• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia tahun 1945-1965.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia tahun 1945-1965."

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN MOHAMMAD HATTA

DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA

TAHUN 1945-1965

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh :

Krista Novia Yossi

NIM: 051314021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa hormat, syukur dan ribuan terima

kasih saya persembahkan Skripsi ini kepada :

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menjadi tempat

bersandar ku disetiap aku mengucap syukur &

terimakasihku.

Almamaterku .

Orang tua ku tercinta Bapak Yohanes Bulin, dan Ibu

Lucia, yang telah membesarkan dan mendidikku

dengan kasih sayang yang tak terhingga.

Abangku tersayang Natalis Sibat dan adikku

Victorinus Mario, kakak ipar ku Mariata Nani, dan

(5)

v

MOTTO

“ Tuhan tidak melihat apakah kita menang atau kalah,

yang Ia lihat adalah Kesungguhan kita berusaha ”.

( Novi YossY)

Janganlah kamu khawatir dan berkata: Apakah yang akan kami

makan? Apakah yang akan kami minum? Apakah yang akan kami

pakai? Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah.

Akan tetapi Bapa-Mu yang di surga tahu bahwa kamu

memerlukan semua itu.

Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kehendak-Nya,

maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Karena itu,

“Janganlah kamu khawatir tentang hari esok karena hari esok

mempunyai kekhawatirannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah

untuk sehari”

(6)
(7)
(8)

viii

ABSTRAK

PERANAN MOHAMMAD HATTA

DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965

Krista Novia Yossi NIM : 051314021

Skripsi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis latar belakang kehidupan Mohammad Hatta, Peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan Koperasi di Indonesia tahun 1945-1965, dan hambatan-hambatan yang dihadapinya selama mengembangkan koperasi di Indonesia.

Metodologi penelitian ini menggunakan metode sejarah, pendekatan multidimensional, dan ditulis secara deskriptif-analitis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Mohammad Hatta mendapat pendidikan modern yang dimulai dari TIS ( Tweede Inlandsche School ) atau Sekolah Ongko Loro, ELS ( Europeesche Lagere School ), HBS ( Hogere Burgere School ), dan MULO ( Meer Uitgebreid Lager Onderwiijs ). Sedangkan pengalaman koperasi Mohammad Hatta berawal menjadi anggota eksekutif Jong Sumatranen Bond dan bergabung dalam organisasi Perhimpunan Mahasiswa Asing ( Indische Vereeninging

) di Negeri Belanda.

(9)

ix

ABSTRACT

THE ROLE OF MOHAMMAD HATTA

IN DEVELOPING COOPERATION IN INDONESIA (1945-1965)

KRISTA NOVIA YOSSI NIM : 051314021

This study intends to describe and analyze the background of Mohammad Hatta’s life, the role of Mohammad Hatta in developing cooperation in Indonesia and the obstacles faced by him while he was developing cooperation in Indonesia.

The method of this study is a method with a historical, multidimensional approach, and it is an analytical and descriptive study.

The result of this study shows that Mohammad Hatta gained modern education in TIS (Tweede Inlandsche School) or Sekolah Ongko Loro, ELS (Europeesche Lagere School), HBS (Hogere Burgere School) and MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs). Meanwhile the cooperation experience of Mohammad Hatta started when he became a member of Jong Sumatranen Bond Executive and Joined in foreign university student organization of foreign university student (Indische Vereeninging) .

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan Mohammad Hatta Dalam Mengembangkan Koperasi di Indonesia tahun 1945-1965”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Sanata Dharma, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Program Studi Pendidikan Sejarah.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan petunjuk dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

4. Bapak Dr. Anton Haryono, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia membimbing, membantu, dan memberikan banyak pengarahan, saran serta masukkan selama penyusunan skripsi ini.

(11)

xi

6. Seluruh dosen dan Karyawan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Khususnya dosen Pendidikan Sejarah dan sekretariat pendidikan sejarah yang telah memberikan bekal pengetahuan dan membimbing penulis menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.

7. Seluruh staf Perpustakaan Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam mendapat referensi.

8. Orang tua ku Bapak Yohanes Bulin, dan Ibu Lusia, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil.

9. Teman-teman Pendidikan Sejarah seangkatan, kakak tingkat, maupun adik-adik tingkat terima kasih atas persahabatan, kebersamaan dan kerja samanya selama penulis menempuh pendidikan di Universitas Sanata Dharma hingga selesainya skripsi ini.

10.Teman-temanku Midul, Yono, Hendra, Ressky, Devi, Danan, Verry, Yosafat (Orang yang spesial, yang selalu setia mengisi hari-hariku terutama di waktu aku sakit), serta semua anak kost wora-wari No. 81 terima kasih atas dukungan dan motivasinya. Tanpa kalian, semua ini tidak ada apa-apanya.

(12)
(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I: PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan ... 5

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan ... 7

D. Tinjauan Pustaka ... 8

E. Landasan Teori ... 12

F. Metodologi Penelitian ... 18

G. Sistematika Penulisan ... 23

BAB II: FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965 ………..… 25

A. Faktor Pendidikan Mohammad Hatta ... 25

1. Pendidikan Formal Mohammad Hatta ... 27

(14)

xiv

B. Faktor Politik Mohammad Hatta ... 36

1. Peranan Mohammad Hatta Dalam Organisasi Perhimpunan Indonesia ... 38

BAB III: PERANAN MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965 ... 47

A. Mohammad Hatta Peletak Sendi-sendi Dasar Perkoperasian Indonesia ... 49

B. Reorganisasi Koperasi Oleh Mohammad Hatta ... 58

C. Sumbangan Pemikiran Mohammad Hatta Kepada Panitia Penyelenggara Konggres Koperasi Pertama ... 59

D. Penegasan Mohammad Hatta Untuk Pengembangan Koperasi ... 62

E. Pendidikan Kader-kader Koperasi ... 67

BAB IV: HAMBATAN-HAMBATAN YANG DIHADAPI MOHAMMAD HATTA DALAM MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA TAHUN 1945-1965 ... 71

A. Hambatan Pada Masa Revolusi Fisik ... 72

1. Perang Kemerdekaan melawan Agresi Belanda I dan II ... 73

2. Perkembangan Politik Pada Awal Kemerdekaan Indonesia ... 77

3. Keadaan Sosial Masyarakat Pada Awal Kemerdekaan Indonesia ... 84

4. Mohammad Hatta Mencari Bantuan Ekonomi ke Luar Negeri ... 85

B. Hambatan Pada Masa Pelaksanaan Demokrasi Parlementer ... 87

C. Hambatan Pada Masa Pelaksanaan Demokrasi Terpimpin ... 90

D. Perubahan Kebijakan Perekonomian Nasional Kearah Liberal ... 98

E. Usaha Mohammad Hatta Dalam Mengatasi Berbagai Hambatan Dalam Pengembangan Koperasi di Indonesia ... 100

1. Mengembangkan Koperasi Kredit atau Simpan Pinjam ... 101

(15)

xv

3. Mengembangkan Koperasi Konsumsi ... . 103

BAB V: KESIMPULAN ... . 106

DAFTAR PUSTAKA ... . 112

LAMPIRAN ... . 115

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 : Sekolah Ongko Loro ... 115

Lampiran 2 : Prins Hendrik School ... 116

Lampiran 3 : Silabus ... 118

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang masalah

Politik etis yang digulirkan oleh pemerintahan kolonial Hindia Belanda pada permulaan abad XX, telah sedikit mengubah orientasi kebijakan kolonialnya. Eksplotasi terhadap Indonesia mulai berkurang, karena mendapatkan protes dari C. Th. Van Deventer. Ia melancarkan kritik terhadap pemerintah Belanda, bahwa sudah selayaknya pemerintah kolonial Hindia Belanda membalas budi kepada rakyat Indonesia. Akhirnya kritik ini direspon dengan baik, yaitu dengan digulirkannya politik etis dengan tiga prinsip yang merupakan dasar kebijakan baru pemerintah kolonial yang meliputi: pendidikan, pengairan, dan perpindahan penduduk.1

Dengan adanya pendidikan akan sedikit mengubah nasib Inlander. Pola pikir masyarakat pada waktu itu bisa dibilang masih kolot, dan hanya segelintir orang saja yang mau sekolah. Pendidikan yang dijalankan oleh Belanda itu berupa kebudayaan asing, dan dianggap oleh rakyat bernilai sejauh mereka mau menyerap budaya asing dalam arti memperoleh keuntungan material. Jadi pendidikan dalam pandangan rakyat hanya sebagai aset ekonomi.2

1

M. C. Ricklef, Sejarah Indonesia Modern 1200-2008, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta, 1998, hlm. 328.

