• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Peranan Sektor Pariwisata Terhadap Struktur Perekonomian

5.1.1. Struktur Permintaan dan Penawaran

Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Bali tahun 2007 (updating), total permintaan Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 75,355,462 juta. Total permintaan tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 25,698,183 juta dan permintaan akhir sebesar Rp. 49,657,279 juta. Dengan asumsi bahwa pada saat keseimbangan ekonomi jumlah permintaan sama dengan jumlah penawaran, maka total penawaran sektor-sektor perekonomian Bali adalah sebesar Rp. 75,355,462 juta (Tabel 7).

Dari semua sektor yang ada, sektor pertanian merupakan sektor yang memiliki jumlah permintaan antara tertinggi yaitu sebesar Rp. 7,922,873juta atau 30.83 persen dari total permintaan antara dan output tersebut digunakan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya. Sedangkan permintaan akhir tertinggi adalah dari sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 19,989,359 juta atau 40.25 persen dari total permintaan akhir.

Pariwisata pada tahun 2007 permintaan totalnya mencapai Rp. 27,126,447 juta atau 36.00 persen dari total permintaan total. Jumlah tersebut terdiri dari permintaan antara sebesar Rp. 7,137,088 juta atau 27.77 persen dari total permintaan antara seluruh sektor dan permintaan akhir sebesar Rp. 19,989,359 juta atau 40.25 persen dari total permintaan akhir seluruh sektor (Tabel 7.).

Tabel 7. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Sektor Permintaan Antara Permintaan Akhir Permintaan Total

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

1. Pertanian 7,922,873 30.83 7,781,924 15.67 15,704,796 20.84 2. Tambang dan galian 395,522 1.54 35,298 0.07 430,820 0.57 3. Industri Pengolahan 3,586,928 13.96 6,472,883 13.04 10,059,811 13.35 4. Listrik dan air minum 668,198 2.60 563,373 1.13 1,231,571 1.63 5. Bangunan 1,012,636 3.94 4,438,281 8.94 5,450,917 7.23 6. Perdagangan 2,798,682 10.89 3,905,819 7.87 6,704,501 8.90 19. Perbankan 1,034,062 4.02 563,347 1.13 1,597,409 2.12 21. Persewaan bangunan dan

tanah 459,755 1.79 1,244,956 2.51 1,704,711 2.26

22. Lembaga keuangan

lainnya 319,346 1.24 182,655 0.37 502,001 0.67

23. Jasa perusahaan 296,610 1.15 123,253 0.25 419,863 0.56 24. Jasa pemerintahan umum 0 0.00 4,056,602 8.17 4,056,602 5.38

25. Jasa sosial

kemasyarakatan 66,484 0.26 299,529 0.60 366,013 0.49 Sektor Pariwisata 7,137,088 27.77 19,989,359 40.25 27,126,447 36.00 7. Restoran, rumah makan,

warung 924,085 12.95 6,970,391 34.87 7,894,475 29.10 8. Hotel bintang 920,744 12.90 5,513,144 27.58 6,433,888 23.72 9. Hotel non bintang 57,618 0.81 266,490 1.33 324,107 1.19 10. Angkutan umum darat

dan angkutan darat

lainnya 787,879 11.04 546,511 2.73 1,334,390 4.92 11. Angkutan carter darat 15,551 0.22 165,129 0.83 180,680 0.67 12. Angkutan laut antar

pulau/negara 97,443 1.37 202,144 1.01 299,587 1.10 13. Angkutan wisata 37,387 0.52 284,866 1.43 322,253 1.19 14. Angkutan penyebrangan 37,616 0.53 50,196 0.25 87,812 0.32 15. Angkutan udara 976,422 13.68 2,714,265 13.58 3,690,687 13.61 16. Travel biro 172,770 2.42 388,879 1.95 561,649 2.07 17. Jasa penunjang angkutan

