sangat miskin sejumlah 26.582 KK, miskin 14.492 KK, sedang 9802 KK, kaya 2024 KK, dan sangat kaya 54 KK.228 Dengan demikian, jumlah penduduk yang termasuk dalam kategori miskin adalah 77.56% KK. Ditambahkannya pula bahwa perekonomian di Manggarai Timur masih belum stabil. Dalam RJPMD diungkapkan salah satu penyebab ketidakstabilan ini adalah karena kontribusi terbesar PDRB berasal dari sektor yang rentan terhadap perubahan alam, yaitu pertanian.

Mayoritas masyarakat Manggarai Timur yang merupakan petani juga memengaruhi tabel kontribusi PDRB kabupaten. Sejak tahun 2005 hingga 2007 sektor pertanian mendominasi kontribusi tersebut, sementara sektor lainnya hanya menyumbang sedikit saja.

228

(7)

Tabel 12 Prosentase kontribusi sektor ekonomi terhadap PDRB Kabupaten Manggarai Timur 2005 – 2007

NO SEKTOR 2005

(%)

2006 (%)

2007 (%)

1 Pertanian 65,66 65,18 65,17

2 Pertambangan dan penggalian 2,16 2,13 2,14

3 Industri pengolahan 0,77 0,85 1,04

4 Listrik dan air bersih 0,06 0,06 0,06

5 Bangunan/konstruksi 6,71 6,37 6,38

6 Perdagangan, hotel, dan restoran 12,72 13,24 13,27

7 Pengangkutan dan komunikasi 1,30 1,32 1,32

8 Keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan 1,73 1,71 1,71

9 Jasa-jasa 8,90 9,23 9,21

PDRB 100 100 100

Sumber: PDRB Kabupaten Manggarai Timur 2009 - 2014

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perekonomian daerah masih sangat tergantung dari hasil pertanian. Menyandarkan peningkatan ekonomi ke bidang industri rasanya masih sulit berhubung listrik dan air bersih yang belum memadai, ditambah lagi masyarakat yang umumnya petani masih merasa janggal dan belum terbiasa untuk bekerja di luar sektor pertanian.229 Selama ini, masyarakat petani di Manggarai hanya menanam secara manual sehingga hasilnya tidak optimal. Jenis tanah, suhu udara, topografi, ada atau tidaknya hujan, dan berbagai fenomena alam yang di luar kuasa manusia memberikan pengaruh yang signifikan terhadap hasil panen para petani. Di samping itu, masih cukup banyak desa-desa di Manggarai Timur yang terisolir karena belum dapat dicapai oleh kendaraan sehingga menyulitkan distribusi dan pemasaran.

1.3 Kondisi Infrastruktur

Secara umum kondisi infrastruktur di Kabupaten Manggarai Timur masih membutuhkan banyak pembenahan. Melalui sambutannya dalam acara Musrenbang Kabupaten Manggarai Timur yang diadakan di Borong, 5 April 2010, Andreas Agas sebagai wakil bupati menyampaikan bahwa mutu infrastruktur masih belum baik dan isolasi wilayah di banyak tempat masih belum mendapatkan solusinya. Menyandang tugas sebagai Pemerintah Daerah Manggarai Timur pada saat ini memang tidak mudah. Di kala era modernisasi dan globalisasi sudah memasuki sendi-sendi kehidupan dunia yang terus berputar, Manggarai Timur masih harus berjuang untuk memiliki infrastruktur

229 Dalam adat Manggarai, masyarakat dengan kebunnya nyaris tak terpisahkan. Hal ini terungkap dalam falsafah Manggarai gendang oné lingko péang , yang artinya gendang di dalam kebun di luar. Hingga saat ini, falsafah yang merupakan tradisi turun temurun tersebut masih dihidupi di kalangan masyarakat Manggarai Timur.

(8)

yang memadai. Sarana transportasi laut dan udara sedang dalam perencanaan.

Jalan yang menjadi urat nadi peningkatan pertumbuhan ekonomi masih belum optimal, itupun masih banyak daerah yang belum terjangkau. Setidaknya, hingga tahun 2008 kondisi jalan di Kabupaten Manggarai Timur adalah sebagai berikut:

Tabel 13 Kondisi Jalan di Kabupaten Manggarai Timur Tahun 2008 No Status

Jalan

Panjang (Km)

Kondisi Jalan

Baik Sedang Rusak

Km % Km % Km %

1 Negara 81,60 80,00 98,00 - - 1,6 1,9

2 Provinsi 163,80 12,50 7,63 67,57 41,2 83,8 51,1 3 Kabupaten 788,36 90,65 11,50 194,40 24,7 503,3 63,8 Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

Sejak dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Timur yang baru, prioritas pembangunan difokuskan kepada pembangunan infrastruktur jalan.

Adapun perkembangan infrastruktur jalan pada tahun 2009 adalah sebagai berikut:

Tabel 14 Kondisi Jalan tingkat Kabupaten di Kabupatan Manggarai Timur Tahun 2009 Panjang

(Km)

Kondisi Jalan Aspal

Km

Telford Km

Tanah Km

Baik Km

Sedang Km

Rusak Km 822,66 332,35 268,19 222,12 176,25 225,0 421.41 Sumber: Sambutan Wakil Bupati Manggarai Timur dalam Musrenbang 5 April 2010

Panjang jalan provinsi di Kabupaten Manggarai Timur sepanjang 163.87 km, yaitu pada ruas jalan Gongger – Dampek – Pota – Buntal – Batas Kabupaten (63.87 km) dan ruas jalan Bea laing – Dangka Mangkang – Mukun – Mbazang (100 km). Pada tahun 2009 kondisi jalan provinsi dalam kondisi baik 39.80 km, rusak ringan dan rusak berat 124.07 km. Selain itu, selama tahun 2009 ada upaya peningkatan jalan yang sudah ada dan pembukaan jalan baru pula baik secara swakelola maupun swadaya masyarakat pada beberapa kecamatan, yaitu sepanjang 34.80 km. Sehubungan dengan keadaan yang memprihatinkan ini, pemerintah daerah telah memiliki rencana sendiri untuk meningkatkannya.

Bahkan, dalam suatu acara Misa Syukur pelantikan anggota DPRD Manggarai Timur di Ketang sekitar bulan November 2009, Bupati menyampaikan bahwa ia juga telah mendapatkan anggarannya untuk meningkatkan jaringan jalan tersebut, sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru. Walaupun demikian, Bupati sempat menyampaikan bahwa sebetulnya jika ingin membangun jalan yang dapat menghubungkan seluruh daerah yang ada di Manggarai Timur,

(9)

pemerintah belum memiliki dana yang cukup.230 Syukurlah, Bupati memiliki cara tersendiri untuk itu, yakni melalui pendekatan budaya. Setiap kali hendak membuat jalan, Bupati melakukan kepok dengan Tu’a Adat setempat. Kepok merupakan suatu acara adat khas Manggarai yang biasa digunakan untuk memberikan sambutan, mengadakan perjanjian bersama, dan berbagai kesempatan lainnya. Selama ini, pendekatan tersebut selalu berhasil karena setelah Bupati melakukan kepok, dengan ikhlas Tu’a Adat merelakan tanahnya untuk dipakai membangun jalan. Keikhlasan ini diikuti juga oleh seluruh anggota masyarakat yang tinggal di sana. Jadi, untuk sementara ini di Manggarai Timur belum pernah terjadi pemerintah harus memberikan ganti rugi untuk pembebasan tanah kepada rakyat. Umumnya masyarakat memberikan tanahnya dengan rela demi kepentingan bersama, dan menghargai perjanjian yang telah dibuat bersama tersebut. Ini karena penghayatan spiritual masyarakat yang masih kuat, takut terkena kutuk atau musibah jika melanggar perjanjian kepok. Sebetulnya, cukup banyak juga kelompok masyarakat yang sudah berpikir modern dan tidak terlalu percaya dengan kepercayaan tersebut, namun mereka juga menaati kepok agar tidak terkena sanksi sosial berupa pengucilan.231

“Kepok itu sifatnya sangat kuat, dia jauh lebih kuat daripada meterai dan stempel. Sedangkan stempel itu hanya buatan manusia, bisa kita beli di Ruteng.