2

(18)

2

Walaupun telah digulirkan politik etis, keadaan Indonesia tidak ada perbaikan yang signifikan. Kenyataannya masyarakat Indonesia hanya dipandang semata-mata sebagai daerah persediaan buruh yang murah.3

Pada masa revolusi fisik hampir semua sarana dan prasarana ekonomi Indonesia rusak akibat perang. Walaupun sudah lama Indonesia dijajah oleh bangsa asing, akan tetapi potensi ekonominya masih tetap ada. Sumber daya alam Indonesia yang melimpah, hal ini tidak lepas dari luasnya negara Indonesia yang terbentang dari Sabang sampai Merauke, yang terletak di daerah tropis. Walaupun bangsa Indonesia memiliki sumber ekonomi yang potensial untuk diekspor, namun kehidupan ekonomi negara kita tetap lemah. Kelemahan ekonomi negara Indonesia pada waktu itu tidak lepas dari kelanjutan kendali dari pihak Belanda Pada dasarnya kehidupan ekonomi rakyat Indonesia sangat memprihatinkan, hal ini karena kebijakan eksploitasi yang dilakukan oleh Belanda. Perjalanan ekonomi Indonesia sungguh mengenaskan. Setelah pemerintahan kolonial Hindia Belanda dapat dikalahkan oleh militer pendudukan Jepang, keadaan ekonomi Indonesia semakin bertambah parah. Semua sumber daya alam yang ada di Indonesia dieksploitasi oleh militer Jepang untuk kepentingan perang mereka. Kehidupan rakyat sangat menyedihkan sekali, mereka kekurangan bahan makan, dan tenaga mereka diperas oleh militer pendudukan Jepang. Semua hasil pertanian yang berupa beras diminta oleh Jepang. Sehingga rakyat banyak yang mati kelaparan. Semua ini akibat kekejaman dari tentara pendudukan Jepang.

3

(19)

3

atas ekonomi dan struktur ekonomi kolonial. Campur tangan dari pihak Belanda telah menyebabkan perekonomian nasional Indonesia tidak dapat berkembang dengan baik. Perekonomian Indonesia semaksimal mungkin harus dikelola sendiri, dan orang asing terutama orang-orang Belanda jangan dibiarkan menguasai keuangan dan perekonomian.4

Mohammad Hatta dilahirkan pada tanggal 12 Agustus 1902 di daerah Minangkabau Sumatera Barat.

Salah satu orang Indonesia yang merasa prihatin dan hatinya tergerak terhadap kondisi perekonomian nasional dan menolak penerapan ekonomi pasar adalah Mohammad Hatta. Ia merupakan salah satu founding father yang mempunyai peranan sentral dalam perjuangan kemerdekaan negara ini. Nama Mohammad Hatta tidak asing bagi para pelaku ekonomi kerakyatan yang mengembangkan koperasi. Sebagai bagian dari perjalanan sejarah bangsa ini, maka sudah seyogyanya mengangkat kembali peranan yang telah disumbangkan oleh Mohammad Hatta sebagai peletak dasar atau fondasi perkoperasian bagi negara Indonesia terutama yang menyentuh aktivitas perekonomian rakyat kecil.

5

4

R. E. Elson, The Idea of Indonesia: Sejarah Pemikiran dan Gagasan, Jakarta, Serambi Ilmu Semesta, 2009, hlm. 260.

5

Mavis Rose, Indonesia Merdeka Biografi Politik Mohammad Hatta, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1991, hlm.8.

(20)

4

sebuah SMA dengan penekanan khusus pada mata pelajaran ilmu dagang. Di sekolah ini rasa kebangsaan Mohammad Hatta semakin bertambah, dan ia menyadari kerugian ekonomi yang diderita rakyat di negeri ini karena kebijakan ekonomi pemerintah kolonial yang eksploitatif. Selain bersekolah Mohammad Hatta juga aktif dalam organisasi Jong Sumatra, dan bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Atas dorongan pamannya yang bernama Abdul Muis, Mohammad Hatta disuruh untuk melanjutkan studinya dalam ilmu dagang di

Rotterdamse Handelhogeschool.6

Pada tanggal 3 Agustus 1921, Mohammad Hatta berlayar dari Emmahaven dengan tujuan utamanya yaitu ke Universitas Leiden. Setelah sampai di negeri Belanda, ia bergabung dalam organisasi Indische Vereeninging

(Perhimpunan Indonesia). Di negeri Belanda inilah Mohammad Hatta terangsang rasa kebangsaan yang semakin kuat. Mohammad Hatta juga terpengaruh ideologi Marx tentang kaum buruh. Mohammad Hatta menjadi pendukung kuat tentang konsep “koperasi”, suatu kebijakan yang dianut oleh gerakan kemerdekaan di beberapa negara lain. Mohammad Hatta mengatakan bahwa koperasi hanya mungkin terjadi antara dua kelompok yang memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama, dan lebih jauh lagi kepentingan yang sama pula. Selain terlibat dalam aktivitas politik, mohammad Hatta juga mendalami kegiatan ekonomi yang bersendikan pada organisasi koperasi. Ia pergi ke kawasan negara Skandinavia untuk mempelajari lebih dalam tentang kegiatan organisasi koperasi, dengan

6

(21)

5

melihat secara langsung aktivitas ekonomi yang dijalankan oleh koperasi, ia dapat memperoleh gambaran bahwa kegiatan koperasi sesuai kalau diterapkan di Indonesia. Setelah menyelesaikan studinya di negeri Belanda, Mohammad Hatta kembali pulang ke Indonesia. Pada masa kemerdekaan, ia mempunyai peranan yang cukup penting dalam membangun perekonomian nasional. Sebagai orang yang mempunyai pengalaman pendidikan dalam bidang ekonomi. Mohammad Hatta berusaha untuk membangun perekonomian Indonesia yang mayoritas rakyatnya hidup dibawah garis kemakmuran. Untuk menciptakan kemakmuran bagi rakyat, maka ditempuh dengan jalan mengembangkan koperasi.

B. Permasalahan

Dari latar belakang masalah di atas penelitian ini hendak mengidentifikasi dan menganalisis peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia. Adapun permasalahan yang akan dibahas adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor yang mendorong Mohammad Hatta berperan mengembangkan

(22)

6

2. Peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia. Permasalahan ini akan dijawab dengan terlebih dahulu meneliti mengenai situasi perekonomian Indonesia pada masa kolonial dan pasca kolonial, bahwa kondisi perekonomian rakyat Indonesia amat memprihatinkan dan dikuasai oleh modal asing. Selanjutnya akan dibahas usaha-usaha yang dilakukan oleh Mohammad Hatta untuk mengembangkan koperasi.

3. Hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Mohammad Hatta dalam mendirikan koperasi. Selama kiprah perjuanganya untuk memperbaiki nasib rakyat kecil dengan cara mengembangkan koperasi tentunya Mohammad Hatta menghadapi berbagai hambatan. Permasalahan yang ketiga ini akan dijawab dengan menguraikan hambatan yang dihadapi oleh Mohammad Hatta dalam mengembangkan Koperasi.

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apa saja yang mendorong Mohammad Hatta berperan

mengembangkan koperasi di Indonesia?

2. Bagaimana peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia?

(23)

7

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

1. Tujuan Penelitian

Sesuai rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan ini adalah:

a. Mendeskripsikan dan menganalisis Faktor-faktor yang mendorong Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

b. Mendeskripsikan dan menganalisis peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

c. Mendeskripsikan dan menganalisis hambatan-hambatan yang dihadapi oleh Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

2. Manfaat Penulisan

Manfaat Penulisan ini adalah: a. Bagi Universitas Sanata Dharma

Selain untuk melaksanakan salah satu Tri Dharma perguruan tinggi khususnya bidang penelitian yaitu llmu pengetahuan sosial, skripsi ini diharapkan dapat memberikan kekayaan khasanah yang berguna bagi pembaca dan pemerhati sejarah di lingkungan Universitas Sanata Dharma. b. Bagi Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(24)

8 c. Bagi Penulis

Penulisan skripsi semakin memperdalam pengetahuan dan wawasan penulis tentang sejarah peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

d. Bagi Pembaca

Skripsi ini diharapkan mampu menarik minat pembaca untuk mempelajari tentang sejarah Indonesia kontemporer, khususnya mengenai peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

D. Tinjauan Pustaka

Sumber sejarah berdasarkan sifatnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder. Sumber primer adalah kesaksian dari seorang saksi dengan mata kepala sendiri atau dengan pancaindera yang lain atau dengan alat-alat mekanik seperti telepon dan lain-lain untuk mengetahui suatu peristiwa.7 Louis Gottchalk juga menekankan bahwa sumber primer tidak perlu “asli” (asli yang dimaksud di sini adalah bahwa dari sumber yang ada dalam peristiwa tersebut) tetapi sumber primer itu hanya harus “asli” dalam artian kesaksiannya tidak berasal dari sumber lain melainkan berasal dari sumber pertama.8 Dengan demikian sumber primer harus dihasilkan oleh seseorang yang sejaman dengan peristiwa yang dikisahkan.9

7

Louis Gottchalk, Mengerti Sejarah, Jakarta, UI Pres, 1969, hlm. 35.

8Ibid

, hlm. 36

9Ibid

(25)

9

Adapun sumber primer yang digunakan dalam penulisan ini adalah berupa sumber tertulis yang diperoleh melalui buku-buku. Buku-buku yang dimaksudkan adalah sebagai berikut:

Meninjau Masalah Kooperasi,10

Bung Hatta Menjawab,

dalam buku ini Mohammad Hatta memaparkan tentang pentingnya mengembangkan koperasi di Indonesia dalam rangka untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

11

Bung Hatta Berpidato Bung Hatta Menulis,

buku ini memaparkan tentang jasa-jasa Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi dan kemudian diangkat sebagai bapak koperasi.

12

Mohammad Hatta Beberapa Pokok Pikiran,

buku ini disusun oleh H. Oemar Bakry Dt. Tan Besar berdasarkan pidato-pidato dan tulisan-tulisan Bung Hatta. Dalam buku ini menguraikan tentang: politik perekonomian harus dimajukan dengan pendidikan koperasi.

