Komponen Sistem
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Karakteristik Informan
4.3.1 Perancangan Aplikasi SIPUS
Aplikasi SIPUS merupakan suatu sistem informasi manajemen yang digunakan dalam mengelola informasi perpustakaan yang terintegrasi mulai dari sub modul pengadaan, pengatalogan, pengawasan sirkulasi, OPAC, sampai dengan pengelolaan laporan (report).
a. Tahapan-Tahapan dalam Mengautomasi Perpustakaan
Dalam mengautomasi Perpustakaan tentunya dilakukan melalui tahapan- tahapan tertentu. Adapun tahapan yang dilalui adalah:
46
• Perencanaan
Pada tahap perencanaan ini, tenaga ahli pengembang SIPUS melakukan wawancara langsung dengan user (pustakawan) dalam mengidentifikasi kebutuhan untuk mengetahui apa-apa saja yang dibutuhkan oleh perpustakaan guna penggambaran desain sistem yang dibutuhkan, hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan informan I1 berikut:
“Tahapan pertamanya kita melakukan upaya untuk mengetahui permintaan pengguna system...”.
“...Seperti apa keinginan dan kebutuhan mereka untuk mengautomasikan Perpustakaan Umum Kota Medan...”.
• Perancangan
Pada tahap ini dilakukan penarikan kesimpulan atas sistem yang cocok dan sejalan dengan visi dan misi dari Perpustakaan PEMKO Medan untuk diaplikasikan di perpustakaan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan tersebut. Hal ini sesuai dengan yang utarakan oleh I1 berikut:
“...saya membuat rancangan dan desain suatu software...”.
“Setelah dirancang, saya mengkonfirmasi kembali kepada pegawai Perpustakaan dan menanyakan apakah rancangan yang saya buat sudah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan mereka atau belum...”
• Implementasi
Tahap terakhir apabila telah sesuai dengan keinginan user adalah implementasi. Pada tahap ini setelah aplikasi dibuat dilakukan penginstalan ke komputer masing-masing divisi di setiap kegiatan perpustakaan dan pada tahap ini perpustakaan telah siap untuk diautomasi. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan informan I1 berikut:
47
“...Setelah aplikasi SIPUS dibuat, saya menginstall aplikasi tersebut ke komputer masing-masing divisi di setiap kegiatan Perpustakaan...”
Pada tahap ini juga dilakukan ujicoba terhadap aplikasi SIPUS yang telah dibuat untuk mengetahui kekurangan-kekurangannya agar mempermudah dalam memperbaiki aplikasi SIPUS. Sesuai dengan yang diutarakan oleh tenaga ahli pembuat aplilasi SIPUS berikut:
“...Uji coba dilakukan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan pada aplikasi SIPUS. Jika ada kekurangan, saya akan memperbaiki aplikasi SIPUS tersebut.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengautomasi sistem Perpustakaan Umum Kota Medan adalah:
- Mengetahui permintaan dan kebutuhan pengguna sistem (petugas perpustakaan).
- Menentukan/merancang software seperti apa yang akan dibuat untuk sistem automasi perpustakaan.
- Mengkonfirmasikan kembali rancangan software kepada pengguna sistem apakah sudah sesuai dengan kebutuhannya.
- Jika sudah sesuai, barulah aplikasi (SIPUS) dibuat.
- Setelah aplikasi (SIPUS) selesai, langsung di instal ke masing-masing bagian divisi untuk di uji coba.