Lainnya 461,881 6.47 251,575 1.26 713,456 2.63

18. Komunikasi, pos, dan

giro 778,824 10.91 656,512 3.28 1,435,336 5.29

20. Money changer 184,875 2.59 23,893 0.12 208,768 0.77

26. Atraksi budaya 831 0.01 7,827 0.04 8,658 0.03

27. Jasa hiburan lainnya 30,022 0.42 181,113 0.91 211,135 0.78 28. Jasa perorangan,

rumahtangga lainnya

termasuk pramuwisata 1,653,142 23.16 1,766,425 8.84 3,419,567 12.61 Total 25,698,183 100.00 49,657,279 100.00 75,355,462 100.00 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

Dilihat dari permintaan antara, diantara 16 sektor tersebut terlihat bahwa subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata

merupakan subsektor pariwisata yang jumlah outputnya paling besar untuk dijadikan sebagai input oleh sektor-sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp. 1,653,142 juta atau 23.16 persen dari total permintaan antara sektor pariwisata. Pada permintaan akhir, subsektor restoran, rumah makan dan warung merupakan sektor yang jumlah outputnya paling besar dibandingkan dengan sektor-sektor lain yang tercakup ke dalam sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 6,970,391 juta atau 34.87 persen dari total permintaan akhir terhadap sektor pariwisata.

5.1.2. Struktur Konsumsi Rumah Tangga

Jumlah konsumsi masyarakat Provinsi Bali terhadap output domestik adalah sebesar Rp. 22,372,499 juta. Pengeluaran konsumsi rumah tangga tersebut paling besar dipenuhi dari sektor pariwisata yaitu sebesar Rp. 6,879,698 juta atau 30.75 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik (Tabel 8.). Hal ini menunjukkan bahwa sektor pariwisata sangat berperan dalam memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat terutama wisatawan yang menggunakan output dari sektor pariwisata untuk memenuhi kebutuhannya. Sektor pertanian berada di urutan kedua dengan jumlah konsumsi terhadap output domestik sebesar Rp. 6,448,154 juta atau 28.82 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik. Sektor industri pengolahan berada di bawah sektor pertanian, dengan jumlah konsumsi rumah tangga sebesar Rp 3,222,560 juta atau 14.40 persen dari total pengeluaran rumah tangga terhadap output domestik (Tabel 8.).

Tabel 8. Konsumsi Rumah Tangga Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Sektor Konsumsi Rumah Tangga

Jumlah %

1. Pertanian 6,448,154 28.82

2. Tambang dan galian 0 0.00

3. Industri Pengolahan 3,222,560 14.40

4. Listrik dan air minum 563,373 2.52

5. Bangunan 0 0.00

6. Perdagangan 2,722,245 12.17

19. Perbankan 538,453 2.41

21. Persewaan bangunan dan tanah 1,244,956 5.56

22. Lembaga keuangan lainnya 180,978 0.81

23. Jasa perusahaan 123,253 0.55

24. Jasa pemerintahan umum 190,603 0.85

25. Jasa sosial kemasyarakatan 258,225 1.15

Sektor Pariwisata 6,879,698 30.75

7. Restoran, rumah makan, warung 2,795,743 40.64

8. Hotel bintang 822,316 11.95

9. Hotel non bintang 36,400 0.53

10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 404,734 5.88

11. Angkutan carter darat 24,356 0.35

12. Angkutan laut antar pulau/negara 114,541 1.66

13. Angkutan wisata 56,732 0.82

14. Angkutan penyebrangan 37,372 0.54

15. Angkutan udara 969,736 14.10

16. Travel biro 185,485 2.70

17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 143,867 2.09

18. Komunikasi, pos, dan giro 634,000 9.22

20. Money changer 9,505 0.14

26. Atraksi budaya 363 0.01

27. Jasa hiburan lainnya 60,280 0.88

28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 584,268 8.49

Total 22,372,499 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

Untuk sektor pariwisata, konsumsi rumah tangga paling besar dipenuhi oleh subsektor restoran, rumah makan dan warung yaitu sebesar Rp. 2,795,743 juta atau 40.64 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata. Tingginya jumlah pengeluaran konsumsi rumah tangga pada restoran, rumah makan dan warung memperlihatkan bahwa sektor tersebut berperan penting untuk memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga. Urutan kedua

konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata, ditempati oleh subsektor angkutan udara dengan jumlah konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 969,736juta atau 14.10 persen dari total pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk sektor pariwisata. Angka ini menunjukkan bahwa para wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara paling banyak menggunakan angkutan udara untuk berkunjung ke Pulau Bali.

