• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang) - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang) - Test Repository"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG

PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN

MENYEKOLAHKAN ANAK

(Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

IRWINA SAFITRI

NIM 11111052

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)

i

PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG

PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN

MENYEKOLAHKAN ANAK

(Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

IRWINA SAFITRI

NIM 11111052

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vi MOTTO

Pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan,

karena pendidikan membantu kita membuka wawasan yang lebih luas.

PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tua ku ( Bapak Edi Prayitno dan Ibu Marziyati) yang selalu memberikan motivasi, Do’a dan dorongan serta Adik Tercinta Zian Affandi Althamis dan Muhammad Zidan Khibrizi yang selalu Memberi ku semangat dan kakak ku Erika Ratnasari, kepada sahabat Terbaik ku, terimakasih karena dorongan kalian maka aku dapat

(8)

vii

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan Rahmat,

Taufiq, Hidayah, memberikan kekuatan serta kesehatan sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.

Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW

yang telah diutus oleh Allah SWT untuk membawarisalah dan membebaskan umat Islam

dari belenggu kebodohan.

Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa

dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, motivasi, serta do’a sehingga

skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN

Salatiga.

4. Bapak M. Gufron, M.Ag. selaku Dosen pembimbing Akademik.

5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu,

tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam

memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

(9)
(10)

ix ABSTRAK

Safitri, Irwina. 2015. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan dan Dukungan Menyekolahkan Anak (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu,

Kab. Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

(FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.

Kata kunci: persepsi tentang pendidikan dan dukungan menyekolahkan

Latar belakang penelitian ini adalah mengacu pada realita yang ada yaitu, pada dasarnya pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena manusia tanpa pegangan ilmu maka akan susah dan sulit berkebiasaan-kebiasaan yang baik. Keluarga sebagai pendidikan pertama, anak akan mendapatkan didikan dan bimbingan utama dari keluarga. Orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan masa depan yang lebih baik. Sehingga orang tua harus memberikan dorongan dan membangkitkan motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, terutama untuk memilihkan sekolah dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, supaya anak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar orang tua tidak menyesal dikemudian hari.

Fokus penelitian ini adalah:(1) Bagaimana persepsi orang tua murid tentang

pendidikan? (2) Bagaimana dukungan orang tua menyekolahkan anak? Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kalimat tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini.

Hasil penelitian yang dapat diperoleh adalah: 1) Signifikansi pendidikan, pendidikan tinggi sebagai jembatan untuk mewujudkan masa depan yang sukses dan harapan terhadap pendidikan agama Islam, 2) Komitmen, keteladanan, penyediaan fasilitas dan pembiayaan.

(11)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... I

LEMBAR BERLOGO ... Ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... Iii

PENGESAHAN KELULUSAN ... Iv

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... V

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... Vi

KATA PENGANTAR ... Vii

ABSTRAK ... Ix

DAFTAR ISI ... X

DAFTAR LAMPIRAN ... Xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

D.Kegunaan Penelitian ... 3

1. Kegunaan Teoritik ... 3

2. Kegunaan Praktik ... 3

E. Penegasan Istilah ... 4

(12)

xi

2. Orang Tua ... 4

3. Pendidikan ... 5

4. Dukungan Menyekolahkan Anak ... 5

F. Metode Penelitian... 5

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 5

2. Kehadiran Peneliti ... 6

3. Lokasi Penelitian ... 6

4. Sumber Data ... 7

5. Prosedur Pengumpulan Data ... 7

6. Analisis Data ... 9

7. Pengecekan Keabsahan Data ... 9

8. Tahap-tahap Penelitian ... 11

G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 A. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan ... 13

1. Makna persepsi ... 13

2. Pengerian Orang Tua... 17

3. Pengertian Pendidikan ... 31

(13)

xii BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN

PENELITIAN... 38

A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Jambu ... 38

2. Implementasi di SMP Negeri 1 Jambu ... 3. Struktur Organisasi ... B. Gambaran Informan ... C. Temuan Penelitian ... 1. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan ... 39 41 42 46

46

2. Dukungan Menyekolahkan anak ... 50

BAB IV PEMBAHASAN... 54

A.Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan ... 54

B. Dukungan Menyekolahkan Anak... 57

BAB V PENUTUP ... 61

A.Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

DAFTAR LAMIRAN-LAMIRAN

LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN 2 LEMBAR KONSULTASI

LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN

LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN

LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA

LAMPIRAN 7 ARSIP FOTO PENELITIAN

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan diartikan sebagai proses timbal-balik dari tiap pribadi

manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan dengan alam

semesta. Pendidikan merupakan pola perkembangan yang terorganisasi dan

kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual, jasmani (panca

indera), dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya,

yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan

hidupnya (tujuan akhir).

Pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi ini (kemampuan,

kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya

disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat yang disusun

sedemikian rupa dan dikelola oleh manunsi untuk menolong orang lain atau

dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan (Tim Dosen IKIP Malang,

1980: 7).

Pada dasarnya pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena

manusia tanpa pegangan ilmu maka akan susah dan sulit

berkebiasaan-kebiasaan yang baik. Keluarga sebagai pendidikan pertama, karena dalam

keluarga anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Maka orang

tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan masa depan yang lebih

(16)

2

Di mana orang tua wajib bertanggung jawab untuk memberikan

pendidikan yang benar kepada anaknya di dalam rumah, di keluarga,

lingkungan, maupun di sekolah, dengan demikian perilaku sosial anak dan

pergaulannya terhadap orang lain akan lembut (Mustaqim, 2005: 22).

Sehingga orang tua harus memberikan dorongan dan membangkitkan

motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, terutama

untuk memilihkan sekolah dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, supaya

anak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar orang tua

tidak menyesal dikemudian hari.

SMP Negeri 1 Jambu merupakan salah satu sekolah negeri yang terbaik

di Jambu, dan sudah banyak meluluskan bibit-bibit yang sukses. Adapun di

SMP Negeri 1 Jambu mempunyai tujuan menciptakan atau menyiapkan pesrta

didik agar mempunyai kemampuan dalam pendidikan umum dan pendidikan

agama.

