• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Mohammad Hatta Dalam Organisasi Perhimpunan

BAB II: FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG MOHAMMAD

B. Faktor Politik Mohammad Hatta

1. Peranan Mohammad Hatta Dalam Organisasi Perhimpunan

Pada Saat berusia 15 tahun, Mohammad Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Di kota inilah Mohammad Hatta mulai menimba pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai Koran. bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga

63

39

pengalaman yang diperolahnya, Mohammad Hatta mengenal pemikiran Neratja. Kesadaran politik Mohammad Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Mohammad Hatta ketika itu iala Bond Pusat sebagai Bendahara.

Pada waktu menjadi mahasiswa di Universitas Leiden, Mohammad Hatta bertemu dengan Nazir Pamutjak yang sama-sama berasal dari Minangkabau. Dari pertemuannya Mohammad Hatta berhasil dibujuk untuk bergabung dalam organisasi perhimpunan mahasiswa asing, yaitu Indische Vereeninging (Perhimpunan Hindia). Organisasi ini dimaknai sebagai perluasan dari kelompok pemuda kedaerahan akan tetapi tanpa pemisahan latarbelakang etnis mereka. Pada akhirnya organisasi ini berubah menjadi organisasi yang bersifat politik. Di tengah-tengah masyarakat kosmopolitan ini rasa kesukuan yang dulu sangat melekat sekarang telah kehilangan maknanya. Seseorang akan lebih dikenal dengan asal kebangsaannya dari pada kelompok-kelompok asal daerahnya. Mereka dikenal dengan istilah orang dari Hindia Belanda. Dengan adanya penggunaan istilah Hindia Belanda ini berarti telah ada pengakuan terhadap kekuasaan Barat, yang nantinya sangat bermanfaat secara politik. Dengan penggunaan nama Hindia Belanda ini, Mohammad Hatta dperingatkan sama Nazir Pamutjak jangan

40

sesekali menggunakan kata inlander yang bersifat merendahkan martabat bangsa Indonesia.64

Berkat pengalamannya mengelola keuangan pada waktu menjabat sebagai bendahara JongSumatranenBond, dan organisasi penerbitan ternyata telah mematangkan konsep dan pemikirannya tentang suatu media yang sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi. Para pengurus Indonesische Vereeninging yang belum lama mengenal pribadi Mohammad Hatta, juga mempercayakan hal mengenai urusan keuangan dan penerbitan secara penuh kepadanya. Mereka mengagumi akan kecakapannya dalam mengelola keuangan, sehingga sebagai orang yang baru ia langsung diminta untuk menjabat sebagai bendahara. Jabatan sebagai bendahara ini telah memungkinkan bagi dirinya untuk menerapkan aturan disiplin dan keseriusan dalam pengelolaan keuangan organisasi. Ia tidak segan-segan untuk menegur para anggotanya yang tidak tertib dalam membayar iuran dan sebagainya. Keahlian Mohammad Hatta teryata tidak terbatas pada masalah keuangan, akan tetapi ia juga pandai menulis. Kepandaian dan kecerdasannya kemudian ia tuangkan untuk mengkritisi kebijakan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian ia juga menulis suatu artikel dalam majalah Hindia Poetra yang berjudul De Economische positive van den Indonesischen grondverhuurder. Dan artikel kelanjutannya berjudul Eenige aanteekenigen betreffende de groundhuurordonantie in Indonesie. Artikelnya ini

64

41

dilatarbelakangi oleh berita Neratja, yang mengabarkan bahwa pemimpin pergerakan Sarekat Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto telah menggerakan kaum tani yang berada di Hindia Belanda untuk menuntut hak atas sewa tanah yang lebih manusiawi bagi tanah pertanian mereka yang diserahkan kepada perusahaan gula di Pulau Jawa. Mohammad Hatta telah menerapkan teori- teori ekonomi kolonial yang dipelajarinya waktu di Batavia. Tulisannya yang mempergunakan bahasa Belanda ini telah menarik perhatian para professor bahasa dan sejarah di Leiden.65