13

10

Buku ini merupakan karya Mohammad Hatta, yang diterbitkan oleh PT. Pembangunan Djakarta pada tahun 1954.

11

Buku ini ditulis oleh Dr. Z. Yasni berdasarkan wawancara langsung dengan Dr. Mohammad Hatta, diterbitkan oleh Penerbit Gunung Agung, pada tahun 1980.

12

Buku ini diterbitkan oleh Penerbit Mutiara, Jakarta tahun 1979.

13

Buku ini ditulis ulang oleh Sri Edi Swasono, Jakarta, diterbitkan oleh UI- Press, pada tahun 1992.

(26)

10

Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia,14

Beberapa Fasal Ekonomi Djalan ke Ekonomi dan Pembangunan,

dalam buku ini Mohammad Hatta menganalisis tentang: persoalan ekonomi sosialis Indonesia, menjelaskan sosialisme dan sosialisme Indonesia.

15

Mohammad Hatta Memoir,

buku ini memaparkan tentang kegiatan kooperasi dalam perekonomian Indonesia untuk meningkatkan kemakmuran rakyat.

Selain sumber primer diatas masih ada sumber lain atau sumber sekunder yang digunakan penulis untuk mendukung penulisan skripsi ini. Sumber sekunder merupakan kesaksian dari siapapun yang bukan merupakan saksi langsung dari peristiwa yang dikisahkan. Adapun buku yang digunakan penulis antara lain sebagai berikut:

16

Bung Hatta Pribadinya Dalam Kenangan,

buku ini memaparkan tentang riwayat kehidupannya mulai dari keadaan keluarganya, pendidikannya, usahanya menyusun landasan perekonomian Indonesia merdeka.

17

14

Mohammad Hatta, Persoalan Ekonomi Sosialis Indonesia, Djakarta, Djambatan Gita Karya., 1963.

15

Mohammad Hatta, Beberapa Fasal Ekonomi Djalan ke Ekonomi dan Pembangunan, Djakarta, Balai Pustaka, 1960.

16

Buku ini ditulis oleh Arnita dengan judul Mohammad Hatta Memoir, Jakarta, diterbitkan oleh Tintamas Indonesia, pada tahun 1978.

17

Buku ini ditulis oleh Meutia Farida Swasono, Bung Hatta Pribadinya dalam Kenangan, diterbitkan oleh Sinar Harapan, Jakarta, tahun 1980.

(27)

11

Indonesia Merdeka, Biografi Politik Mohammad Hatta,18

Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia dan Perkembangannya Sampai dengan awal Periode 80’an,

buku ini ditulis oleh Mavis Rose. Secara ringkas buku ini menguraikan tentang riwayat Dr. Mohammad Hatta yang memperjuangkan kemakmuran sosial dan ekonomi bagi rakyat Indonesia.

19

Mohammad Hatta, Membangun Ekonomi Indonesia,

buku ini membahas tentang beberapa peristiwa yang melaratkan rakyat Indonesia, kemudian perekonomian rakyat digerakkan dalam wadah koperasi untuk meningkatkan kemakmurannya.

20

Bung Hatta,

buku ini membahas tentang isi kumpulan pidato-pidato ilmiah Mohammad Hatta. Terlihat bahwa Bung Hatta tidak saja ahli dalam ilmu ekonomi melainkan juga dalam ilmu-ilmu lainnya. Bidang ilmu lainnya yang dikuasai Bung Hatta adalah ilmu tata negara, ilmu sosial, ilmu politik, serta ilmu filsafat.

21

18

Buku ini ditulis oleh Mavis Rose dengan judul Indonesia Free, A Political Biography of Mohammad Hatta. Kemudian buku ini diterjemahkan oleh Hermawan Sulistyo, dan diterbitkan oleh PT Gramedia Pustaka Utama pada tahun 1991.

19

Buku ini disusun oleh A. Hanan Harjasasmita, Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia dan Perkembangannya Sampai dengan awal Periode 80’an, diterbitkan oleh Armico, Bandung, tahun 1983.

20

Buku ini disusun oleh I. Wangsa Widjaja dan Meutia Farida Swasono, Mohammad Hatta, Membangun Ekonomi Indonesia, diterbitkan oleh Inti Idayu Press, Jakarta, pada tahun 1985.

21

Rikard Bangun, Bung Hatta, Jakarta, Kompas, 2003.

(28)

12

Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945,22

E. Landasan Teoritis

buku ini memaparkan tentang peranan Mohammad Hatta dalam meningkatkan perkembangan koperasi di tanah air.

Peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat.23 Peranan juga dapat diartikan sebagai keterlibatan seseorang secara langsung dalam menjalankan tugas utama pada suatu organisasi dengan melaksanakan hak dan kewajiban sesuai kedudukan yang dijabat. Peranan menentukan perbuatan seseorang bagi masyarakat dimana ia berada serta kesempatan-kesempatan yang diberikan masyarakat kepada orang tersebut untuk melaksanakan perananya. Peranan lebih menunjuk pada fungsi, penyesuaian diri serta sebagai suatu proses, selain itu peranan mempunyai tujuan agar antara individu yang melaksanakan peranan dengan orang-orang di sekitarnya yang mempunyai hubungan dengan peranan tersebut diatur oleh nilai-nilai sosial yang dapat diterima dan ditaati kedua belah pihak.24

Berdasarkan pelaksanaannya peranan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:25

22

G. Kartasa poetra, dkk, Koperasi Indonesia Yang Berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, Jakarta, Bina Aksara, 1987.

23

Dwi Narwoko, dkk, Sosiologi Teks Pengantar dan Terapan, Jakarta, Kencana Prenada Media Group, 2004, hlm. 159.

24

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Pers, 1990, hlm. 268-270.

25

Dwi Narwoko, dkk, op. cit, hlm.159.

(29)

13

peranan yang diharapkan dilaksanakan secermat-cermatnya dan peranan ini tidak dapat ditawar dan harus dilaksanakan seperti yang ditentukan, (2). Peranan yang disesuaikan (actual role), yaitu cara bagaimana sebenarnya peranan itu dijalankan. Dalam arti lain peran juga merupakan perilaku yang diharapkan dalam kerangka posisi sosial tertentu.26 Peranan dapat membimbing seseorang dalam berperilaku, karena fungsi peran sendiri adalah sebagai berikut:27

Berkaitan dengan judul “Peranan Mohammad Hatta Dalam Mengembangkan Koperasi” pengertian peranan yang lebih tepat adalah menurut Soerjono Soekanto. Dimana Mohammad Hatta melaksanakan tugasnya sebagai ahli ekonomi yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi untuk memajukan kesejahteraan rakyat Indonesia dengan cara membangun koperasi. Dalam hal ini usaha sendiri sangat ditekankan untuk memajukan usaha dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Untuk itu usaha yang sesuai hanya adalah koperasi.

(1). Memberi arah pada proses sosialisasi, (2). Pewaris tradisi, kepercayaan, nilai-nilai, norma-norma dan pengetahuan, (3). Dapat mempersatukan kelompok atau masyarakat, (4). Menghidupkan sistem pengendali dan kontrol, sehingga dapat melestarikan kehidupan masyarakat.

28

26

Adam Kuper dan Jessica Kuper, Ensiklopedi Ilmu-Ilmu Sosial, Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 2000, hlm. 672.

27

Dwi Narwoko, dkk, op. cit, hlm 159.

28

Mohammad Hatta, op. cit, hlm. 120.

(30)

14

Koperasi berasal dari kata co-operation yang artinya usaha bersama. Koperasi adalah perkumpulan kerjasama dalam mencapai tujuan.29 Menurut Dr. G. Mladenta bahwa koperasi adalah ialah usaha bersama, merupakan badan hukum, anggota ialah pemilik dan yang menggunakan jasanya dan mengembalikan semua penerimaan di atas biayanya kepada anggota sesuai dengan transaksi yang mereka jalankan. Sedangkan menurut Mohammad Hatta koperasi adalah usaha bersama untuk memperbaiki nasib penghidupan ekonomi berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong menolong tersebut didorong oleh keinginan memberi jasa kepada kawan berdasarkan seorang buat semua dan semua buat seorang. 30

Mohammad Hatta juga menekankan bahwa koperasi bukanlah sebuah lembaga yang anti pasar atau non pasar dalam masyarakat tradisional. Koperasi, baginya adalah sebuah lembaga self-help lapisan masyarakat yang lemah atau rakyat kecil untuk bisa mengendalikan pasar. Oleh karena itu koperasi harus bisa bekerja dalam sistem pasar, dengan cara menerapkan prinsip efisiensi. Koperasi juga bukan sebuah komunitas tertutup, tetapi terbuka, dengan melayani non anggota, walaupun dengan maksud untuk menarik mereka menjadi anggota koperasi, setelah merasakan manfaat berhubungan dengan koperasi. Dengan cara itulah sistem koperasi akan mentransformasikan sistem ekonomi kapitalis yang

29

Mohammad Hatta, Koperasi, Djakarta, Penerbit Pembangunan, 1954, hlm.1.

