• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Kadar Troponin T dan Magnesium Serum Terhadap Nilai BI

IV.I. 5.3. Distribusi Rerata Nilai BI Berdasarkan Variabel

IV.1.9. Peranan Kadar Troponin T dan Magnesium Serum Terhadap Nilai BI

Untuk menentukan peranan variabel prediktor terhadap skor BI, dilakukan uji regresi linear sederhana dengan metode Enter menunjukkan bahwa kadar troponin T memiliki korelasinegatif tidak bermakna terhadap nilai BI ( p= 0,087, R= -0,343, R2 = 0,117) dan kadar magnesium juga menunjukkan korelasi negatif tidak bermakna terhadap nilai BI (p= 0,069 , R = - 0,362, R2= 0,131)

Tabel 11. Uji regresi linear untuk menentukan peranan variabel prediktor terhadap skor BI

Regression Correlation

Model Koef. Regresi Uji t p. R p.

Constan Troponin T 50,290 -116,105 10,740 -1,787 0,000 0,087 0,343 0,087 Regression Correlation

Model Koef. Regresi Uji t p. R p.

Constan Magnesium 86,291 -22,469 4,051 -1,903 0,000 0,069 0,362 0,069 Regression Correlation

Model Koef. Regresi Uji t p. R p.

Constan Troponin T Magnesium 74,929 -61,751 -14,919 2,787 -0,706 -0,931 0,01 0,487 0,362 0,387 0,155 p <0,05

Persamaan yang terbentuk untuk memprediksi nilai skor BI berdasarkan kadar troponin t dan magnesium masing-masing adalah : Skor BI = 50,290 – 116,105 (kadar troponin T)

Skor BI = 86,291 - 22,469 (kadar magnesium)

Dengan uji regresi linier ganda metode stepwise, diperoleh persamaan untuk memprediksi nilai BI kadar troponin T dan magnesium (secara bersamaan):

Troponin 0.300 0.250 0.200 0.150 0.100 0.050 0.000 Bartel In deks h ari ke 14 80 60 40 20 0 R Sq Linear = 0.117

Gambar 11. Grafik linear peran kadar Troponin T terhadap skor BI

Magnesium 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 Bartel Ind eks h a ri ke 1 4 80 60 40 20 0 R Sq Linear = 0.131

IV.2. PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional dengan tujuan untuk melihat gambaran kadar serum troponin T dan magnesium dan peranannya sebagai factor prognostic outcome stroke iskemik yang diukur dengan NIHSS, MRS dan BI pada penderita stroke iskemik fase akut.

Pada penelitian ini subjek penelitian adalah sebanyak 26 orang, dimana dijumpai lebih banyak pria dibandingkan wanita, yaitu 65,4 % (n=17) pria dan 34,6 % (n=9 ) wanita. Studi dari Cherubini dkk,2000 pada 38 pasien stroke iskemik mendapatkan penderita laki-laki sebanyak 25 orang (65%). Studi dari Millan dkk,2007 pada 134 pasien stroke iskemik menemukan 65,7 % pasien laki-laki.

Rerata usia subjek pada penelitian ini adalah 64 tahun dengan rentang usia 39 tahun hingga 85 tahun dimana kelompok usia terbanyak adalah pada kelompok usia > 64 tahun adalah 15 orang (57,69%) sedangkan pada kelompok umur ≤ 64 tahun sebanyak 11 orang ( 42,30%). Studi dari Appelros dkk,2003 menemukan bahwa rerata usia penderita stroke iskemik adalah 77 tahun dengan rentang usia 33-100 tahun. Studi dari Sanchez-Moreno dkk,2004 pada pasien stroke iskemik menemukan rerata usia subjek 67  12 tahun, dengan rentang 50-91 tahun.

Dari seluruh subjek pada penelitian ini terdapat 24 orang penderita hipertensi (92,30%). Hasil penelitian dari Weir dkk pada 3731 pasien stroke menunjukkan terdapat 45% penderita hipertensi. Pada studi dari Millan dkk pada 134 pasien stroke iskemik terdapat 49,3 % penderita hipertensi.

Pada penelitian ini terdapat 5 orang penderita Diabetes Mellitus (19,23%). Hasil penelitian dari Weir dkk pada 3731 pasien stroke menunjukkan terdapat 9 % penderita DM. Pada studi dari Millan dkk pada 134 pasien stroke iskemik terdapat 18,7% penderita DM.

Pada penelitian ini terdapat 5 subjek dengan riwayat merokok (19,23%). . Hasil penelitian dari Weir dkk,2003 pada 3731 pasien stroke menunjukkan terdapat 48 % subjek dengan riwayat merokok. Pada studi

dari Millan dkk,2007 pada 134 pasien stroke iskemik terdapat 14,9 % penderita yang merokok.

Nilai rerata kadar troponin T serum dan standard deviation (SD) pada seluruh subjek adalah 0,03  0,065 ng/mL dengan nilai terendah

0,01 ng/ml dan tertinggi 0,2 ng/mL. Tetsuya dkk,2004 melakukan

penelitian terhadap 140 pasien stroke iskemik akut dan menemukan nilai rerata troponin T 5,14  1,78 ng/ml . Pada penelitian oleh Apak dkk,2005 didapati rerata kadar troponin T pada pasien stroke iskemik akut yang diperiksa dalam 24 jam setelah onset yaitu 0,09  0,15 ng/mL.