Di SMP Negeri 1 Jambu dalam pendidikannya menerapkan kedisplinan

dan tata tertib yang baik sehingga para siswa sangat nyaman dan tenang saat

para tenaga pendidikan mengajar sehingga anak didik dapat mencerna

pembelajaran yang diberikan dan diharapkan mempunyai prestasi akademik

yang optimal.

Dengan harapan lulusan yang dihasilkan di SMP Negeri 1 Jambu

memiliki siswa yang tangguh berilmu dan berbudi pekerti yang lembut serta

(17)

3

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti

“PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN

DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK ( Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu)”

B.Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun Fokus masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi orang tua tentang pendidikan?

2. Bagaimana dukungan orang tua menyekolahkan anak?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui persepsi orang tua tentang pendidikan.

2. Untuk mengetahui dukungan orang tua menyekolahkan anak.

D.Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua,

pertama manfaat teoritik dan kedua manfaat praktik.

1. Manfaat Teoretik

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretik dapat

dijadikan dukungan orang tua untuk mengarahkan anaknya melanjutkan

sekolah, serta menambah pengetahuan tentang pendidikan dan wawasan

bagi peneliti, orang tua khususnya, dan masyarakat.

2. Manfaat Praktik

Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat membantu

(18)

4 E.Penegasan Istilah

Adapun penulis memberikan batasan dan penegasan judul secara

singkat dengan rincian sebagai berikut:

1. Persepsi

Persepsi adalah

1. Proses mengetahui atau mengenali objek atau kejadian objektif dengan

bantuan indera.

2. Kesadaran dari proses-proses organis.

3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti

yang berasal pengalaman dimasa lalu.

4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari

kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara

perangsang-perangsang.

5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan serta

merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989: 358).

Sedangkan persepsi menurut Desiderato (1976) adalah pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan

menyim-pulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1994: 51).

2. Orang Tua

Pengertian Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua

yang tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga

orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan

(19)

5 3. Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok orang atau usaha mendewasakan manusia

melalaui usaha pengajaran dan penelitian (Islamuddin, 2012: 3).

Sedangkan menurut Langgung (2004: 28) pendidikan adalah suatu

proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk

men-ciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang-orang

yang sedang dididik.

4. Dukungana Menyekolahkan Anak

Dukungan merupakan dorongan atau motivasi dari seseorang,

dengan demikian motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna

pencapaian suatu tujuan (Djaali, 2012: 101).

Dari uraian di atas adalah dorongan atau dukungan orang tua agar

putra-putri mereka dapat belajar dipendidikan formal pada jenjang

pen-didikan sekolah menengah pertama sehingga masa depan anak menjadi

sukses dan menjadi pribadi yang baik.

F. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Fokus penelitian ini adalah persepsi orang tua tentang pendidikan

dan dukungan menyekolahkan putra-putrinya ke SMP Negeri I Jambu. Oleh

karena itu, pendekatan yang dianggap cocok untuk digunakan dalam

(20)

6

kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar alamiah, dengan maksud

menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan

berbagai metode yang ada. Sedangkan penelitian kualitatif dari sisi definisi

lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang

memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,

pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang

(Moleong, 2009: 5).

2. Kehadiran Peneliti

Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memproses penelitian

dan pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini peneliti

menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur.

Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek, menggunakan

bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami, sehingga terjalin

suasana yang baik antara peneliti dan responden. Peneliti mengumpulkan

dan mencatat data secara terperinci berkaitan dengan permasalahan dan

hal-hal yang sedang diteliti.

3. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di rumah orang tua siswa dan di SMP

Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan

(21)

7 4. Sumber Data

Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya

melalui:

a. Sumber Data Primer

Sumber data primer adalah sumber data yang langsung mem-

berikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data

primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat memberikan

gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan menjawab

semua pertanyaan dalam penelitian.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

mem-berikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau

melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data sekunder dapat

diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah atau koran, serta

hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu

berupa foto, catatan, dan arsip.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data

primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui:

a. Wawancara

Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to

face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,

(22)

8

diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan

itu (Suprayoga, 2001:172). Pengumpulan data dengan cara

mewawan-carai informan yang diteliti. Metode wawancara digunakan untuk

mengungkap secara mendalam mengenai sikap, tingkah laku, dan

interaksi sosial atas dasar pandangan dan pengalaman. Wawancara

peneliti lakukan kepada orang tua siswa SMP Negeri 1 Jambu.

b. Observasi

Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang

fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan

pencatatan (Kartono, 1990: 157).

Teknik observasi yang penulis gunakan di dalam metode obsevasi

langsung, artinya terjun langsung dengan mengadakan pengamatan dan

pencataan di SMP Negeri 1 Jambu untuk memperoleh data.

Data yang dikumpulkan dalam metode ini adalah letak dan

keadaan geografis, saran dan prasarana serta persepsi orang tua tentang

pendidikan dan dukungan orang tua menyekolahkan anak.

c. Dokumentasi

Merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan pribadi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam

pe-laksanaan ini peneliti melihat arsip-arsip dan catatan yang diperoleh,

(23)

9 6. Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, men-

sintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat

diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248).

Setelah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis

data untuk mendapatkan kesimpulan tersebut dilakukan secara deskriptif.

Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan

angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode

kualitatif (Moleong, 2009: 11).

7. Pengecekan Keabsahan Data

Keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang

nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu adanya

kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang pengamatan, peningkatan

ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,

analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan (memberchec)

(Sugiyono, 2006: 302).

Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam

penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan

pengecekkan data yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini, untuk

(24)

10 a. Triangulasi Sumber

Menurut Patton (1987) “triangulasi sumber berarti memban

-dingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang

diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda” (Moleong, 2009: 330).

Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan, diantaranya:

1) Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil

pengamatan,

2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

yang dikatakan secara pribadi,

3) Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi,

4) Data yang diperoleh dilakukan pada data yang dikategorisasikan

mana pandangan yang sama, mana yang berbeda, dan mana yang

spesifik dari sumber-sumber tersebut sehingga dapat dianalisis oleh

peneliti yang kemudian menghasilkan suatu kesimpulan.

b. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik merupakan pengecekkan data kepada sumber

yang sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006: 307).

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekkan terhadap data

yang telah diperoleh melalui wawancara lalu dicek melalui observasi

ataupun dokumentasi.