30

(31)

15

tidak ramah terhadap pelaku ekonomi kecil melalui persaingan bebas, menjadi sistem yang lebih bersandar pada kerjasama.31

Dalam menyelenggarakan usahanya sebagai organisasi ekonomi koperasi memerlukan adanya modal. Peranan modal di dalam operasional koperasi mempunyai kontribusi yang penting, karena tanpa modal yang memadai maka koperasi tidak akan berjalan lancar. Modal koperasi sendiri berasal dari anggotanya dan juga bantuan dari pihak pemerintah. Penggunaan modal sendiri akan lebih menguntungkan anggotanya karena bunga sedikit. Pengelolaan modal harus memberi manfaat bagi pemenuhan kebutuhan anggotanya supaya kesejahteraan dapat terwujud.

32

Dalam pandangan Damanik, kehidupan koperasi di Indonesia dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:33

31

Rikard Bangun, Bung Hatta, Jakarta, Kompas, 2003, hlm. 327.

32

I. Wangsa Widjaya, Mohammad Hatta Membangun Ekonomi Indonesia, Jakarta, Inti Idayu Press, 1985, hlm. 62.

33

Pandangan Damanik ini dikutip oleh Hanan Hardjasasmita kemudian ditulis dalam buku yang berjudul Sejarah Lahirnya Gerakan Koperasi Indonesia dan Perkembangannya sampai dengan periode 80’an, halaman 8 dan diterbitkan di Bandung oleh Armico tahun 1983.

(32)

16

Menurut pandangan Mohammad Hatta, hanya ada tiga macam koperasi yang harus didirikan yaitu:34

Akibatnya, terjadinya penindasan oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa terhadap masyarakat Indonesia tidak dapat dihindari. Sebagai bangsa terjajah, 1). Koperasi konsumsi yang pertama melayani kebutuhan kaum buruh dan pegawai, 2). Koperasi produksi yang merupakan wadah kaum petani (termasuk peternak atau nelayan), 3). Koperasi kredit yang melayani pedagang kecil dan pengusaha kecil guna memenuhi kebutuhan modal.

Sejarah perkembangan koperasi di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kehadiran pedagang-pedagang bangsa Eropa di tanah air. Kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia ketika itu cenderung masih sifat tradisional. Tetapi setelah terjadi gelombang pelayaran samudera oleh pedagang-pedagang bangsa Eropa, dan keterlibatan mereka dalam hubungan dagang dengan masyarakat Indonesia, hubungan perdagangan antara Indonesia dengan beberapa Negara Eropa cenderung meningkat.

Namun demikian, didorong oleh keserakahan pedagang-pedagang bangsa Eropa itu untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya, hubungan perdagangan itu kemudian berubah menjadi keinginan untuk menguasai. Hampir semua pedagang-pedagang bangsa Eropa bermaksud menguasai mata rantai perdagangan antara daerah-daerah di Asia dengan dataran Eropa, yaitu dengan menerapkan cara-cara perdagangan monopoli. Dari sini, hubungan yang semula hanya bersifat murni perdagangan, menjelma menjadi praktik penjajahan.

34

(33)

17

maka masyarakat Indonesia dieksploitasi secara semena-mena oleh kaum penjajah. Hal itu berlangsung selama beberapa ratus tahun dan mengakibatkan penderitaan bagi bangsa Indonesia, yang kemudian telah membangkitkan semangat pemuka-pemuka bangsa Indonesia untuk berjuang memperbaiki kehidupan masyarakat. Sebagaimana diketahui, perjuangan pemuka-pemuka bangsa Indonesia itu memiliki berbagai bentuk. Salah satu di antaranya adalah dengan mendirikan koperasi.35

Pelayanan bank itu semula masih terbatas untuk kalangan pegawai pamong praja rendahan yang dipandang memikul beban utang terlalu berat. Pada tahun 1898, atas bantuan E. Sieburg dan De Wolff Van Westerrode jangkauan pelayanan bank itu diperluas ke sektor pertanian (Hulp-Spaar en Lanbouwcrediet

Sejalan dengan sejarah perkembangan bangsa Indonesia serta perkembangan ekonominya, perkenalan bangsa Indonesia dengan koperasi dimulai pada pengujung abad ke-19, tepatnya pada tahun 1895. Ditengah-tengah penderitaan masyarakat Indonesia, R. Aria Wiriaatmaja, seorang patih di Purwokerto, mempelopori berdirinya sebuah bank yang bertujuan menolong para pegawai agar tidak terjerat oleh rentenir. Usaha ini mendapatkan persetujuan dan dukungan dari Residen Purwokerto E. Sieburg. Badan usaha yang dipilih untuk bank yang diberi nama Bank Penolong dan Tabungan (Hulp en Spaarbank), adalah koperasi.

35

(34)

18

Bank), yaitu dengan meniru pola koperasi pertanian yang dikembangkan di Jerman (Raiffeisen).

Akan tetapi, karena kondisi masyarakat yang hidup di alam penjajahan tidak diperbolehkan berkembang lebih jauh, upaya ini tidak mendapatkan dukungan dari pemerintah kolonial. Akibatnya, setiap gerak gerik koperasi pertama Indonesia itu diawasi secara ketat dan mendapat banyak rintangan pemerintah kolonial Belanda. Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah kolonial Belanda untuk merintangi perkembangan bank yang dirintis oleh R. Aria Wiriaatmaja tersebut adalah dengan mendirikan Algemene Volkscrediet Bank. Selain itu, pemerintah kolonial Belanda juga mendirikan rumah gadai, bank desa, serta lumbung desa.36

Setelah memperoleh kemerdekaan yaitu pada tahun 1945-1967, bangsa Indonesia memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan kebijakan ekonominya. Suatu hal yang sangat jelas pada periode ini adalah menonjolnya tekad para pemimpin bangsa Indonesia untuk mengubah tatanan perekonomian Indonesia yang liberal-kapitalistik menjadi tatanan perekonomian yang sesuai dengan semangat pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Sebagaimana diketahui, di dalam pasal 33 UUD 1945, semangat koperasi ditempatkan sebagai semangat dasar perekonomian bangsa Indonesia. Melalui pasal itu, bangsa Indonesia bermaksud untuk menyusun suatu sistem perekonomian usaha bersama berdasar atas asas

(35)

19

kekeluargaan. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Hatta dalam pasal 33 ayat 1 UUD 1945, yaitu tidak lain adalah koperasi.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian sejarah, dengan melalui tahap-tahap berikut:

a. Pengumpulan sumber (Heuristik)

Setelah menentukan topik langkah selanjutnya dalam penelitian sejarah ialah heuristik atau pengumpulan sumber. Sumber sejarah disebut juga data sejarah yang dikumpulkan harus sesuai dengan jenis sejarah yang akan ditulis.37

b. Kritik Sumber (Verifikasi)

Dalam penulisan ini penulis mengumpulkan berbagai sumber yang terkait dengan topik yang akan ditulis. Bahan pustaka yang dijadikan sebagai sumber dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sumber primer dan sumber sekunder.

Tahap selanjutnya ialah verifikasi, yaitu pengujian terhadap data-data yang ada untuk mengetahui apakah data-data dapat dipertanggung jawabkan keasliannya atau tidak. Tahap verifikasi ini terdiri dari dua macam yaitu, otentisitas atau keaslian sumber (kritik ekstern), dan kredibilitas, atau kebiasaan yang bisa dipercayai (kritik intern).38

37

Kuntowijoyo, Pengantar Ilmu Sejarah, Yogyakarta, Bentang Budaya, 2001, hlm. 96.

38Ibid

(36)

20

Kritik ekstern digunakan untuk membuktikan keaslian sumber yang akan digunakan. Hal yang diteliti ialah penampilan luar sumber, misalnya kertasnya, tinta, gaya tulisan, bahasa, kalimat, kata-katanya, jenis huruf, dan sebagainya. Kritik intern dilakukan untuk meneliti apakah sumber yang digunakan dapat dipercaya kebenarannya. Kritik intern ini dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber sehingga akan diperoleh fakta yang lebih jelas dan lengkap.39

Kritik intern dalam penulisan skripsi ini ialah ketika penulis menggunakan sumber dari Buku Kompas Edisi Khusus “Apa Kabar Koperasi Indonesia”. Dalam sebuah artikel buku kompas halaman 330 Prof. Dr. M. Dawam Raharjo berpendapat, bahwa orang masuk koperasi bukan karena ingin bekerja sama dalam kegiatan produksi, melainkan karena ingin menikmati fasilitas dan jatah dari pemerintah. Realitasnya sekarang ini orang masuk menjadi anggota koperasi hanya untuk mendapatkan kemudahan dalam memperoleh pinjaman dalam bentuk kredit bagi kepentingan pribadinya sendiri dan bukan untuk mengembangkan usahanya. Kemudian penulis membandingan dengan buku karya Mohammad Hatta yang berjudul “Koperasi” bahwa anggota koperasi harus tolong menolong serta bertanggungjawab untuk memperkuat solidaritas.40

39Ibid

, hlm. 102

40

(37)

21

c. Interpretasi

Tahap selanjutnya yaitu interpretasi. Interpretasi adalah menafsirkan fakta-fakta yang telah diuji kebenarannya. Fakta sejarah satu sama lain perlu kita rangkaikan, dihubung-hubungkan dan dikait-kaitkan sehingga menjadi satu kesatuan yang kronologis dan masuk akal. Dapat dikatakan bahwa rangkaian fakta itu harus menunjukan diri sebagai suatu rangkaian yang mempunyai makna dari kehidupan masa lampau suatu bangsa. Menginterpretasikan fakta-fakta sejarah menjadi kisah itu memerlukan proses seleksi sejarah. Dalam hal ini penulis biasanya tidak dapat menentukan fakta-fakta mana yang dianggap bermakna, biasanya penulis mencari landasan pada hal-hal kecenderungan emosional pemikiran pribadinya, pada pandangan kelompok, pandangan hidup bangsanya, hal ini akan melahirkan subyektivitas. Maka untuk mengurangi subyektivitas harus melakukan analisis, sintesis dan menetapkan sumber.

d. Historiografi (Penulisan Sejarah)

(38)

22

Metode penulisan dalam skripsi ini ialah metode deskriptif analitis. Metode sejarah deskriptif menekankan pada penemuan fakta-fakta sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Tujuan dari metode deskritif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.41

2. Pendekatan Penelitian

Dalam skripsi ini penulis menyajikan model penulisan deskriptif analisis yaitu, sebuah tinjauan perspektif historis-politis dengan menggunakan sudut pandang yang mengikuti garis perkembangan waktu tertentu.

