PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG
PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN
MENYEKOLAHKAN ANAK
(Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
IRWINA SAFITRI
NIM 11111052
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
i
PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG
PENDIDIKAN DAN DUKUNGAN
MENYEKOLAHKAN ANAK
(Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
IRWINA SAFITRI
NIM 11111052
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SALATIGA
vi MOTTO
Pendidikan merupakan salah satu kewajiban yang tidak boleh kita tinggalkan,
karena pendidikan membantu kita membuka wawasan yang lebih luas.
PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan kepada kedua orang tua ku ( Bapak Edi Prayitno dan Ibu Marziyati) yang selalu memberikan motivasi, Do’a dan dorongan serta Adik Tercinta Zian Affandi Althamis dan Muhammad Zidan Khibrizi yang selalu Memberi ku semangat dan kakak ku Erika Ratnasari, kepada sahabat Terbaik ku, terimakasih karena dorongan kalian maka aku dapat
vii
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, yang telah mencurahkan Rahmat,
Taufiq, Hidayah, memberikan kekuatan serta kesehatan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
yang telah diutus oleh Allah SWT untuk membawarisalah dan membebaskan umat Islam
dari belenggu kebodohan.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis menyadari banyak pihak yang telah berjasa
dan senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, arahan, motivasi, serta do’a sehingga
skripsi ini dapat selesai. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam IAIN
Salatiga.
4. Bapak M. Gufron, M.Ag. selaku Dosen pembimbing Akademik.
5. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku pembimbing, yang telah meluangkan waktu,
tenaga dan pikirannya, dengan penuh kesabaran dan kebijaksanaannya dalam
memberikan bimbingan dan arahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ix ABSTRAK
Safitri, Irwina. 2015. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan dan Dukungan Menyekolahkan Anak (Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu,
Kab. Semarang). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK). Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Imam Sutomo, M.Ag.
Kata kunci: persepsi tentang pendidikan dan dukungan menyekolahkan
Latar belakang penelitian ini adalah mengacu pada realita yang ada yaitu, pada dasarnya pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena manusia tanpa pegangan ilmu maka akan susah dan sulit berkebiasaan-kebiasaan yang baik. Keluarga sebagai pendidikan pertama, anak akan mendapatkan didikan dan bimbingan utama dari keluarga. Orang tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan masa depan yang lebih baik. Sehingga orang tua harus memberikan dorongan dan membangkitkan motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, terutama untuk memilihkan sekolah dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, supaya anak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar orang tua tidak menyesal dikemudian hari.
Fokus penelitian ini adalah:(1) Bagaimana persepsi orang tua murid tentang
pendidikan? (2) Bagaimana dukungan orang tua menyekolahkan anak? Kemudian metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kalimat tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku ini dapat diamati dari fakta-fakta yang ada saat ini.
Hasil penelitian yang dapat diperoleh adalah: 1) Signifikansi pendidikan, pendidikan tinggi sebagai jembatan untuk mewujudkan masa depan yang sukses dan harapan terhadap pendidikan agama Islam, 2) Komitmen, keteladanan, penyediaan fasilitas dan pembiayaan.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... I
LEMBAR BERLOGO ... Ii
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ... Iii
PENGESAHAN KELULUSAN ... Iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... V
MOTTO DAN PERSEMBAHAN... Vi
KATA PENGANTAR ... Vii
ABSTRAK ... Ix
DAFTAR ISI ... X
DAFTAR LAMPIRAN ... Xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Fokus Penelitian ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 3
D.Kegunaan Penelitian ... 3
1. Kegunaan Teoritik ... 3
2. Kegunaan Praktik ... 3
E. Penegasan Istilah ... 4
xi
2. Orang Tua ... 4
3. Pendidikan ... 5
4. Dukungan Menyekolahkan Anak ... 5
F. Metode Penelitian... 5
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ... 5
2. Kehadiran Peneliti ... 6
3. Lokasi Penelitian ... 6
4. Sumber Data ... 7
5. Prosedur Pengumpulan Data ... 7
6. Analisis Data ... 9
7. Pengecekan Keabsahan Data ... 9
8. Tahap-tahap Penelitian ... 11
G.Sistematika Penulisan Skripsi ... 12
BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 A. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan ... 13
1. Makna persepsi ... 13
2. Pengerian Orang Tua... 17
3. Pengertian Pendidikan ... 31
xii BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN
PENELITIAN... 38
A.Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 38
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Jambu ... 38
2. Implementasi di SMP Negeri 1 Jambu ... 3. Struktur Organisasi ... B. Gambaran Informan ... C. Temuan Penelitian ... 1. Persepsi Orang Tua Murid Tentang Pendidikan ... 39 41 42 46
46
2. Dukungan Menyekolahkan anak ... 50
BAB IV PEMBAHASAN... 54
A.Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan ... 54
B. Dukungan Menyekolahkan Anak... 57
BAB V PENUTUP ... 61
A.Kesimpulan ... 61
B. Saran ... 63
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR LAMIRAN-LAMIRAN
LAMPIRAN 1 RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN 2 LEMBAR KONSULTASI
LAMPIRAN 3 SURAT IZIN PENELITIAN
LAMPIRAN 4 SURAT BALASAN
LAMPIRAN 5 PEDOMAN WAWANCARA
LAMPIRAN 6 TRANSKRIP WAWANCARA
LAMPIRAN 7 ARSIP FOTO PENELITIAN
1 BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan diartikan sebagai proses timbal-balik dari tiap pribadi
manusia dalam penyesuaian dirinya dengan alam, teman, dan dengan alam
semesta. Pendidikan merupakan pola perkembangan yang terorganisasi dan
kelengkapan dari semua potensi manusia, moral, intelektual, jasmani (panca
indera), dan untuk kepribadian individunya serta kegunaan masyarakatnya,
yang diarahkan demi menghimpun semua aktivitas tersebut bagi tujuan
hidupnya (tujuan akhir).
Pendidikan adalah proses di mana potensi-potensi ini (kemampuan,
kapasitas) manusia yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan-kebiasaan supaya
disempurnakan oleh kebiasaan-kebiasaan yang baik, oleh alat yang disusun
sedemikian rupa dan dikelola oleh manunsi untuk menolong orang lain atau
dirinya sendiri mencapai tujuan yang ditetapkan (Tim Dosen IKIP Malang,
1980: 7).
Pada dasarnya pendidikan sangat penting bagi kehidupan karena
manusia tanpa pegangan ilmu maka akan susah dan sulit
berkebiasaan-kebiasaan yang baik. Keluarga sebagai pendidikan pertama, karena dalam
keluarga anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Maka orang
tua sangat berpengaruh terhadap pendidikan anak dan masa depan yang lebih
2
Di mana orang tua wajib bertanggung jawab untuk memberikan
pendidikan yang benar kepada anaknya di dalam rumah, di keluarga,
lingkungan, maupun di sekolah, dengan demikian perilaku sosial anak dan
pergaulannya terhadap orang lain akan lembut (Mustaqim, 2005: 22).
Sehingga orang tua harus memberikan dorongan dan membangkitkan
motivasi anak untuk melanjutkan sekolah kejenjang selanjutnya, terutama
untuk memilihkan sekolah dengan penuh pertimbangan dan hati-hati, supaya
anak mendapatkan pendidikan yang bermutu dan berkualitas agar orang tua
tidak menyesal dikemudian hari.
SMP Negeri 1 Jambu merupakan salah satu sekolah negeri yang terbaik
di Jambu, dan sudah banyak meluluskan bibit-bibit yang sukses. Adapun di
SMP Negeri 1 Jambu mempunyai tujuan menciptakan atau menyiapkan pesrta
didik agar mempunyai kemampuan dalam pendidikan umum dan pendidikan
agama.