(25)

11 8. Tahap-tahap Penelitian

a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk

penelitian, kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara.

b. Kegiatan lapangan yang meliputi:

1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu di

SMP Negeri 1 Jambu dan rumah orang tua murid SMP Negeri 1

Jambu.

2) Menemui para orang tua murid SMP Negeri 1 Jambu yang akan

dijadikan objek penelitian.

3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk

pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara

mendalam berkaitan dengan yang diteliti.

4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan

untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.

5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau

menyimpang.

6) Melakukan Analisis data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan

sebagai deskriptif temuan penelitian.

(26)

12 G.Sistematika Penulisan

Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat

dijabarkan sebagai berikut:

Bab I Memuat tentang pembahasan yang terdiri dari latar belakang

masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan dasar-dasar penelitian.

Bab II Memuat tentang teori dan konsep (yang mendukung penelitian)

yaitu terbagi menjadi dua sub pokok bahasan. Yang pertama persepsi orang tua

murid tentang pendidikan dan yang kedua dukungan orang tua menyekolahkan

anak.

Bab III Laporan hasil penelitian terdiri dari, profil sekolah dan latar

belakang orang tua serta deskripsi hasil temuan.

Bab IV Analisis data yang terdiri, analisis data tentang persepsi orang

tua murid tentang pendidikan, analisis data tentang dukungan menyekolahkan

anaknya.

(27)

13 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan

Menurut Rakhmat (1994:51) persepsi adalah pengamatan tentang

objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah

memberikan makna stimuli inderawi (sensory stimuli). Pengertian persepsi

dalam Kamus Lengkap Psikologi mengatakan persepsi (perception)

merupakan:

1. Proses mengetahui atau mengenali objek atau kejadian objektif dengan

bantuan indera.

2. Kesadaran dari proses-proses organis.

3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti

yang berasal pengalaman dimasa lalu.

4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari

kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara

perangsang-perangsang.

5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan serta

merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989:358).

Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh

penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya

(28)

14

berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat

susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga

individu menyadari apa yang di lihat, apa yang di dengar dan sebagainya,

individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat

lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses

pendahulu dari persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap

saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat inderanya,

melalui responnya (Walgito, 1997:53).

Sedangkan menurut Sarwono (1976:39) persepsi adalah

ke-mampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, keke-mampuan

tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk

mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu

seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan suatu kesamaan

pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari

penglihatan sehingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu

hingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui

indera-indera yang dimilikinya.

Adapun syarat terjadinya persepsi sebagai berikut:

1. Adanya objek yang dipersepsi.

2. Alat indera atau reseptor, yaitu yang merupakan alat untuk menerima

(29)

15

3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan

pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai

suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak

akan terjadi persepsi. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk

mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat:

a. Fisik atau kealaman

b. Fisiologis

c. Psikologis

Menurut Rakhmat (1994:52), faktor-faktor yang memengaruhi

persepsi adalah sebagai berikut:

1. Perhatian (Attention)

Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian

stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lain

melemah. Sedangkan Walgito (1997:56) menyatakan perhatian

mer-upakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi, yang

merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu untuk

mengadakan persepsi.

2. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi

Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu

dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor

personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,

tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.

(30)

16

Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat-sifat

stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf

individu.

Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda-beda

satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi

suatu stimulus atau objek, meskipun objek tersebut benar-benar sama.

Persepsi diantara bermacam-macam orang maka akan menyebabkan satu

objek yang sama dipersepsikan berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang

berbeda. Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perbedaan perhatian,

perbedaan set (harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul),

berbedaan kebutuhan, sistem nilai, ciri perbedaan dan perbedaan gangguan

jiwa (Sarwono, 1976: 43). Pada dasarnya proses terjadinya persepsi ini

terjadi pada diri seseorang, tetapi persepsi juga dipengaruhi oleh proses

belajar, pengetahuan dan pengalamannya.

Sedangkan Walgito (1997:76) menyatakan proses persepsi

berlangsung sebagai berikut:

1) Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat

kealaman (fisik).

2) Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses

ini merupakan proses fisiologi.

3) Di otak sebagai pusat susunan urat saraf terjadilah proses yang akhirnya

(31)

17

melalui alat indera. Porses yang terjadi di dalam otak ini merupakan

proses psikologi.

1. Pengertian Orang tua

Ahmad (1995:7-8) menyatakan bahwa orang tua adalah orang yang

menjadi panutan anaknya. Setiap anak mula-mula mengagumi kedua

orang tuanya. Semua tingkah laku orang tuanya ditiru oleh anak itu. Orang

tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan

bagi anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya.

Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik

anaknya.

Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua yang

tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga orang

tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan

perkembangan perilaku serta akhlak anak (Arofah, 2013:19).

Keluarga adalah suatu ikatan laki-laki dan perempuan berdasarkan

hukum dan undang-undang perkawinan yang sah. Dalam keluarga inilah

akan terjadi interaksi pendidikan pertama dan utama bagi yang akan

menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Dengan demikian,

masalah tersebut keluarga terutama orang tuanya yang memegang peranan

utama dan memegang tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya

(Mansur, 2005: 318). Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima

(32)

18

Begitu pentingnya pengaruh pendidikan anak dalam keluarga,

sehingga orang tua harus menyadari tanggung jawab terhadap anaknya.

Tanggung jawab yang harus dilakukan orang tua antara lain:

a. Memelihara dan membesarkannya

Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami yang yang

harus dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan

perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.

b. Melindungi dan menjamin kesehatannya

Orang tua bertanggung jawab terhadap perlindungan anak,

termasuk menjamin kesehatan anak, baik secara jasmani maupun

rohani dari berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat

membahayakan dirinya.

c. Mendidik dengan berbagai ilmu

Orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap

pendidikan anak. Orang tua perlu membekali anaknya dengan ilmu

pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anaknya

kelak, sehingga pada dewasanya mampu mandiri dan bermanfaat bagi

kehidupan sosial, bangsa dan agama.

