KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan
3. Peranan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak
Orang tua memegang peranan yang paling penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Daradjat, 2011: 35). Pada das-arnya peranan orang tua adalah sebagai pengasuh, pembimbing, pendidik, pengawas, pengontrol, yang utama dan pertama bagi tumbuh kembangnya anak serta harus diperhatikan oleh orang tua dalam menyiapkan generasi muda agar sanggup terjun ketika menghadapi hidup dimasyarakat serta pergaulan yang baik dengan manusia dan cinta tanah air dan bangsa. Adapun peranan tersebut antara lain, yaitu:
a. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi
anak-anaknya.
Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong
pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmani, baik aspek
perkembangan atau pun aspek perfungsian.
Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat selama mengandung, sebab itu berpengaruh terhadap anak dalam kandungan.
25
Sehingga apabila anak telah lahir maka tanggung jawab keluarga terhadap kesehatan anak dan ibunya menjadi berlipat ganda. Dia dapat memperoleh cara-cara dan jalan-jalan perlindungan, pengobatan, dan pengembangan untuk menunaikan kewajiban ini. b. Peranan keluarga dalam pendidikan akal (intelektual) kanak-kanak
Keluarga dalam peranan ini masih tetap memegang peranan penting dan tidak dapat dibebaskan dari tanggung jawab ini. Bahkan keluarga memegang tanggung jawab besar sebelum anak-anak memasuki sekolah. Diantara tugas-tugas keluarga adalah untuk menolong anak-anaknya menemukan, membuka dan menumbuhkan kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, minat dan kemampuan-kemampuan akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal tersebut.
Sesudah anak masuk sekolah tanggung jawab keluarga dalm pendidikan akal bertambah luas. Sekarang menjadi kewajiban keluarga dalam bidang ini adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan mengalakkan untuk belajar, mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas, mengikuti kemajuan sekolah, bekerjasama dengan sekolah untuk menyelsaikan masalah pelajaran yang dihadapiny, menggalakkan mereka untuk mengulangi pelajaran dan membimbing mereka cara yang paling sesuai untuk belajar jika mereka faham akan hal tersebut. Begitu juga dengan memberi peluang untuk memilih jurusan pada
26
pelajaran yang disukainya, menghormati ilmu pengetahuan dan orang-orang berilmu, dan lain-lain sebagainya.
c. Peranan keluarga dalam pendidikan psikologikal dan emosi
Peranan keluarga dapat memainkan peranan penting di dalam pendidikan psikologikal dan emosi. Melalui pendidikan itu keluarga dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan umumnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan dengan orang-orang lain disekelilingnya. Begitu juga dengan menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia, seperti cinta kepada orang lain, mengasihani orang lemah dan teraniaya, menyayangi dan mengasihani orang fakir miskin, kehidupan emosi yang rukun dengan orang lain dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara positif dan dinamis.
Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan ini adalah sabab keluarga melibatkan kanak-kanak dalam tahap awal hidupnya, di mana hubungan-hubungan dan pengalaman-pengalaman sosialnya belum cukup luas. Oleh karena sejauh mana yang dapat dicapai oleh kanak-kanak dalam penyesuaian psikologi dan kematangan emosi pada awal tingkat hidupnya, maka masa depan psikologinya sebanyak itulah pada kehidupannya dikemudian hari. Peranan keluarga pada
27
pendidikan psikologi tidak terbatas pada tingkat kanak-kanak saja, tetapi meliputi seluruh hidupnya.
Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mendidik anak-anaknya dari segi psikologi adalah memberi mereka segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka dengan sopan dan hormat, di samping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan kepadanya (Langgulung, 1986: 304-309).
d. Peranan keluarga dalam pendidikan agama bagi anak-anak
Pendidikan agama dan spritual termasuk bidang-bidang pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anak-anaknya. Pendidikan agama dan spritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan agama yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu juga membekalkan kanak-kanak dengan pengetahuan-pengetahuan agama dan kebudayaan islam sesuai dengan umurnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat dan sejarah.