Di SMP Negeri 1 Jambu dalam pendidikannya menerapkan kedisplinan
dan tata tertib yang baik sehingga para siswa sangat nyaman dan tenang saat
para tenaga pendidikan mengajar sehingga anak didik dapat mencerna
pembelajaran yang diberikan dan diharapkan mempunyai prestasi akademik
yang optimal.
Dengan harapan lulusan yang dihasilkan di SMP Negeri 1 Jambu
memiliki siswa yang tangguh berilmu dan berbudi pekerti yang lembut serta
3
Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis ingin meneliti
“PERSEPSI ORANG TUA MURID TENTANG PENDIDIKAN DAN
DUKUNGAN MENYEKOLAHKAN ANAK ( Studi Kasus SMP Negeri 1 Jambu)”
B.Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis menyusun Fokus masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana persepsi orang tua tentang pendidikan?
2. Bagaimana dukungan orang tua menyekolahkan anak?
C.Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui persepsi orang tua tentang pendidikan.
2. Untuk mengetahui dukungan orang tua menyekolahkan anak.
D.Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi dua,
pertama manfaat teoritik dan kedua manfaat praktik.
1. Manfaat Teoretik
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretik dapat
dijadikan dukungan orang tua untuk mengarahkan anaknya melanjutkan
sekolah, serta menambah pengetahuan tentang pendidikan dan wawasan
bagi peneliti, orang tua khususnya, dan masyarakat.
2. Manfaat Praktik
Secara praktik penelitian ini diharapkan dapat membantu
4 E.Penegasan Istilah
Adapun penulis memberikan batasan dan penegasan judul secara
singkat dengan rincian sebagai berikut:
1. Persepsi
Persepsi adalah
1. Proses mengetahui atau mengenali objek atau kejadian objektif dengan
bantuan indera.
2. Kesadaran dari proses-proses organis.
3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti
yang berasal pengalaman dimasa lalu.
4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari
kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara
perangsang-perangsang.
5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan serta
merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989: 358).
Sedangkan persepsi menurut Desiderato (1976) adalah pengalaman
tentang objek, peristiwa, atau hubungan yang diperoleh dengan
menyim-pulkan informasi dan menafsirkan pesan (Rakhmat, 1994: 51).
2. Orang Tua
Pengertian Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua
yang tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga
orang tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan
5 3. Pendidikan
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok orang atau usaha mendewasakan manusia
melalaui usaha pengajaran dan penelitian (Islamuddin, 2012: 3).
Sedangkan menurut Langgung (2004: 28) pendidikan adalah suatu
proses yang mempunyai tujuan yang biasanya diusahakan untuk
men-ciptakan pola-pola tingkah laku tertentu pada kanak-kanak atau orang-orang
yang sedang dididik.
4. Dukungana Menyekolahkan Anak
Dukungan merupakan dorongan atau motivasi dari seseorang,
dengan demikian motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan (Djaali, 2012: 101).
Dari uraian di atas adalah dorongan atau dukungan orang tua agar
putra-putri mereka dapat belajar dipendidikan formal pada jenjang
pen-didikan sekolah menengah pertama sehingga masa depan anak menjadi
sukses dan menjadi pribadi yang baik.
F. Metode Penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Fokus penelitian ini adalah persepsi orang tua tentang pendidikan
dan dukungan menyekolahkan putra-putrinya ke SMP Negeri I Jambu. Oleh
karena itu, pendekatan yang dianggap cocok untuk digunakan dalam
6
kualitatif adalah penelitian yang mengunakan latar alamiah, dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan melibatkan
berbagai metode yang ada. Sedangkan penelitian kualitatif dari sisi definisi
lainnya dikemukakan bahwa hal itu merupakan penelitian yang
memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap,
pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok orang
(Moleong, 2009: 5).
2. Kehadiran Peneliti
Peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memproses penelitian
dan pengumpulan data, adapun karakteristik dalam penelitian ini peneliti
menggunakan sistem wawancara tidak berstruktur.
Peneliti mengadakan komunikasi dengan objek, menggunakan
bahasa pertemanan agar lebih akrab dan mudah dipahami, sehingga terjalin
suasana yang baik antara peneliti dan responden. Peneliti mengumpulkan
dan mencatat data secara terperinci berkaitan dengan permasalahan dan
hal-hal yang sedang diteliti.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di rumah orang tua siswa dan di SMP
Negeri 1 Jambu, Kab. Semarang. Adapun waktu penelitian dilaksanakan
7 4. Sumber Data
Data dalam penelitian ini sumber data yang diperoleh, diantaranya
melalui:
a. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang langsung mem-
berikan data kepada pengumpul data (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data
primer dapat diperoleh langsung dari lapangan yang dapat memberikan
gambaran keadaan, mengidentifikasi permasalahan, dan menjawab
semua pertanyaan dalam penelitian.
b. Sumber Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung
mem-berikan data kepada pengumpul data, misalnya melalui orang lain atau
melalui dokumentasi (Sugiyono, 2006: 253). Sumber data sekunder dapat
diperoleh dari buku, jurnal, internet, artikel, majalah atau koran, serta
hasil penelitian lainnya. Sumber data sekunder dalam penelitian ini yaitu
berupa foto, catatan, dan arsip.
5. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder. Data primer dapat diperoleh melalui:
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka (face to
face) dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,
8
diwawancarai (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu (Suprayoga, 2001:172). Pengumpulan data dengan cara
mewawan-carai informan yang diteliti. Metode wawancara digunakan untuk
mengungkap secara mendalam mengenai sikap, tingkah laku, dan
interaksi sosial atas dasar pandangan dan pengalaman. Wawancara
peneliti lakukan kepada orang tua siswa SMP Negeri 1 Jambu.
b. Observasi
Observasi adalah studi yang disengaja dan sistematis tentang
fenomena sosial dan gejala-gejala alam dengan jalan pengamatan dan
pencatatan (Kartono, 1990: 157).
Teknik observasi yang penulis gunakan di dalam metode obsevasi
langsung, artinya terjun langsung dengan mengadakan pengamatan dan
pencataan di SMP Negeri 1 Jambu untuk memperoleh data.
Data yang dikumpulkan dalam metode ini adalah letak dan
keadaan geografis, saran dan prasarana serta persepsi orang tua tentang
pendidikan dan dukungan orang tua menyekolahkan anak.
c. Dokumentasi
Merupakan teknik mencari data mengenai hal-hal atau variabel
yang berupa catatan pribadi, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, lengger, agenda, dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274). Dalam
pe-laksanaan ini peneliti melihat arsip-arsip dan catatan yang diperoleh,
9 6. Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya
yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan
data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, men-
sintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat
diceritakan kepada orang lain (Moleong, 2009: 248).
Setelah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah menganalisis
data untuk mendapatkan kesimpulan tersebut dilakukan secara deskriptif.
Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata, gambar dan bukan
angka-angka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode
kualitatif (Moleong, 2009: 11).
7. Pengecekan Keabsahan Data
Keabsahan data dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria yang
nantinya akan dirumuskan secara tepat, teknik pemeriksaannya yaitu adanya
kredibilitas yang dibuktikan dengan perpanjang pengamatan, peningkatan
ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat,
analisis kasus negatif, dan dimintakan kesepakatan (memberchec)
(Sugiyono, 2006: 302).