Tapi, kepok itu ikatan adat yang berlaku turun temurun,” demikian penjelasan Yosef Tote, Bupati Manggarai Timur yang sering melakukan kepok dalam menjalankan pembangunan di kabupatennya.

Kemajuan pembangunan jalan pun tidak lepas dari pantauan ketat Bupati dan Wakilnya. Pada Pekan Suci 2010 yang jatuh di bulan April232, Bupati dan Wakil menghadiri Misa di Gereja-Gereja tempat sedang dilangsungkannya pembangunan jalan. Bupati dan Wakil mengambil jalur yang berbeda agar lebih banyak lokasi yang terpantau. Dengan demikian, mereka dapat melihat langsung kemajuan pembangunan jalur transportasi dan bagaimana

230 Berdasarkan wawancara dengan Bapak dan Ibu Bupati pada tanggal 24 April 2010 di rumah dinas.

231 Sebetulnya tidak ada hukum adat yang menyatakan seseorang akan dikucilkan jika melanggar kepok. Namun, ini terjadi dengan sendirinya jika terjadi di tengah masyarakat yang masih sangat menghargai kepok.

232 Pekan Suci merupakan sepekan menjelang Hari Paska. Pada hari-hari tersebut, umat Katolik biasanya menghadiri Misa setiap hari, yaitu Kamis Putih, Jumat Agung, Malam Paska, dan Hari Raya Paska. Dengan demikian, Bupati dan Wakilnya berjalan dari kota ke kota untuk menghadiri Misa di tempat yang berbeda-beda.

(10)

pembangunan tersebut dapat menolong masyarakatnya yang sebelumnya terisolir.

Selain jalan, kondisi irigasi di Manggarai Timur juga masih terhitung kurang memadai. Sebagai daerah pertanian, seharusnya irigasi menjadi hal yang penting dalam pembangunan di Manggarai Timur. Oleh karena itu, pemerintah berencana untuk memberikan perhatian terhadap peningkatan irigasi selama lima tahun ke depan agar dapat mengoptimalkan pembangunan di bidang pertanian. Sementara ini, kondisi umum irigasi di Kabupaten Manggarai Timur hingga tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Tabel 15 Keadaan Irigasi Pedesaan Per Kecamatan tahun 2008

No. Kecamatan Jumlah (unit) Kondisi

Baik Rusak

1 Poco Ranaka 64 21 43

2 Elar 53 10 43

3 Lamba Leda 16 6 10

4 Sambi Rampas 50 - 50

5 Kota Komba 45 17 28

6 Borong 23 6 17

JUMLAH 251 60 191

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

Di Kabupaten Manggarai Timur, ada beberapa sungai besar yang dapat dimanfaatkan untuk irigasi. Hingga saat ini, sungai-sungai tersebut belum pernah mengalami kehilangan airnya sama sekali walau di musim kemarau panjang.

Kesulitan utama yang paling segera dirasakan oleh mereka yang baru pertama kali datang ke Manggarai Timur biasanya adalah masalah air bersih.

Stefanus Banggur, asisten ahli Pater Wasser yang banyak berkecimpung dalam pembuatan saluran air bersih mengatakan bahwa sebetulnya cukup banyak mata air dengan debit besar di Kabupaten, namun belum digunakan secara maksimal.

Pada saat ini, Pemerintah Daerah sedang mengusahakan peningkatan pelayanan air bersih untuk masyarakat. Menurut data tahun 2008, jangkauan pelayanan air bersih di kabupaten muda ini baru mencapai sekitar 52,14%, yaitu 25.370 KK dari total penduduk kabupaten yang berjumlah 52.634 KK. Itupun, tidak berjalan dengan baik karena adanya penurunan debit air, kondisi topografi yang tidak diperhitungkan, dan kesadaran masyarakat yang masih rendah dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan jaringan pipa. Kesulitan masyarakat dalam mengakses air bersih berdampak besar terhadap kesehatan dan kualitas sumber daya manusia.

(11)

Listrik juga masih merupakan masalah serius di Manggarai Timur.

Hingga saat ini, untuk dapat memenuhi kebutuhan kelistrikan rumah tangga, Manggarai Timur masih bergantung kepada PLN ranting Ruteng. Oleh karena adanya keterbatasan kapasitas, setiap hari selalu ada pemadaman bergilir.

Walaupun demikian, ini masih lebih baik dibandingkan mereka yang tinggal di kampung-kampung di daerah pegunungan. Kondisi demografi dan penyebaran penduduk yang bervariasi memunculkan kesulitan tersendiri untuk mengembangkan jaringan distribusi listrik yang dapat menjangkau semua tempat. Padahal, kebanyakan masyarakat Manggarai Timur tinggal di kampung- kampung yang terletak di daerah pegunungan. Selain itu, jika pelayanan ditingkatkan dengan mengembangkan jaringan listrik sampai ke kampung- kampung terpencil, akankah masyarakat mampu membayar iurannya?

Di dalam kabupaten yang baru ini, sudah terdapat pula beberapa sarana dan prasarana yang dapat memfasilitasi kepentingan masyarakat umum. Pada tahun 2010, kebanyakan sarana dan prasarana tersebut berada di Borong, yang menjadi pusat Kabupaten Manggarai Timur. Menurut data tahun 2008, sarana dan prasarana tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 16 Sarana dan prasarana publik tahun 2008

NO JENIS SARANA/PRASARANA JUMLAH

1 Penginapan 2 buah

2 Rumah Makan / Warung 20 buah

3 Perbankan 2 buah

4 Toko 9 unit

5 Pasar 8 unit

6 Kantor Pos 1 unit

7 Koperasi 17 buah

8 Sarana/prasarana pendidikan 1.681 unit

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009-2014

Selain itu, sebagai sebuah Daerah Otonomi Baru, Manggarai Timur membutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana pemerintahan. Namun, hingga pertengahan tahun 2010 belum tampak adanya bangunan pemerintahan permanen yang telah menjadi hak milik pemerintah. Berikut ini tabel bangunan yang dipakai untuk keperluan pemerintahan. Dari seluruh bangunan yang ada, tidak ada satu pun yang khusus baru dibangun untuk keperluan tersebut, melainkan memakai bangunan-bangunan lama yang umumnya milik masyarakat, kemudian dialihfungsikan untuk kepentingan pemerintah. Namun, pada tahun 2010 perlahan-lahan sudah mulai dirintis pembangunan kantor Bupati di Lehong.