Kemudian artikel-artikel yang ditulisnya mulai terkenal berkat isinya yang berbobot. Dengan menggunakan keahliannya dalam bidang ekonomi yang ia kuasai, Mohammad Hatta dengan tegas berani mengkritisi kekurangan teori-teori yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi Belanda. Bahkan seorang akademisi terkemuka sekali Dr. Boeke dalam disertasinya yang berjudul Tropisch Koloniale Staathuiskunde (Ekonomi Politik Kolonial Tropis). Bahwa hukum ekonomi yang berlaku di Barat tidak berlaku bagi rakyat pribumi di Hindia Belanda. Dr. Booke menganggap bahwa ada perbedaan mendasar dalam padangan Timur dan Barat. Pada umumnya petani Timur mempunyai keinginan yang sederhana dan terbatas, sementara di Barat ada naluri dengan keinginan yang tidak terbatas. Pada dasarnya orang Timur tidak memiliki kemampuan untuk mengorganisir dan tidak membentuk perusahaan berskala besar, dan secara umum kurang memiliki sifat mencari

65

42

keuntungan seperti sifat yang dimiliki oleh orang Barat. Mohammad Hatta memandang bahwa pernyataan Dr. Booke telah merendahkan harga diri orang Timur yang kurang mempunyai dorongan dan semangat kewiraswastaan.66

Pada perkembangannya di Eropa, Mohammad Hatta juga terpengaruh oleh ajaran marxisme yang menekankan bahwa suatu masyarakat yang adil dan manusiawi akan berkembang melalui usaha perjuangan masa rakyat yang tertidas secara ekonomi. Mohammad Hatta sangat memahami ungkapan Marx tersebut, yang kemudian ia membandingkan keadaan ekonomi rakyat Hindia Belanda yang sangat tertindas akibat kesewenang-wenangan politik pemerintah kolonial Belanda. Pengaruh tersebut nampak ketika ia menggunakan ungkapan Marx, bahwa kaum buruh menghasilkan barang- barang yang mewah-mewah bagi orang-orang kaya, akan tetapi bagi kaum buruh sendiri hanya menghasilkan suatu kemelaratan dalam kehidupannya. Sebagai mahasiswa yang cerdas, ia juga mengkritisi rendahnya gaji buruh yang dibayarkan oleh pihak perusahaan Belanda. Berkat kegemarannya membaca buku De Socialisme, ternyata telah bermanfaat memberikan landasan yang luas untuk menilai kecenderungan-kecenderungan sosialis yang sedang berkembang. Ia juga beradaptasi dengan pengaruh ajaran Marx, dan mencari kaitannya yang sesuai dengan realitas kehidupan ekonomi masyarakat Hindia Belanda. Mohammad Hatta menilai bahwa alienasi dan dialektik tenaga kerja apabila dikaitkan dengan realitas Hindia Belanda akan

66

43

menghasilkan suatu faktor rasial. Pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam konfliknya dengan para pegawainya yang notabene adalah orang pribumi yang sebenarnya dieksploitasi. Ia sangat menyadari adanya suatu hubungan simbiotik, suatu ketergantungan antara wilayah pedesaan dengan perkotaan dalam masyarakatnya.67

Organisasi Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda telah memainkan peranan yang cukup penting dalam menjaga realitas yang ada di Hindia Belanda yang masih dalam cengkraman kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Perhimpunan mahasiswa ini mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi Mohammad Hatta, karena dijadikan wahana pemikirannya supaya berkembang terus. Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan bidang ekonomi, Mohammad Hatta menjadi pendukung utama tentang konsep kooperasi. Suatu kebijakan yang dianut oleh aktivis pergerakan kemerdekaan. Kooperasi dalam pandangannya hanya mungkin terjadi antara dua kelompok yang memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama dan lebih jauh lagi kepentingan yang sama. Apabila hal ini tidak dapat terpenuhi, maka kooperasi hanya akan berpihak pada kelompok yang kuat dan menganggu kelompok yang lemah.

68

67

MavisRose, op.cit, hlm. 34.

68

Tashadi, dkk, op.cit, hlm. 15.

Dengan demikian, ia telah mempertajam antithesis kolonial yang menandai pemisahan antara pihak penguasa dan pihak yang dikuasai.