Pada penelitian ini tidak dijumpai perbedaan yang signifikan rerata kadar troponin T berdasarkan jenis kelamin, usia dan faktor resiko seperti hipertensi, diabetes melitus, penyakit jantung, merokok dan dislipidemia. Penelitian dari Chung PW dkk,2009 menemukan perbedaan yang signifikan pada kadar troponin T berdasarkan jenis kelamin ( p=0,038) dan riwayat hipertensi (p= 0,024) sedangkan menurut umur, dan faktor resiko merokok dan diabetes melitus tidak dijumpai perbedaan signifikan.

Pada studi Suk Song dkk,2008 dijumpai bahwa terdapat perbedaan signifikan pada kadar troponin T berdasarkan faktor resiko dislipidemia (p=0,041) sedangkan pada faktor resiko lainnya tidak dijumpai perbedaan signifikan.

Pada penelitian ini dijumpai nilai rerata dan SD kadar magnesium serum adalah 1,76  0,35 mg/dl dengan nilai terendah 1,19 mg/dL dan tertinggi 3,09 mg/dL. Pada studi dari Shechter dkk,2000 didapatkan bahwa rerata kadar magnesium serum dan SD adalah 2,10 ± 0,18 mg/dL.

Pada penelitian Fawcett dkk,1999 rentang kadar magnesium serum 0,76- 0,96 mmol/L dan menurut Novello dkk rentang kadar magnesium adalah 1,8- 3 mEq/L.

Pada penelitian ini dijumpai korelasi positif yang bermakna antara kadar troponin T dan magnesium serum terhadap nilai NIHSS. Penelitian oleh Suk Song dkk ,2008 menemukan hubungan yang bermakna antara kadar troponin T dengan nilai NIHSS dan MRS yaitu peningkatan kadar troponin T berhubungan dengan meningkatnya keparahan stroke yang

dapat diketahui dari nilai NIHSS dan peningkatan disabilitas yang dinilai dengan MRS. Peningkatan serum troponin T dijumpai pada 10,8% pasien stroke dan memiliki prevalensi atrial fibrilasi dan dislipidemia, cenderung kardioemboli.

Pada penelitian Barber dkk,2007 didapati korelasi positif kadar troponin T dengan outcome yang buruk dan ketergantungan/ dependensi yang dapat dinilai dari BI. Juga dijumpai korelasi positif antara kadar troponin T dengan disabilitas yang dapat dinilai dari MRS.

Dari penelitian ini diperoleh bahwa kadar troponin T merupakan prediktor outcome buruk stroke iskemik yang diukur dengan NIHSS. Menurut studi Kerr dkk,2009 peningkatan kadar troponin T merupakan penanda/ marker suatu keparahan stroke iskemik. Walaupun demikian, terdapat 2 dari 4 studi menyatakan bahwa kadar troponin T merupakan prediktor kematian pada penderita stroke iskemik.

Dari hasil studi James dkk, 2000 menjelaskan bahwa kadar troponin T masih menjadi prediktor kuat outcome stroke iskemik. (p=0,0108) dimana peningkatan kadar troponin T merupakan prediktor kematian pada stroke iskemik yaitu sebanyak 3x lipat. Begitu pula dengan studi Chung PW dkk, 2009 bahwa kadar troponin T pada pasien dengan penyakit neurologis akut ( seperti stroke, trauma kapitis dan kejang) berhubungan dengan outcome yang buruk yaitu 19% pasien sehingga diduga peningkatan kadar troponin T menjadi marker peningkatan resiko kematian penderita stroke iskemik.

Studi Etgen dkk, 2005 menjelaskan bahwa troponin T merupakan penanda biokimiawi kerusakan otot jantung dengan sensitifitas dan spesifisitas tinggi dan berperan pada stroke akut dimana peningkatan kadar troponin T mningkatkan mortalitas 3x lipat.

Begitu pula halnya pada kadar magnesium serum pada penelitian ini, bahwa kadar magnesium serum merupakan prediktor signifikan terhadap nilai NIHSS. Pada penelitian Shechter dkk,2000 kadar magnesium serum merupakan prediktor signifikan dan independen terhadap platelet dependent trombosis (p=0,02). Platelet dependent

trombosis. Mg juga dapat menekan aktivasi platelet dengan menghambat faktor platelet seperti prostasiklin stimulator seperti tromboxane atau menghambat sintesa inhibitor platelet seperti prostasiklin ( Shechter dkk, 2000). Pada defisiensi magnesium menyebabkan vasokonstriksi yang akan memperberat kerusakan endotel pembuluh darah yang selanjutnya menimbulkan aterosklerosis. Defisiensi magnesium juga berhubungan dengan respon inflamasi yang akan memicu respon oksidatif pada sel endotel sehingga beresiko terbentuknya trombus.

Menurut Ouchi dkk, 1990, dengan memberikan diet mengandung Mg maka akan menekan perkembangan plak aterosklerosis pada lapisan intima, dikarenakan diet mengandung Mg memiliki efek antiaterogenik yang akan menurunkan mortalitas dari penyakit aterosklerotik. Juga menurut Maier dkk, 2002, pemberian terapi Mg oral dapat memperbaiki fungsi endotel sehingga dengan demikian, Mg merupakan prediktor independen outcome baik pada penderita stroke iskemik.

Kelemahan penelitian ini adalah jumlah sampel yang sedikit dan waktu penelitian yang pendek sehingga perlu dilakukan penambahan jumlah sampel untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat

BAB V

Dokumen terkait