Luqman Al-Hakim adalah sesosok pendidik atau orang tua

yang patut menjadi contoh teladan dan bertanggung jawab dalam

memberikan pendidikan kepada anaknya. Sebagaimana diabadikan

(33)

19

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasi-nya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) me-ngerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

Dari beberapa ungkapan hikmah luqman tersebut, ada beberapa

aspek pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak, yaitu:

a) Penanaman akidah atau tauhid. Akidah atau tauhid dapat

diibaratkan sebagai fondasi. Oleh karena itu, akidah dan tauhid

(34)

20

b) Penanaman kesadaran bertindak (berakhlak), yaitu kesadaran yang

didasarkan pada keyakinan bahwa setiap gerak dan langkah

manusia selalu dalam pengawasan Allah.

c) Perintah untuk mengerjakan shalat dan amar ma’ruf nahi mungkar

yang ditanamkan sejak kecil.

d) Pelatihan kesabaran. Kesabaran harus ditanamkan sejak dini.

Sebab, hidup ini penuh dengan tantangan, hambatan, dan

rintangan. Tanpa kesabaran seseorang akan mudah putus asa dan

patah semangat dalam meraih cita-citanya.

e) Larangan bersikap sombong dan angkuh. Kesombongan perlu

dihindari karena akan mengantarkan pada kehinaan dan

kerendahan martabat, baik di mata Allah maupun di mata manusia.

Dalam hal ini sikap tawadhu’ dan rendah hati harus kita tanamkan

pada pribadi diri sendiri dan diri anak-anak (Mustaqim, 2005:

32-34).

d. Membahagiakan kehidupan anak

Kebahagian anak menjadi bagian dari kebahagian orang tua.

Oleh sebab itu, orang tua harus senantiasa mengupayakan kebahagian

anak dalam kapasitas pemenuhan kebutuhan sesuai dengan

(35)

21

Adapun dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap

pendidikan anaknya meliputi:

a. Dorongan/ motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang

tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan

rela menerima tanggung jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk

sang anak.

b. Dorongan/ motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi

kedu-dukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral

ini meliputi nilai-nilai religius spritual yang dijiwai Ketuhanan

Yang Maha Esa dan agama masing-masing di samping didorong

oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga.

c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada

gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan

negaranya, bahkan kemanusiaan. Tanggung jawab sosial ini

merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan

yang diikuti oleh darah keturunan dan kesatuaan keyakinan (Tim

Dosen IKIP Malang, 1980:17-18).

Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab di atas, orang

tua harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan anak,

sehingga dapat menumbuhkan hubungan keluarga yang harmonis,

saling menghormati, disiplin, dan mengerti tanggung jawab

masing-masing. Dengan suasana demikian akan sangat mendukung

(36)

22

baik di lingkungannya, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun

di masyarakat.

Dari tanggung jawab orang tua di atas maka dapat

disimpulkan bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya

adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang

baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan

rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan

akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil,

memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan,

memperhatikan pergaulan anak, menempatkan dalam lingkungan

yang baik, memperkenalkan dan bersilaturahmi kepada kerabat,

mendidik anak untuk peduli kepada sesama, mendidik agar perduli

terhadap lingkungan (Muchtar, 2008: 88).

2. Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya

Orang tua dalam masalah pendidikan anak-anaknya tidak hanya

dengan cara menyekolahkan anak. Akan tetapi hal itu harus diatur atau

direncanakan sejak dini. Karena selain menjadi tanggung jawab tetapi juga

menjadi kewajiban orang tua dalam berbagai bidang pendidikan dalam

syariah dan pendidikan islam harus dapat memberikan keadilan dan

ketauladanan bagi anak-anak mereka. Adapun kewajiban-kewajiban orang

tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut:

a. bahwa seorang laki-laki memilih istri yang baik, sebab seorang istri

(37)

23

mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak, di mana anak tidak

kenal siapa-siapa kecuali ibunya yang menyediakan makanan, kasih

sayang dan kecintaan.

b. Memilih nama yang baik untuk anak..

c. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong

mereka membina aqidah yang betul dan agama yang kokoh.

d. Orang tua harus bersifat adil kepada anak.

e. Memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh terhadap anak

f. Orang tua berkerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam

masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara kanak-kanak

dan remaja untuk memelihara anak-anaknya dari segi kesehatan,

akhlak dan sosial (Langgulung, 1986: 380-384).

g. Menafkahi dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik kebutuhan

jasmani maupun rohani, baik itu kebutuhan primer atau dasar (seperti

sandang, pangan, dan perumahan) maupun kebutuhan tambahan anak.

h. Mendidiknya dengan baik dan benar

Orang tua wajib mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik

agar anaknya nanti mendapatkan keuntungan dikehidupan masa depan

(Mansur, 2005: 271).

i. Menikahkan anak ketika sudah cukup umur, ada jodohnya serta sudah

siap lahir dan batin dan sanggup untuk berkeluarga, maka orang tua

dianjurkan untuk segera menikahkan anaknya (Muchtar, 2008: 82-83).

(38)

24

Pada awalnya orang tua harus memberikan pengertian dulu, setelah itu

baru diberikan suatu kepercayaan pada diri anak itu sendiri (Mansur,

2005: 273).

3. Peranan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak

Orang tua memegang peranan yang paling penting dan amat

berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Daradjat, 2011: 35). Pada

das-arnya peranan orang tua adalah sebagai pengasuh, pembimbing, pendidik,

pengawas, pengontrol, yang utama dan pertama bagi tumbuh kembangnya

anak serta harus diperhatikan oleh orang tua dalam menyiapkan generasi

muda agar sanggup terjun ketika menghadapi hidup dimasyarakat serta

pergaulan yang baik dengan manusia dan cinta tanah air dan bangsa.

Adapun peranan tersebut antara lain, yaitu:

a. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi

anak-anaknya.

Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong

pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmani, baik aspek

perkembangan atau pun aspek perfungsian.

Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya

dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan

terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat

selama mengandung, sebab itu berpengaruh terhadap anak dalam

(39)

25

Sehingga apabila anak telah lahir maka tanggung jawab

keluarga terhadap kesehatan anak dan ibunya menjadi berlipat ganda.

