• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

A. Kaum Muda

9. Peranan Kaum Muda

a. Peranan Kaum Muda Dalam Gereja

Setiap jemaat beriman karena rahmat permandiannya memiliki panggilan untuk mengembangkan, mewujudkan, dan memberikan kesaksian iman mereka. Kaum muda sebagai anggota Gereja juga ikut memiliki peranan untuk bersaksi tentang imannya, dan setiap kaum muda dipanggil untuk menjadi pewarta kabar gembira (Prasetya 2006:103).

KWI (1994:29) mengatakan bahwa masa depan Gereja terletak pada anak- anak, remaja, dan kaum muda sebagai bagian dari Gereja untuk meneruskan perjuangan Gereja. Salah satu perjuangan tersebut adalah meneladani Yesus Kristus sendiri. Peranan kaum muda sebagai pengikut Yesus salah satunya adalah ikut serta di dalam fungsi Kristus, yaitu sebagai Imam, Nabi, dan Raja (AA art 1). Pertama, peran sebagai Imam yakni menguduskan. Di dalam Perjanjian Lama dijelaskan fungsi dari Imam sendiri adalah mempersembahkan kurban misalnya seperti : binatang, hasil bumi, dan lain sebagainya. Kristus memutus imamat Perjanjian Lama karena yang mempersembahkan kurban dan yang dikurbankan sama yaitu diri-Nya sendiri. Oleh karena itu semua orang beriman oleh Baptisan dan Krisma harus ikut ambil bagian dalam Imamat Kristus. Mereka hendaknya bertekun di dalam doa dan memuji Allah, dan mempersembahkan dirinya sebagai kurban persembahan yang hidup, kudus dan berkenan kepada Allah (LG art 10 bdk AA art 6). Ke dua, peran sebagai Raja yakni menggembalakan. Pokok pewartaan Yesus adalah Kerajaan Allah. “Waktunya telah genap, Kerajaan Allah sudah dekat, bertobatlah dan percayalah kepada Injil” (Mrk 1:15). Kerajaan Allah adalah

kerajaan damai yang dibawa Yesus ini berhukum cinta kasih, yang diwujudkan dalam sikap saling melayani. Yesus Kristus sendirilah yang menjadi raja, ketika Ia melaksanakan tugas-Nya sebagai hamba Yahwe yang setia dimana Dia selalu mengarahkan dan menuntun para umat-Nya untuk selalu dekat dengan Bapa. Oleh Baptis dan Krisma, kita dilahirkan kembali menjadi “umat baru, kerajaan dan imam-imam bagi Allah” (LG art 10 bdk AA art 7). Ke tiga, peran sebagai Nabi yakni sebagai pewarta Sabda Allah. Seorang nabi sejati tidak mendapatkan jaminan dalam tugasnya kecuali keterikatan pada kehendak Allah. Pewartaan seorang nabi sejati selalu bersumber pada sikap setianya sebagai pendengar Sabda Allah. Dalam diri Yesus Kristus tugas kenabian dilaksanakan secara sempurna. Dia adalah Sang Sabda yang menjadi manusia. Seluruh hidup Yesus Kristus merupakan kesaksian yang hidup akan kemuliaan Allah yang terwujud dalam keselamatan manusia, sampai Ia mati di kayu salib sebagai Martir Agung. Oleh Baptis dan Krisma, orang Kristiani dipanggil dan diutus untuk menjadi saksi “di dunia memberi kesaksian tentang Yesus Kristus dan memberikan pertanggungjawaban kepada yang menuntunnya, tentang harapan akan kehidupan abadi yang ada dalam diri mereka” (LG art 10 bdk AA art 6). Di sinilah orang Kristiani mengemban tugas Kristus menjadi saksi Injil, sengsara dan kebangkitan Kristus. Hal ini hanya bisa terjadi dan terlaksana apabila orang Kristiani menjadi pendengar dan pewarta Sabda Allah.

