• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Lembaga Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan Utang

PERANAN LEMABAG JAMINAN FIDUSIA SEBAGAI JAMINAN HUTANG DALAM PERMBERIAN KREDIT BANK

B. Peranan Lembaga Jaminan Fidusia Sebagai Jaminan Utang

Keperluan masyarakat akan modal, salah satunya dapat dipenuhi dengan pemberian kredit oleh bank. Dalam penyaluran kredit harus dilakukan dengan prinsip kehati-hatian, melalui analisa yang akurat dan mendalam, penyaluran yang tepat, pengawasan yang tepat, perjanjian yang sah, dokumentasi perkreditan yang teratur dan lengkap serta pengikatan jaminan yang kuat.Oleh karena itu keberadaan lembaga jaminan tidak dapat dilepaskan dari pemberian kredit bank.Salah satunya adalah lembaga jaminan fidusia. Di Indonesia, jaminan fidusia merupakan lembaga yang disukai karena dianggap cocok untuk membantu pengusaha

kecil dan menengah yang membutuhkan modal tetapi tidak mempunyai cukup agunan untuk menanggung utangnya kecuali barang yang dimiliknya juga dibutuhkan untuk modal usahanya. Oleh karen itu, keberadaan lembaga jaminan fidusia sudah sangat lama dinantikan oleh masyarakat mengingat berbagai keuntungannya, seperti benda yang dijaminkan tetap berada dalam penguasaan pemberi fidusia. Hal tersebut sangatlah membantu debitur, mengingat debitur dapat tetap menggunakan benda yang menjadi objek jaminan untuk usahanya.Terutama bagi debitur-debitur yang usahanya sangat bergantung pada benda yang dijadikan objek jaminan, seperti ketetrgantungan pabrik terhadap mesin-mesinnya.

Dengan telah dikeluarkan undang-undang fidusia ternyata juga semakin membantu bank sebagai kreditur dan juga para nasabah sebagai debitur.Mengingat banyaknya kredit yng diberikan oleh bank untuk membiayai keperluan debitur untuk membeli benda-benda bergerak, maka jaminan fidusia memiliki peranan yang sangat besar sebagai jaminan kredit. Dalam ketentuan Pasal 8 Undang-Undang Perbankan disebutkan, bahwa yang menjadi jaminan utama dalam pemberian kredit adalah benda yang dibiayai oleh kredit dan bank tidak wajib meminta jaminan tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan objek jaminan tambahan yang tidak berkaitan langsung dengan objek yang dibiayai. Oleh karena itu, jika bank membiayai keperluan debitur untuk membeli benda-benda bergerak maka jaminan fidusia akan menjadi jaminan utamanya.61

Selain itu, dengan dikeluarkannya undang-undang fidusia, maka akan memberikan kepastian hukum kepada kreditur dalam mengikat benda-benda bergerak sebagai kreditur akan mengikat benda-benda bergerak sebagai jaminan. Hal tersebut tercermin dalam Pasal 1 angka 1 diseubutkan bahwa benda yang menjadi objek jaminan fidusia telah dialihkan hak kepemilikannya.Penyerahan hak milik dalam fidusia bukan dimaksudkan untukmengalihkan

61

Adriyadi,”Peranan Lemabaga Jaminan Hutang”

hak milik dalal fidusia bukan dimaksudkan untuk mengalihkan hak milik secara penuh dan seterusnya, melainkan hanya sebagai jaminan.Hubungaan atau perjanjian penyerahan hak milik tersebut berakhir dengan sendirinya dalam hal utang yang telah dapat ditagih kembali atau jika barang-barang yang diserahkan kembali oleh kreditur kepada debitur karena utang berikut kewajiban lainya telah dilunasi.

Awalnya pengikatan jaminan atas benda-benda bergerak cukup dengan penyerahan hak milik atas dasar kepercayaan, namun karena tidak diikuti dengan penyerahan fisiknya, maka penjaminan tersebut mengandung kelemahan dan dapat membahayakan kreditur. Lalu dilihat dari sudut hukum pembuktian, mereka yang menguasai barang bergerak secara fisik, tidak berupa bunga atau piutang kepada pembawa dianggap sebagai pemilik yang berhak penuh (Pasal 1977 KUHPerdata)62

Keberadaan jaminan fidusia dalam kegiatan perekonomian juga sangat besar mengikat benda yang dibiayai kredit, seperti mesin-mesin, barang inventaris, barang-barang dagangan, barang-barang persediaan, piutang dagang, kendaraan bermotor, barang-barang persediaan, piutang dagang, kendaraan bermotor dan bangunan-bangunan yang berdiri di atas tanah yang berdiri di atas tanah hak milik orang lain, masih tetap dapat digunakan pemberi fidusia untuk keperluan usahanya. Hal tersebut juga akan membantu usaha debitur dalam mengembalikan pokok utang dan bunganya, dan selain itu juga tidak memberatkan kreditur dalam menyimpan benda jaminan, yang tentunya juga akan memerlukan biaya perawatan dan tempat penyimpanan.