Untuk mengetahui apakah data yang telah dikumpulkan dalam
penelitian memiliki tingkat kebenaran atau tidak, maka dilakukan
pengecekkan data yang disebut validitas data. Dalam penelitian ini, untuk
10 a. Triangulasi Sumber
Menurut Patton (1987) “triangulasi sumber berarti memban
-dingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang
diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda” (Moleong, 2009: 330).
Dalam penelitian ini yang peneliti lakukan, diantaranya:
1) Membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil
pengamatan,
2) Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan
yang dikatakan secara pribadi,
3) Membandingkan data hasil wawancara dengan isi suatu dokumentasi,
4) Data yang diperoleh dilakukan pada data yang dikategorisasikan
mana pandangan yang sama, mana yang berbeda, dan mana yang
spesifik dari sumber-sumber tersebut sehingga dapat dianalisis oleh
peneliti yang kemudian menghasilkan suatu kesimpulan.
b. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik merupakan pengecekkan data kepada sumber
yang sama namun dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006: 307).
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pengecekkan terhadap data
yang telah diperoleh melalui wawancara lalu dicek melalui observasi
ataupun dokumentasi.
11 8. Tahap-tahap Penelitian
a. Kegiatan administratif, yang meliputi pengajuan izin operasional untuk
penelitian, kemudian menyusun pertanyaan untuk wawancara.
b. Kegiatan lapangan yang meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran lokasi penelitian, yaitu di
SMP Negeri 1 Jambu dan rumah orang tua murid SMP Negeri 1
Jambu.
2) Menemui para orang tua murid SMP Negeri 1 Jambu yang akan
dijadikan objek penelitian.
3) Melakukan wawancara kepada para informan sebagai langkah untuk
pengumpulan data, kemudian observasi langsung ke lapangan secara
mendalam berkaitan dengan yang diteliti.
4) Menyajikan data dengan susunan dan urutan yang memungkinkan
untuk memudahkan dalam melakukan pemaknaan.
5) Mereduksi data dengan cara membuang data-data yang lemah atau
menyimpang.
6) Melakukan Analisis data untuk membuat kesimpulan-kesimpulan
sebagai deskriptif temuan penelitian.
12 G.Sistematika Penulisan
Skripsi ini akan disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Bab I Memuat tentang pembahasan yang terdiri dari latar belakang
masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, dan dasar-dasar penelitian.
Bab II Memuat tentang teori dan konsep (yang mendukung penelitian)
yaitu terbagi menjadi dua sub pokok bahasan. Yang pertama persepsi orang tua
murid tentang pendidikan dan yang kedua dukungan orang tua menyekolahkan
anak.
Bab III Laporan hasil penelitian terdiri dari, profil sekolah dan latar
belakang orang tua serta deskripsi hasil temuan.
Bab IV Analisis data yang terdiri, analisis data tentang persepsi orang
tua murid tentang pendidikan, analisis data tentang dukungan menyekolahkan
anaknya.
13 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan
Menurut Rakhmat (1994:51) persepsi adalah pengamatan tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan
menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi ialah
memberikan makna stimuli inderawi (sensory stimuli). Pengertian persepsi
dalam Kamus Lengkap Psikologi mengatakan persepsi (perception)
merupakan:
1. Proses mengetahui atau mengenali objek atau kejadian objektif dengan
bantuan indera.
2. Kesadaran dari proses-proses organis.
3. (Titchener) satu kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti
yang berasal pengalaman dimasa lalu.
4. Variabel yang menghalangi atau ikut campur tangan, berasal dari
kemampuan organisme untuk melakukan pembedaan di antara
perangsang-perangsang.
5. Kesadaran intuitif mengenai kebenaran langsung atau keyakinan serta
merta mengenai sesuatu (Chaplin, 1989:358).
Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh
penginderaan, yaitu merupakan proses yang berwujud diterimanya
14
berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat
susunan saraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga
individu menyadari apa yang di lihat, apa yang di dengar dan sebagainya,
individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat
lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses
pendahulu dari persepsi. Proses penginderaan akan selalu terjadi setiap
saat, pada waktu individu menerima stimulus melalui alat inderanya,
melalui responnya (Walgito, 1997:53).
Sedangkan menurut Sarwono (1976:39) persepsi adalah
ke-mampuan seseorang untuk mengorganisir suatu pengamatan, keke-mampuan
tersebut antara lain: kemampuan untuk membedakan, kemampuan untuk
mengelompokan, dan kemampuan untuk memfokuskan. Oleh karena itu
seseorang bisa saja memiliki persepsi yang berbeda.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan suatu kesamaan
pendapat bahwa persepsi merupakan suatu proses yang dimulai dari
penglihatan sehingga terbentuk tanggapan yang terjadi dalam diri individu
hingga individu sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui
indera-indera yang dimilikinya.
Adapun syarat terjadinya persepsi sebagai berikut:
1. Adanya objek yang dipersepsi.
2. Alat indera atau reseptor, yaitu yang merupakan alat untuk menerima
15
3. Untuk menyadari atau untuk mengadakan persepsi sesuatu diperlukan
pula adanya perhatian, yang merupakan langkah pertama sebagai
suatu persiapan dalam mengadakan persepsi. Tanpa perhatian tidak
akan terjadi persepsi. Maka dapat disimpulkan bahwa untuk
mengadakan persepsi ada syarat-syarat yang bersifat:
a. Fisik atau kealaman
b. Fisiologis
c. Psikologis
Menurut Rakhmat (1994:52), faktor-faktor yang memengaruhi
persepsi adalah sebagai berikut:
1. Perhatian (Attention)
Perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian
stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lain
melemah. Sedangkan Walgito (1997:56) menyatakan perhatian
mer-upakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi, yang
merupakan langkah persiapan, yaitu adanya kesediaan individu untuk
mengadakan persepsi.
2. Faktor-faktor fungsional yang menentukan persepsi
Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu
dan hal-hal lain yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor
personal. Yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,
tetapi karakteristik orang yang memberikan respons pada stimuli itu.
16
Faktor-faktor struktural berasal semata-mata dari sifat-sifat
stimuli fisik dan efek-efek saraf yang ditimbulkannya pada sistem saraf
individu.
Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda-beda
satu sama lain dan akan berpengaruh pada individu dalam mempersepsi
suatu stimulus atau objek, meskipun objek tersebut benar-benar sama.
Persepsi diantara bermacam-macam orang maka akan menyebabkan satu
objek yang sama dipersepsikan berbeda oleh dua (atau lebih) orang yang
berbeda. Perbedaan persepsi dapat disebabkan oleh perbedaan perhatian,
perbedaan set (harapan seseorang akan rangsang yang akan timbul),
berbedaan kebutuhan, sistem nilai, ciri perbedaan dan perbedaan gangguan
jiwa (Sarwono, 1976: 43). Pada dasarnya proses terjadinya persepsi ini
terjadi pada diri seseorang, tetapi persepsi juga dipengaruhi oleh proses
belajar, pengetahuan dan pengalamannya.
Sedangkan Walgito (1997:76) menyatakan proses persepsi
berlangsung sebagai berikut:
1) Stimulus mengenai alat indera, ini merupakan proses yang bersifat
kealaman (fisik).
2) Stimulus kemudian dilangsungkan ke otak oleh syaraf sensoris, proses
ini merupakan proses fisiologi.
3) Di otak sebagai pusat susunan urat saraf terjadilah proses yang akhirnya
17
melalui alat indera. Porses yang terjadi di dalam otak ini merupakan
proses psikologi.