Adapun cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-cara sebagai berikut:
28
a) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan berpengang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
b) Membiasakan mereka menunaikan syair-syair agama semenjak
kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah mendaging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan merasa tentram sebab mereka melakukannya.
c) Menyiapkan suasana agama dan spritual yang sesuai di rumah di
mana mereka berada.
d) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang
berguna dan memikirkan ciptaan-ciptan Allah dan makhluk-makhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya.
e) Mengalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama, dan lain-lain.
e. Peranan keluarga dalam pendidikan akhlak bagi anak-anak
Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak. Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula berinteraksi dengannya oleh sebab mereka mendapat pengaruh dari padanya atas segala tingkah lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil tugas berat tentang pendidikan ini, mengajar mereka tentang akhlak yang mulia yang diajarkan Islam seperti kebenaran, kejujuran,
29
keikhlasan, kesabaran, kasih-sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain sebagainya.
Di antara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah:
a) Memberi contah yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada akhlak mulia.
b) Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana di
mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari orang tuanya.
c) Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya
supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya. d) Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan
sadar dan bijaksana.
e) Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan
tempat-tempat kerusakan dan lain-lain lagi cara di mana keluar- ga dapat mendidik akhlak anak-anaknya (Langgulung, 1986: 310-113).
f. Peranan keluarga dalam pendidikan sosial kanak-kanak
Keluarga belum lengkap tugasnya dengan sempurna dalam pendidikan anak-anaknya sehingga ia menolong anak-anak bertumbuh dari segi sosial. Pertumbuhan sosial ini melibatkan pendidikan sosial ekonomi dan politik yang mengatakan bahwa kesediaan-kesediaan dan bakat-bakat asasi anak-anak dibuka dan di keluarkan ke dalam kenyataan berupa hubungan-hubungan sosial dengan orang-orang
30
sekelilingnya. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang berusaha meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah serta mengerjakan
ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi,
menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam berbuat, adil, kasih sayang, tolong menolong, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan lain sebagainya.
Adapun cara-cara yang patut digunakan dalam mendidik anak-anaknya dari segi sosial, politik dan ekonomi adalah:
a) Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai.
b) Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta hubungan-hubungan sosial yang berhasil.
c) Membiasakan anak-anaknya memikul tanggung jawab dan
membimbingnya jika mereka bersalah dengan lemah lembut. d) Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya.
e) Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan
menghormatinya di depan kawan-kawannya.
f) Menolong anak-anak menjali persahabatan yang mulia dan
31
g) Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang dapat menolong mereka.
h) Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia
menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi. i) Bersifat adil diantara mereka.
j) Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan, minum,
duduk, tidur, memberi salam, berziarah, dan lain sebagainya (Langgulung, 1986: 313-314).
4. Pendidikan
Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagai mana mestinya (Muchtar, 2008: 14).
Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
“Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Hasbullah, 2009: 1-4).
Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk menciptakan pola tingkah laku tertentu pada
32
kanak-kanak atau orang yang sedang di didik (Langgulung, 2004: 28). Adapun pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak. Artinya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri anak-anak, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Suwarno, 2006: 21) Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa pendidikan biasa diartikan sebagai berikut:
1. Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan
kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan, peningkatan pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin. 2. Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan peserta
didik. Di dalam hubungan itu, mereka memiliki kedudukan dan peranan yang berbeda.
3. Pendidikaan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan
pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai individu, sekaligus sebaga makhluk sosial dan makhluk Tuhan.
4. Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan masyarakat.
33
5. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman yang sedang dialami
yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi seseorang yang menyebabkannya berkembang (Suwarno, 2006:22-23)
Dari penjelasan-penjelasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan. Untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan diperlukannya tujuan-tujuan dalam pendidikan, diantaranya:
a) Mengembangkan peserta didik sebagai pemikir
b) Mengembangkan peserta didik sebagai warga negara
c) Menumbuhkan/ menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang
mewarnai aktivitas hidupnya,
d) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
e) Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu
luang.
f) Menumbuhkan pola hidup sehat (Ghony, 1981:11-12).
Adapun pendidikan juga berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pengertian dan tujuan dari pendidikan di atas, menunjukkan bahwa pendidikan sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Alaq:1-5 yang berbunyi:
34
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari ayat ini jelas, bahwa agama Islam telah mendorong umatnya senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa mencari ilmu berlaku prinsip tak mengenal batas, dimensi, ruang dan waktu (Muchtar, 2008: 13).