Oleh sebab itu dalam melaksanakan tugas-tugasnya di dunia ini kaum muda Katolik memainkan peranan yang sangat penting yakni membangun serta membawa perubahan baik di dalam masyarakat mau pun untuk Gereja sendiri. Sekaligus

merekalah yang menciptakan, mengembangkan struktur kemasyarakatan yang baru seturut gairah mereka menuju kesempurnaan selaras dengan kehendak Allah.

Setiap kaum muda Katolik, oleh sakramen permandiannya mempunyai tugas untuk menjadi rasul dalam lingkungannya, menurut kedudukan dan kemampuannya. Kaum muda juga mempunyai kesadaran untuk bertanggung jawab sebagai seorang Katolik, yakni mempunyai kewajiban untuk memajukan lingkungan di sekitarnya.

b. Pandangan Gereja Terhadap KaumMuda

Gereja bertanggung jawab terhadap hidup beriman setiap orang, terlebih- lebih kaum mudanya. Anak-anak dan kaum muda berhak didukung untuk belajar menghargai dengan suara hati yang lurus, nilai-nilai moral, serta dengan tulus menghayatinya secara pribadi, juga untuk semakin sempurna mengenal serta mengasihi Allah (GE, art 1).

KWI (1998:1) menyatakan kaum muda saat ini penuh dengan kreatifitas dan memiliki motivasi yang tinggi, sehingga potensi yang mereka miliki perlu diberdayakan dan selalu diberi kesempatan. Dalam Lks (7:11-17) di mana Yesus membangkitkan anak muda di Nain, begitu juga dalam tradisi Gereja. Konsili Vatikan II sebagai salah satu peristiwa penting dalam sejarah Gereja tidak sedikit menunjuk kepada kaum muda dan berbicara kepada kaum muda secara langsung khusunya dalam dokumen (AA art 12).

Gereja mendukung peran serta kaum muda melalui berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan tersebut tampak dalam berbagai keterlibatan di Komisi Kepemudaan, baik tingkat KWI, Keuskupan, Kevikepan atau Dekanat; di Youth

Center tingkat Keuskupan dan Kevikepan atau Dekanat; di Tim Kerja Kepemudaan atau Mudika tingkat Paroki; dan kegiatan-kegiatan lain yang mendukung keterlibatan dan perkembangan kaum muda (Prasetya, 2006:112).

c. Harapan Gereja Terhadap Kaum Muda

Paus Yohanes Paulus II dalam surat kepada kaum muda (1996:7) mengatakan bahwa Gereja melalui Konsili merumuskan kaum muda Katolik sebagai harapan Gereja, sebab secara istimewa Gereja memandang keberadaannya ada dalam diri kaum muda Katolik. Dari hal tersebut maka kaum muda Katolik merupakan aset yang luar biasa bagi masa depan Gereja. Gereja berharap pada kaum muda, karena merekalah penerus kehidupan Gereja.

Gereja membuka dirinya untuk kaum muda agar mereka sejak dini mengenal dan mencintai Gereja. Kaum muda adalah orang yang dinamis, sedang bertumbuh dan berkembang, maka hendaknya mereka dapat bertumbuh secara seimbang dan maksimal. Mereka begitu berharga bagi masa depan, karena hidup matinya Gereja di pundak mereka.

Kaum muda juga sebagai jantung hati Gereja, oleh karena itu Gereja berharap pada kaum muda untuk dapat mengembangkan Gereja. Gereja masa depan adalah Gereja yang berkembang sebagaimana dicita-citakan oleh banyak orang, dalam hal ini menjadi tanggung jawab kaum muda. Gereja mengharapkan kaum muda untuk bertindak mulai dari sekarang, dengan penuh semangat, cita-cita dan gelora kemudaan mereka. Gereja tidak ingin kaum muda menunda peran serta mereka setelah dewasa, karena saat itu sudah terlambat untuk memulai.

Dokumen terkait