1. Pengertian Orang tua
Ahmad (1995:7-8) menyatakan bahwa orang tua adalah orang yang
menjadi panutan anaknya. Setiap anak mula-mula mengagumi kedua
orang tuanya. Semua tingkah laku orang tuanya ditiru oleh anak itu. Orang
tua adalah pendidik utama dan pertama dalam hal penanaman keimanan
bagi anaknya. Disebut pendidik utama karena besar sekali pengaruhnya.
Disebut pendidik pertama, karena merekalah yang pertama mendidik
anaknya.
Orang Tua adalah ibu bapak kandung kita yaitu orang tua yang
tinggal bersama anak dan tidak hanya ayah dan ibu melainkan juga orang
tua yang bertanggung jawab terhadap pendidikan, pengajaran, dan
perkembangan perilaku serta akhlak anak (Arofah, 2013:19).
Keluarga adalah suatu ikatan laki-laki dan perempuan berdasarkan
hukum dan undang-undang perkawinan yang sah. Dalam keluarga inilah
akan terjadi interaksi pendidikan pertama dan utama bagi yang akan
menjadi pondasi dalam pendidikan selanjutnya. Dengan demikian,
masalah tersebut keluarga terutama orang tuanya yang memegang peranan
utama dan memegang tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya
(Mansur, 2005: 318). Sehingga pendidikan yang paling banyak diterima
18
Begitu pentingnya pengaruh pendidikan anak dalam keluarga,
sehingga orang tua harus menyadari tanggung jawab terhadap anaknya.
Tanggung jawab yang harus dilakukan orang tua antara lain:
a. Memelihara dan membesarkannya
Tanggung jawab ini merupakan dorongan alami yang yang
harus dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan
perawatan agar ia dapat hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya
Orang tua bertanggung jawab terhadap perlindungan anak,
termasuk menjamin kesehatan anak, baik secara jasmani maupun
rohani dari berbagai penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
c. Mendidik dengan berbagai ilmu
Orang tua memiliki tanggung jawab besar terhadap
pendidikan anak. Orang tua perlu membekali anaknya dengan ilmu
pengetahuan dan ketrampilan yang berguna bagi kehidupan anaknya
kelak, sehingga pada dewasanya mampu mandiri dan bermanfaat bagi
kehidupan sosial, bangsa dan agama.
Luqman Al-Hakim adalah sesosok pendidik atau orang tua
yang patut menjadi contoh teladan dan bertanggung jawab dalam
memberikan pendidikan kepada anaknya. Sebagaimana diabadikan
19
13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".
16. (Luqman berkata): "Hai anakku, Sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasi-nya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha mengetahui. 17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) me-ngerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).
18. Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.
Dari beberapa ungkapan hikmah luqman tersebut, ada beberapa
aspek pendidikan yang harus ditanamkan kepada anak, yaitu:
a) Penanaman akidah atau tauhid. Akidah atau tauhid dapat
diibaratkan sebagai fondasi. Oleh karena itu, akidah dan tauhid
20
b) Penanaman kesadaran bertindak (berakhlak), yaitu kesadaran yang
didasarkan pada keyakinan bahwa setiap gerak dan langkah
manusia selalu dalam pengawasan Allah.
c) Perintah untuk mengerjakan shalat dan amar ma’ruf nahi mungkar
yang ditanamkan sejak kecil.
d) Pelatihan kesabaran. Kesabaran harus ditanamkan sejak dini.
Sebab, hidup ini penuh dengan tantangan, hambatan, dan
rintangan. Tanpa kesabaran seseorang akan mudah putus asa dan
patah semangat dalam meraih cita-citanya.
e) Larangan bersikap sombong dan angkuh. Kesombongan perlu
dihindari karena akan mengantarkan pada kehinaan dan
kerendahan martabat, baik di mata Allah maupun di mata manusia.
Dalam hal ini sikap tawadhu’ dan rendah hati harus kita tanamkan
pada pribadi diri sendiri dan diri anak-anak (Mustaqim, 2005:
32-34).
d. Membahagiakan kehidupan anak
Kebahagian anak menjadi bagian dari kebahagian orang tua.
Oleh sebab itu, orang tua harus senantiasa mengupayakan kebahagian
anak dalam kapasitas pemenuhan kebutuhan sesuai dengan
21
Adapun dasar-dasar tanggung jawab keluarga terhadap
pendidikan anaknya meliputi:
a. Dorongan/ motivasi cinta kasih yang menjiwai hubungan orang
tua dengan anak. Cinta kasih ini mendorong sikap dan tindakan
rela menerima tanggung jawab, dan mengabdikan hidupnya untuk
sang anak.
b. Dorongan/ motivasi kewajiban moral, sebagai konsekuensi
kedu-dukan orang tua terhadap keturunannya. Tanggung jawab moral
ini meliputi nilai-nilai religius spritual yang dijiwai Ketuhanan
Yang Maha Esa dan agama masing-masing di samping didorong
oleh kesadaran memelihara martabat dan kehormatan keluarga.
c. Tanggung jawab sosial sebagai bagian dari keluarga, yang pada
gilirannya juga menjadi bagian dari masyarakat, bangsa dan
negaranya, bahkan kemanusiaan. Tanggung jawab sosial ini
merupakan perwujudan kesadaran tanggung jawab kekeluargaan
yang diikuti oleh darah keturunan dan kesatuaan keyakinan (Tim
Dosen IKIP Malang, 1980:17-18).
Untuk melaksanakan berbagai tanggung jawab di atas, orang
tua harus mampu menciptakan suasana dialogis dengan anak,
sehingga dapat menumbuhkan hubungan keluarga yang harmonis,
saling menghormati, disiplin, dan mengerti tanggung jawab
masing-masing. Dengan suasana demikian akan sangat mendukung
22
baik di lingkungannya, baik di lingkungan keluarga, sekolah maupun
di masyarakat.
Dari tanggung jawab orang tua di atas maka dapat
disimpulkan bahwa tanggung jawab orang tua terhadap anaknya
adalah bergembira menyambut kelahiran anak, memberi nama yang
baik, memperlakukan dengan lembut dan kasih sayang, menanamkan
rasa cinta sesama anak, memberikan pendidikan akhlak, menanamkan
akidah tauhid, melatih anak mengerjakan shalat, berlaku adil,
memperhatikan teman anak, menghormati anak, memberi hiburan,
memperhatikan pergaulan anak, menempatkan dalam lingkungan
yang baik, memperkenalkan dan bersilaturahmi kepada kerabat,
mendidik anak untuk peduli kepada sesama, mendidik agar perduli
terhadap lingkungan (Muchtar, 2008: 88).
2. Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya
Orang tua dalam masalah pendidikan anak-anaknya tidak hanya
dengan cara menyekolahkan anak. Akan tetapi hal itu harus diatur atau
direncanakan sejak dini. Karena selain menjadi tanggung jawab tetapi juga
menjadi kewajiban orang tua dalam berbagai bidang pendidikan dalam
syariah dan pendidikan islam harus dapat memberikan keadilan dan
ketauladanan bagi anak-anak mereka. Adapun kewajiban-kewajiban orang
tua terhadap anak-anaknya sebagai berikut:
a. bahwa seorang laki-laki memilih istri yang baik, sebab seorang istri
23
mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak, di mana anak tidak
kenal siapa-siapa kecuali ibunya yang menyediakan makanan, kasih
sayang dan kecintaan.
b. Memilih nama yang baik untuk anak..
c. Memperbaiki adab dan pengajaran anak-anaknya dan menolong
mereka membina aqidah yang betul dan agama yang kokoh.
d. Orang tua harus bersifat adil kepada anak.
e. Memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh terhadap anak
f. Orang tua berkerja sama dengan lembaga-lembaga lain dalam
masyarakat yang berusaha menyadarkan dan memelihara kanak-kanak
dan remaja untuk memelihara anak-anaknya dari segi kesehatan,
akhlak dan sosial (Langgulung, 1986: 380-384).
g. Menafkahi dan memenuhi kebutuhan anak-anaknya, baik kebutuhan
jasmani maupun rohani, baik itu kebutuhan primer atau dasar (seperti
sandang, pangan, dan perumahan) maupun kebutuhan tambahan anak.
h. Mendidiknya dengan baik dan benar
Orang tua wajib mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik
agar anaknya nanti mendapatkan keuntungan dikehidupan masa depan
(Mansur, 2005: 271).
i. Menikahkan anak ketika sudah cukup umur, ada jodohnya serta sudah
siap lahir dan batin dan sanggup untuk berkeluarga, maka orang tua
dianjurkan untuk segera menikahkan anaknya (Muchtar, 2008: 82-83).