- Jika terdapat kekurangan, barulah aplikasi (SIPUS) diperbaharui. b. Bahasa Pemrograman Aplikasi SIPUS
Untuk mengetahui bahasa pemrograman apa yang digunakan pada aplikasi SIPUS dapat dilihat pada kutipan wawancara berikut:
“untuk bahasa pemrograman yang digunakan pada aplikasi ini adalah Delphi.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Kota Medan menggunakan bahasa pemrograman Delphi
48 pada aplikasi SIPUSnya. Penggunaan bahasa pemrograman delphi ini memiliki tujuan, seperti yang disebutkan informan I1 dalam kutipan wawancaranya berikut:
“Karena untuk mempertimbangkan sisi keamanan database SIPUS. Hal ini di lakukan agar database SIPUS tidak bisa diakses oleh sembarangan orang. Delphi dipakai untuk menghindari pengguna Perpustakaan bisa masuk ke dalam database SIPUS yang mengakibatkan pengguna dapat merubah-merubah data yang ada dalam SIPUS.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas dapat disimpulkan bahwa Perpustakaan Umum Kota Medan menggunakan bahasa pemrograman Delphi pada aplikasi SIPUS bertujuan untuk keamanan database SIPUS agar tidak bisa diakses oleh sembarangan orang. Aplikasi SIPUS ini digunakan sudah cukup lama, seperti yang disebutkan informan I1 berikut:
“Aplikasi SIPUS ini sudah berjalan selama 2 tahun.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat disebutkan bahwa aplikasi SIPUS pada Perpustakaan Umum Kota Medan sudah berjalan selama lebih kurang 2 tahun. Dalam kurun waktu 2 tahun tersebut aplikasi SIPUS ini sudah pernah dilakukan perbaikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan I1 berikut:
“Pernah. Perbaikan SIPUS dilakukan sesuai dengan permintaan
pengguna sistem yaitu Pegawai Perpustakaan Umum Kota Medan agar proses kerjanya menjadi cepat waktu dan efisien. Perbaikan pernah dilakukan pada fitur pengatalogan yaitu pada field penerbit. Field tersebut susunannya masih secara acak.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa perbaikan yang dilakukan pada aplikasi SIPUS di Perpustakaan Umum Kota Medan bertujuan agar proses kerja petugas menjadi lebih cepat dan efisien. Perbaikan yang dilakukan yaitu pada fitur pengatalogan pada field penerbit, dimana menurut informan di atas field tersebut susunannya masih acak.
4.3.2 Pengadaan
Salah satu fitur dari aplikasi Sistem Informasi Manajemen Perpustakaan Umum Kota Medan adalah fitur pangadaan. Fitur pengadaan merupakan suatu
49 fitur yang meliputi kegiatan memperolehan bahan pustaka, baik dengan cara pembelian, pertukaran, maupun hadiah.
a. Fitur Sistem Pengadaan
Untuk mengetahui apakah fitur sistem pengadaan berfungsi dengan baik. Peneliti melakukan wawancara dengan informan pertama yaitu. Adapun kutipan wawancaranya sebagai berikut:
“sudah Fahma, sistem pengadaan sudah berjalan dengan baik.”
Dari pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa fitur sistem pengadaan pada Perpustakaan Umum Kota Medan sudah berjalan dengan baik. Sistem pengadaan berjalan sesuai dengan proses yang ada. Adapun proses yang dilakukan dalam pengadaan bahan pustaka seperti yang disebutkan informan I2 berikut:
“Prosesnya pertama-tama yaitu sebelum daftar usulan buku dibuat, beberapa penerbit memberikan daftar katalog buku dan daftar harga buku kepada Perpustakaan Umum Kota Medan. Kemudian Perpustakaan menyeleksi katalog buku yang diberikan penerbit sesuai dengan kebutuhan pengguna dan yang paling diminati pengguna. Setelah menyeleksi, Perpustakaan membuat daftar buku yang akan dibeli sesuai dengan kebutuhan pengguna. Setelah itu, daftar buku tersebut diberikan atau diumumkan kepada CV. Jika semua CV sudah memiliki daftar buku yang diajukan Perpustakaan Umum Kota Medan maka Perpustakaan membuat surat penetapan.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat dijelaskan bahwa proses yang dilakukan dalam sistem pengadaan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan adalah pemilihan bahan pustaka yang sesuai dengan kebutuhan pengguna, setelah itu barulah dibuat daftar kebutuhan bahan pustaka yang akan dibeli. Selanjutnya daftar kebutuhan diberikan kepada CV, terakhir dari daftar kebutuhan yang dimiliki CV dibuat surat penetapan. Berdasarkan penjelasan tersebut peneliti melihat bahwa bahan pustaka yang ada di Perpustakaan Umum
50 Kota Medan berasal dari pembelian. Hal ini sesuai dengan pernyataan Informan berikut :
“bahan pustakanya lebih banyak pembelian.”
b. Hambatan atau Kendala Sistem Pengadaan
Untuk mengetahui apakah fitur sistem pengadaan ini memiliki hambatan atau kendala dalam menjalankan prosesnya, dapat kita lihat kutipan wawancara berikut:
“Tidak ada, karena pengadaan untuk daftar buku sistem yang digunakan bukan aplikasi SIPUS, tetapi sistem dari PEMKO Medan, yaitu sistem LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).”