Dia dapat memperoleh cara-cara dan jalan-jalan perlindungan,

pengobatan, dan pengembangan untuk menunaikan kewajiban ini.

b. Peranan keluarga dalam pendidikan akal (intelektual) kanak-kanak

Keluarga dalam peranan ini masih tetap memegang peranan

penting dan tidak dapat dibebaskan dari tanggung jawab ini. Bahkan

keluarga memegang tanggung jawab besar sebelum anak-anak

memasuki sekolah. Diantara tugas-tugas keluarga adalah untuk

menolong anak-anaknya menemukan, membuka dan menumbuhkan

kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, minat dan kemampuan-kemampuan

akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual

yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal tersebut.

Sesudah anak masuk sekolah tanggung jawab keluarga dalm

pendidikan akal bertambah luas. Sekarang menjadi kewajiban

keluarga dalam bidang ini adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan

mengalakkan untuk belajar, mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas,

mengikuti kemajuan sekolah, bekerjasama dengan sekolah untuk

menyelsaikan masalah pelajaran yang dihadapiny, menggalakkan

mereka untuk mengulangi pelajaran dan membimbing mereka cara

yang paling sesuai untuk belajar jika mereka faham akan hal tersebut.

(40)

26

pelajaran yang disukainya, menghormati ilmu pengetahuan dan

orang-orang berilmu, dan lain-lain sebagainya.

c. Peranan keluarga dalam pendidikan psikologikal dan emosi

Peranan keluarga dapat memainkan peranan penting di dalam

pendidikan psikologikal dan emosi. Melalui pendidikan itu keluarga

dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum

untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan

kematangan emosi yang sesuai dengan umumnya, menciptakan

penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan

dengan orang-orang lain disekelilingnya. Begitu juga dengan

menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia, seperti cinta kepada

orang lain, mengasihani orang lemah dan teraniaya, menyayangi dan

mengasihani orang fakir miskin, kehidupan emosi yang rukun dengan

orang lain dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara

positif dan dinamis.

Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan ini adalah

sabab keluarga melibatkan kanak-kanak dalam tahap awal hidupnya,

di mana hubungan-hubungan dan pengalaman-pengalaman sosialnya

belum cukup luas. Oleh karena sejauh mana yang dapat dicapai oleh

kanak-kanak dalam penyesuaian psikologi dan kematangan emosi

pada awal tingkat hidupnya, maka masa depan psikologinya sebanyak

(41)

27

pendidikan psikologi tidak terbatas pada tingkat kanak-kanak saja,

tetapi meliputi seluruh hidupnya.

Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk

mendidik anak-anaknya dari segi psikologi adalah memberi mereka

segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat

mereka dengan sopan dan hormat, di samping menolong mereka

berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan

kepadanya (Langgulung, 1986: 304-309).

d. Peranan keluarga dalam pendidikan agama bagi anak-anak

Pendidikan agama dan spritual termasuk bidang-bidang

pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga

terhadap anak-anaknya. Pendidikan agama dan spritual ini berarti

membangkitkan kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri

yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan agama yang sehat dan

mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu

juga membekalkan kanak-kanak dengan pengetahuan-pengetahuan

agama dan kebudayaan islam sesuai dengan umurnya dalam

bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat dan sejarah.

Adapun cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga

untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah

(42)

28

a) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan

iman kepada Allah dan berpengang dengan ajaran-ajaran agama

dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.

b) Membiasakan mereka menunaikan syair-syair agama semenjak

kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah

mendaging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan

merasa tentram sebab mereka melakukannya.

c) Menyiapkan suasana agama dan spritual yang sesuai di rumah di

mana mereka berada.

d) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang

berguna dan memikirkan ciptaan-ciptan Allah dan

makhluk-makhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan

atas wujud dan keagungannya.

e) Mengalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama,

dan lain-lain.

e. Peranan keluarga dalam pendidikan akhlak bagi anak-anak

Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak.

Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak

untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula berinteraksi

dengannya oleh sebab mereka mendapat pengaruh dari padanya atas

segala tingkah lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil

tugas berat tentang pendidikan ini, mengajar mereka tentang akhlak

(43)

29

keikhlasan, kesabaran, kasih-sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani

dan lain sebagainya.

Di antara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah:

a) Memberi contah yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang

teguh kepada akhlak mulia.

b) Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana di

mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari

orang tuanya.

c) Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya

supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya.

d) Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan

sadar dan bijaksana.

e) Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan

tempat-tempat kerusakan dan lain-lain lagi cara di mana keluar-

ga dapat mendidik akhlak anak-anaknya (Langgulung, 1986:

310-113).

f. Peranan keluarga dalam pendidikan sosial kanak-kanak

Keluarga belum lengkap tugasnya dengan sempurna dalam

pendidikan anak-anaknya sehingga ia menolong anak-anak bertumbuh

dari segi sosial. Pertumbuhan sosial ini melibatkan pendidikan sosial

ekonomi dan politik yang mengatakan bahwa kesediaan-kesediaan dan

bakat-bakat asasi anak-anak dibuka dan di keluarkan ke dalam

(44)

30

sekelilingnya. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap

tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam

yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang berusaha

meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah serta mengerjakan

ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi,

menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam berbuat, adil, kasih sayang,

tolong menolong, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan

lain sebagainya.

Adapun cara-cara yang patut digunakan dalam mendidik

anak-anaknya dari segi sosial, politik dan ekonomi adalah:

a) Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah

laku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan

nilai-nilai.

b) Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta

hubungan-hubungan sosial yang berhasil.

c) Membiasakan anak-anaknya memikul tanggung jawab dan

membimbingnya jika mereka bersalah dengan lemah lembut.

d) Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya.

e) Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan

menghormatinya di depan kawan-kawannya.

f) Menolong anak-anak menjali persahabatan yang mulia dan

(45)

31

g) Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang dapat menolong

mereka.

h) Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia

menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi.

i) Bersifat adil diantara mereka.

j) Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan, minum,

duduk, tidur, memberi salam, berziarah, dan lain sebagainya

(Langgulung, 1986: 313-314).

4. Pendidikan

Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik

manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi

atau kemampuan sebagai mana mestinya (Muchtar, 2008: 14).

Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina

kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan

kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie

berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

“Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Hasbullah, 2009: 1-4).

Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang

(46)

32

kanak-kanak atau orang yang sedang di didik (Langgulung, 2004: 28).

Adapun pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan

bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak.