24
Pada awalnya orang tua harus memberikan pengertian dulu, setelah itu
baru diberikan suatu kepercayaan pada diri anak itu sendiri (Mansur,
2005: 273).
3. Peranan Keluarga Terhadap Pendidikan Anak
Orang tua memegang peranan yang paling penting dan amat
berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya (Daradjat, 2011: 35). Pada
das-arnya peranan orang tua adalah sebagai pengasuh, pembimbing, pendidik,
pengawas, pengontrol, yang utama dan pertama bagi tumbuh kembangnya
anak serta harus diperhatikan oleh orang tua dalam menyiapkan generasi
muda agar sanggup terjun ketika menghadapi hidup dimasyarakat serta
pergaulan yang baik dengan manusia dan cinta tanah air dan bangsa.
Adapun peranan tersebut antara lain, yaitu:
a. Peranan keluarga dalam pendidikan jasmani dan kesehatan bagi
anak-anaknya.
Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong
pertumbuhan anak-anaknya dari segi jasmani, baik aspek
perkembangan atau pun aspek perfungsian.
Peranan keluarga dalam menjaga kesehatan anak-anaknya
dapat dilaksanakan sebelum bayi lahir. Yaitu melalui pemeliharaan
terhadap kesehatan ibu dan memberinya makanan yang baik dan sehat
selama mengandung, sebab itu berpengaruh terhadap anak dalam
25
Sehingga apabila anak telah lahir maka tanggung jawab
keluarga terhadap kesehatan anak dan ibunya menjadi berlipat ganda.
Dia dapat memperoleh cara-cara dan jalan-jalan perlindungan,
pengobatan, dan pengembangan untuk menunaikan kewajiban ini.
b. Peranan keluarga dalam pendidikan akal (intelektual) kanak-kanak
Keluarga dalam peranan ini masih tetap memegang peranan
penting dan tidak dapat dibebaskan dari tanggung jawab ini. Bahkan
keluarga memegang tanggung jawab besar sebelum anak-anak
memasuki sekolah. Diantara tugas-tugas keluarga adalah untuk
menolong anak-anaknya menemukan, membuka dan menumbuhkan
kesediaan-kesediaan, bakat-bakat, minat dan kemampuan-kemampuan
akalnya dan memperoleh kebiasaan-kebiasaan dan sikap intelektual
yang sehat dan melatih indera kemampuan-kemampuan akal tersebut.
Sesudah anak masuk sekolah tanggung jawab keluarga dalm
pendidikan akal bertambah luas. Sekarang menjadi kewajiban
keluarga dalam bidang ini adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan
mengalakkan untuk belajar, mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas,
mengikuti kemajuan sekolah, bekerjasama dengan sekolah untuk
menyelsaikan masalah pelajaran yang dihadapiny, menggalakkan
mereka untuk mengulangi pelajaran dan membimbing mereka cara
yang paling sesuai untuk belajar jika mereka faham akan hal tersebut.
26
pelajaran yang disukainya, menghormati ilmu pengetahuan dan
orang-orang berilmu, dan lain-lain sebagainya.
c. Peranan keluarga dalam pendidikan psikologikal dan emosi
Peranan keluarga dapat memainkan peranan penting di dalam
pendidikan psikologikal dan emosi. Melalui pendidikan itu keluarga
dapat menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum
untuk menciptakan pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan
kematangan emosi yang sesuai dengan umumnya, menciptakan
penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri dan
dengan orang-orang lain disekelilingnya. Begitu juga dengan
menumbuhkan emosi kemanusiaan yang mulia, seperti cinta kepada
orang lain, mengasihani orang lemah dan teraniaya, menyayangi dan
mengasihani orang fakir miskin, kehidupan emosi yang rukun dengan
orang lain dan menghadapi masalah-masalah psikologikal secara
positif dan dinamis.
Pentingnya peranan keluarga dalam pendidikan ini adalah
sabab keluarga melibatkan kanak-kanak dalam tahap awal hidupnya,
di mana hubungan-hubungan dan pengalaman-pengalaman sosialnya
belum cukup luas. Oleh karena sejauh mana yang dapat dicapai oleh
kanak-kanak dalam penyesuaian psikologi dan kematangan emosi
pada awal tingkat hidupnya, maka masa depan psikologinya sebanyak
27
pendidikan psikologi tidak terbatas pada tingkat kanak-kanak saja,
tetapi meliputi seluruh hidupnya.
Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk
mendidik anak-anaknya dari segi psikologi adalah memberi mereka
segala peluang untuk menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat
mereka dengan sopan dan hormat, di samping menolong mereka
berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang dipikulkan
kepadanya (Langgulung, 1986: 304-309).
d. Peranan keluarga dalam pendidikan agama bagi anak-anak
Pendidikan agama dan spritual termasuk bidang-bidang
pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga
terhadap anak-anaknya. Pendidikan agama dan spritual ini berarti
membangkitkan kekuatan dan kesediaan spritual yang bersifat naluri
yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan agama yang sehat dan
mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu
juga membekalkan kanak-kanak dengan pengetahuan-pengetahuan
agama dan kebudayaan islam sesuai dengan umurnya dalam
bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat dan sejarah.
Adapun cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga
untuk menanamkan semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah
28
a) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan
iman kepada Allah dan berpengang dengan ajaran-ajaran agama
dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu tertentu.
b) Membiasakan mereka menunaikan syair-syair agama semenjak
kecil sehingga penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah
mendaging, mereka melakukannya dengan kemauan sendiri dan
merasa tentram sebab mereka melakukannya.
c) Menyiapkan suasana agama dan spritual yang sesuai di rumah di
mana mereka berada.
d) Membimbing mereka membaca bacaan-bacaan agama yang
berguna dan memikirkan ciptaan-ciptan Allah dan
makhluk-makhluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem ciptaan itu dan
atas wujud dan keagungannya.
e) Mengalakkan mereka turut serta dalam aktivitas-aktivitas agama,
dan lain-lain.
e. Peranan keluarga dalam pendidikan akhlak bagi anak-anak
Pendidikan agama berkaitan dengan pendidikan akhlak.
Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan akhlak
untuk anak-anak sebagai institusi yang mula-mula berinteraksi
dengannya oleh sebab mereka mendapat pengaruh dari padanya atas
segala tingkah lakunya. Oleh sebab itu haruslah keluarga mengambil
tugas berat tentang pendidikan ini, mengajar mereka tentang akhlak
29
keikhlasan, kesabaran, kasih-sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani
dan lain sebagainya.