(12)

Tabel 17 Data Sarana dan Prasarana Gedung Kantor Pemerintahan

No Unit Kerja Status Gedung Status Kepemilikan

Permanen Semi Permanen

Hak Milik Sewa Pinjam

1 Bupati/Sekretariat Daerah

- V V -

2 DPRD/Setwan V - - - V

3 Dinas KPPO V - - - V

4 Dinas Kesehatan dan Sosial

V - - - V

5 Dinas PU, Pertambangan, dan Energi

V - - V -

6 Dinas Pertanian, Kelautan, dan Perikanan

- V - - V

7 Dinas Kehutanan dan Perkebunan

V - - - V

8 Dinas Perindag, Koperasi, dan UKM

V - - V -

9 Dinas Perhubungan, Pariwisata, Kominfo

- V - V -

10 Dinas Kependudukan, Capil, dan Nakertrans

- V - - V

11 Dispenda, Pengelolaan Keu & Aset Daerah

V - - V -

12 Bappeda V - - V -

13 Inspektorat - V - - -

14 Badang Kesbangpol dan PM

- V - V -

15 Badan Kepegawaian Daerah

V - - - V

16 Kantor Pemberdayaan Perempuan dan KB

V - - - V

17 Kantor P2KP - V - V -

18 Kantar Satpol PP dan Linmas

V - - - V

Sumber: RJPMD Kabupaten Manggarai Timur 2009 - 2014

Demikianlah kurang lebih sekilas gambaran umum mengenai Daerah Otonomi Baru Kabupaten Manggarai Timur. Sebuah kabupaten dengan wilayah yang cukup luas namun masih membutuhkan banyak pembenahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Jaringan transportasi, penyediaan air bersih, dan listrik merupakan infrastruktur utama yang masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah. Selain itu, kualitas pendidikan dan kesehatan masyarakat juga masih membutuhkan perhatian yang besar. Memikirkan kebangkitan ekonomi juga menjadi hal yang urgen mengingat mayoritas warganya masuk dalam kategori miskin.

Umumnya kampung-kampung di Manggarai Timur masih sangat minim sarana infrastruktur, baik jalur transportasi, air bersih, maupun listrik.

(13)

Lambatnya laju pembangunan di kampung-kampung mencerminkan laju pembangunan kabupaten yang menaunginya. Usia pemerintah daerah DOB ini memang masih sangat muda, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup panjang untuk dapat melihat perkembangan yang signifikan.

2. BORONG, KECAMATAN HETEROGEN

Borong merupakan kota kecamatan yang menjadi ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Ke kota inilah masyarakat Mondo harus pergi jika ingin meneruskan sekolah ke jenjang SMP dan SMU. Jika ada warga yang sakit dan membutuhkan pertolongan medis, di Borong terdapat sebuah Puskesmas sederhana yang buka 24 jam, dengan para perawat yang bergiliran jaga. Selain itu, sepasang suami istri yang menjadi dokter di Puskesmas tersebut tinggal bersebelahan dengan Puskesmas. Jika ada warga Borong, termasuk Mondo, ingin meneruskan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi atau membutuhkan rumah sakit, mereka harus pergi ke kota Ruteng yang berjarak sekitar 56 km dari Borong. Selain itu, untuk berbelanja keperluan sehari-hari, rakyat Mondo juga harus ke pasar di Borong karena di Mondo sendiri tidak ada pasar. Hari pasar di Borong adalah Senin dan Selasa. Pusat Paroki yang menaungi Mondo juga berada di Borong. Jika umat di Mondo membutuhkan jasa imam karena ada yang meninggal dunia, menikah, dan sebagainya, ke Boronglah mereka harus pergi. Lebih dari itu, jika kemarau berkepanjangan sehingga kebun-kebun di Mondo menjadi kering, banyak masyarakat Mondo yang turun ke Borong untuk mencari pekerjaan. Oleh karena itu, situasi dan kondisi kota Borong menjadi sangat signifikan bagi kehidupan sehari-hari warga Mondo. Berikut ini akan digambarkan sekilas kondisi kota Borong.

Borong terletak di bagian selatan kabupaten, berhadapan langsung dengan Laut Sawu yang luas. Di bagian utaranya Borong berbatasan dengan Mando Sawu yang merupakan hutan negara. Adapun batas timur dan barat Borong dibatasi oleh dua buah sungai, yaitu Waé Pake dan Waé Care. Luas wilayah Kecamatan Borong sekitar 49.026 km2.233 Walaupun berada di daerah pesisir dengan pantai Cepi Watunya yang terkenal, Borong bukanlah dataran rendah yang rata melainkan berbukit-bukit. Berdasarkan data terakhir tahun

233 Data luas Borong ini diperoleh dari Tabel 2, RJPMD Kabupaten Manggarai Timur, 2009-2014. Dikatakan “sekitar” karena tabel-tabel lain pada buku yang sama menunjukkan angka yang tidak tepat sama namun berkisar di sekitar angka tersebut.

(14)

2008, kawasan Borong yang memiliki kemiringan lebih dari 40% mencapai 36.004 ha, atau sekitar 73%.

Peta 5 Kecamatan Borong

Kota Borong umumnya dipadati dengan permukiman. Ada juga daerah- daerah tertentu yang menjadi perkebunan atau areal persawahan namun tidak terlalu banyak. Selebihnya adalah hutan, semak belukar, dan rerumputan. Pada Peta Kecamatan Borong, dapat dilihat Desa Golo Kantar sebetulnya masih

(15)

termasuk kota Borong. Akan tetapi, masyarakat di Borong maupun di Desa Golo Kantar selalu menyebutnya sebagai dua tempat yang berbeda. Lebih-lebih di Mondo yang terhitung cukup terisolir karena di musim hujan tidak ada kendaraan apa pun yang dapat menghantar orang dari Borong ke Mondo dan sebaliknya. Hal ini berbeda sekali dengan Kelurahan Kota Ndora dan Rana Loba, semua masyarakat setempat mengakui tempat itu sebagai kawasan kota Borong.

Kecamatan Borong terdiri dari 19 desa dan 2 kelurahan, yaitu: Golo Kantar, Desa Nanga Labang, Sita, Golo Loni, Golo Rutuk, Sano Lokom, Rondo Woing, Golo Ros, Torok Golo, Satar Lahing, Beo Ngencung, Golo Meleng, Gurung Liwut, Lolo Lalong, Benteng Riwu, Benteng Raja, Poco Rii, Ngampang Mas, dan Rana Masak. Dua kelurahan, yaitu Kelurahan Rana Loba dan Ndora. Adapun jumlah penduduk Kecamatan Borong yang tersebar di berbagai desa dan kelurahan tersebut sampai dengan akhir November 2008 sebanyak 55.751 jiwa, dengan rincian laki-laki 27.491 jiwa, perempuan 28.260 jiwa. Dengan munculnya DOB Manggarai Timur, mulai direncanakan pula distribusi penduduk kota Borong. Hal ini mengingat penduduk kota Borong yang semakin padat karena banyaknya pendatang yang bekerja menjadi pegawai negeri di Borong maupun pekerjaan lain.

Banyak pemuka agama dan masyarakat setempat mengatakan kerukunan umat beragama di Borong cukup baik. Menurut data statistik paroki, penduduk Borong terdiri dari 90% beragama Katolik, 7% beragama Islam, 2% beragama Protestan, dan 1% beragama Hindu atau Budha. Dalam suasana yang plural, umat yang berlainan agama itu hidup berdampingan dengan baik. Setiap tahunnya, Remaja Masjid aktif membantu perayaan Natal dan Paska baik di Gereja Katolik maupun Protestan. Sebaliknya, Orang Muda Katolik membantu jalannya Takbiran umat muslim agar berlangsung dengan lancar. Demikian pula penyelenggaraan MTQ kaum muslim melibatkan banyak bantuan dari umat Katolik dan Protestan. Hal ini terjadi misalnya di bulan April 2010, MTQ diselenggarakan di Lapangan Kota Baru, Borong. Kegiatan ini didanai sepenuhnya oleh pemerintah daerah dan anggota panitia seluruhnya juga dari jajaran pemerintah daerah. Padahal, mayoritas pegawai pemerintah daerah beragama Katolik. Acara itu pun dihadiri lengkap oleh para imam dari Gereja Katolik dan pendeta dari Gereja Protestan. Kerukunan yang terjalin dalam masyarakat yang plural ini menjadi salah satu kebanggaan Egidius Asa, Camat Borong yang rajin terjun ke segala kalangan.