Mengingat sifat dari benda bergerak yang nilainya semakin turun, maka bank juga menyadari kekurangan darti jaminn fidusia. Oleh karena itu sangatlah penting bagi bank

62

Iwan, “Kelemahan Keberadaan Jaminan Fidusia Dalam Praktek” www.researchgate.net. 14 Februari 2010, terakhir kali diakses tanggal 25 Mei 2010

untuk melakukan penilaian terhadap nilai barang yang menjadi objek jaminan fidusia, yaitu nilainya ketika kredit akan diberikan dan memprediksi nilainya ketika perjanjian kredit yang bersangkutan jatuh tempo. Apabila dirasa masih kurang, maka bank biasanya meminta jaminan-jaminan tambahan yang nilainya cenderung tetap atau meningkat seperti tanah, yang jaminannya diikat dengan Hak Tanggungan.Jaminan tambahan sangatlah penting diperlukan mengingat bank dalam memberikan kredit harus dilaksanakan dengan penuh kehatian-kehatian agar tidak terjadi kredit macet.63

Selain keuntungan dari lembaga jaminan fidusia, bank juga menayadari beberapa kelemahan dari lembaga jaminan fidusia, yang mungkin akan menimbulkan beberapa permasalahan, yaitu :

1. Tidak semua benda bergerak memiliki tanda bukti kepemilikan seperti kendaraan bermotor.

Akibatnya bank kesulitan untuk megetahui secara pasti pemilik yang sebenarnya. Bahkan untuk kendaraan bermotor seperti mobil walaupun memiliki bukti hak kepemilikan (BPKP), akan tetapi dalam kenyataan di masyarakat, khusus untuk mobil bekas, walalupun pemilikny sudah berganti tetapi si pemilik baru tidak langsung melakukan balik nama. Oleh karena itu untuk mengatasi hal seperti ini bank selalu menolak menerimanya sebagai agunan sebelum BPKP nya dibalik nama pemilik baru. Sedangkan untuk benda-benda bergerak lainnya seperi barang-barang elektronik bank biasanya meminta faktur pembeliannya dan meminta Surat Pernyataan Kepemilikan Barang untuk lebih menjamin kebenaran kepemilikan barang yang menjadi agunan. Permasalahan lain yang mungkin munul adalah kesulitan bank untuk mengetahui apakah barang yang akan menjadi agunan sedang

63

Sutarno, Aspek-Aspek Hukum Perkreditan pada Bank, cetakan ke dua.(Jakarta: CV Alfabeta, 2004), hal.264

dibebankan jaminan fidusia oleh pihak lain atau tidak. Berbeda dengan pembebanan Hak Tanggungan dimana dalam sertifikat hak atas tanah yang sedang di bebani Hak Tnggungan diberi keterangan oleh Kantor Pertanahan sedang dibebani suatu Hak Tanggungan.Sedangkan untuk benda yang menjadi objek jaminan fidusia hal tersebut sangat sulit dilakukan mengingat tidak semua objek jaminan fdusia memiliki tanda bukti kepemilikan.

2. Permasalahan eksekusi objek jaminan fidusia

Walaupun dalam Pasal 29 Undang-Undang Fidusia telah diatur mengenai eksekusi objek jaminan fidusia, akan tetapi dalam pelaksanaanya hal tersebut sangat sulit untuk dilaksanakan. Begitu besarnya campur tangan pemerintah, membuat proses eksekusi memakan waktu yang lama dan memakan banyak biaya. Padahal nilai dari barang-barang bergerak semakin menyusut, sehingga seharusnya eksekusi dapat dilaksanakan dengan proses yang sederhana, waktu yang cepat dan dengan biaya yang murah.

3. Nilai benda bergerak cenderung semakin menyusut.

Kekurangan-kekurangan tersebut menyebabkan lembaga Jaminan Fidusia kurang dapat berperan jika dibandingkan dengan lembaga Hak Tanggungan.Seharusnya bank bersedia menerima agunan berupa benda bergerak yang diikat dengan jaminan fidusia tanpa harus ada jaminan tambahan berupa benda tetap berupa tanah yang diikat dengan Hak Tanggungan. Karena pihak bank hanya bersedia menjadikan jaminan fidusia sebagai jaminan utama jika bendanya merupakan benda yang punya nilai ekonomis, mudah diperjualbelikan secara bebas, bernilai relative konstan, tidak cepat rusak dan manfaat ekonomisnya harus lebih lama dari jangka waktu kredit yang diberikan.

Dalam upaya peningkatan pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam pemberian kredit bank, perlu dipikirkan kembali cara untuk meningkatkan peranan jaminan fidusia.

Salah satu permasalah yang harus diselesaikan adalah eksekusi jaminn fiudusia.Karena sangat sulit eksekusi jaminan fudusia menyebabkan bank sengan memberikan peran yang lebih besar kepada lembaga jaminan fidusia selain jaminan tambah.

Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa peranan jaminan fidusia dalan pemberian kredit bank adalah sebagai berikut :

1. Menjadi jaminn utama jika kredit yang diberikan dimaksudkan untuk membeli benda yang menjadi objek jaminan fidusia. Misalnya, dalam pemberian kredit pemilikan motor untuk memberi motor.

2. Menjadi jaminan tambahan, manakala jaminan pokoknya dianggap kurang memadai.

3. Walaupun statusnya sebagai jaminan utama, tetapi bank tetap meminta jaminan tambahan berupa benda tetap, seperti tanah, sehingga jaminan fidusia tersebut seakan hanya menjadi jaminan pelengkap saja bukan sebagai jaminan pokok.

4. Jaminan fidusia baru akan memiliki peranan jika benda yang menjadi objek jaminan fidusia bernilai cukup besar. Sedangkan jika nilai benda jaminannya relatif kecil, bank pada umumnya tidak akan menggunakan lembaga jaminan fidusia, mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh debitur tidak sebanding dengan nilai kredit dan agunannya.

C. Upaya Hukum Yang Dilakukan Bank Untuk Memperkecil Resiko Dalam