Dalam penulisan skripsi ini menggunakan pendekatan multidimensional dan Interdisipliner, yaitu suatu pendekatan yang memaparkan dan menganalisa berbagai peristiwa menggunakan konsep-konsep ilmu sosial yang relevan dengan pokok-pokok kajiannya. Pendekatan dalam penulisan skripsi ini dengan meminjam teori-teori lain seperti sosiologi dan ekonomi.

Pendekatan historis, pendekatan ini digunakan untuk mengetahui dinamika perkembangan koperasi dari masa penjajahan sampai masa kemerdekaan. Melihat keadaan yang memprihatinkan telah mendorong Mohammad Hatta tergerak hatinya untuk memperbaiki perekonomian yang berbasis kerakyatan dengan mendirikan koperasi.

41

(39)

23

Pendekatan psikologis adalah pendekatan yang berorientasi pada tingkah laku manusia, baik di dalam maupun di luar. Tingkah laku manusia dapat dijelaskan dengan adanya tanggapan dari dalam diri manusia. Melalui pendekatan ini, penulis dapat menguraikan sifat-sifat dan tingkah laku Mohammad Hatta yang berjiwa nasionalis, berpandangan jauh ke depan dalam membangun perekonomian kerakyatan yang bercirikan koperasi. Jiwa nasionalis yang mendorongnya untuk ikut ambil bagian dalam menjalankan pemerintahan Indonesia sebagai wakil presiden, dan pemimpin kabinet. Pandangannya yang jauh ke depan untuk memperkuat perekonomian nasional yang mampu bersaing dengan jalan memberdayakan potensi ekonomi yang ada. Selain itu latar belakang sosial-budaya, ekonomi, pendidikan dan politik Mohammad Hatta juga mendorongnya untuk ikut membangun perekonomian nasional.

(40)

24

tidak dapat dilepaskan dari latar belakang pendidikannya dalam bidang ekonomi.

G. Sistematika Penulisan

Skripsi yang berjudul “Peranan Mohammad Hatta Dalam Mengembangkan Koperasi” ini memiliki sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I: Berupa pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian dan sistematika penulisan.

Bab II: Bab ini menyajikan uraian tentang faktor-faktor yang mendorong Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

Bab III: Bab ini menyajikan uraian mengenai peranan Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia.

Bab IV: Bab ini menyajikan uraian mengenai hambatan-hambatan yang dihadapi Mohammad Hatta dalam mengembangkan koperasi di Indonesia

Bab V: Bab ini berupa kesimpulan dari penulisan permasalahan yang diuraikan pada bab II, III dan IV.

(41)

25

BAB II

FAKTOR-FAKTOR YANG MENDORONG MOHAMMAD HATTA DALAM

MENGEMBANGKAN KOPERASI DI INDONESIA

TAHUN 1945-1965

(42)

26

A. Faktor Pendidikan Mohammad Hatta

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan secara sadar, senjaga, dan sistematis oleh orang dewasa untuk memotivasi, membina, dan membantu seseorang untuk mengembangkan segala potensinya sehingga mencapai kualitas diri yang lebih baik dan menjadi lebih dewasa. Selanjutnya, pendidikan diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat penghidupan yang lebih tinggi dalam arti mental.42

Menurut W. J. S. Poerwadarminta menjelaskan bahwa arti pendidikan dari segi bahasa berasal dari kata dasar didik, dan diberi awalan men, menjadi

mendidik, yaitu kata kerja yang artinya memelihara dan memberi latihan (ajaran). Pendidikan sebagai kata benda, berarti proses perubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan. Pendidikan adalah usaha pendewasaan manusia seutuhnya (lahir dan batin), baik oleh orang lain maupun oleh dirinya sendiri, dalam arti tuntutan agar anak didik memiliki kemerdekaan berpikir, merasa, berbicara, dan bertindak, serta percaya diri dengan penuh rasa tanggung jawab dalam setiap tindakan dan perilaku kehidupan sehari-hari. Pendidikan merupakan usaha pengembangan kualitas diri manusia dalam segala aspeknya. Pendidikan

42

(43)

27

sebagai aktivitas yang disenjaga untuk mencapai tujuan tertentu dan melibatkan berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu dan lainnya sehingga membentuk satu sistem yang saling mempengaruhi.43

1. Pendidikan Formal Mohammad Hatta

Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga mempunyai sifat konstruktif dalam hidup manusia. Karena itulah bangsa Indonesia dituntut untuk mampu mengadakan refleksi ilmiah tentang pendidikan tersebut, sebagai pertanggungjawaban terhadap perbuatan yang dilakukan yaitu mendidik dan dididik.

Mohammad Hatta mendapatkan pendidikan secara Barat pada zaman pemerintahan kolonial Hindia-Belanda. Pada usia 6 tahun Mohammad Hatta oleh ibunya Siti Soleha dimasukkan ke sekolah rakyatdi Bukit tinggi selama dua tahun. TIS (TweedeInlandsche School) atau Sekolah Ongko Loro adalah

Sekolah Rakyat (Sekolah Dasar). (lihat lampiran 02 halaman 122). Lama pendidikan di sekolah ini adalah dua tahun. Bahasa pengantar yang digunakan sebagai pengantarnya adalah bahasa daerah. Pendidikan sekolah rakyat ini dimaksudkan hanya sekedar untuk memberantas buta huruf dan mampu berhitung bagi masyarakat setempat, dan bahasa Belanda merupakan bahasa tambahan sebagai pengenalan saja. Sekolah ini tersebar di semua pelosok desa dengan guru tamatan dari HIK.

43

(44)

28

Kemudian pada tahun berikutnya ia dipindahkan ke sekolah Belanda “Europeesche Lagere School” / ELS (Sekolah Dasar Eropa) di Bukit tinggi. Pada tahun ke lima ia dipindahkan ke ELS di Padang supaya mendapatkan pelajaran bahasa Perancis.44 ELS semula merupakan sekolah rendah untuk anak keturunan Eropa, anak keturunan Timur Asing, dan anak-anak bumi putera dari golongan priyayi atau elit. Lama pendidikan di sekolah ini adalah 7 tahun dan sekolah ini mulai berdiri pada tahun 1818. Dan nama

Europeesche Lagere School sendiri baru dipakai pada tahun 1902.45

Dengan memasukkan Mohammad Hatta ke Europeesche Lagere School, Siti Soleha berharap pada saat nanti setelah lulus putranya bisa memasuki Hogere Burgere School / HBS yang memberi peluang untuk memasuki perguruan tinggi Belanda. Mata pelajaran yang diajarkan di

Europeesche Lagere School sama seperti yang diberikan pada sekolah di Negeri Belanda, dengan perkecualian pelajaran Sejarah Tanah Air diganti dengan Sejarah Negeri Belanda. Sedangkan pelajaran Ilmu Bumi Hindia-Belanda lebih mendapatkan perhatian dari pada Ilmu Bumi Negeri Hindia-Belanda. Rencana pelajaran dibagi atas dua kelompok yaitu:46

44Ibid

, hlm. 61

45

Sri Soetjiatingsih dan Sutrisno Kutoyo, Sejarah Pendidikan Daerah Jawa Timur, Surabaya, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan. Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Jawa Timur, 1981, hlm. 126.

46Ibid

, hlm. 127.

(45)

29

dan sejarah Hindia-Belanda, ilmu bumi, ilmu alam, bernyanyi, latihan menulis halus, pendidikan jasmani, pekerjaan tangan untuk wanita. (2). Mata pelajaran sekolah rendah lebih lanjut, pada umumnya terdiri dari pelajaran-pelajaran: dasar-dasar bahasa Perancis, dasar-dasar bahasa Inggris, lanjutan bahasa Belanda, sejarah umum, ilmu pasti, menulis halus, dasar-dasar ilmu pertanian, pendidikan jasmani, pekerjaan tangan untuk wanita.