Di antara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah:
a) Memberi contah yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang
teguh kepada akhlak mulia.
b) Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana di
mana mereka dapat mempraktekkan akhlak yang diterima dari
orang tuanya.
c) Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya
supaya mereka merasa bebas memilih dalam tindak tanduknya.
d) Menunjukkan bahwa keluarga selalu mengawasi mereka dengan
sadar dan bijaksana.
e) Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng dan
tempat-tempat kerusakan dan lain-lain lagi cara di mana keluar-
ga dapat mendidik akhlak anak-anaknya (Langgulung, 1986:
310-113).
f. Peranan keluarga dalam pendidikan sosial kanak-kanak
Keluarga belum lengkap tugasnya dengan sempurna dalam
pendidikan anak-anaknya sehingga ia menolong anak-anak bertumbuh
dari segi sosial. Pertumbuhan sosial ini melibatkan pendidikan sosial
ekonomi dan politik yang mengatakan bahwa kesediaan-kesediaan dan
bakat-bakat asasi anak-anak dibuka dan di keluarkan ke dalam
30
sekelilingnya. Pendidikan sosial ini melibatkan bimbingan terhadap
tingkah laku sosial, ekonomi dan politik dalam rangka akidah Islam
yang betul dan ajaran-ajaran dan hukum-hukum agama yang berusaha
meningkatkan iman, takwa, takut kepada Allah serta mengerjakan
ajaran-ajaran agamanya yang mendorong kepada produksi,
menghargai waktu, jujur, ikhlas dalam berbuat, adil, kasih sayang,
tolong menolong, menjaga kemaslahatan umum, cinta tanah air dan
lain sebagainya.
Adapun cara-cara yang patut digunakan dalam mendidik
anak-anaknya dari segi sosial, politik dan ekonomi adalah:
a) Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah
laku sosial yang sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan
nilai-nilai.
b) Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta
hubungan-hubungan sosial yang berhasil.
c) Membiasakan anak-anaknya memikul tanggung jawab dan
membimbingnya jika mereka bersalah dengan lemah lembut.
d) Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya.
e) Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan
menghormatinya di depan kawan-kawannya.
f) Menolong anak-anak menjali persahabatan yang mulia dan
31
g) Menggalakkan mereka mendapatkan kerja yang dapat menolong
mereka.
h) Membiasakan mereka hidup sederhana supaya lebih bersedia
menghadapi kesulitan hidup sebelum terjadi.
i) Bersifat adil diantara mereka.
j) Membiasakan mereka cara-cara Islam dalam makan, minum,
duduk, tidur, memberi salam, berziarah, dan lain sebagainya
(Langgulung, 1986: 313-314).
4. Pendidikan
Pendidikan adalah segala usaha yang dilakukan untuk mendidik
manusia sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi
atau kemampuan sebagai mana mestinya (Muchtar, 2008: 14).
Pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan
kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogie
berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh
orang dewasa agar ia menjadi dewasa.
“Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003, pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara” (Hasbullah, 2009: 1-4).
Pendidikan adalah suatu proses yang mempunyai tujuan yang
32
kanak-kanak atau orang yang sedang di didik (Langgulung, 2004: 28).
Adapun pengertian pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa pendidikan merupakan tuntutan bagi pertumbuhan anak-anak.
Artinya pendidikan menuntut segala kekuatan kodrat yang ada pada diri
anak-anak, agar mereka sebagai anggota masyarakat dapat mencapai
keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya (Suwarno, 2006: 21)
Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat dirumuskan bahwa
pendidikan biasa diartikan sebagai berikut:
1. Pendidikan mengandung pembinaan kepribadian, pengembangan
kemampuan, atau potensi yang perlu dikembangkan, peningkatan
pengetahuan dari tidak tahu menjadi tahu, serta tujuan ke arah mana
peserta didik dapat mengaktualisasikan dirinya seoptimal mungkin.
2. Dalam pendidikan, terdapat hubungan antara pendidik dan peserta
didik. Di dalam hubungan itu, mereka memiliki kedudukan dan
peranan yang berbeda.
3. Pendidikaan adalah proses sepanjang hayat sebagai perwujudan
pembentukan diri secara utuh. Maksudnya, pengembangan segenap
potensi dalam rangka penentuan semua komitmen manusia sebagai
individu, sekaligus sebaga makhluk sosial dan makhluk Tuhan.
4. Aktivitas pendidikan berlangsung di dalam keluarga, sekolah, dan
33
5. Pendidikan merupakan suatu proses pengalaman yang sedang dialami
yang memberikan pengertian, pandangan, dan penyesuaian bagi
seseorang yang menyebabkannya berkembang (Suwarno, 2006:22-23)
Dari penjelasan-penjelasan di atas maka bisa disimpulkan bahwa
pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan suasana belajar
mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada
dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.
Untuk mencapai kesuksesan dalam pendidikan diperlukannya
tujuan-tujuan dalam pendidikan, diantaranya:
a) Mengembangkan peserta didik sebagai pemikir
b) Mengembangkan peserta didik sebagai warga negara
c) Menumbuhkan/ menanamkan kecerdasan emosi dan spiritual yang
mewarnai aktivitas hidupnya,
d) Menumbuhkan kemampuan berpikir kritis
e) Menumbuhkan kebiasaan untuk memanfaatkan dan mengisi waktu
luang.
f) Menumbuhkan pola hidup sehat (Ghony, 1981:11-12).
Adapun pendidikan juga berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Pengertian dan tujuan dari pendidikan di atas, menunjukkan bahwa
pendidikan sangat penting sebagaimana dijelaskan dalam QS. al-Alaq:1-5
34
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, 2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, 4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Dari ayat ini jelas, bahwa agama Islam telah mendorong umatnya
senantiasa belajar dan menjadi umat yang pandai, dimulai dengan belajar
baca tulis dan diteruskan dengan belajar berbagai macam ilmu pengetahuan
lainnya. Islam juga mengajarkan bahwa mencari ilmu berlaku prinsip tak
mengenal batas, dimensi, ruang dan waktu (Muchtar, 2008: 13).
B. Dukungan Orang Tua Menyekolahkan Anak
Dukungan merupakan dorongan atau motivasi dari seseorang,
dengan demikian motivasi adalah keadaan yang terdapat dalam diri
seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna
pencapaian suatu tujuan. Adapun Greenberg menyebutkan bahwa motivasi
adalah proses membangkitkan, mengarahkan, dan memantapkan perilaku
arah suatu tujuan (Djaali, 2012: 101).
Dukungan orang tua adalah bantuan yang diberikan orang tua
sebagai orang yang bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup dan
pendidikan anaknya.
Sebagai orang tua harus dapat membantu dan mendukung terhadap
segala usaha yang dilakukan oleh anaknya serta dapat memberikan
35
anak tersebut serta untuk mengikuti/ melanjutkan pendidikan pada formal
di sekolah.
Bentuk-bentuk dukungan orang tua, mengingat tanggung jawab
pendidikan ditanggung oleh keluarga dalam pendidikan informalnya dan
ditanggung oleh sekolah dalam pendidikan formal, maka orang tua harus
berperan dalam menanamkan sikap dan nilai hidup, perkembangan bakat
dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian (Hasbullah, 2009: 88).
Selain itu orang tua juga harus memperhatikan sekolah anaknya
yaitu dengan memperhatikan pengalaman-pengalamannya dan menghargai
segala usahanya serta harus dapat menunjukkan kerja samanya dalam
mengarahkan cara anak belajar di rumah. Orang tua juga harus berusaha
memotivasi dan membimbing anak dalam belajar.