Berdasarkan pernyataan informan dalam kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pada Perpustakaan Umum Kota Medan tidak terdapat kendala atau hambatan dalam menjalankan aplikasi SIPUS pada sistem pengadaan, karena sistem pengadaan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan tidak menggunakan aplikasi SIPUS akan tetapi Perpustakaan Umum Kota Medan menggunakan Aplikasi LPSE yang diperoleh dari PEMKO Medan.
Dengan tidak adanya kendala atau hambatan dalam memjalankan sistem Aplikasi SIPUS di Perpustakaan Umum Kota Medan. Begitu juga dengan kekurangan dari aplikasi SIPUS ini tidak memiliki kekurangan dengan alasan yang sama yaitu Perpustakaan Umum Kota Medan tidak menggunakan aplikasi SIPUS melainkan LPSE. Hal ini sesuai dengan kutipan wawancara dengan informan I2 berikut:
“Kekurangannya tidak ada. Karena untuk daftar pengadaan buku sistem yang digunakan bukan aplikasi SIPUS tetapi sistem LPSE (Layanan Pengadaan Secara Elektronik).”
51 c. Solusi Pengembangan Sistem Pengadaan
Jika tidak ada kekurangan dan kendala atau hambaran dalam menjalankan sistem aplikasi, tentunya tidak dibutuhkannya solusi dalam permasalahan tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut:
“tidak ada solusi Fahma. Karena sistem pengadaan sudah berjalan dengan baik.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian pengadaan bahan pustaka Perpustakaan Umum Kota Medan belum membutuhkan solusi dalam menjalankan aplikasi sistem pengadaan, karena sejauh ini sistem pengadaan masih berjalan dengan baik.
52 Gambar 4.2 Form Daftar Pengadaan Buku
4.3.3 Pengatalogan
Fitur berikutnya adalah sistem pengatalogan. Sistem pengatalogan ini meliputi kegiatan membuat cantuman (record) bibliografi bahan pustaka untuk pembuatan katalog yang digunakan sebagai sarana temu balik bahan pustaka. a. Fitur Sistem Pengatalogan
Untuk mengetahui apakah fitur sistem pengatalogan berjalan dengan baik, dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:
“Sudah Fahma. Sistem pengatalogan sudah berjalan dengan baik.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem pengatalogan pada Perpustakaan Umum Kota Medan sudah berjalan dengan baik. Hal ini didukung juga oleh pernyataan informan I3 yang menjelaskan tentang proses pengolahan bahan bustaka berikut:
“Langkah-langkahnya, yaitu buku yang akan diolah sudah ada di
Perpustakaan. Kemudian buku tersebut diperiksa oleh pemeriksa barang. Setelah buku sesuai, buku diserahkan kepada penyimpan barang. Selanjutnya buku diberikan nomor register oleh penyimpan
53
barang. Kemudian diberikan nomor inventaris oleh bagian koleksi. Lalu, buku tersebut diberikan nomor kelas, dikatalog, diberi label, disampul, ditempel lembar perhatian, ditempel slip pengembalian. Setelah itu, data buku di entri ke dalam sistem dan diberi nomor barcode.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat dijelaskan bahwa langkah- langkah yang dilakukan dalam pengolahan bahan pustaka di Perpustakaan Umum Kota Medan dimulai pengecekan bahan pustaka yang diterima, kemudian setelah bahan pustaka yang diterima sesuai dengan pesanan, bahan pustaka tersebut diberi nomor registrasi dan nomor inventaris. Setelah itu barulah bahan pustaka mulai diolah dengan memberikan nomor kelas, dilabel, disampul, ditempel lembar perhatian dan slip pengembalian. Setelah semua selesai barulah bahan pustaka di entri di dalam sistem dan diberi nomor barcode.
Dalam melakukan pengatalogan tentunya perpustakaan mempunyai pedoman dalam mengklasifilasi bahan pustaka. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:
“iya Fahma. Perpustakaan menggunakan pedoman dalam mengkatalog bahan pustaka.”