(16)

“Dulu kaum Muslim sempat datang dan mengeluh tidak berani takbiran, karena pernah terjadi satu kali mereka dilempari batu ketika takbiran. Akan tetapi, setelah ada jaminan dari Kecamatan, sekarang mereka sudah dua kali takbiran dan bahkan umat Katolik ikut pula takbiran bersama mereka. Sebaliknya, saat Prosesi Bunda Maria, umat Islam berpartisipasi pula dan justru menyediakan kampung-kampung mereka sebagai jalur prosesi,” cerita Egidius.234

Beberapa tokoh agama yang sempat dihubungi juga mengungkapkan rasa syukur mereka tinggal di Borong karena cukup eratnya persaudaraan antarumat beragama. Walaupun demikian, perlu dicatat bahwa sekitar tahun 2000 pernah terjadi kerusuhan di Borong dengan isu SARA. Akan tetapi, pihak keluarga korban yang terlibat menepis hal itu dan mengatakan bahwa itu sebetulnya berkaitan dengan masalah kecemburuan sosial dan pekerjaan.235 Kejadian ini berawal dari kekecewaan seorang pria Katolik yang hendak melamar pekerjaan sebagai supir namun ditolak. Yang menolak lamarannya sebetulnya adalah orang Manggarai pula namun beragama Islam. Oleh karena kecewa lamarannya ditolak, pria Katolik ini membakar mobil pria Islam tersebut di depan rumahnya. Kerusuhan dengan cepat menyebar karena diiringi dengan isu bahwa pria Islam yang menjadi korban itu telah menebarkan racun rabies di saluran air minum penduduk Borong. Korban sebetulnya adalah petugas sanitarian di Puskesmas Sita. Kebetulan sebelum kejadian tersebut korban membubuhkan abate untuk membunuh jentik nyamuk. Akan tetapi, tindakannya tersebut segera dijadikan bahan fitnah menyebar virus rabies. Masyarakat yang tidak terlalu mengerti dan mudah diprovokasi terbawa suasana sehingga terciptalah kerusuhan di Borong. Menurut cerita penduduk, pihak kepolisian datang cukup cepat namun suasana tegang masih meliputi Borong hingga kira-kira tiga hari lamanya.

“Kita di Borong ini bukan bicara soal perbedaan tetapi soal toleransi,” demikian ungkap Jamil, ketua PHBI236 Kabupaten Manggarai Timur. “Bahkan agama kami pun mengajarkan untuk membina hubungan silaturahmi antarumat sehingga mendapatkan suatu berkah.”

“Sejak dahulu masyarakat di Borong ini selalu rukun. Memang sempat terjadi kerusuhan dan tegang pasca kerusuhan, tetapi kemudian silaturahmi cepat

234 Berdasarkan wawancara tanggal 20 Oktober 2009.

235 Berdasarkan wawancara tanggal 22 Oktober 2009 sore, dengan ketua PHBI yang kebetulan menjadi paman dari korban utama kerusuhan di Borong. Ketua PHBI ini merupakan orang Manggarai dari Dalu Sita.

236

(17)

terjalin kembali berkat upaya dan kerja sama yang erat antar tokoh agama,”

jelas alm. H. Galuh Ali, ketua MUI237 Kabupaten Manggarai Timur.238

Dalam sebuah acara ekumene atau doa bersama antara agama, Pendeta Protestan dari GMIT juga mengungkapkan suasana yang menyenangkan antarumat beragama di Borong.

“Kita biasa bersama-sama seperti ini, apalagi kalau ada acara-acara besar, kita pasti berkumpul semua,” kata Pendeta Markus.239

Kerukunan antarumat beragama dapat disaksikan juga dalam peristiwa- peristiwa yang berhubungan dengan pemerintahan. Pada tanggal 15 Februari 2009 dalam Misa Syukur Pelantikan Bupati Manggarai Timur, para tokoh agama tersebut maju ke depan dan mengumandangkan doanya menurut cara dan kepercayaannya masing-masing. Ketika ada pergelaran Caci240 dalam rangka syukuran pelantikan Bupati, acara sempat ditunda sebentar untuk menghormati kaum Muslim yang sedang sembahyang Jumat. Di daerah sekitar kampung-kampung Muslim di Borong bahkan dilarang keras ada penyembelihan babi demi menghormati mereka. Padahal, masyarakat Manggarai cukup sering melakukan penyembelihan babi.

Kerukunan antarumat beragama ini memang tidak berkaitan langsung dengan kehidupan di Kampung Mondo yang mayoritas Katolik. Namun, situasi plural ini dialami juga oleh masyarakat Mondo yang terdiri dari berbagai klan.

Interaksi yang kuat antara Mondo dan Borong agaknya saling memengaruhi dalam hal kerukunan hidup bersama di situasi yang plural. Bahkan, kerukunan warga Mondo dengan warga Borong yang berlainan agama pun sudah terjalin sejak lama. Sekitar tahun 1950-an banyak orang Ende beragama muslim menetap di Borong. Kepada orang Ende inilah warga Mondo dahulu sering memasarkan jagung hasil kebunnya.

237 MUI merupakan singkatan dari Majelis Ulama Indonesia. Ketua MUI di Kabupaten Manggarai Timur merupakan orang Ende.

238 Berdasarkan wawancara tanggal 22 Oktober 2009 pagi. Sekitar bulan Maret tahun 2010 kemudian beliau meninggal dunia.

239 Hal ini diungkapkan dalam Hari Pangan Sedunia yang diadakan oleh pemerintah Kabupaten Manggarai Timur pada tanggal 4-5 November 2009. Acara tersebut ditutup dengan doa ekumene yang dipimpin oleh Rm. Aleksius Hiro, Pr dan doa umat dipimpin oleh para tokoh agama dari Katolik, Protestan, dan Islam. Penulis termasuk salah satu yang ikut memimpin doa umat sehingga bisa bercakap-cakap bersama para tokoh agama yang hadir.

240 Caci merupakan tarian khas Manggarai.

(18)

3. OMNES VOS FRATRES ESTIS

“Omnes Vos Fratres Estis” merupakan bahasa latin yang berarti “Kamu Semua adalah Saudara.” Ungkapan ini merupakan semboyan Keuskupan Ruteng yang dicetuskan oleh Mgr. Dr. Hubertus Leteng, Pr. Beliau ditahbiskan sebagai Uskup Ruteng pada tanggal 14 April 2010 dan menaungi seluruh Gereja Katolik yang ada di tiga kabupaten, Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Dalam Garis-Garis Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng 2008-2012, diungkapkan bahwa sebagai sebuah Gereja lokal, Keuskupan Ruteng menyadari dirinya sedang dalam sebuah peziarahan yang berangkat dari Sabda Yesus, “Marilah…” menuju sabda-Nya yang lain, “Pergilah...”

Mendengar sabda suci “Marilah,” para warga Gereja menyadari dirinya sebagai insan-insan ilahi yang dipanggil. Namun, bersamaan dengan kesadaran akan panggilan suci, timbullah “rasa diutus” yang mengejewantahkan permintaan luhur, “Pergilah.” Demikianlah, persandingan rasa dipanggil dan rasa diutus menghidupkan semangat Gereja untuk bertolak ke tempat yang dalam (bdk.