5.1.3. Struktur Konsumsi Pemerintah

Berdasarkan Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan untuk sektor jasa pemerintahan umum sebesar Rp. 3,865,999 juta atau 83.91 persen dari total konsumsi pemerintah. Pengeluaran pemerintah untuk sektor pariwisata berada di urutan kedua yaitu sebesar Rp. 701,155 juta. Jasa sosial kemasyarakatan berada di posisi ketiga dengan kontribusi sebesar Rp.40,137 juta atau 0.87 persen dari total konsumsi pemerintah.

Untuk sektor pariwisata, konsumsi pemerintah terbesar dialokasikan untuk subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata sebesar Rp. 695,863 juta atau 99.25 persen dari total konsumsi pemerintah untuk sektor pariwisata dan diikuti oleh sektor jasa hiburan lainnya dengan kontribusi sebesar Rp.5,293atau 0.77 persen dari total konsumsi pemerintah untuk sektor pariwisata (Tabel 9.).

Tabel 9. Konsumsi Pemerintah Terhadap Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Sektor Konsumsi Pemerintah

Jumlah %

1. Pertanian 0 0.00

2. Tambang dan galian 0 0.00

3. Industri Pengolahan 0 0.00

4. Listrik dan air minum 0 0.00

5. Bangunan 0 0.00

6. Perdagangan 0 0.00

19. Perbankan 0 0.00

21. Persewaan bangunan dan tanah 0 0.00

22. Lembaga keuangan lainnya 0 0.00

23. Jasa perusahaan 0 0.00

24. Jasa pemerintahan umum 3,865,999 83.91

25. Jasa sosial kemasyarakatan 40,137 0.87

Sektor Pariwisata 701,155 15.22

7. Restoran, rumah makan, warung 0 0.00

8. Hotel bintang 0 0.00

9. Hotel non bintang 0 0.00

10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 0 0.00

11. Angkutan carter darat 0 0.00

12. Angkutan laut antar pulau/negara 0 0.00

13. Angkutan wisata 0 0.00

14. Angkutan penyebrangan 0 0.00

15. Angkutan udara 0 0.00

16. Travel biro 0 0.00

17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 0 0.00

18. Komunikasi, pos, dan giro 0 0.00

20. Money changer 0 0.00

26. Atraksi budaya 0 0.00

27. Jasa hiburan lainnya 5,293 0.75

28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata 695,863 99.25

Total 4,607,291 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

5.1.4. Struktur Investasi

Jumlah investasi Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp.5,464,363 juta. Jumlah tersebut merupakan penjumlahan dari pembentukan modal tetap sebesar Rp. 5,686,766 juta dan perubahan stok sebesar Rp. -222,402 juta. Investasi terbesar berasal dari sektor bangunan dengan jumlah investasi sebesar Rp. 4,438,281 juta atau 81.22 persen dari jumlah investasi Provinsi Bali.

Tabel 10. Investasi Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah) Sektor Pembentukan Modal Tetap Perubahan Stok Investasi Investasi (Persen) 1. Pertanian 68,192 -62,526 5,665 0.10