Setelah menyelesaikan pendidikan di ELS dengan hasil yang memuaskan, kemudian Mohammad Hatta mempunyai niat untuk melanjutkan pendidikannya ke HBS (Hogere Burgere School), atau sekolah lima tahun. Pada waktu itu kesempatan untuk mendapatkan pendidikan yang jauh lebih tinggi bagi seorang anak bumiputera tergolong sulit. Hal ini disebabkan oleh politik diskriminasi yang dijalankan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda. Keadaan yang seperti ini justru menambah semangatnya untuk melanjutkan ke HBS. Untuk mewujudkan impiannya ia harus pindah ke Jakarta. Keinginannya ini mendapatkan dukungan dari ayah tirinya yang bernama Haji Ning, “jika perlu belajarlah hingga ke luar negeri. Railah seluas-luasnya ilmu yang ingin Nakcik kuasai. Tak perlu Nakcik risaukan biayanya”. Namun ibunya tidak merestui anaknya untuk pergi ke Jakarta melanjutkan pendidikannya di MULO (Meer Uitgebreid Lager Onderwijs).47

47

Tashadi, op.cit, hlm. 10.

(46)

30

Sejak tahun 1914 sekolah ini telah membuka kesempatan bagi para tamatan Sekolah Rendah untuk melanjutkan pelajaran mereka ke sekolah umum dengan masa belajar tiga atau empat tahun apabila melalui voorklas

atau kelas pendahulu. Sesungguhnya MULO merupakan sekolah lanjutan dari pelajaran Sekolah Rendah Belanda. Oleh karena itu sejak tahun berdirinya, sekolah MULO sudah dapat diselenggarakan di beberapa kota secara serempak. Pada permulaan pendirian sekolah ini hanya dihuni oleh murid-murid anak Belanda, karena HIS atau Sekolah Rendah tujuh tahun untuk anak bumiputera baru dibuka pada tahun 1914.48 Sekolah ini adalah kelanjutan dari sekolah dasar yang berbahasa pengantar Belanda. Lama belajar di sekolah ini selama tiga tahun. MULO ini hanya diberuntukan bagi golongan Bumiputera dan Timur Asing.49

Pada tahun 1919 Mohammad Hatta berhasil menyelesaikan studinya di MULO dengan hasil yang memuaskan. Niatnya telah bulat untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Ia memilih untuk masuk ke sekolah kejuruan. Kemudian masuk ke pendidikan dagang (Handels Middlebare School). Sekolah dagang ini hanya ada di kota Batavia. HandelsOnderwijs ini didirikan oleh pemerintah kolonial Hindia Belanda dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan-perusahaan Eropa yang berkembang dengan

48

Djohan Makmur, dkk, Sejarah Pendidikan di Indonesia ZamanPenjajahan, Jakarta, Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Sejarah Nasional, 1993, hlm. 79.

49

(47)

31

pesat. Pada awalnya sekolah ini tergabung dalam KoninginWilhelminaSchool

bagian ekonomi, kemudian pada perkembangannya dipisahkan menjadi Prins HendriksSchool.50

Masuknya Mohammad Hatta ke sekolah ini bukan demi kepentingan dagang pribadi, akan tetapi dilatarbelakangi oleh sentiment kebangsaan. Selama di Prins Hendriks School, Mohammad Hatta sangat menonjol dalam hal keuangan. Ia belajar dengan sungguh-sungguh tentang teori dan pelajaran ekonomi.

(lihat lampiran 03 halaman 123).

51

Di samping itu ia juga gemar membaca buku karya HP. Quack yang berjudul De Socialisme. Dengan membaca buku tersebut ia dapat memahami tentang tipe sosialisme yang mengupas tentang kehidupan masyarakat mengenai persoalan yang dihadapi kelompok kaya dan kelompok miskin. Apa yang ia dapat dari bangku sekolahan, kemudian diimbangi dengan pengamatan dan pengalaman secara langsung dari realitas sepak terjang bisnis perdagangan yang dijalankan oleh orang tua angkatnya. Mohammad Hatta berhasil menyelesaikan pendidikannya di Prins Hendriks School dengan nilai yang sangat memuaskan. Kemudian ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikanya ke negeri Belanda, dengan tujuan utamanya adalah Universitas Leiden. Pada tanggal 3 Agustus 1921, ia meninggalkan kampung halamannya dan berangkat ke Negara Belanda. 52

2. Pendidikan Mohammad Hatta di Negeri Belanda.

50 Ibid

, hlm. 117.

51

Mavis Rose, op.cit, hlm. 17.

52

(48)

32

Setibanya di Negara Belanda, ia diterima dan menginap di keluarganya Van Leeuwen, yang merupakan sahabat karibnya waktu belajar di Batavia. Pada tanggal 19 September 1921, Mohammad Hatta mendaftarkan diri di Handelshogeschool dan mengikuti prosedur dengan membayar uang kuliah selama satu tahun (1921-1922) sebesar f200 di bank Mees & Zoon. Setelah menerima kwitansi pembayaran, ia mencatatkan diri sebagai mahasiswa Handelshogeschool. Mohammad Hatta kemudian menunggu untuk dipanggil oleh Rector Magnificus Prof. Mr. F. de Vries. Pada pukul 13.15 ia dipanggil masuk, seperempat jam kemudian baru ke luar. Mohammad Hatta mendapatkan penjelasan mengenai titik berat pelajaran di sekolah tinggi bisnis ini. Seorang mahasiswa harus belajar sendiri, guru besar dan dosen lainnya hanya memberikan bimbingan serta memberi petunjuk tentang metode belajar. 53

Dari gedung Handelshogeschool, Mohammad Hatta langsung pergi ke sebuah toko buku De Westerbookhandel yang sangat terkenal di Rotterdam. Ia memesan buku-buku utama yang harus lebih dahulu untuk dipelajari seperti: Taussing, Prinsiples of Economic, Hartley Wither, The Meaning of Money, Schar, Handdelsbetlublehre, Gerstner, Bilanzanalyse, Mr. T.M.C. Asser,

Schets van het Neder Handelsrecht. Di samping itu Mohammad Hatta juga berlangganan majalah seperti: De Economisch Statistische Berichten dan De

53

(49)

33

Economist.54 Pada permulaan kuliah, Mohammad Hatta tetap memusatkan perhatiannya untuk mengenal pembelajaran di Handelshogeschool. Ia harus sedapat mungkin menyesuaikan diri dengan lingkungan dan adat istiadat baru. Pelajaran yang didapat dibangku pendidikan telah menuntut perhatian yang penuh darinya.55

Di awal kuliahnya ia tertarik pada mata kuliah Tata Negara yang diajarkan oleh Professor Oppenheim. Beliau merupakan Guru Besar ilmu Tata Negara di Leiden dan Guru Besar Luar Biasa di Rotterdam, di samping itu juga menjabat sebagai ketua perkumpulan otonomi untuk Hindia Belanda. Mohammad Hatta juga antusias mengikuti kuliah Professor F. de Vries, yang mengajar mata kuliah Ekonomi Teoretika. Pada waktu itu pelajaran kadidat ekonomi dibagi menjadi dua golongan. Golongan pertama ialah pendidikan biasa dan umum. Bagian kedua disebut pendidikan ekonomi kolonial. Untuk bagian ini mahasiswa dibebaskan dari mengikuti kuliah sejarah ekonomi dan beberapa bagian dari organisasi ekonomi. Sebagai gantinya mahasiswa yang mengikuti pelajaran ekonomi kolonial wajib mempelajari lima mata pelajaran spesial yang berhubungan dengan Hindia Belanda, antara lain: ekonomi kolonial, politik kolonial, etnologi, pengetahuan barang, teknologi, kimia dan bahasa Melayu.56

54 Ibid,

hlm. 109.

55

Mavis Rose, op.cit, hlm. 29.

56

Mohammad Hatta, op.cit, hlm. 111.

Di Leiden ini Mohammad Hatta masuk menjadi anggota

(50)

34

untuk menciptakan kesatuan, saling tolong menolong, dan persaudaraan. Dengan masuk menjadi anggota ordo ini akan bermanfaat baginya terutama untuk mendapatkan bantuan finansial yang sangat ia perlukan untuk kelancaran kuliahnya.57

Mata kuliah ekonomi kolonial diampu oleh Lektor Gonnrinjp. Politik kolonial diajarkan oleh Guru Besar luar biasa D.G. Stubbe. Mata pelajaran etnologi diajarkan oleh Guru Besar luar biasa J.C. van Eerde. Pengetahuan barang dagang, teknologi dan kimia diajarkan oleh Prof. Verkade. Dan bahasa Melayu diajarkan oleh Prof. C. Spat.58

57

Mavis Rose, op.cit, hlm. 29.

58

Mohammad Hatta, op.cit, hlm. 112.

(51)

35

pertanyaannya dibelokan tentang dagang waktu di Batavia. Kiranya sang lektor merasa kurang puas dengan jawaban Mohammad Hatta. Selanjutnya lektor Boerman menguji tentang ilmu bumi ekonomi, dan ia berhasil menjawab dengan lancar. Sesudah itu ia dipersilahkan untuk menunggu diluar. Kurang lebih 10 menit kemudian, ia dipanggil masuk dan diberitahukan oleh Prof. Polak bahwa ujiannya tidak memuaskan. Mendengar hasilnya yang mengecewakan ini, ia agak frustasi dan harus mengulanginya 3 bulan lagi.59

Pada bulan minggu ke tiga bulan September 1923, Mohammad Hatta sudah mulai mengikuti pelajaran doktoral. Ia merasa tertarik pada pengantar kuliah Prof. Mr. F. de Vries, yang terkenal. Pada permulaan kuliah doktoral ini selalu membahas perkembangan-perkembangan pendapat dalam ilmu ekonomi menurut literatur yang baru terbit. Sang professor selalu menyarankan supaya mahasiswa jangan berat sebelah dalam mempelajari pendapat yang berlainan. Di samping mengikuti perkuliahan doktoral, Mohammad Hatta juga mempersiapkan diri untuk mengulangi ujian “handelseconomie” pada Handel-Hoogeschool, ujian d.h. Pada tanggal 27 November 1923, ia menempuh ujian, dan berhasil lulus tanpa ada keberatan.60

Pada akhir bulan Juni 1923 Mohammad Hatta menenpuh ujian doktoral. Dalam ujian ini terbagi menjadi dua bagian, masing-masing satu

59Ibid,

hlm. 145.