Luk. 5:1-11). Hal ini diterjemahkan antara lain dengan terjunnya para imam, biarawan/wati ke berbagai pelosok pedalaman untuk menyampaikan kabar gembira.

“Kedalaman adalah sebuah kekuatan batin yang menarik, sebuah semangat yang mengendalikan gerakan besar kemanusiaan, sebuah keberanian atau zelus pastoralis yang menggebu-gebu, sebuah semangat yang tidak penah mati, roh dari perutusan Gereja kapan pun dan di mana pun, dan Gereja Manggarai241 menyadari sungguh-sungguh bahwa roh itu tidak pernah mati.”(Garis-Garis Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng 2008-2012)

Roh itulah yang kemudian melahirkan sebuah spiritualitas tertentu dalam Gereja lokal di Manggarai. Dalam Keuskupan Ruteng saat ini, spiritualitas dimengerti sebagai kualitas dalam diri manusia yang memengaruhi seluruh pribadi dan kesadaran manusia; sebuah pengalaman keberadaan manusia dalam relasinya dengan Allah yang tentunya juga bertalian dengan dinamika kehidupan manusiawi.242 Dalam tulisan ini, spiritualitas dalam pengertian inilah yang akan digunakan agar tulisan ini menjadi lebih kontekstual.

241 Yang dimaksud Gereja Manggarai sebagaimana yang ditulis dalam Garis-Garis Besar Pedoman Kerja Keuskupan Ruteng 2008-2012 adalah Keuskupan Ruteng, yaitu Gereja yang mencakup seluruh orang Manggarai dari Selat Sape di ujung barat hingga Wae Mokel di ujung timur. Dibandingkan dengan wilayah administrasi pemerintahan, berarti mencakup 3 kabupaten, yaitu Kabupaten Manggarai Barat, Manggarai, dan Manggarai Timur.

242

(19)

Agama Katolik memasuki tanah Manggarai tahun 1912, dan itu berarti, tak lama lagi Gereja lokal di Manggarai akan memasuki usia seratus tahun.

Uskupnya yang pertama berasal dari Belanda, Mgr. Wilhelmus van Bekkum, SVD. Berdasarkan catatan statistik dokumen Gereja Katolik Ruteng, pertambahan jumlah umat Katolik dalam sepuluh tahun ini cukup pesat, mencapai kurang lebih seratus ribu jiwa. Menurut catatan, sebagian besar karena kelahiran, hanya sedikit saja yang karena perpindahan agama secara sukarela. Keuskupan Ruteng menaungi tiga kevikepan, masing-masing kevikepan kira-kira seluas kabupaten yang ada di Manggarai. Jumlah imam praja yang bekerja untuk Keuskupan Ruteng berjumlah sekitar 250 imam, masih ditambah lagi imam biarawan dari SVD dan Fransiskan. Adapun Kampung Mondo, termasuk Paroki Borong, Kevikepan Manggarai Timur.

3.1 Paroki Borong, Pusat Kevikepan Manggarai Timur Seluruh penduduk di Kampung Mondo beragama Katolik dan menjadi umat dari Paroki Borong. Pastor Paroki Borong saat ini adalah Rm. Beny Jaya, Pr, yang sekaligus juga menjadi Kepala Kevikepan Manggarai Timur. Dalam menjalankan tugasnya di paroki, Rm. Beny dibantu oleh dua orang imam kapelan, yaitu Rm. Aleksius Hiro, Pr dan Rm. Leobaldus Roling Mujur, Pr.

Ketiga imam inilah yang secara bergantian datang ke Mondo untuk melayani kebutuhan spiritual umat di sana. Umat biasa menyapa mereka Rm. Beny, Rm.

Leksi, dan Rm. Roling.

Berhubung Paroki Borong terlalu luas maka dibagi menjadi 8 stasi termasuk pusat paroki.243 Adapun pusat paroki dibagi menjadi 7 wilayah.

Mondo yang terletak di daerah pinggiran kota Borong masuk dalam wilayah Stasi Longko. Paroki Borong sendiri merupakan pusat dari Kevikepan Manggarai Timur yang berada di dalam naungan Keuskupan Ruteng. Agar program-program paroki dan pastoral lebih mudah sampai di kalangan umat, setiap paroki umumnya membagi umatnya di dalam komunitas-komunitas basis yang biasa disebut kombas. Di Mondo ada tiga kombas yang biasa disebut Mondo 1, Mondo 2, dan Mondo 3, bahkan saat ini sedang direncanakan ada pemekaran kombas sehingga seluruhnya kelak akan ada 4 kombas di Mondo.

243 Di akhir tahun 2010 telah terjadi pemekaran paroki, stasi Sok kini menjadi sebuah paroki tersendiri.

(20)

Tabel 18 Daftar Stasi yang ada di Paroki Borong tahun 2010

NO NAMA STASI

1 Stasi Borong (Daerah Golo Karot)

2 Purangmese

3 Sok

4 Toka

5 Peot

6 Warat

7 Jawang

8 Longko

Sumber: hasil wawancara

Sebelum tahun 1964, Borong belum merupakan paroki, melainkan masih merupakan bagian dari Paroki Waerana. Dengan demikian, dalam sejarah parokial, Mondo pernah menjadi umat dari Paroki Waerana. Dalam catatan sejarah Paroki Borong, tertulis bahwa sebelum tahun 1960 belum ada masyarakat yang menganut agama Katolik di Borong, dalam arti di wilayah pusat kota Borong saat ini. Umumnya umat Katolik merupakan penduduk asli Manggarai yang tinggal di kampung-kampung daerah pegunungan, antara lain di Mondo. Sedangkan Borong yang merupakan dataran rendah di tepian pantai didiami oleh masyarakat pendatang dari Ende, Bajawa, dan sebagainya. Para nelayan dari Ende yang datang dan kemudian menetap di Borong mayoritas beragama muslim dan sampai sekarang masih terdapat kampung-kampung muslim di Borong yang didiami oleh orang Ende. Oleh karena itu, bisa dikatakan di Borong tidak ada agama suku karena di daerah tersebut tidak ada penduduk asli. Setelah tahun 1960 datanglah sekitar 30 KK dari Bajawa dan menetap di Borong. Mereka ini beragama Katolik dan menjadi perintis berkembangnya agama Katolik di Borong bersama beberapa orang Manggarai yang tinggal di Borong pula. Semakin lama umat Katolik semakin bertambah banyak sehingga pada tanggal 15 Agustus 1964 terbentuklah Paroki Borong yang kini bernama Paroki St. Gregorius Borong untuk menghormati pastor paroki pertama Pater Gregorius Vojenciak, SVD.

Paroki Borong secara geografis berbatasan dengan Paroki Mbeling di utara dan Laut Sawu di selatan. Bagian timur berbatasan dengan Paroki Kisol dan kawasan barat berbatasan dengan dua paroki, yaitu Nangalanang dan Sita.

Ketika Paroki Borong baru berdiri, umatnya hanya puluhan KK. Namun, kini Borong didominasi oleh masyarakat beragama Katolik dengan jumlah lebih dari 12 ribu jiwa, termasuk warga Mondo di dalamnya. Walaupun umat Katolik mendominasi jumlah penduduk di Borong, umat beragama lain yang jumlahnya

(21)

sangat sedikit merasa tentram dan nyaman hidup berdampingan tanpa merasa terancam.244

3.2 Peranan Gereja dalam Pembangunan

Umumnya para imam bekerja di paroki dan sudah sejak dahulu menjadi ujung tombak pembangunan karena berkarya langsung di tengah masyarakat.