2. Tambang dan galian 0 -2,222 -2,222 -0.04

3. Industri Pengolahan 555,724 -86,540 469,183 8.59

4. Listrik dan air minum 0 0 0 0.00

5. Bangunan 4,438,281 0 4,438,281 81.22

6. Perdagangan 122,617 -49,281 73,336 1.34

19. Perbankan 0 0 0 0.00

21. Persewaan bangunan dan tanah 0 0 0 0.00

22. Lembaga keuangan lainnya 0 0 0 0.00

23. Jasa perusahaan 0 0 0 0.00

24. Jasa pemerintahan umum 0 0 0 0.00

25. Jasa sosial kemasyarakatan 0 0 0 0.00

Sektor Pariwisata 501,952 -21,832 480,120 8.79

7. Restoran, rumah makan, warung 0 0 0 0.00

8. Hotel bintang 0 0 0 0.00

9. Hotel non bintang 0 0 0 0.00

10. Angkutan umum darat dan angkutan

darat lainnya 11,634 -4,676 6,958 1.45

11. Angkutan carter darat 496 -199 297 0.06

12. Angkutan laut antar pulau/negara 1,548 -622 926 0.19

13. Angkutan wisata 1,411 -567 844 0.18

14. Angkutan penyebrangan 606 -243 362 0.08

15. Angkutan udara 28,757 -11,558 17,199 3.58

16. Travel biro 4,357 -1,751 2,606 0.54

17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 5,511 -2,215 3,296 0.69

18. Komunikasi, pos, dan giro 0 0 0 0.00

20. Money changer 0 0 0 0.00

26. Atraksi budaya 0 0 0 0.00

27. Jasa hiburan lainnya 0 0 0 0.00

28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya

termasuk pramuwisata 447,632 0 447,632 93.23

Total 5,686,766 -222,402 5,464,364 100.00

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

Investasi sektor pariwisata berada di urutan kedua dengan jumlah investasi sebesar Rp. 480,120juta atau 8.79 persen dari total investasi Provinsi Bali, yang terdiri dari pembentukan modal tetap sebesar Rp. 501,952 juta dan perubahan stok sebesar Rp. -21,832 juta. Investasi terbesar dari sektor pariwisata adalah berasal dari subsektor jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk pramuwisata dengan jumlah investasi sebesar Rp. 447,632 juta atau 93.23 persen dari total

investasi sektor pariwisata. Perubahan stok yang bernilai negatif pada beberapa sektor menunjukkan bahwa terjadi pengurangan nilai stok pada sektor-sektor tersebut (Tabel 10.).

5.1.5. Struktur Ekspor dan Impor

Total ekspor Provinsi Bali pada tahun 2007 adalah sebesar Rp. 17,213,125 juta. Jumlah ekspor terbesar adalah berasal dari sektor pariwisata dengan nilai ekspor sebesar Rp. 11,928,385 juta atau 69.30 persen dari total ekspor Provinsi Bali. Sektor industri pengolahan berada di urutan kedua dengan jumlah ekspor sebesar Rp. 2,781,139 juta atau 16.16 persen dari total ekspor Provinsi Bali.

Nilai ekspor sektor pariwisata terbesar berasal dari subsektor hotel bintang yaitu sebesar Rp. 4,690,828 juta atau 39.32 persen dari total ekspor sektor pariwisata. Urutan kedua ditempati oleh subsektor restoran, rumah makan dan warung dengan total ekspor sebesar Rp. 4,174,647 juta atau 35.00 persen dari total ekspor sektor pariwisata (Tabel 11.). Tingginya nilai ekspor kedua sektor tersebut karena sebagian besar pengguna output dari kedua sektor tersebut adalah wisatawan mancanegara dan tingginya nilai kontribusi ekspor sektor tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut dapat dikembangkan sebagai sektor pariwisata yang berorientasi ekspor dan berpotensi besar untuk menghasilkan devisa.

Nilai impor secara keseluruhan sebesar Rp. 7,465,362 juta. Nilai impor sektor pariwisata terbesar diantara sektor lainnya yaitu sebesar Rp. 1,996,438 juta atau 26.29 persen dari total impor Provinsi Bali. Nilai impor tersebut

menunjukkan bahwa tidak mencukupinya sumber daya yang dapat digunakan untuk memproduksi output dari sektor-sektor yang diimpor tersebut sehingga untuk mencukupi kebutuhan output sektor tersebut didatangkan dari impor. Subsektor pariwisata dengan nilai impor tertinggi adalah subsektor restoran, rumah makan, warung yaitu sebesar Rp. 486,774 juta atau 24.80 persen dari total impor sektor pariwisata Provinsi Bali (Tabel 11).