60Ibid

(52)

36

jam. Dalam ujian bagian pertama ia diuji oleh Prof. Mr. Dr. Verrijn Stuart tentang uang , bank, konjungtur, terutama masalah kurs wesel. Prof. Mr. F. de Vries yang menguji tentang ekonomi teoritika, pembagian pendapatan. Prof. Mr. C.W. de Vries tentang Hukum Tatanegara. Sedangkan pada ujian bagian kedua, ia diuji oleh Prof. Mr. C. W. de Vries tentang hukum Administratif. Prof. Mr. Dr. Francois menguji tentang Hukum internasional, dan Prof. Mr. Van Bloom tentang keuangan negara. Pada ujian doktoral bagian pertama ini, ia dapat lulus. Dan pada bagian ujian doktoral yang kedua, Prof. C. W. de Vries mengatakan bahwa kamu lulus ujian dengan predikat tiada keberatan. Mendengar hasil yang memuaskan ini, Mohammad Hatta merasa senang dan mendapat ucapan selamat dari teman-temannya.61

B. Faktor Politik Mohammad Hatta

Dari Pendidikan formal ini Mohammad Hatta mendapatkan pengalaman yang sangat berharga terutama dalam bidang ekonomi. Ia telah banyak mempelajari teori-teori ekonomi selama bersekolah. Kemudian ia memikirkan cara untuk mengangkat perekonomian rakyat Indonesia yang terpuruk akibat eksploitasi pihak penjajah. Pembangunan dan pengembangan koperasi adalah salah satu cara untuk membantu perekonomian rakyat yang terpuruk supaya bisa bangkit dan rakyat sejahtera.

Pada waktu bersekolah di MULO, Mohammad Hatta terlibat dalam aktivitas Jong Sumatranen Bond, dan menjadi bendaharanya. Pada

61Ibid

(53)

37

perkembanganya dalam organisasi tersebut ia menjadi anggota eksekutif Jong Sumatranen Bond cabang Padang. Di kota inilah Mohammad Hatta mulai menimbun pengetahuan tentang perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai koran, bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga Batavia. Lewat media Koran itulah Mohammad Hatta mengenal pemikiran Haji Oemar Said Tjokroaminoto dalam surat kabar Utusan Hindia, dan Agus Salim dalam Neratja. Kesadaran politik Mohammad Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi inspirator sekaligus idolanya adalah Abdul Moeis. Mohammad Hatta kagum melihat tentang cara Abdul Moeis menyampaikan orasinya. Ia selalu asyik mendengarkan suaranya yang merdu setengah parau, terpesona oleh ayun tiap katanya. Sampai saat itu aku belum pernah mendengarkan pidato yang begitu hebat menarik perhatian dan membakar semangat kaum pemuda. Sebagai kaum terpelajar dan terlibat dalam aktivitas pergerakan nasional merupakan kesan sebagai pemuda harapan bangsa. Suatu generasi yang menanggung beban sangat berat untuk berjuang mengakhiri penjajahan.62

Pada bulan Mei 1919, Mohammad Hatta lulus dari MULO dan melanjutkan studinya ke Prins Hendrikschool di Batavia. Di kota Batavia ini, ia tetap aktif dalam organisasi kepemudaan pusat Jong Sumatranen Bond, dan menjabat sebagai bendaharanya. Dalam organisasi ini, Mohammad Hatta berhasil

62

(54)

38

membangun reputasi yang baik sebagai seorang organisator yang efisien. Sebagai bendahara ia tergolong sukses karena berhasil mengumpulkan dana sebesar 1.000 gulden. Berkat reputasinya ini, ia mendapatkan perhatian langsung dari pimpinan Sarekat Islam yang juga orang Minangkabau yaitu Abdul Muis dan Haji Agus Salim. Pada perkembangannya ia sering terlibat dalam diskusi yang membahas tentang persoalan-persoalan bangsa yang sedang dijajah demi kepentingan politik perjuangan nasional. Pergaulannya dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional semakin mematangkan pemikiran-pemikirannya tentang nasionalisme menjadi semakin kuat dan luas. Ia sendiri sangat menyadari bahwa dalam organisasi pergerakan nasional mengalami apa yang disebut dengan dikotonomi. Hal ini terlihat jelas dengan adanya kelompok-kelompok pemuda nasional Hindia yang tergabung dalam organisasi kesukuan, seperti: Jong Java, Jong Minahasa, Jong Ambon, Jong Sumatranen Bond. Organisasi tersebut berdiri sendiri-sendiri dan tidak ada satu kesatuan di antara mereka.63

1. Peranan Mohammad Hatta dalam Organisasi Perhimpunan Indonesia

Pada Saat berusia 15 tahun, Mohammad Hatta merintis karier sebagai aktivis organisasi, sebagai bendahara Di kota inilah Mohammad Hatta mulai menimba pengetahuan perihal perkembangan masyarakat dan politik, salah satunya lewat membaca berbagai Koran. bukan saja koran terbitan Padang tetapi juga

63

(55)

39

pengalaman yang diperolahnya, Mohammad Hatta mengenal pemikiran Neratja. Kesadaran politik Mohammad Hatta makin berkembang karena kebiasaannya menghadiri ceramah-ceramah atau pertemuan-pertemuan politik. Salah seorang tokoh politik yang menjadi idola Mohammad Hatta ketika itu iala Bond Pusat sebagai Bendahara.

(56)

40

sesekali menggunakan kata inlander yang bersifat merendahkan martabat bangsa Indonesia.64

Berkat pengalamannya mengelola keuangan pada waktu menjabat sebagai bendahara JongSumatranenBond, dan organisasi penerbitan ternyata telah mematangkan konsep dan pemikirannya tentang suatu media yang sangat dibutuhkan oleh sebuah organisasi. Para pengurus Indonesische Vereeninging yang belum lama mengenal pribadi Mohammad Hatta, juga mempercayakan hal mengenai urusan keuangan dan penerbitan secara penuh kepadanya. Mereka mengagumi akan kecakapannya dalam mengelola keuangan, sehingga sebagai orang yang baru ia langsung diminta untuk menjabat sebagai bendahara. Jabatan sebagai bendahara ini telah memungkinkan bagi dirinya untuk menerapkan aturan disiplin dan keseriusan dalam pengelolaan keuangan organisasi. Ia tidak segan-segan untuk menegur para anggotanya yang tidak tertib dalam membayar iuran dan sebagainya. Keahlian Mohammad Hatta teryata tidak terbatas pada masalah keuangan, akan tetapi ia juga pandai menulis. Kepandaian dan kecerdasannya kemudian ia tuangkan untuk mengkritisi kebijakan politik pemerintah kolonial Hindia Belanda. Kemudian ia juga menulis suatu artikel dalam majalah Hindia Poetra yang berjudul De Economische positive van den Indonesischen grondverhuurder. Dan artikel kelanjutannya berjudul Eenige aanteekenigen betreffende de groundhuurordonantie in Indonesie. Artikelnya ini

64

(57)

41

dilatarbelakangi oleh berita Neratja, yang mengabarkan bahwa pemimpin pergerakan Sarekat Islam, Haji Oemar Said Tjokroaminoto telah menggerakan kaum tani yang berada di Hindia Belanda untuk menuntut hak atas sewa tanah yang lebih manusiawi bagi tanah pertanian mereka yang diserahkan kepada perusahaan gula di Pulau Jawa. Mohammad Hatta telah menerapkan teori-teori ekonomi kolonial yang dipelajarinya waktu di Batavia. Tulisannya yang mempergunakan bahasa Belanda ini telah menarik perhatian para professor bahasa dan sejarah di Leiden.65

Kemudian artikel-artikel yang ditulisnya mulai terkenal berkat isinya yang berbobot. Dengan menggunakan keahliannya dalam bidang ekonomi yang ia kuasai, Mohammad Hatta dengan tegas berani mengkritisi kekurangan teori-teori yang dikemukakan oleh ahli-ahli ekonomi Belanda. Bahkan seorang akademisi terkemuka sekali Dr. Boeke dalam disertasinya yang berjudul Tropisch Koloniale Staathuiskunde (Ekonomi Politik Kolonial Tropis). Bahwa hukum ekonomi yang berlaku di Barat tidak berlaku bagi rakyat pribumi di Hindia Belanda. Dr. Booke menganggap bahwa ada perbedaan mendasar dalam padangan Timur dan Barat. Pada umumnya petani Timur mempunyai keinginan yang sederhana dan terbatas, sementara di Barat ada naluri dengan keinginan yang tidak terbatas. Pada dasarnya orang Timur tidak memiliki kemampuan untuk mengorganisir dan tidak membentuk perusahaan berskala besar, dan secara umum kurang memiliki sifat mencari

65

(58)

42

keuntungan seperti sifat yang dimiliki oleh orang Barat. Mohammad Hatta memandang bahwa pernyataan Dr. Booke telah merendahkan harga diri orang Timur yang kurang mempunyai dorongan dan semangat kewiraswastaan.66