“Untuk sistem katalogisasi menggunakan DDC 23 (Dewey Decimal Classification) dan deskripsi bibliografinya menggunakan ACCR (Anglo American Cataloguing Rules).”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan pengolahan bahan pustaka Perpustakaan Umum Kota Medan menggunakan suatu pedoman. Adapun pedoman yang digunakan dalam pengatalogan adalah DDC 23 (Dewey Decimal Classification) dan untuk deskripsi bibliografinya menggunakan ACCR (Anglo American Cataloguing Rules).
b. Hambatan atau Kendala Sistem Pengatalogan
Untuk mengetahui apakah sistem pengatalogan ini terdapat hambatan atau kendala dalam menjalankannya, kita lihat kutipan wawancara berikut:
54
“Tidak ada kekurangan Fahma.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa pada Perpustakaan Umum Kota Medan tidak mengalami hambatan atau kendala dalam proses pengatalogan.
c. Solusi Pengembangan Sistem Pengatalogan
Jika tidak ada kekurangan dan kendala atau hambaran dalam menjalankan sistem aplikasi, tentunya tidak dibutuhkannya solusi dalam permasalahan tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari kutipan wawancara berikut:
“tidak ada solusi Fahma. Karena sistem pengatalogan sudah berjalan dengan baik.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, dapat disimpulkan bahwa bagian pengatalogan bahan pustaka Perpustakaan Umum Kota Medan belum membutuhkan solusi dalam menjalankan aplikasi sistem pengatalogan, karena sejauh ini sistem pengatalogan masih berjalan dengan baik.
55 4.3.4 Pengawasan Sirkulasi
Fitur selanjutnya adalah fitur pengawasan sirkulasi. Pengawasan sirkulasi ini meliputi kegiatan peminjaman, pengembalian bahan pustaka di Perpustakaan. a. Fitur Sistem Pengawasan Sirkulasi
Untuk mengetahui apakah fitur sistem pengawasan sirkulasi sudah berjalan dengan baik atau belum, dapat dilihat dari pernyataan informan I4 berikut:
“Ya, Sistem sirkulasi ini sudah berjalan dengan baik. Namun, terkadang saat pengguna mengembalikan buku yang dipinjam, pegawai akan mengecek terlebih dahulu pada sistem buku yang akan pengguna dikembalikan. Dari beberapa buku yang akan dikembalikan ada salah satu buku yang belum dikembalikan oleh pengguna. Pengguna mengatakan sudah mengembalikan buku tersebut pada sore hari. Setelah di cek kembali buku yang sudah dikembalikan terlebih dahulu sudah ada di rak dan datanya belum dihapus di dalam sistem oleh pegawai yang bertugas pada sore hari. Hal ini disebabkan karena adanya pergantian jam kerja dan yang menggunakan sistem sirkulasi pada sore hari bukan pegawai bagian layanan tetapi pegawai bagian lain.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, sistem pengawasan sirkulasi pada Perpustakaan Umum Kota Medan sudah berjalan dengan baik, walau terkadang masih ada terjadi kesalahan dalam proses pengembalian bahan pustaka. Dalam proses peminjaman dan pengembalian tentunya memiliki langkah-langkah tertentu. Hal ini dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:
“Langkah-langkah proses peminjaman pada sistem, yaitu pilih fitur sirkulasi, kemudian pilih fitur peminjaman. Lalu, pada identitas anggota masukkan nomor atau nama anggota kemudian lakukan pencarian. Setelah itu akan muncul identitas anggota yang akan meminjam buku. Kemudian scan barcode buku. Selanjutnya, klik tipe buku yang akan dipinjam dan klik peminjam. Maka proses peminjaman selesai dan buku
dapat diberikan kepada pengguna. Langkah-langkah proses
pengembalian pada sistem, yaitu pilih fitur sirkulasi, kemudian pilih fitur pengembalian. Lalu, pada identitas anggota masukkan nomor atau nama anggota. Setelah identitas anggota muncul klik tipe buku yang akan
dikembalikan. Selanjutnya, klik pengembalian. Maka proses
56 Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa proses pengawasan sirkulasi pada Perpustakaan Umum Kota Medan yaitu pertama-tama masukkan salah satu identitas anggota pada fitur peminjaman atau pengembalian, sehingga akan muncul tampilan identitas lengkap anggota, kemudian scan barcode bahan pustaka yang akan dipinjam atau dikembalikan lalu klik tipe buku dan klik jenis peminjaman atau pengembalian. Maka proses sirkulasi selesai.