Tabel 11. Ekspor dan Impor Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Sektor Ekspor Impor

Jumlah % Jumlah %

1. Pertanian 1,328,104 7.72 1,320,279 17.69

2. Tambang dan galian 37,520 0.22 65,241 0.87

3. Industri Pengolahan 2,781,139 16.16 1,584,253 21.22

4. Listrik dan air minum 0 0.00 328,716 4.40

5. Bangunan 0 0.00 1,524,782 20.42

6. Perdagangan 1,110,238 6.45 515,753 6.91

19. Perbankan 24,894 0.14 60,756 0.81

21. Persewaan bangunan dan tanah 0 0.00 19,988 0.27

22. Lembaga keuangan lainnya 1,678 0.01 33,536 0.45

23. Jasa perusahaan 0 0.00 6,451 0.09

24. Jasa pemerintahan umum 0 0.00 28,616 0.38

25. Jasa sosial kemasyarakatan 1,167 0.01 14,089 0.19

Sektor Pariwisata 11,928,385 69.30 1,962,902 26.29 7. Restoran, rumah makan, warung 4,174,647 35.00 486,774 24.80

8. Hotel bintang 4,690,828 39.32 353,219 17.99

9. Hotel non bintang 230,090 1.93 22,871 1.17

10. Angkutan umum darat dan angkutan darat lainnya 134,818 1.13 130,087 6.63

11. Angkutan carter darat 140,475 1.18 27,999 1.43

12. Angkutan laut antar pulau/negara 86,677 0.73 35,708 1.82

13. Angkutan wisata 227,290 1.91 67,940 3.46

14. Angkutan penyebrangan 12,461 0.10 5,999 0.31

15. Angkutan udara 1,727,330 14.48 432,027 22.01

16. Travel biro 200,788 1.68 43,402 2.21

17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 104,413 0.88 24,228 1.23

18. Komunikasi, pos, dan giro 22,512 0.19 144,226 7.35

20. Money changer 14,388 0.12 8,714 0.44

26. Atraksi budaya 7,464 0.06 563 0.03

27. Jasa hiburan lainnya 115,541 0.97 15,169 0.77

28. Jasa perorangan, rumahtangga lainnya termasuk

pramuwisata 38,663 0.32 163,974 8.35

Total 17,213,125 100.00 7,465,362 100.00

5.1.6. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto adalah balas jasa terhadap faktor produksi yang tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam perekonomian Bali, komponen nilai tambah bruto terdiri dari upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan, dan pajak tidak langsung. Pada tahun 2007, total nilai tambah bruto adalah sebesar Rp.42,191,916 juta. Surplus usaha merupakan komponen yang memiliki kontribusi paling besar terhadap nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp. 23,979,154 juta.

Sektor pariwisata memberikan kontribusi terbesar terhadap nilai tambah bruto yaitu sebesar Rp. 15,935,382 juta. Jumlah tersebut paling besar dialokasikan untuk surplus usaha sebesar Rp. 9,267,303 juta diikuti oleh upah dan gaji sebesar Rp. 4,151,925 juta, penyusutan sebesar Rp 1,855,684 juta dan pajak tidak langsung sebesar Rp. 660,469 juta (Tabel 12).