Pada perkembangannya di Eropa, Mohammad Hatta juga terpengaruh oleh ajaran marxisme yang menekankan bahwa suatu masyarakat yang adil dan manusiawi akan berkembang melalui usaha perjuangan masa rakyat yang tertidas secara ekonomi. Mohammad Hatta sangat memahami ungkapan Marx tersebut, yang kemudian ia membandingkan keadaan ekonomi rakyat Hindia Belanda yang sangat tertindas akibat kesewenang-wenangan politik pemerintah kolonial Belanda. Pengaruh tersebut nampak ketika ia menggunakan ungkapan Marx, bahwa kaum buruh menghasilkan barang-barang yang mewah-mewah bagi orang-orang kaya, akan tetapi bagi kaum buruh sendiri hanya menghasilkan suatu kemelaratan dalam kehidupannya. Sebagai mahasiswa yang cerdas, ia juga mengkritisi rendahnya gaji buruh yang dibayarkan oleh pihak perusahaan Belanda. Berkat kegemarannya membaca buku De Socialisme, ternyata telah bermanfaat memberikan landasan yang luas untuk menilai kecenderungan-kecenderungan sosialis yang sedang berkembang. Ia juga beradaptasi dengan pengaruh ajaran Marx, dan mencari kaitannya yang sesuai dengan realitas kehidupan ekonomi masyarakat Hindia Belanda. Mohammad Hatta menilai bahwa alienasi dan dialektik tenaga kerja apabila dikaitkan dengan realitas Hindia Belanda akan

66

(59)

43

menghasilkan suatu faktor rasial. Pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam konfliknya dengan para pegawainya yang notabene adalah orang pribumi yang sebenarnya dieksploitasi. Ia sangat menyadari adanya suatu hubungan simbiotik, suatu ketergantungan antara wilayah pedesaan dengan perkotaan dalam masyarakatnya.67

Organisasi Perhimpunan Indonesia di negeri Belanda telah memainkan peranan yang cukup penting dalam menjaga realitas yang ada di Hindia Belanda yang masih dalam cengkraman kekuasaan pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Perhimpunan mahasiswa ini mempunyai arti yang sangat penting bagi perkembangan pribadi Mohammad Hatta, karena dijadikan wahana pemikirannya supaya berkembang terus. Sebagai mahasiswa yang mengambil jurusan bidang ekonomi, Mohammad Hatta menjadi pendukung utama tentang konsep kooperasi. Suatu kebijakan yang dianut oleh aktivis pergerakan kemerdekaan. Kooperasi dalam pandangannya hanya mungkin terjadi antara dua kelompok yang memiliki hak-hak dan kewajiban yang sama dan lebih jauh lagi kepentingan yang sama. Apabila hal ini tidak dapat terpenuhi, maka kooperasi hanya akan berpihak pada kelompok yang kuat dan menganggu kelompok yang lemah.

68

67

MavisRose, op.cit, hlm. 34.

68

Tashadi, dkk, op.cit, hlm. 15.

(60)

44

Keterlibatannya dalam organisasi Perhimpunan Indonesia ternyata telah menyita waktu dan pemikirannya. Ia disibukkan dengan tulisan-tulisan nasionalistik bagi perjuangan kemerdekaan bangsanya. Tugas utamanya sebagai mahasiswa yang sedang menuntut ilmu di negeri Belanda menjadi terbengkalai. Dalam studinya ia mengalami kegagalan salah satu mata kuliah ujian akhir, sehingga harus rela kehilangan beasiswa. Walaupun diizinkan untuk mengulangi mata kuliah yang tidak lulus itu, hatinyapun sedikit terguncang. Mohammad Hatta masih sangat memerlukan beasiswa untuk membiayai segala kebutuhan hidupnya. Kemudian ia mencari bantuan kepada seorang temannya warga Belanda yang bernama Van Leeuwen. Temannya ia sanggup mencarikan pinjaman uang dari sebuah dana pribadi dan wajib membayar bunga pinjaman. Tanpa berpikir panjang Mohammad Hatta menyanggupinya dan akan mengembalikannya setelah bekerja.69

Permasalahan pribadi dalam studinya ini tidak mempengaruhi aktivitasinya dalam Perhimpunan Indonesia. Ia tetap bersemangat menyuarakan nasib pribumi yang tertindas. Pada tahun 1925, ia terpilih menjadi ketua Perhimpunan Indonesia. Jabatan ini merupakan karirnya yang tertinggi dalam organisasi pergerakan di negeri Belanda. Pada waktu pelantikan sebagai ketua, ia menyampaikan pidato yang berbentuk analisis atas akar-akar ekonomi kolonialisme yang berjudul Struktur Dunia Ekonomi dan Konflik Kekuasaan. Ia juga mengutip teori Hegel yang diangkat oleh

69

(61)

45

Marx, yaitu: “keberadaan konflik merupakan syarat pertama untuk perkembangan”. Penggunaan filsafat dialektis Marx ini dilatarbelakangi oleh adanya kesesuaian dengan pandangan orang Minangkabau. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa penyebab konflik di masyarakat Hindia Belanda adalah situasi sosial kolonial, antithesis antara penguasa dan yang dikuasai, antara ras kulit putih dan kulit berwarna. Ia memberikan semangat revolusi kepada gerakan nasional dengan menyatakan tidak akan ada kemerdekaan tanpa penggunaan kekerasan, karena pihak penguasa kolonial akan mempertahankan tanah jajahannya dengan menghalalkan segala macam cara.70

Mohammad Hatta menolak berbagai teori Barat tentang penyebab kolonialisme, ia tetap bersikukuh pada pendapatnya bahwa ketakutan akan kompetisi serta keinginannya untuk membangun monopoli atas sumber daya merupakan motif yang sesungguhnya. Ia menekankan bahwa kolonialisme bukanlah hubungan yang paling mudah dengan konsep pokok mengenai hak, dan bahwa kolonialisme tidak lain adalah merupakan tindakan perampasan kekuasaan yang dengan tersamar disebut dengan istilah hak. Kemudian dipraktikan oleh bangsa yang telah mendapatkan kekuasaan. Ia juga mengingatkan bahwa sejarah perekonomian Eropa sangat bergantung pada produk-produk yang berasal dari wilayah tropis. Ketergantungan ini

70Ibid

(62)

46

merupakan tangkai Achilles Eropa modern. Berkaitan dengan hal ini maka Eropa menjalankan dengan apa yang disebut penjajahan.71

Secara ekonomis penjajahan akan sangat merugikan karena melahirkan konflik yang merupakan kebutuhan dasar dari pihak terjajah terhadap pihak penjajah. Mohammad Hatta menekankan bahwa serikat buruh harus diperkuat untuk menangkal eksploitasi dari pihak kolonial, karena pemasok tenaga buruh yang murah merupakan sesuatu yang amat penting bagi kepentingan penjajah. Masyarakat koperasi harus dibangun untuk menandingi perusahaan asing dalam rangka untuk menghentikan mesin kolonial. Ia menjadi pendukung kuat koperasi. Hal ini terjadi karena ia mengetahui bahwa koperasi merupakan wahana untuk membangun petani yang lemah atau pedagang kecil menjadi kekuatan ekonomi yang cukup kuat dalam menahan dominasi perusahaan yang cukup besar. Dan pada akhirnya Mohammad Hatta berhasil menyelesaikan studinya dengan gelar doctorandus

pada tahun 1932, kemudian pulang kembali ke Indonesia untuk mengabdikan diri terhadap tanah airnya dan berjuang untuk mengakhiri penjajahan Belanda.72

Pengalaman politik Mohammad Hatta ternyata mempunyai pengaruh yang besar dalam membangun dan mengembangkan lembaga koperasi di Indonesia. Sebagai seorang organisatoris, Mohammad Hatta berusaha dengan

71Idem

72

(63)

47

Referensi

Dokumen terkait

Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik untuk melihat pengaruh dari variabel independen berupa kepemilikan institusional, kepemilikan

Saudara atau yang mewakili Saudara (yang ditunjukkan dengan Surat Kuasa dari Perusahaan ), dengan membawa dokumen sebagai berikut :.. Akta Pendirian

Parameter-parameter pemotongan yang penting untuk diperhatikan dalam proses frais meliputi: kecepatan potong, putaran spindel, kedalaman pemakanan, gerak makan per

Permasalahan yang dihadapi Kelompok pencari belut Karangbesuki dan Bakalankrajan antara lain: Semakin sempitnya lahan persawahan tempat mencari belut, resiko kesehatan (rentan

Manfaat teoritis yang diharapkan dari penelitian ini adalah dapat menambah wacana baru tentang pengembangan media pembelajaran yang bermanfaat dalam proses pembelajaran di

        Layer 7 Aplications Layer Layer 6 Presentation Layer Layer 1 Physical Layer Layer 2 Data Link Layer Layer 3 Network Layer Layer 4 Transport Layer

Untuk mendapatkan informasi dibutuhkan teknologi kendali pada satelit agar titik koordinat dan orbit yang diinginkan tidak berubah-ubah, sehingga penentuan arah

Sahabat MQ/ Pemerintah Jepang kembali memberikan pinjaman sebesar 27,195 miliar yen/ atau sekitar 300 juta dolar Amerika Serikat/ kepada Pemerintah Indonesia/