b. Hambatan atau Kendala Sistem Pengawasan Sirkulasi
Untuk mengetahui apakah sistem sirkulasi pada aplikasi SIPUS mengalami hambatan atau kendala, dapat dilihat dari hasil kutipan wawancara dengan informan I4 berikut:
“Tidak ada Fahma. Namun, kendala itu terjadi pada pegawai yang bukan bagian layanan. Hal ini disebabkan karena adanya pergantian jam kerja dan yang menggunakan sistem sirkulasi pada sore hari bukan pegawai bagian layanan tetapi pegawai bagian lain.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem sirkulasi aplikasi SIPUS pada Perpustakaan Umum Kota Medan tidak mengalami kendala atau hambatan. Akan tetapi, kendala itu terjadi pada petugas di bagian sirkulasi. Dimana adanya pergantian jam tugas sehingga sering terjadi kesalahan dalam data pengembalian. Untuk kekurangan dari aplikasi SIPUS tersebut dalam proses sirkulasi tersebut, dapat dilihat dari pernyataan informan I4 berikut:
“Ada. Yaitu dibagian koleksi referensi. Setahu saya koleksi referensi hanya bisa dibaca di Perpustakaan tetapi di Perpustakaan Umum Kota Medan dapat dipinjamkan. Hal ini dikarenakan sistem tidak ada pemberitahuan penolakan bahwa koleksi referensi tersebut tidak dapat dipinjamkan.”
Berdasarkan pernyataan informan di atas, disimpulkan bahwa sistem pengawasan sirkulasi Perpustakaan umum Kota Medan memiliki kekurangan yaitu pada sistem tidak ada pemberitahuan penolakan bahwa koleksi referensi tidak dapat dipinjamkan. Untuk kekurangan sistem sirkulasi lainnya biasanya biasanya terjadi apabila tidak adanya arus listrik atau mati lampu karena otomatis sistem tidak dapat berjalan. Hal ini sesuai dengan pernyataan informan I4 berikut:
57
“Menurut saya kekurangan lainnya pada saat mati lampu sistem tidak dapat
digunakan.”
c. Solusi Pengembangan Sistem Pengawasan Sirkulasi
Dengan adanya permasalahan pada petugas sirkulasi yang bertugas, maka perlunya solusi untuk menyelesaikannya. Penyelesaian yang diharapkan disampaikan informan I4 dalam hasil wawancara berikut:
“Menurut saya pengembangan sistem sirkulasinya sudah bagus. Tetapi yang perlu di evaluasi adalah pegawai yang memakai sistem sirkulasi pada sore hari yaitu pegawai yang bukan bagian layanan melainkan pegawai bagian lain. Perlu dilakukannya evaluasi agar tidak terjadi kesalahan pada saat pengembalian buku yang datanya tidak dihapus di dalam sistem. Karena apabila terjadi kesalahan maka pegawai bagian layanan sirkulasi yang akan bertanggung jawab.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, bagian pengawasan sirkulasi berharap evaluasi terhadap petugas yang menggunakan sistem sirkulasi, agar tidak lagi terjadi kesalahan pada proses pengembalian. Diharapkan petugas yang bertugas dibagian sirkulasi berasal dari bagian sirkulasi itu sendiri.
Selain solusi pada permasalahan di atas, seperti yang disebutkan sebelumnya, bahwa sistem sirkulasi pada aplikasi SIPUS juga memiliki kekurangan. Dengan adanya kekurangan tentunya harus ada solusi untuk mengatasi kekurangan tersebut. Hal ini terlihat pada kutipan wawancara berikut:
“Menurut saya, solusinya dibagian koleksi referensi seperti yang saya jelaskan tadi. Sebaiknya sistem ada pemberitahuan kalau koleksi referensi tidak dapat dipinjam oleh pengguna.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat dilihat bahwa Perpustakaan Umum Kota Medan mengharapkan solusi terhadap kekurangan aplikai SIPUS pada sistem sirkulasi dengan adanya pemberitahuan pada sistem tentang koleksi referensi yang tidak boleh dipinjamkan.