Tabel 12. Struktur Nilai Tambah Bruto Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali Tahun 2007 (Juta Rupiah)

Sektor Upah dan

gaji Surplus usaha Penyusutan Pajak tidak langsung Total 1. Pertanian 1,917,315 6,120,679 206,033 66,327 8,310,353 2. Tambang dan galian 126,014 140,705 10,477 3,899 281,095 3. Industri Pengolahan 1,151,038 2,190,897 270,290 98,822 3,711,047 4. Listrik dan air minum 263,857 448,767 125,092 8,351 846,067 5. Bangunan 933,046 757,322 167,251 19,902 1,877,521 6. Perdagangan 1,231,256 2,547,351 515,822 108,057 4,402,485 19. Perbankan 46,988 829,369 24,801 3,337 904,495 21. Persewaan bangunan dan tanah 50,204 1,270,307 203,239 9,352 1,533,102 22. Lembaga keuangan lainnya 81,830 184,184 10,753 2,122 278,889 23. Jasa perusahaan 73,171 173,586 12,795 530 260,081 24. Jasa pemerintahan umum 3,542,785 0 186,461 0 3,729,247 25. Jasa sosial kemasyarakatan 67,644 48,683 5,729 95 122,152 Sektor Pariwisata 4,151,925 9,267,303 1,855,684 660,469 15,935,382 7. Restoran, rumah makan, warung 727,926 2,340,582 305,779 174,232 3,548,519

Tabel 14. Lanjutan

8. Hotel bintang 1,029,162 2,537,424 118,862 305,990 3,991,439 9. Hotel non bintang 66,813 101,861 5,903 8,218 182,796 10. Angkutan umum darat

dan angkutan darat

lainnya 171,121 456,670 128,767 29,656 786,214

11. Angkutan carter darat 20,610 64,365 13,108 5,450 103,533 12. Angkutan laut antar

pulau/negara 80,195 101,188 21,012 4,320 206,715 13. Angkutan wisata 82,576 72,068 27,959 5,258 187,860 14. Angkutan penyebrangan 33,261 33,587 6,366 1,563 74,777 15. Angkutan udara 570,637 781,594 757,791 35,023 2,145,045 16. Travel biro 65,022 80,804 60,874 1,227 207,926 17. Jasa penunjang angkutan Lainnya 140,078 349,714 75,966 13,417 579,175 18. Komunikasi, pos, dan

giro 153,451 588,962 169,962 15,474 927,849

20. Money changer 17,082 102,423 8,783 3,250 131,538

26. Atraksi budaya 295 5,422 12 479 6,207

27. Jasa hiburan lainnya 32,563 113,805 7,783 1,571 155,722 28. Jasa perorangan,

rumahtangga lainnya termasuk

pramuwisata 961,134 1,536,835 146,756 55,341 2,700,067 Total 13,637,072 23,979,154 3,594,428 981,263 42,191,916 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

Subsektor pariwisata yang memiliki kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai tambah bruto adalah subsektor hotel bintang yaitu sebesar Rp.3,991,439 juta. Nilai tersebut paling besar berasal dari surplus usaha yaitu sebesar Rp. 2,537,424 juta. Tingginya nilai tambah bruto sektor tersebut menunjukkan bahwa sektor tersebut berperan besar terhadap pembentukan PDRB Provinsi Bali untuk sektor pariwisata dan sektor tersebut telah dikelola dengan baik dan berpotensi untuk menghasilkan bagi pemilik modal sektor tersebut.

Dilihat dari sisi upah dan gaji, proporsi upah dan gaji terbesar berada pada subsektor hotel bintang yaitu sebesar Rp. 1,029,162 juta. Nilai penyusutan terbesar berasal dari sektor pariwisata sebesar Rp. 1,866,437 juta. Dari nilai kontribusi penyusutan tersebut, subsektor angkatan udara memberikan kontribusi

terbesar yaitu sebesar Rp.757,791 juta. Pajak tidak langsung merupakan kontribusi sektor-sektor perekonomian kepda pemerintah berupa pajak sebagai pemasukan bagi pemerintah. Sektor yang memberikan kontribusi pajak tidak langsung terbesar adalah sektor pariwisata sebesar Rp. 662,591 juta. Dari nilai tersebut, subsektor hotel bintang memberikan kontribusi tertinggi yaitu sebesar Rp. 305,990 juta.