44

Keterlibatannya dalam organisasi Perhimpunan Indonesia ternyata telah menyita waktu dan pemikirannya. Ia disibukkan dengan tulisan-tulisan nasionalistik bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya. Tugas utamanya sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di negeri Belanda menjadi terbengkalai. Dalam studinya ia mengalami kegagalan salah satu mata kuliah ujian akhir, sehingga harus rela kehilangan beasiswa. Walaupun diizinkan untuk mengulangi mata kuliah yang tidak lulus itu, hatinyapun sedikit terguncang. Mohammad Hatta masih sangat memerlukan beasiswa untuk membiayai segala kebutuhan hidupnya. Kemudian ia mencari bantuan kepada seorang temannya warga Belanda yang bernama Van Leeuwen. Temannya ia sanggup mencarikan pinjaman uang dari sebuah dana pribadi dan wajib membayar bunga pinjaman. Tanpa berpikir panjang Mohammad Hatta menyanggupinya dan akan mengembalikannya setelah bekerja.69

Permasalahan pribadi dalam studinya ini tidak mempengaruhi aktivitasinya dalam Perhimpunan Indonesia. Ia tetap bersemangat menyuarakan nasib pribumi yang tertindas. Pada tahun 1925, ia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Jabatan ini merupakan karirnya yang tertinggi dalam organisasi pergerakan di negeri Belanda. Pada waktu pelantikan sebagai ketua, ia menyampaikan pidato yang berbentuk analisis atas akar-akar ekonomi kolonialisme yang berjudul Struktur Dunia Ekonomi dan Konflik Kekuasaan. Ia juga mengutip teori Hegel yang diangkat oleh

69

45

Marx, yaitu: “keberadaan konflik merupakan syarat pertama untuk perkembangan”. Penggunaan filsafat dialektis Marx ini dilatarbelakangi oleh adanya kesesuaian dengan pandangan orang Minangkabau. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penyebab konflik di masyarakat Hindia Belanda adalah situasi sosial kolonial, antithesis antara penguasa dan yang dikuasai, antara ras kulit putih dan kulit berwarna. Ia memberikan semangat revolusi kepada gerakan nasional dengan menyatakan tidak akan ada kemerdekaan tanpa penggunaan kekerasan, karena pihak penguasa kolonial akan mempertahankan tanah jajahannya dengan menghalalkan segala macam cara.70

Mohammad Hatta menolak berbagai teori Barat tentang penyebab kolonialisme, ia tetap bersikukuh pada pendapatnya bahwa ketakutan akan kompetisi serta keinginannya untuk membangun monopoli atas sumber daya merupakan motif yang sesungguhnya. Ia menekankan bahwa kolonialisme bukanlah hubungan yang paling mudah dengan konsep pokok mengenai hak, dan bahwa kolonialisme tidak lain adalah merupakan tindakan perampasan kekuasaan yang dengan tersamar disebut dengan istilah hak. Kemudian dipraktikan oleh bangsa yang telah mendapatkan kekuasaan. Ia juga mengingatkan bahwa sejarah perekonomian Eropa sangat bergantung pada produk-produk yang berasal dari wilayah tropis. Ketergantungan ini

70Ibid

46

merupakan tangkai Achilles Eropa modern. Berkaitan dengan hal ini maka Eropa menjalankan dengan apa yang disebut penjajahan.71

Secara ekonomis penjajahan akan sangat merugikan karena melahirkan konflik yang merupakan kebutuhan dasar dari pihak terjajah terhadap pihak penjajah. Mohammad Hatta menekankan bahwa serikat buruh harus diperkuat untuk menangkal eksploitasi dari pihak kolonial, karena pemasok tenaga buruh yang murah merupakan sesuatu yang amat penting bagi kepentingan penjajah. Masyarakat koperasi harus dibangun untuk menandingi perusahaan asing dalam rangka untuk menghentikan mesin kolonial. Ia menjadi pendukung kuat koperasi. Hal ini terjadi karena ia mengetahui bahwa koperasi merupakan wahana untuk membangun petani yang lemah atau pedagang kecil menjadi kekuatan ekonomi yang cukup kuat dalam menahan dominasi perusahaan yang cukup besar. Dan pada akhirnya Mohammad Hatta berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar doctorandus

pada tahun 1932, kemudian pulang kembali ke Indonesia untuk mengabdikan diri terhadap tanah airnya dan berjuang untuk mengakhiri penjajahan Belanda.72

Pengalaman politik Mohammad Hatta ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun dan mengembangkan lembaga koperasi di Indonesia. Sebagai seorang organisatoris, Mohammad Hatta berusaha dengan

71Idem

72

47

keras dalam membangun dan mengembangkan lembaga koperasi. Lembaga koperasi di Indonesia harus kuat dan mempunyai struktur yang jelas. Ia menekankan kerjasama yang kuat antar anggota supaya kesejahteraan dapat terwujud.

48

Dokumen terkait