58 Gambar 4.4 Form Peminjaman dan Pengembalian
59 4.3.5 Keanggotaan
Fitur keanggotaan ini digunakan oleh pustakawan dalam mengelola data- data keanggotaan perpustakaan yang meliputi aktifasi anggota baru, registrasi dan bebas pinjam. Untuk mengetahui hasil penelitian tentang fitur keanggotaan ini dapat dilihat dari hal-hal berikut:
a. Fitur Sistem Keanggotaan
Untuk mengetahui apakah sistem kenggotaan pada aplikasi SIPUS sudah berjalan dengan baik atau belum, dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan informan I5 berikut:
“sudah Fahma, sistem keanggotaan sudah berjalan dengan baik.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem kenggotaan pada Perpustakaan Umum Kota Medan sudah berjalan dengan baik. Sistem yang berjalan dengan baik dapat dilihat dari proses yang dilalui, seperti yang disebutkan dalam kutipan wawancara berikut:
“Proses untuk menambah anggota di dalam sistem, yaitu pertama pilih fitur Anggota. Kemudian pilih “tambah” anggota. Lalu, isi form anggota, yaitu nomor anggota (sudah ada secara otomatis di dalam sistem), nama anggota, nomor identitas (KTP, KTM, Kartu Pelajar), nama kategori ( Pelajar, dosen, pegawai, guru, pensiunan, konsultan, Pegawai Negeri Sipil, mahasiswa D3/S1, mahasiswa S2/S3, karyawan swasta, staf IT, BUMN, wiraswasta, dan lain-lain), nomor telepon, e- mail, tanggal daftar dan tanggal expire (masa berlaku kartu sudah habis). Setelah itu, pilih capture gambar untuk memfoto anggota baru untuk dijadikan foto pada kartu anggota. Kemudian simpan dan pilih cetak kartu.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa proses yang dilakukan dalam penambahan anggota baru pada perpustakaan Umum Kota Medan dimulai dengan membuka fitur keanggotaan pada aplikasi, kemudian pilih “tambah” anggota. Sehingga muncul form data-data anggota yang dibutuhkan. Petugas perpustakaan akan mengisi form tersebut sesuai dengan identitas calon anggota. Setelah form lengkap diisi kemudian simpan data dan cetak kartu anggota.
60 b. Hambatan atau Kendala Sistem Keanggotaan
Untuk mengetahui apakah pada sistem kenggotaan pada aplikasi SIPUS memiliki hambatan atau kendala dalam menjalankannya, dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan informan I5 berikut:
“Kendalanya, kadang-kadang foto tidak muncul saat akan di print sehingga dilakukan foto ulang. Kemudian data anggota baru yang sudah di entri ke dalam sistem datanya tidak muncul pada kotak pencarian.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem keanggotaan pada aplikasi SIPUS di Perpustakaan Umum Kota Medan mengalami hambatan atau kendala saat akan melakukan cetak kartu dimana terkadang hasil foto tidak keluar sehingga harus di foto ulang, dan terkadang data anggota yang sudah dientri kedalam sistem tidak muncul pada kotak pencarian.
c. Solusi Pengembangan Sistem Keanggotaan
Untuk mengetahui apa solusi yang diharapkan untuk pengembangan sistem keanggotaan pada aplikasi SIPUS, dapat dilihat dari kutipan wawancara dengan informan I5 berikut:
“Menurut saya sistem sirkulasi yang sedang berjalan saat ini sudah baik.”
Berdasarkan kutipan wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem keanggotaan pada aplikasi SIPUS di Perpustakaan Umum Kota Medan sudah berjalan dengan baik sehingga untuk saat ini belum dibutuhkan solusi tertentu untuk pengembangannya.
61 Gambar 4.6 Fitur Sistem Keanggotaan Aplikasi SIPUS
4.3.6 Pengawasan Serial
Fitur Pengawasan serial merupakan fitur yang menyediakan untuk pembuatan pesanan, penerimaan dokumen, akses terhadap bahan pustaka, pengarahan, pengajuan, peminjaman, penjilidan terbitan berkala atau serial. Untuk mengetahui tentang fitur pengawasan serial dapat dilihat dari penjelasan berikut: a. Fitur Sistem Pengawasan Serial
Untuk mengetahui apakah sistem pengawasan serial pada aplikasi SIPUS sudah berjalan dengan baik dapat dilihat dari kutipan wawancara berikut:
“Belum bisa dipastikan Fahma. Fitur untuk pengawasan serial sudah ada di dalam sistem, namun belum digunakan. Pengerjaan untuk mengentri data majalah dan jurnal masih dilakukan secara manual. Karena Perpustakaan Umum Kota Medan masih fokus untuk mengentri data buku ke dalam sistem. Hal ini dikarenakan masih banyak buku yang datanya belum dientri ke dalam sistem dan mayoritas pengguna lebih