5.2. Analisis Keterkaitan 5.2.1. Keterkaitan ke Depan

Keterkaitan ke depan dibagi menjadi dua, yaitu keterkaitan langsung ke depan dan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan. Nilai keterkaitan langsung ke depan menunjukkan apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu satuan, maka output sektor tersebut yang dialokasikan secara langsung ke sektor-sektor lainnya termasuk sektor itu sendiri akan meningkat sebesar nilai keterkaitannya. Nilai keterkaitan langsung ke depan diperoleh dari nilai koefisien teknis dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan diperoleh dari matrik kebalikan Leontief terbuka.

Dalam perekonomian Provinsi Bali, sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar yaitu 1.87216. Nilai tersebut mengandung arti bahwa setiap satu-satuan nilai output sektor pariwisata dialokasikan kepada sektor-sektor lainnya maupun kepada sektor pariwisata itu sendiri sebesar 1.87216 satuan (Tabel 13).

Tabel 13. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang Sektor-Sektor Perekonomian di Provinsi Bali

Sektor

Keterkitan ke Depan Keterkitan ke Belakang Langsung Langsung dan Tidak Langsung Langsung Langsung dan Tidak Langsung Pertanian 0.51607 2.13431 0.38677 1.60981

Tambang dan Galian 0.07135 1.10092 0.19610 1.30851

Sektor Industri Pengolahan 0.39101 1.66810 0.47362 1.74817 Sektor Listrik dan Air Minum 0.08358 1.14479 0.04611 1.06733

Sektor Bangunan 0.31506 1.40919 0.37583 1.57889

Sektor Perdagangan 0.24076 1.46055 0.26643 1.41065

Sektor Pariwisata 1.87216 3.51443 0.34019 1.52315

Perbankan 0.25297 1.35233 0.39574 1.60510

Persewaan Bangunan dan Tanah 0.12795 1.17249 0.08894 1.13903 Lembaga Keuangan Lainnya 0.08505 1.11517 0.37764 1.54528

Jasa Perusahaan 0.04620 1.07387 0.36519 1.55556

Jasa Pemerintahan Umum 0.00000 1.00000 0.07364 1.11371

Jasa Sosial kemasyarakatan 0.01182 1.01763 0.62777 1.95858 Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 13 Sektor (diolah)

Subsektor pariwisata yang mempunyai nilai keterkaitan langsung ke depan terbesar adalah subsektor hotel bintang yaitu sebesar 1.32705. Nilai tersebut menunjukkan keterkaitan langsung ke depan dari sektor tersebut terhadap sektor-sektor ekonomi lainnya termasuk dengan sektor-sektor itu sendiri. Arti dari nilai keterkaitan output langsung ke depan subsektor hotel bintang adalah setiap satu satuan nilai output sektor hotel bintang dialokasikan kepada sektor lain dan kepada sektor hotel bintang itu sendiri sebesar 1.32705 satuan (Tabel 14.). Hal ini menunjukkan peran dari sektor tersebut dalam menyediakan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor-sektor lain dalam proses produksi maupun digunakan untuk memenuhi permintaan akhir cukup besar.

Tabel 14. Keterkaitan Output ke Depan dan ke Belakang SubSektor Pariwisata di Provinsi Bali

Subsektor Pariwisata

Keterkitan ke Depan Keterkaitan ke Belakang Langsung Langsung dan Tidak Langsung Langsung Langsung dan Tidak Langsung

7. Restoran, Rumah makan, warung 0.44811 1.57916 0.48885 1.74468

8. Hotel Bintang 1.32705 2.58157 0.32472 1.49568

9. Hotel Non Bintang 0.01800 1.02649 0.36544 1.54171

10. Angkutan Umum darat dan angkutan darat

lainnya 0.17177 1.29234 0.31332 1.40345

11. Angkutan carter darat 0.00281 1.00519 0.27201 1.35667 12. Angkutan laut antar pulau/negara 0.03542 1.04905 0.19081 1.25180