Berdasarkan cerita penduduk setempat, ternyata Gereja banyak sekali melakukan pembangunan di Manggarai. Dana yang digunakan untuk pembangunan itu diambil dari Dana APP (Aksi Puasa Pembangunan) yang biasanya dikumpulkan Gereja dari kolekte umat selama masa Prapaska. Selain itu, tak jarang Gereja mendapatkan dana pula dari pemerintah untuk pembangunan. Walaupun demikian, tidak selamanya hubungan antara Gereja dan pemerintah harmonis. Salah satu contoh konkret terjadi pada tahun 2008.

Ketika itu pemerintah menyerahkan proyek penghijauan kepada Kevikepan Manggarai Timur. Pihak Gereja menerima sekitar 30 ribu anak pohon kayu untuk ditanam di 27 paroki yang ada di seluruh kevikepan. Setiap pohon dibarengi Rp. 25.000,- untuk biaya penanaman. Ternyata, belakangan baru diketahui bahwa sebetulnya setiap pohon selain ada uang penanaman juga ada uang pemeliharaan yang besarnya Rp. 25.000,- juga. Namun, pemerintah tidak memberikan uang pemeliharaannya itu kepada Gereja. Persoalannya, pihak Gereja sudah menandatangani bahwa sudah menerima pohon. Tanda terima itu dianggap berarti juga sudah menerima seluruh uang penanaman dan pemeliharaan, padahal Gereja hanya menerima uang penanaman saja. Kasus ini memang tidak diperpanjang oleh pihak Gereja namun dengan tegas Gereja tidak mendukung oknum pemerintah yang saat itu hendak maju berkampanye245. Pada akhirnya memang ia memang kurang mendapat dukungan suara sehingga tidak terpilih. Relasi Gereja dengan pemerintah selanjutnya tetap baik karena tidak lama kemudian, tepatnya awal Februari 2009, jajaran pemerintah telah berganti dengan dilantiknya Bupati dan Wakil Bupati yang baru.246

Walaupun misi utama Gereja bergerak di bidang spiritual, namun Gereja memiliki juga program-program yang menyentuh langsung kehidupan konkret

244 Hal ini diungkapkan langsung oleh beberapa tokoh agama dan masyarakat sebagaimana yang digambarkan dalam sub bab mengenai Kecamatan Borong.

245 Berkampanye untuk maju sebagai Calon Bupati/Wakil Bupati atau sebagai calon legislatif dirahasiakan.

246 Bupati dan Wakil Bupati yang terpilih merupakan paket yang didukung penuh oleh Gereja.

(22)

umatnya. Berdasarkan keputusan Sinode Keuskupan Ruteng, tahun 2009 menjadi Tahun Peduli Kemiskinan. Untuk itu, Pusat Pastoral Keuskupan Ruteng merencanakan program-program bagi umatnya lewat komisi-komisi yang dibentuk oleh keuskupan. Program-program ini kemudian dilaksanakan oleh komisi dan bekerja sama dengan pastor paroki setempat. Selain itu, ada pula berbagai kegiatan pembangunan yang merupakan inisiatif dari para imam dan bukan merupakan program Keuskupan. Namun, masyarakat tetap memandangnya sebagai peran Gereja bagi pembangunan.

 Pembuatan Jalan

Sekitar tahun 1990-an, daerah-daerah di Manggarai umumnya masih terisolir. Kemudian datanglah LSM Intercorporation yang mewakili Pemerintah Swiss hendak memberikan bantuan untuk pembuatan jalan di Manggarai.

Setelah melakukan survai, LSM tersebut memercayakan Keuskupan Ruteng untuk menangani proyek tersebut. Maka, ditunjuklah Pater Stanis Ograbeck, SVD dan Pater Wasser, SVD sebagai wakil keuskupan untuk melaksanakan karya ini. Di tahun 1994, Pater Stanis dipindahkan ke Kalimantan sehingga posisinya kemudian diganti oleh Rm. Laurens Tjoang, Pr.

Hal menarik dari proyek pembuatan jalan ini adalah adanya keterlibatan masyarakat. Prosesnya, pertama direncanakan dulu di daerah mana saja yang akan dibuka ruas-ruas jalan. Setelah ditentukan lokasinya, Rm. Laurens dan Pater Wasser menghubungi para Romo Paroki yang daerahnya akan dibuat jalan. Tugas para Romo Paroki ini adalah memotivasi dan memobilisasi masyarakat setempat untuk mengumpulkan material dan berpartisipasi membuat jalan. Jadi, misalnya masyarakat mengumpulkan batu, kemudian Rm.

Laurens dan Pater Wasser akan datang membawa mobil-mobil pengangkut batu. Mobil-mobil tersebut merupakan bantuan dari Intercorporation.

Masyarakat setempat yang bekerja itu digaji dengan dana dari Swiss tersebut, sehingga pekerjaan ini membuka lapangan pekerjaan yang sangat luas karena dapat melibatkan sangat banyak orang. Memang, upah yang diberikan tidak setinggi jika bekerja di proyek karena justru dengan demikian masyarakat lebih merasa memiliki jalan tersebut, yang dibuat dengan semangat swadaya karena partisipasi mereka sendiri.

Segi positif lainnya dari sistem ini adalah masalah pemberdayaan. LSM pertama-tama melatih dulu tim dari keuskupan, dengan Rm. Laurens Tjoang di antaranya. Setelah itu, tim keuskupan ini melatih lagi beberapa orang yang

(23)

dapat menjadi tenaga trampil untuk diterjunkan di daerah-daerah. Di daerah- daerah, mereka melatih lagi para penduduk setempat agar dapat menjadi tenaga yang diandalkan.

Pembuatan jalan ini hanya sampai tingkat bebatuan saja, atau biasa disebut dengan istilah Telford. Peningkatan ke aspal kemudian dilakukan oleh pemerintah daerah. Dalam hal ini, Rm. Laurens Tjoang menceritakan kerja sama antara Gereja dan pemerintah daerah bagus sekali. Tak jarang bahkan jajaran pemerintah sampai ke Kepala Desa berusaha keras membantu para Romo memobilisasi masyarakat. Sebagian besar jalan-jalan utama di Manggarai merupakan buah dari pekerjaan ini. Dan hasilnya cukup banyak, antara lain masyarakat sekarang sudah mulai terbuka dari keterisolasiannya, transportasi lebih mudah, dan mereka dapat menjual komoditinya dengan harga yang lebih baik karena terbebas dari belenggu para lintah darat. Jalan-jalan yang sudah dibuat antara lain menghubungkan Reo di Kabupaten Manggarai dan Benteng Jawa di Manggarai Timur (sekitar 40 km). Jalur lain adalah dari Nanga Ramut di Kecamatan Satarmese Barat ke Repi di Kecamatan Lembor daerah Todo (sekitar 40 km), keduanya masih dalam Kabupaten Manggarai. Jalur selanjutnya adalah Rangga ke Tebang (sekitar 25 km), keduanya berada di Kecamatan Lembor Kabupaten Manggarai. Jalur Mombok ke Elar (sekitar 20 km) juga merupakan hasil program ini, keduanya masih dalam Kecamatan Elar Kabupaten Manggarai Timur. Kondisi jalan semua jalur tersebut masih bagus sampai sekarang dan menjadi jalur-jalur transportasi yang penting di Manggarai.

Situasi pembangunan jalan di banyak daerah tersebut tidak seperti di Mondo. Jika di daerah-daerah lain pada umumnya inisiatif pembangunan jalan datang dari pemerintah atau Gereja, di Mondo inisiatif murni dari masyarakat.