Adapun dukungan orang tua terhadap anaknya ada dua hal pokok
yaitu:
1. Dukungan mental/ Agama
Dukungan mental yang tidak kalah penting dari orang tua kepada
anaknya (Hasbullah, 2009: 43). Dukungan mental ini memberikan
pegangan kepada anaknya untuk mencapai tujuan perjalanan hidupnya
kelak.
Seorang anak yang saleh di rumah, akan mempengaruhi sikap
kesiswaanya di sekolah. Anak yang saleh tidak dilahirkan tapi dibentuk
dan dibina lewat pendidikannya. Rasulallah SAW mengajarkan bahwa
36
berperan merobah fitrah itu menjadi (dalam bahasa rasul) yahudi,
nasrani/ majusi.
Jadi dukungan orang tua memasukkan anaknya ke lembaga
pendidikan berfungsi memelihara keluarganya terutama anaknya
semoga terhindar dari segala macam ancaman baik dunia maupun di
akherat kelak.
Dari kesimpulan di atas bahwa orang tua diperintahkan oleh Allah
dan rosulnya untuk memelihara keluarganya (termasuk anak) dari
siksaan api neraka dengan membina mental/ agama secara baik. Adapun
dukungan mental orang tua seperti: mendo’akan anak-anaknya.
2. Dukungan moral
Dukungan moral dari orang tua terhadap pendidikan anaknya dapat
berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis meliputi:
1. Kasih sayang
2. Keteladanan (Hasbullah, 2009: 42)
3. Bimbingan dan pengawasan
4. Pengarahan
5. Dorongan menanamkan rasa percaya diri
Selain dukungan psikis orang tua juga harus memberikan
kebutuhan sekolah untuk anaknya, meliputi:
1. Membelikan buku-buku yang diperlukan
2. Membelikan LKS
37
4. Dukungan melanjutkan sekolah yang lebih tinggi.
Dengan dukungan tersebut maka tugas orang tua yang harus
diemban selanjutnya adalah mendorong aktivitas belajar anaknya di
sekolah dalam rangka untuk mencapai suatu prestasi.
Adapun faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah
faktor kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi meliputi
tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.
Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis
dan adil mungkin ada, sementra dalam keluarga kelas bawah, hubungan
yang ada lebih otoritas. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah
mempunyai tingkat dukungan dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada
38 BAB III
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 1 Jambu
SMP Negeri 1 Jambu, berdiri pada tanggal 7 juni 1982,
berdasarkan Surat Instruksi Kakanwil Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Propinsi Jawa Tengah No. 98/103/T.82 Tanggal 1 Juni
1982. PMB pertama terdaftar 309 orang, diterima 120 orang dibagi 3
kelas @ 40 orang. Yang dikepalai oleh Bapak R. PIUS S.
DIRDJOWINOTO. Pada tanggal 23 November 1982 SMP Negeri 1
Jambu diresmikan oleh Prof. Dardji Darmodihardjo, S. H. Dirjend
Dikdasmen Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Di bawah kepemimpinan Bapak Drs. H. M. SONHADI, M.Pd,
pada tanggal 21 Juni 2009, SMP Negeri 1 Jambu ini sudah ada 16
kelas dibagi menjadi: Kelas VII = 206 siswa, kelas VIII = 207 siswa,
kelas IX = 197 siswa, dan jumlah = 610 siswa dan pada tanggal 23
Desember 2013, SMP Negeri 1 Jambu ini sudah ada 18 kelas dibagi
menjadi: Kelas VII – 207 siswa, kelas VIII = 203 siswa, kelas IX =
194 siswa, dan jumlah = 610 siswa. Dibawah kepemimpinan Bapak
39
2. Implementasi di SMP Negeri 1 Jambu
1) Integrasi dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dalam
kegiatan pengembangan di SMP Negeri 1 Jambu, terdapat dalam
silabus dan RPP
2) Pengembangan Diri
a. Kegiatan rutin.
Kegiatan rutin sebagai penunjang pendidikan nasionalisme dan
karakter bangsa adalah sebagai berikut;
a) Budaya senyum, salam, sapa
b) Apel pagi gur, karyawan bersama siswa yang mendapat
tugas (terjadwal perkelas). Kegiatan ini adalah men-
disiplinkan guru, karyawan, dan siswa SMP Negeri 1
Jambu sebagai wujud rasa cinta tanah air dan bangsa.
c) Membiasakan diri berbasis sebelum masuk kelas
d) Sebelum proses pembelajaran dimulai, dibiasakan dibuka
dengan dosa dan pemberian salam.
e) Proses pembelajaran dengan kerja kelompok.
f) Pemutaran lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah
di-perdengarkan sebelum proses belajar dan saat istirahat
g) Proses pembelajaran diakhiri dengan doa penutup
h) Kebersihan kelas dilakukan setelah proses pembelajaran
40
i) Siswa-siswi pulang dengan bersalam-salaman dengan guru
pengajar jam terakhir di kelas.
3) Kegiatan Ektrakulikuler
Ekstrakurikuler merupakan kegiatan di luar jam belajar
yang bertujuan untuk menggali potensi peserta didik. Berikut ini
adalah beberapa kegiatan Ektrakurikuler yang ada di SMP N 1
Jambu. Olahraga dan seni yang merupakan kegiatan pilihan dari
kelas VII dan VIII, serta pramuka yang merupakan kegiatan wajib
untuk kelas VII, Ibadah yang merupakan VIII dan pilihan untuk
kelas VIII.
a) Olahraga.
b) Seni.
c) Pramuka.
41 3. Struktur Organisasi Sekolah
42 B. Gambaran Informan
1. SY, berusia 57, bertempat tinggal di Krajan RT/RW 01/01, Bedono,
Jambu, Kab. Semarang, SY merupakan lulusan SI yang sekarang menjadi
PNS/ Guru disalah satu sekolah, namun SY akan berhenti mengajar satu
tahun lagi, maka selain mengajar di sekolah negeri, SY juga mengajar di
SD swasta Gemawang, untuk menunjang ekonomi keluarga, karena beliau
mempunyai tanggung jawab terhadap pendidikan anaknya, yang sekarang
masih kuliah di Yogyakartadan di SMP Negeri 1 Jambu.
2. HS, bertempat tinggal di Wawar lor RT/RW 07/04 Bedono, Jambu, Kab.
Semarang, HS merupakan lulusan STM/ S4 yang bertugas sebagai TNI
angkatan darat di Banyubiru. Dengan tugas tersebut, tetapi HS selalu
menyempatkan untuk mengawasi anak-anaknya, karena SY mempunyai 2
anak, yang petama masih duduk di SLTP, sedangkan yang kedua sekarang
duduk di kelas VIII di SMP Negeri 1 Jambu.
3. MB, berusia 51, bertempat tinggal di Wawar kidul RT/RW 03/03, Bedono,
Jambu, Kab. Semarang, MB merupakan lulusan S1 yang sekarang menjadi
PNS/Guru dan mengajar sekolah dasar negeri di Berongkol. Perjuangan
MB untuk menjadi PNS sangat penuh perjuangan, dulu MB mengabdi 20
tahun dulu disalah satu sekolah swasta dengan gaji yang belum cukup buat
kebutuhan sehari-hari. Kemudian dengan kerja keras, kesabaran, tekat dan
ketekunan MB, maka akhirnya beliau mendapatkan sertifikasi menjadi
43
4. YM, berusia 60, beliau merupakan pedagang kecil, dengan jual beli
kambing YM sukses menjadi kepala rumah tangga yang baik untuk
anak-anaknya, walaupun YM mempunyai anak 10, namun YM sangat
mendukung pendidikan anakny samapi SLTA. Beliau sangat percaya
bahwa mempunyai anak banyak maka rizkinya juga banyak. Dengan
kepercayaan tersebut YM mempunyai 4 rumah yang di tempati oleh
anaknya, beliau hanya menempati 1 rumahnya saja, YM beralamat di
Wonokasihan RT/RW 06/08 dan pendidikan terakhirnya SD.