Artinya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri

anak-anak, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat mencapai

keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Suwarno, 2006: 21)

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa

pendidikan biasa diartikan sebagai berikut:

1. Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan

kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan, peningkatan

pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana

peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.

2. Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan peserta

didik. Di dalam hubungan itu, mereka memiliki kedudukan dan

peranan yang berbeda.

3. Pendidikaan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan

pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap

potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai

individu, sekaligus sebaga makhluk sosial dan makhluk Tuhan.

4. Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan

(47)

33

5. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman yang sedang dialami

yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi

seseorang yang menyebabkannya berkembang (Suwarno, 2006:22-23)

Dari penjelasan-penjelasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa

pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar

mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada

dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

Untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan diperlukannya

tujuan-tujuan dalam pendidikan, diantaranya:

a) Mengembangkan peserta didik sebagai pemikir

b) Mengembangkan peserta didik sebagai warga negara

c) Menumbuhkan/ menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang

mewarnai aktivitas hidupnya,

d) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis

e) Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu

luang.

f) Menumbuhkan pola hidup sehat (Ghony, 1981:11-12).

Adapun pendidikan juga berfungsi mengembangkan kemampuan

dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Pengertian dan tujuan dari pendidikan di atas, menunjukkan bahwa

pendidikan sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Alaq:1-5

(48)

34

1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.

3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam

5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.

Dari ayat ini jelas, bahwa agama Islam telah mendorong umatnya

senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar

baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan

lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa mencari ilmu berlaku prinsip tak

mengenal batas, dimensi, ruang dan waktu (Muchtar, 2008: 13).

B. Dukungan Orang Tua Menyekolahkan Anak

Dukungan merupakan dorongan atau motivasi dari seseorang,

dengan demikian motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri

seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna

pencapaian suatu tujuan. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi

adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku

arah suatu tujuan (Djaali, 2012: 101).

Dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua

sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan

pendidikan anaknya.

Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap

segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan

(49)

35

anak tersebut serta untuk mengikuti/ melanjutkan pendidikan pada formal

di sekolah.

Bentuk-bentuk dukungan orang tua, mengingat tanggung jawab

pendidikan ditanggung oleh keluarga dalam pendidikan informalnya dan

ditanggung oleh sekolah dalam pendidikan formal, maka orang tua harus

berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, perkembangan bakat

dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian (Hasbullah, 2009: 88).

Selain itu orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya

yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai

segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam

mengarahkan cara anak belajar di rumah. Orang tua juga harus berusaha

memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.

Adapun dukungan orang tua terhadap anaknya ada dua hal pokok

yaitu:

1. Dukungan mental/ Agama

Dukungan mental yang tidak kalah penting dari orang tua kepada

anaknya (Hasbullah, 2009: 43). Dukungan mental ini memberikan

pegangan kepada anaknya untuk mencapai tujuan perjalanan hidupnya

kelak.

Seorang anak yang saleh di rumah, akan mempengaruhi sikap

kesiswaanya di sekolah. Anak yang saleh tidak dilahirkan tapi dibentuk

dan dibina lewat pendidikannya. Rasulallah SAW mengajarkan bahwa

(50)

36

berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa rasul) yahudi,

nasrani/ majusi.

Jadi dukungan orang tua memasukkan anaknya ke lembaga

pendidikan berfungsi memelihara keluarganya terutama anaknya

semoga terhindar dari segala macam ancaman baik dunia maupun di

akherat kelak.

Dari kesimpulan di atas bahwa orang tua diperintahkan oleh Allah

dan rosulnya untuk memelihara keluarganya (termasuk anak) dari

siksaan api neraka dengan membina mental/ agama secara baik. Adapun

dukungan mental orang tua seperti: mendo’akan anak-anaknya.

2. Dukungan moral

Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat

berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis meliputi:

1. Kasih sayang

2. Keteladanan (Hasbullah, 2009: 42)

3. Bimbingan dan pengawasan

4. Pengarahan

5. Dorongan menanamkan rasa percaya diri

Selain dukungan psikis orang tua juga harus memberikan

kebutuhan sekolah untuk anaknya, meliputi:

1. Membelikan buku-buku yang diperlukan

2. Membelikan LKS

(51)

37

4. Dukungan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi.

Dengan dukungan tersebut maka tugas orang tua yang harus

diemban selanjutnya adalah mendorong aktivitas belajar anaknya di

sekolah dalam rangka untuk mencapai suatu prestasi.

Adapun faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah

faktor kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi

tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.

Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis

dan adil mungkin ada, sementra dalam keluarga kelas bawah, hubungan

yang ada lebih otoritas. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah

mempunyai tingkat dukungan dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada

(52)

38 BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Jambu

SMP Negeri 1 Jambu, berdiri pada tanggal 7 juni 1982,

berdasarkan Surat Instruksi Kakanwil Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah No. 98/103/T.82 Tanggal 1 Juni

1982. PMB pertama terdaftar 309 orang, diterima 120 orang dibagi 3

kelas @ 40 orang. Yang dikepalai oleh Bapak R. PIUS S.

DIRDJOWINOTO. Pada tanggal 23 November 1982 SMP Negeri 1

Jambu diresmikan oleh Prof. Dardji Darmodihardjo, S. H. Dirjend

Dikdasmen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Di bawah kepemimpinan Bapak Drs. H. M. SONHADI, M.Pd,

pada tanggal 21 Juni 2009, SMP Negeri 1 Jambu ini sudah ada 16

kelas dibagi menjadi: Kelas VII = 206 siswa, kelas VIII = 207 siswa,

kelas IX = 197 siswa, dan jumlah = 610 siswa dan pada tanggal 23

Desember 2013, SMP Negeri 1 Jambu ini sudah ada 18 kelas dibagi

menjadi: Kelas VII – 207 siswa, kelas VIII = 203 siswa, kelas IX =

194 siswa, dan jumlah = 610 siswa. Dibawah kepemimpinan Bapak

(53)

39

2. Implementasi di SMP Negeri 1 Jambu

1) Integrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam

kegiatan pengembangan di SMP Negeri 1 Jambu, terdapat dalam

silabus dan RPP

2) Pengembangan Diri

a. Kegiatan rutin.