13. Angkutan Wisata 0.00929 1.01467 0.20621 1.28889

14. Angkutan Penyebrangan 0.00839 1.01354 0.08013 1.10857

15. Angkutan Udara 0.24184 1.37625 0.30174 1.47436

16. Travel Biro 0.06844 1.09038 0.55252 1.83722

17. Jasa Penunjang Angkutan Lainnya 0.35138 1.42481 0.15425 1.22638 18. Komunikasi, pos, dan Giro 0.49725 1.66637 0.25308 1.35840

20. Money Changer 0.13411 1.17607 0.32819 1.49821

26. Atraksi Budaya 0.00039 1.00051 0.21795 1.34411

27. Jasa Hiburan Lainnya 0.03574 1.04259 0.19061 1.25725

28. Jasa Perorangan, rumahtangga lainnya

termasuk pramuwisata 0.75957 2.00469 0.16245 1.23535

Sumber: Tabel Input-Output Provinsi Bali Tahun 2007 (updating), Klasifikasi 28 Sektor (diolah)

Berdasarkan Tabel 13, sektor pariwisata memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan tertinggi yaitu sebesar 3.51443. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan industripengolahan. Subsektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan yang paling tinggi adalah subsektor hotel bintang yaitu sebesar 2.58157, yang berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor hotel bintang sebesar satu satuan, maka output sektor hotel bintang akan naik secara langsung dan tidak langsung sebesar 2.58157 satuan (Tabel 14.). Tingginya nilai ini menunjukkan bahwa sektor hotel bintang mempunyai peranan penting dalam memberikan ketersediaan output yang dihasilkannya untuk digunakan sebagai input oleh sektor

lainnya dan sektor itu sendiri di Provinsi Bali apabila dibandingkan dengan sektor pariwisata lainnya

5.2.2. Keterkaitan ke Belakang

Nilai keterkaitan ke belakang menunjukkan seberapa besar nilai input yang dibutuhkan oleh suatu sektor baik dari sektor lain maupun dari sektor itu sendiri jika terjadi kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan. Berdasarkan Tabel 13, nilai keterkaitan langsung dan langsung dan tidak langsung ke belakang terbesar adalah sektor jasa sosial kemasyarakatan. Nilai keterkaitan langsung ke belakang sektor pariwisata adalah sebesar 0.34019 dan nilai keterkaitan langsung dan tidak langsungnya sebesar 1.52315. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sebesar satu satuan pada sektor pariwisata, maka sektor pariwisata akan membutuhkan input sebesar 0.34019 secara langsung dan sebesar 1.52315 secara langsung dan tidak langsung dari sektor lain yang menyediakan input termasuk dari sektor itu sendiri.

Dilihat dari Tabel 14, subsektor pariwisata yang mempunyai nilai keterkaitan langsung ke belakang tertinngi adalah subsektor travel biro yaitu sebesar 0.55252. Nilai tersebut menunjukkan bahwa jika terjadi peningkatan pada permintaan akhir pada subsektor travel biro sebesar satu satuan, maka subsektor travel biro memerlukan input dari sektor lain dan dari sektor itu sendiri secara langsung sebesar 0.55252 satuan. Hal ini menunjukkan bahwa subsektor ini paling mampu menarik industri hulunya sebesar 0.55252 satuan tiap kenaikan permintaan akhir satu satuan.

Sektor pariwisata yang memiliki nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang tertinggi adalah dari sektor travel biro sebesar 1.83722. Arti dari nilai tersebut adalah apabila terjadi peningkatan permintaan akhir pada sektor travel biro sebesar satu satuan, maka sektor travel biro akan membutuhkan input dari sektor-sektor lainnya termasuk sektor travel biro secara langsung dan tidak langsung sebesar 1.83722. Nilai keterkaitan ke belakang sektor travel biro lebih tinggi apabila dibandingkan dengan nilai keterkaitan ke depannya, artinya sektor travel biro lebih banyak berperan sebagai sektor yang membutuhkan input dari sektor lain daripada outputnya yang dibutuhkan oleh sektor lainnya. Hal ini menunjukkan sektor travel biro cenderung digunakan sebagai permintaan akhir atau outputnya langsung dikonsumsi oleh para pelaku ekonomi.

Dokumen terkait