5. RY, berusia 35, RY merupakan pedagang kecil, beliau mendirikan warung
yang berada disebelah ruang tamu, RY berdagang kebutuhan bahan
ma-kanan pokok, snack dan kebutuhan lain-lain, selain berdagang juga
menjadi guru agama/ ustad di TPA Jurang, beliau sangat tanggung jawab,
lemah lembut, dan menghormati orang lain, RY bertempat tinggal di
Jurang RT/RW 1/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang.
6. MK, berusia 45, kehidupan sehari-hari MK merupakan seorang petani,
yang setiap harinya pergi ke kebun. Beliau mempunyai 2 anak, anak
pertamanya sekarang kuliah di IAIN Salatiga, terkadang setelah pulang
dari kebun, beliau selalu menjemput anak pertamanya pulang kuliah,
dengan mengendarai sepeda motor tua. MK bertempat tinggal di Jurang
RT/RW 1/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, MK merupakan lulusan
STM.
7. DT, merupkan petani yang sukses, dengan ketekunannya merawat kebun,
44
dapat dijual dengan harga yang tinggi. Walaupun DT seorang petani tetapi
beliau adalah seorang ayah yang selalu mengutamakan pendidikan agama
untuk anak sebagai bekal kehidupan yang akan datang, DT bertempat
tinggal di Jurang RT/RW 3/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, beliau
berusia 35, pendidikan terakhirnya adalah SD.
8. SR, rumahnya sangat sederhana dan kecil, ruang tamu, ruang makan dan
TV menjadi satu ruangan, pagar-pagarnya pun sudah termakan usia
sehingga banyak lubang-lubang kecil di pagar tersebut, SR bertempat
tinggal di Wonokasihan RT/RW 5/8 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SR
merupakan Buruh yang sekarang berusia 65. SR dulunya pernah sekolah
di MI namun karena orang tua tidak mendukung sehingga SR tidak dapat
meneruskan sekolahnya, meskipun dulunya tidak bersekolah, namun SR
berharap bahwa kehidupan anaknya kelak lebih baik dari pada SR.
9. DR, berusia 54 yang bertempat tinggal di Jurang RT/RW 2/7 Bedono,
Jambu, Kab. Semarang, walaupun tinggal di belakang lapangan voli
dengan rumah yang masih sederhan, tetapi beliau bahagia dengan keluarga
kecilnya karena DR mempunyai suami yang setia, karena dulu mereka
mesti sudah menikah beberapa tahun, tetapi mereka belum juga diamanahi
anak, namun setelah menunggu lama, berusaha dan berdoa, DR
dianugerahi anak laki-laki yang diberi anak laki-laki. DR merupakan
karyawan swasta, dulu pernah menempuh pendidikan terkhirnya di SD.
10.AN, merupakan wiraswasta yang bertempat tinggal di Jurang RT/RW 4/8,
45
orang tuanya, karena rumah orang tuanya besar, di samping bekerja di
kerajinan tangan, beliau juga membuka warung di depan rumah, dengan
menyedikan bahan pokok dan lain-lainnya. Namun AN selalu
memperhatikan pendidikan agama anaknya, karena latar belakang
keluarga AN sangat kental dengan agamanya, pendidikan terakhirnya
adalah SMP.
11.MY, merupakan lulusan SMP, latar belakang keluarganya sangat
mengu-tamakan pendidikan. MY yang sekarang menjadi karyawan swasta disalah
satu perusahan ternama, beliau hanya bisa menjaga dan mengawasi
anaknya dari sore sampai malam saja, Karena orang tua sibuk dengan
pekerjaannya. MY bertempat tinggal di Jurang RT/ RW 1/07 Bedono,
Jambu, Kab. Semarang, kondisi ekonomi MY sudah bisa dikatakan orang
yang berada.
12.SB, tinggal di rumah yang besar dan cukup modern, dengan ekonomi yang
sudah bisa dikatakan menengah ke atas, SB bertempat tinggal di Jurang
RT/RW 4/7 Bedono, Jambu, Kab. Semarang, SB merupakan karyawan
swasta, tetapi SB tidak lupa akan tanggung jawabnya sebagai ibu rumah
tangga, SB selalu memberikan hal-hal yang terbaik untuknya, karena
menurutnya anak adalah amanah yang titipan Allah, maka harus dijaga
46 C. Temuan Penelitian
1. Persepsi Orang Tua Tentang Pendidikan
Hakikatnya pendidikan adalah suatu usaha untuk mewujudkan
suasana belajar mengajar agar peserta didik mampu mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya dan memiliki kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan. Terutama di era sekarang ini pendidikan sangat
diper-lukan oleh anak. Untuk itu peserta didik sangat memerdiper-lukan pendidikan
agar mampu mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya dan untuk
mencapai masa depan yang sukses. Oleh karena itu pandangan orang tua
murid tentang pendidikan seperti yang diungkapkan oleh DT.
“Pendidikan itu sangat penting, karena pendidikan itu dapat menumbuhkan kepribadiian yang baik” (Wawancara 06
Desember 2015, pukul 15.36 WIB).
Dilanjutkan oleh MB yang menyatakan.
“Pendidikan itu sangat penting karena merupakan tahap
awal/ dasar untuk mencapai cita-cita masa depan” (Wawancara
08 Desember 2015, pukul 18.04 WIB).
Ditegaskan lagi oleh HS.
“Pendidikan itu sangat penting untuk mencari pekerjaan
masa depan dengan mudah” (Wawancara 08 Desember 2015,
pukul 18.56 WIB).
Ditegaskan lagi oleh SY.
“Pendidikan itu penting karena untuk bekal masa depan
anak” (Wawancara 08 Desember 2015, pukul 19.56 WIB).
Dari beberapa pernyataan informan di atas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan merupakan suatu proses tahapan awal untuk mencapai
47
pendidikan sangat dibutuhkan untuk anak dalam mengembangkan
kemampuan anak serta sebagai bekal untuk mencapai cita-cita,
sebagaimana fungsi dan tujuan dari pendidikan itu sendiri, yaitu untuk
mengembangkan peserta didik sebagai pemikir, mencerdasakan kehidupan
berbangsa.
Harapan orang tua merupakan keinginan orang tua terhadap
anaknya dalam pendidikan di sekolah, karena sekolah merupakan tempat
anak belajar (Daradjat, 2011: 72). Adapun pandangan orang tua tentang
sekolah bagi anak yang diungkapkan oleh SB.
“Sekolah itu tempat mencari ilmu dan menambah pengalaman untuk anak didik”(Wawancara 06 Desember 2015,
pukul 15.55 WIB).
Ditambahkan lagi oleh RY
“Sekolah bagi anak itu sangat penting” (Wawancara 07
Desember 2015, pukul 15.30 WIB.
Ditegaskan lagi oleh YM.
“Bahwa dengan sekolah, anak dapat akan mendapatkan
peluang pekerjaan”(Wawancara 06 Desember 2015, pukul 20.45
WIB).
Adapun dari hasil wawancara dengan Orang tua siswa bahwa
mereka menganggap mata pelajaran yang penting yang harus dimiliki
anak, untuk masa depan atau untuk menghadapi kehidupan nantinya.
Dari wawancara tersebut banyaknya orang tua menganggap bahwa
mata pelajaran yang harus dimiliki anak adalah pendidikan agama, karena