Kegiatan rutin sebagai penunjang pendidikan nasionalisme dan

karakter bangsa adalah sebagai berikut;

a) Budaya senyum, salam, sapa

b) Apel pagi gur, karyawan bersama siswa yang mendapat

tugas (terjadwal perkelas). Kegiatan ini adalah men-

disiplinkan guru, karyawan, dan siswa SMP Negeri 1

Jambu sebagai wujud rasa cinta tanah air dan bangsa.

c) Membiasakan diri berbasis sebelum masuk kelas

d) Sebelum proses pembelajaran dimulai, dibiasakan dibuka

dengan dosa dan pemberian salam.

e) Proses pembelajaran dengan kerja kelompok.

f) Pemutaran lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah

di-perdengarkan sebelum proses belajar dan saat istirahat

g) Proses pembelajaran diakhiri dengan doa penutup

h) Kebersihan kelas dilakukan setelah proses pembelajaran

(54)

40

i) Siswa-siswi pulang dengan bersalam-salaman dengan guru

pengajar jam terakhir di kelas.

3) Kegiatan Ektrakulikuler

Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam belajar

yang bertujuan untuk menggali potensi peserta didik. Berikut ini

adalah beberapa kegiatan Ektrakurikuler yang ada di SMP N 1

Jambu. Olahraga dan seni yang merupakan kegiatan pilihan dari

kelas VII dan VIII, serta pramuka yang merupakan kegiatan wajib

untuk kelas VII, Ibadah yang merupakan VIII dan pilihan untuk

kelas VIII.

a) Olahraga.

b) Seni.

c) Pramuka.

(55)

41 3. Struktur Organisasi Sekolah

(56)

42 B. Gambaran Informan

1. SY, berusia 57, bertempat tinggal di Krajan RT/RW 01/01, Bedono,

Jambu, Kab. Semarang, SY merupakan lulusan SI yang sekarang menjadi

PNS/ Guru disalah satu sekolah, namun SY akan berhenti mengajar satu

tahun lagi, maka selain mengajar di sekolah negeri, SY juga mengajar di

SD swasta Gemawang, untuk menunjang ekonomi keluarga, karena beliau

mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, yang sekarang

masih kuliah di Yogyakartadan di SMP Negeri 1 Jambu.

2. HS, bertempat tinggal di Wawar lor RT/RW 07/04 Bedono, Jambu, Kab.

Semarang, HS merupakan lulusan STM/ S4 yang bertugas sebagai TNI

angkatan darat di Banyubiru. Dengan tugas tersebut, tetapi HS selalu

menyempatkan untuk mengawasi anak-anaknya, karena SY mempunyai 2

anak, yang petama masih duduk di SLTP, sedangkan yang kedua sekarang

duduk di kelas VIII di SMP Negeri 1 Jambu.

3. MB, berusia 51, bertempat tinggal di Wawar kidul RT/RW 03/03, Bedono,

Jambu, Kab. Semarang, MB merupakan lulusan S1 yang sekarang menjadi

PNS/Guru dan mengajar sekolah dasar negeri di Berongkol. Perjuangan

MB untuk menjadi PNS sangat penuh perjuangan, dulu MB mengabdi 20

tahun dulu disalah satu sekolah swasta dengan gaji yang belum cukup buat

kebutuhan sehari-hari. Kemudian dengan kerja keras, kesabaran, tekat dan

ketekunan MB, maka akhirnya beliau mendapatkan sertifikasi menjadi

(57)

43

4. YM, berusia 60, beliau merupakan pedagang kecil, dengan jual beli

kambing YM sukses menjadi kepala rumah tangga yang baik untuk

anak-anaknya, walaupun YM mempunyai anak 10, namun YM sangat

mendukung pendidikan anakny samapi SLTA. Beliau sangat percaya

bahwa mempunyai anak banyak maka rizkinya juga banyak. Dengan

kepercayaan tersebut YM mempunyai 4 rumah yang di tempati oleh

anaknya, beliau hanya menempati 1 rumahnya saja, YM beralamat di

Wonokasihan RT/RW 06/08 dan pendidikan terakhirnya SD.

5. RY, berusia 35, RY merupakan pedagang kecil, beliau mendirikan warung

yang berada disebelah ruang tamu, RY berdagang kebutuhan bahan

ma-kanan pokok, snack dan kebutuhan lain-lain, selain berdagang juga

menjadi guru agama/ ustad di TPA Jurang, beliau sangat tanggung jawab,

lemah lembut, dan menghormati orang lain, RY bertempat tinggal di

Jurang RT/RW 1/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang.

6. MK, berusia 45, kehidupan sehari-hari MK merupakan seorang petani,

yang setiap harinya pergi ke kebun. Beliau mempunyai 2 anak, anak

pertamanya sekarang kuliah di IAIN Salatiga, terkadang setelah pulang

dari kebun, beliau selalu menjemput anak pertamanya pulang kuliah,

dengan mengendarai sepeda motor tua. MK bertempat tinggal di Jurang

RT/RW 1/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, MK merupakan lulusan

STM.

7. DT, merupkan petani yang sukses, dengan ketekunannya merawat kebun,

(58)

44

dapat dijual dengan harga yang tinggi. Walaupun DT seorang petani tetapi

beliau adalah seorang ayah yang selalu mengutamakan pendidikan agama

untuk anak sebagai bekal kehidupan yang akan datang, DT bertempat

tinggal di Jurang RT/RW 3/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, beliau

berusia 35, pendidikan terakhirnya adalah SD.

8. SR, rumahnya sangat sederhana dan kecil, ruang tamu, ruang makan dan

TV menjadi satu ruangan, pagar-pagarnya pun sudah termakan usia

sehingga banyak lubang-lubang kecil di pagar tersebut, SR bertempat

tinggal di Wonokasihan RT/RW 5/8 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SR

merupakan Buruh yang sekarang berusia 65. SR dulunya pernah sekolah

di MI namun karena orang tua tidak mendukung sehingga SR tidak dapat

meneruskan sekolahnya, meskipun dulunya tidak bersekolah, namun SR

berharap bahwa kehidupan anaknya kelak lebih baik dari pada SR.