 Penyediaan Sarana Air Bersih

Pater Wasser, SVD adalah seorang imam yang berasal dari Swiss. Di tahun 2010 usianya sudah 81 tahun, namun tubuhnya masih sehat, penglihatan dan pendengarannya pun masih baik. Pertama kali menginjak tanah Manggarai tahun 1977, hatinya gelisah melihat penderitaan umatnya yang dililit oleh kemiskinan, penyakit, dan kebodohan. Lebih-lebih ketika ditugaskan di Wangkung tahun 1978. Umatnya yang miskin sangat rentan terhadap penyakit.

Bahkan yang digolongkan sehat pun umumnya menderita koreng, kudis, dan penyakit kulit lainnya. Dugaannya kuat bahwa ini semua disebabkan tidak adanya air bersih bagi masyarakat. “Ayah saya dulu petani dan kami mempunyai mata air sendiri. Dari sana saya belajar memasang pipa-pipa untuk

(24)

mengalirkan air bersih,” cerita Pater Wasser. Berdasarkan pengalamannya inilah akhirnya Pater Wasser mulai memasang pipa-pipa dan mengalirkan air bersih bagi umatnya di Wangkung. Wangkung terletak di Kabupaten Manggarai, sekitar 10 km di sebelah barat Ruteng. “Sejak itu memang kami tumbuh sehat dan bersih, Suster,” ungkap Maximus Banggur, salah seorang umatnya, yang mengalami sendiri dampak air bersih hasil jerih payah Pater Wasser. Dan akhirnya, berdatanganlah para camat dari berbagai pelosok Manggarai, meminta bantuan Pater Wasser untuk membantu menyediakan sarana air bersih di kecamatannya. Perjuangannya dalam menyediakan air bersih bagi masyarakat masih berlanjut sampai sekarang. Namun, Pater Wasser kini tidak sendirian lagi, karena sudah memiliki tim ahli yang membantunya bekerja di daerah-daerah. Setiap hari Sabtu, seluruh anggota tim berkumpul untuk memberikan laporan kepada Pater Wasser dan membicarakan program- program yang sedang maupun yang akan dijalankan.

Karya Pater Wasser ini sempat pula dinikmati oleh warga Mondo selama beberapa waktu, sayang hanya sementara saja karena kemudian pipa-pipanya rusak.

Gambar 38 (dari kiri ke kanan) Pater Wasser, Rm. Sergius Paulus CSE, para karyawan/wati yang bekerja dengan Pater Wasser

(Sumber: H.A. Tjondro Sugianto 2009)

 Koperasi Kredit (Kopdit) Jalur Paroki

Program ini dijalankan oleh sebuah komisi yang dibentuk oleh Keuskupan Ruteng, yaitu Komisi Pengembangan Sosial dan Ekonomi, biasa

(25)

disingkat PSE. Ketua Komisi adalah Rm. Simon Nama, Pr. Untuk melaksanakan program ini, para anggota komisi melakukan sosialisasi tentang dasar-dasar Kopdit ke paroki-paroki, bekerja sama dengan para pastor paroki setempat. Setelah itu, dilakukanlah pengorganisasian wadah-wadah Kopdit di masing-masing paroki. Setelah Kopdit berdiri, Komisi memberikan pendampingan dan penguatan Kopdit dengan kunjungan rutin dan mengadakan pula pendidikan dan pelatihan untuk para pengurus Kopdit. Untuk urusan Kopdit ini, Komisi PSE bekerja sama dengan Puskopdit Manggarai dan Dinas Perindag-Kop Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur.

Salah satu imam yang cukup aktif di bidang Kopdit ini adalah Rm. Dedi Madur, Pr. Sejarah keaktifannya di Kopdit berawal ketika ia masih ditugaskan sebagai Pastor Paroki di sebuah desa di Rangga. Umumnya umatnya adalah para petani sederhana yang sangat miskin. Sebagai seorang imam muda yang baru lulus dari pendidikan imamat, Rm. Dedi prihatin melihat umatnya yang kurang pengetahuan, tidak mampu memanajemen ekonomi rumah tangga, dan tidak memiliki kebiasaan hidup sehat. “Kegembiraan seorang pastor adalah ketika melihat umatnya bergembira,” ucapnya pada tanggal 10 Oktober 2009.

Oleh karena itu, Rm. Dedi pun mulai belajar mengenai koperasi dan menjalin kerja sama dengan LSM yang bergerak di bidang tersebut. Semakin lama kepiawaiannya mengelola koperasi pun semakin meningkat seiring dengan pengalaman demi pengalaman yang diperolehnya. Kini, Rm. Dedi termasuk salah seorang imam yang rajin berkeliling ke paroki-paroki di Keuskupan Ruteng untuk mengembangkan Kopdit. Pada saat ini, Kopdit jalur paroki berjumlah 67 Kopdit dengan anggota 9480 orang dan aset Rp. 8.676.268.843.

Seluruh paroki di Keuskupan Ruteng ada 96 buah, jadi sebagian besar paroki di Keuskupan Ruteng sudah memiliki Kopdit. Ada 5 paroki lain yang sebetulnya sudah memiliki Kopdit namun data modalnya belum ada, sementara 24 paroki lainnya memang belum ada Kopdit tetapi sudah ada UBSP.

UBSP merupakan singkatan dari Usaha Bersama Simpan Pinjam. Salah satu paroki yang belum ada Kopdit namun ada UBSP adalah Lengko Ajang.

Pater Daniel Manek, SVD adalah seorang imam muda yang bertugas di sana.

Diceritakan bagaimana umatnya membentuk kelompok dan mengumpulkan uang bersama untuk UBSP ini. Uang yang dikumpulkan tersebut digunakan untuk modal yang kemudian dipinjamkan kepada anggotanya yang membutuhkan sesuai dengan sumbangannya. Perbedaan utama dengan Koperasi, modal ini habis dipinjam oleh anggota, atau dengan kata lain, modal di tangan anggota. Sedangkan Koperasi, selalu ada uang yang disimpan di

(26)

Koperasi sebagai modal. Salah satu cara yang dilakukan Pastor Paroki Lengko Ajang untuk merangsang UBSP ini adalah memelihara sapi. Dengan demikian, umat diperkenalkan untuk beternak sapi dan timbul semangat menabung agar dapat membeli dan memelihara sapi.

Kampung Mondo terletak di Stasi Longko, dan di sana sudah ada pula Koperasi untuk perempuan. Rm. Beny Jaya mendirikan Koperasi untuk perempuan ini pada tahun 2006 di kota Borong dan pada tahun 2009 didirikan pula di Stasi Longko. Anggota koperasi tersebut antara lain adalah para perempuan dari Mondo.

 Pengembangan Rantai Komoditi Kopi

Selain Kopdit, Rm. Simon Nama, Pr beserta rekan-rekan di Komisi PSE juga aktif dalam program pengembangan rantai komoditi kopi. Salah satu kegiatan yang dilakukan berkaitan dengan program ini adalah pelatihan pengolahan pasca panen bagi para petani kopi. Selain itu, dibentuk juga wadah pemasaran serta memediasi para petani dengan pengusaha lokal untuk melindungi harga kopi sehingga daya tawar petani kopi bisa lebih kuat. Hingga saat ini sudah terbentuk 4 wadah pemasaran di Desa Arus, Watu Arus, Rengkam, dan Nggalak Leleng, serta masih ada 8 desa lain yang didampingi juga secara intensif. Masih banyak lagi sebetulnya kegiatan-kegiatan lain yang dilakukan oleh komisi, yang kesemuanya bertujuan menolong para petani kopi baik mulai dari pengolahan hingga pemasaran. Dalam peringatan Hari Pangan Sedunia tanggal 4 November di Borong, Rm. Simon Nama, Pr bahkan mempromosikan kopi para petani asuhannya tersebut yang sudah dikemas secara menarik dan penampilan kemasannya pun tidak kalah dengan kopi bermerk lainnya yang sudah beredar di pasaran. Dalam kesempatan tersebut, diajukan pula usul kepada pemerintah Kabupaten Manggarai Timur untuk membuat regulasi yang terkait dengan pemasaran kopi.

 Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya

Program lain yang dikerjakan oleh Komisi PSE adalah membuat Pusat Pelatihan Pertanian dan Pedesaan Swadaya. Pusat kegiatan ini berada di Mano dan kegiatan yang sudah dilakukan adalah membangun kandang sapi berukuran 6 x 21 m dan sebuah bangunan pengolahan limbah ternak berukuran 4 x 6 m.

Sebagai tempat penggembalaan ternak, terbentang padang rumput seluas 4 ha.

(27)

Pada tahun 2008 digemukkan 8 ekor sapi, dan tahun berikutnya 7 ekor.

Diharapkan program ini dapat meningkatkan ketrampilan petani di bidang pertanian organik.

 Penghijauan

Karya ini berawal dari keprihatinan Pater Wasser, SVD yang melihat air bersih yang telah diusahakannya hanya digunakan untuk minum dan mencuci saja. Maka dibentuklah kelompok yang dinamakan KERAN. Kelompok ini terdiri dari 10 hingga 15 ibu yang tersebar di berbagai desa. Para ibu ini dikumpulkan dan diajarkan menanam sayur, membuat apotik hidup, mengolah penganan lokal, dan sebagainya. Selain itu, digerakkan pula penghijauan dengan menanam tanaman ampupu, berbagai tanaman komoditi, dan pengumpulan serta penyebaran bibit. Apa yang sudah dilakukan oleh Pater Wasser ini dianggap sangat baik oleh pihak Keuskupan sehingga digulirkanlah program Seribu Pohon oleh Sinode Keuskupan Ruteng.

Komisi PSE merupakan komisi yang ditugaskan untuk program penghijauan ini. Selain untuk melestarikan lingkungan, program ini juga diharapkan dapat meningkatkan perekonomian umat. Pada tahun 2007 dan 2008 dilakukanlah pembagian bibit mahoni dan suren ke 37 paroki di bawah monitoring Rm. Yosef K., Pr. Tahun 2007 ada 6000 koker mahoni dan 12.000 koker suren yang didistribusikan, sedangkan pada tahun 2008 didistribusikan 22.000 koker suren untuk paroki yang berada di dataran tinggi dan 3000 koker mahoni untuk paroki yang berada di dataran rendah.

Pada tahun 2008, bahan-bahan katakese untuk umat ditekankan kepada penghijauan dan penanaman kayu keras. Tujuannya, agar umat disadarkan untuk menyelamatkan lingkungan dan memberikan alternatif peningkatan ekonomi di lain pihak. Oleh karena itu, para katekis terjun ke kampung- kampung untuk mensosialisasikan hal ini. Di Borong, pihak Paroki sendiri ikut memberikan contoh konkret penghijauan dan melibatkan umat untuk menanam di tanah paroki. Di awal masa puasa tahun 2008, Rm. Beny Jaya mengumpulkan semua Ketua Wilayah dan mensosialisasikan program ini.

Kemudian, diatur jadwal setiap hari Jumat selama masa puasa (sekitar 7 kali Jumat), umat dari wilayah-wilayah secara bergantian menanam mahoni dan jati di lahan paroki seluas 4 ha. Lokasi penanaman tersebut terletak di Liangbala.

(28)

 Pembuatan Irigasi

Pada tahun 2005 para imam dari Paroki Wukir memimpin umatnya untuk membuat saluran irigasi. Dana pembuatan saluran tersebut diperoleh dari pemerintah Kabupaten Manggarai yang berasal dari program pemberdayaan masyarakat. Sebelumnya, dana untuk program pemberdayaan masyarakat ini disalurkan lewat kecamatan dan desa. Namun, ternyata dana tersebut tidak dipergunakan sebagaimana mustinya sehingga pada tahun 2005 pemerintah kabupaten memutuskan untuk mengalirkan dana tersebut melalui paroki.

 Pengurangan Resiko Bencana

Pengurangan Resiko Bencana juga merupakan salah satu program Komisi PSE. Diharapkan dengan adanya program ini masyarakat di daerah rawan dapat semakin siap menghadapi bencana. Lewat berbagai diskusi tematik dan pelatihan, kini sudah ada 6 orang staf trampil dalam memfasilitasi berbagai kegiatan analisis ancaman, kerentanan, dan kapasitas masyarakat di daerah rawan bencana. Selain itu, ada 284 orang masyarakat di 4 lokasi program yang mengenal dan memahami program ini. Sudah terbuat pula peta daerah rawan bencana dan lokasi evakuasi di masing-masing lokasi sasaran program. Adapun lokasi program ini berada di Desa Perak Paroki Rii, Desa Gapong Paroki Pagal, Desa Selama Paroki Reo, dan Desa Satar Punda Paroki Reo.

 Kaderisasi Kepemimpinan di Bidang Politik

Salah satu program yang dijalankan oleh keuskupan lewat komisinya adalah kaderisasi kepemimpinan dalam bidang politik. Tujuan dari program ini adalah agar kaum awam dapat mengimplementasikan nilai-nilai Katolik dalam kehidupan sosial-politik. Untuk menjalankan program ini, komisi bekerja sama dengan pemerintah daerah Kabupaten Manggarai, Manggarai Barat, dan Manggarai Timur. Program ini dilakukan di paroki-paroki yang ada di Keuskupan Ruteng pada musim safari Aksi Puasa Pembangunan, yaitu kira-kira 7 minggu menjelang Hari Raya Paska.

Menjelang PEMILU legislatif tahun 2009, Paroki Borong juga melakukan pengkaderan ini. Rm. Beny Jaya mengadakan pengkaderan di tiga titik, yaitu di Borong, Benteng Jawa, dan Mano. Di masing-masing titik tersebut, pihak paroki memfasilitasi pertemuan antara para calon legislatif dengan masyarakat setempat. Sempat juga muncul keluhan bahwa ternyata

Referensi

Dokumen terkait

Apa, as a noun modifier meaning “what kind” or “what sort,” is added after the noun and is at the end of the sentence. The noun preceding the verb performs the action of the

Penelitian ini sejalan dengan Endang Purbasari, bahwa tingkat pengetahuan ibu yang berkunjung ke Puskesmas Ciputat dalam penanganan awal diare di rumah, mayoritas

Penelitian ini bertujuan mengetahui daya inhibisi dari ekstrak kasar air, etanol, dan saponin dari tanaman daun jati belanda dan bangle terhadap aktivitas lipase pankreas secara

Tiga dari mall (Malioboro mall, Ramai mall dan Ramayana-Robinson Mall) yang terdapat pada di dua jalan utama kawasan (jalan Mangkubumi dan Jalan A.Yani) dengan desain bentuk

Seiring teknologi yang makin berkembang saat ini, mencocokkanquery yang dibuat oleh mahasiswa dengan jawaban query yang ada pada dosen tidak perlu dilakukan

Perlunya ketrampilan, ketelitian, dan sesabaran dalam melakukan proses pembuatan video klip ini, serta dituntut untuk lebih menguasai pengguanaan software

Berita.. Formula Penyuntingan Bahan yang Berdaya Maju untuk Berita Surat Khabar  Bahasa Melayu