9. DR, berusia 54 yang bertempat tinggal di Jurang RT/RW 2/7 Bedono,

Jambu, Kab. Semarang, walaupun tinggal di belakang lapangan voli

dengan rumah yang masih sederhan, tetapi beliau bahagia dengan keluarga

kecilnya karena DR mempunyai suami yang setia, karena dulu mereka

mesti sudah menikah beberapa tahun, tetapi mereka belum juga diamanahi

anak, namun setelah menunggu lama, berusaha dan berdoa, DR

dianugerahi anak laki-laki yang diberi anak laki-laki. DR merupakan

karyawan swasta, dulu pernah menempuh pendidikan terkhirnya di SD.

10.AN, merupakan wiraswasta yang bertempat tinggal di Jurang RT/RW 4/8,

(59)

45

orang tuanya, karena rumah orang tuanya besar, di samping bekerja di

kerajinan tangan, beliau juga membuka warung di depan rumah, dengan

menyedikan bahan pokok dan lain-lainnya. Namun AN selalu

memperhatikan pendidikan agama anaknya, karena latar belakang

keluarga AN sangat kental dengan agamanya, pendidikan terakhirnya

adalah SMP.

11.MY, merupakan lulusan SMP, latar belakang keluarganya sangat

mengu-tamakan pendidikan. MY yang sekarang menjadi karyawan swasta disalah

satu perusahan ternama, beliau hanya bisa menjaga dan mengawasi

anaknya dari sore sampai malam saja, Karena orang tua sibuk dengan

pekerjaannya. MY bertempat tinggal di Jurang RT/ RW 1/07 Bedono,

Jambu, Kab. Semarang, kondisi ekonomi MY sudah bisa dikatakan orang

yang berada.

12.SB, tinggal di rumah yang besar dan cukup modern, dengan ekonomi yang

sudah bisa dikatakan menengah ke atas, SB bertempat tinggal di Jurang

RT/RW 4/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SB merupakan karyawan

swasta, tetapi SB tidak lupa akan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah

tangga, SB selalu memberikan hal-hal yang terbaik untuknya, karena

menurutnya anak adalah amanah yang titipan Allah, maka harus dijaga

(60)

46 C. Temuan Penelitian

1. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan

Hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan

suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan

potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan. Terutama di era sekarang ini pendidikan sangat

diper-lukan oleh anak. Untuk itu peserta didik sangat memerdiper-lukan pendidikan

agar mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan untuk

mencapai masa depan yang sukses. Oleh karena itu pandangan orang tua

murid tentang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh DT.

“Pendidikan itu sangat penting, karena pendidikan itu dapat menumbuhkan kepribadiian yang baik” (Wawancara 06

Desember 2015, pukul 15.36 WIB).

Dilanjutkan oleh MB yang menyatakan.

“Pendidikan itu sangat penting karena merupakan tahap

awal/ dasar untuk mencapai cita-cita masa depan” (Wawancara

08 Desember 2015, pukul 18.04 WIB).

Ditegaskan lagi oleh HS.

“Pendidikan itu sangat penting untuk mencari pekerjaan

masa depan dengan mudah” (Wawancara 08 Desember 2015,

pukul 18.56 WIB).

Ditegaskan lagi oleh SY.

“Pendidikan itu penting karena untuk bekal masa depan

anak” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB).

Dari beberapa pernyataan informan di atas dapat disimpulkan

bahwa pendidikan merupakan suatu proses tahapan awal untuk mencapai

(61)

47

pendidikan sangat dibutuhkan untuk anak dalam mengembangkan

kemampuan anak serta sebagai bekal untuk mencapai cita-cita,

sebagaimana fungsi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu untuk

mengembangkan peserta didik sebagai pemikir, mencerdasakan kehidupan

berbangsa.

Harapan orang tua merupakan keinginan orang tua terhadap

anaknya dalam pendidikan di sekolah, karena sekolah merupakan tempat

anak belajar (Daradjat, 2011: 72). Adapun pandangan orang tua tentang

sekolah bagi anak yang diungkapkan oleh SB.

“Sekolah itu tempat mencari ilmu dan menambah pengalaman untuk anak didik”(Wawancara 06 Desember 2015,

pukul 15.55 WIB).

Ditambahkan lagi oleh RY

“Sekolah bagi anak itu sangat penting” (Wawancara 07

Desember 2015, pukul 15.30 WIB.

Ditegaskan lagi oleh YM.

“Bahwa dengan sekolah, anak dapat akan mendapatkan

peluang pekerjaan”(Wawancara 06 Desember 2015, pukul 20.45

WIB).

Adapun dari hasil wawancara dengan Orang tua siswa bahwa

mereka menganggap mata pelajaran yang penting yang harus dimiliki

anak, untuk masa depan atau untuk menghadapi kehidupan nantinya.

Dari wawancara tersebut banyaknya orang tua menganggap bahwa

mata pelajaran yang harus dimiliki anak adalah pendidikan agama, karena

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, berdasarkan uji hipotesis tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara motivasi dengan komitmen organisasi di Sekolah

tradisional arabic 18 pt. لا ددعو د ةعبرأ يه ةملعتلا داملا لكل سور يذلا مسرلا وأ روصلا .سورد شي لم لاإ ضيبأو دوسأ اهنول باتكلا يف .فلاغلا يف .ةحفص نوسمخو ةعبس

Langkah-langkah pembelajarannya yaitu : siswa diberi sedikit pemaparan materi, setelah itu siswa memprediksi suatu permasalahan yang diberikan oleh guru, kemudian melakukan

Dengan memanjatkan puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulisan Proposal Laporan Akhir Teknik Komputer dengan judul

Untuk itu, dalam menilai keberhasilan pelaksanaan kinerja organisasi dilaporkan beberapa indikator kinerja sebagai kriteria keberhasilan kinerja suatu organisasi,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan khitobah dzuhur untuk meningkatkan rasa percaya diri dan tanggung jawab siswa MTs Muhammadiyah 1 Baturetno dimulai dengan

Rumusan delik dan ancaman pidana dari Tindak Pidana Pencucian Uang oleh undang-undang tersebut dimuat dalam Pasal 3 ayat (1), yaitu : (1) Setiap orang yang : Menempatkan

Dengan demikian, pengaruh dari munculnya globalisasi dijadikan peluang oleh pemerintah China untuk dapat membaur dengan komunitas internasional terutama dari segi