• Tidak ada hasil yang ditemukan

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.3 Perancangan dan Pengembangan Produk

Dalam sebuah industri, umumnya perusahaan banyak menghadapi persaingan ataupun ancaman dari para kompetitornya. Michael Porter (1980) menyebutkan bahwa perusahaan dapat melakukan beberapa analisis untuk mengetahui seberapa besar kekuatan para kompetitornya dalam industri yang sama dan mengidentifikasikan lima komponen yang dapat menentukan daya pikat sebuah jenis industri atau segmen pasar apakah masih menarik atau tidak untuk dimasuki beserta ancamannya dari masing-masing komponen tersebut. Ancaman- ancaman tersebut datang dari:

1. Persaingan antar pelaku industri /Threat of Intense Segment Rivalry 2. Ancaman Pendatang Baru /Threat of New Entrants

4. Posisi tawar pelanggan /Bargaining Position of Customer 5. Posisi tawar Pemasok /Bargaining Positions of Supplier

Mengembangkan atau menambahkan fitur dari produk yang sudah ada dapat digolongkan sebagai pengembangan produk baru. Teknologi memiliki andil besar dalam pengembangan produk baru, namun apabila dalam pengembangannya akan menimbulkan kerugian jika produk yang dibuat hanya untuk maksud memamerkan teknologi saja. Hal ini mengindikasikan bahwa terlepas dari tingginya teknologi yang akan dihadirkan pada umumnya, kualitaslah yang akan menentukan tingginya penawaran produk tersebut oleh pasar maupun konsumen. Menurut Akao (1995) menyebutkan bahwa pemikiran dan pemahaman dari konsumen memegang peran sebagai kunci keberhasilan/tidaknya pengembangan produk baru.

Suyanto (2008) menyebutkan bahwa perusahaan atau organisasi saat ini sudah semakin meningkat kesadarannya atas betapa pentingnya dan bermanfaatnya pengembangan produk atau jasa baru. Produk yang saat ini beredar di pasar menghadapi akhir tahap daur hidup produknya dan memang harus diganti dengan produk yang lebih baru. Namun produk baru pun bisa gagal total. Selain menghadapi keberhasilan, pembaruan produkpun ditantang oleh resiko yang tidak kalah besar. Kunci keberhasilan suatu pembaharuan terletak pada pengelolaan organisatoris yang lebih efektif dalam menangani gagasan produk baru, menyelenggarakan penelitian mendalam dan prosedur pengambilan keputusan pada setiap tahap proses pengembangan produk baru.

Proses pengembangan produk baru menurut Budiastuti (2003) adalah suatu aktifitas menentukan peluang pemasaran untuk menemukan ide pengembangan produk baru, mengembangkan konsep, memproduksi produk, dan mendistribusikannya kepada konsumen. Sebagian orang beranggapan bahwa memasarkan produk baru adalah sesuatu hal yang mudah karena produk tersebut belum ditawarkan pemasar yang lain dan karena adanya pemahaman jika produknya baru maka produk tersebut mempunyai sesuatu yang baru dan unik yang dapat dijadikan modal untuk menarik minat konsumennya. Akan tetapi, tidak demikian bagi sebagian yang lain, memasarkan produk baru tak ubahnya melakukan suatu perjalanan panjang yang membutuhkan persiapan energi dan

strategi untuk melaluinya. Jika beruntung, jalan yang mulus, datar dengan pemandangan yang indah akan mereka temui. Tak jarang mereka harus menghadapi jalanan yang berbatu, terjal, dan berliku-liku. Sebuah proses yang tak mungkin dihindari.

Pada intinya, perancangan dan pengembangan produk ini menurut Ulrich &Eppinger (2001) berisi metode-metode yang bertujuan untuk mengembangkan dan merancang produk agar dapat memenuhi kebutuhan konsumen dengan melibatkan fungsi-fungsi pemasaran, desain perancangan, dan manufaktur. Dari sudut pandang suatu perusahaan yang melihat keuntungan (laba) sebagai faktor penting, pengembangan produk dapat dikatakan berhasil atau sukses jika produk dapat diproduksi dan dijual dengan menghasilkan laba. Namun seringkali hanya dengan melihat faktor laba saja tidaklah cukup untuk dijadikan penilaian yang tepat dan langsung.

Berikut ini menurut Ulrich&Eppinger (2001) menyebutkan bahwa ada lima dimensi spesifik yang biasa digunakan untuk menilai usaha pengembangan produk, yaitu:

1. Kualitas produk

Seberapa baik produk yang dihasilkan dari usaha pengembangan produk? Apakah produk tersebut dapat memuaskan konsumen? Apakah produk tersebut kuat? Kualitas produk menjadi pengaruh yang cukup kuat dalam pasar serta menjadi faktor yang menentukan harga yang ingin dibayar konsumen utnuk produk yang dibuat.

2. Biaya produk

Biaya yang dimaksud adalah biaya yang digunakan untuk modal peralatan dan alat bantu serta biaya produksi setiap unit produk. Biaya produk ini menetukan besar laba yang dihasilkan.

3. Waktu pengembangan produk

Seberapa cepat waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pengembangan produk? Waktu pengembangan menentukan kemampuan berkompetisi, tanggapan akan perubahan teknologi, dan kecepatan untuk menerima pengembalian ekonomis dari usaha pengembangan produk.

4. Biaya pengembangan

Berapa biaya yang dikeluarkan untuk mengembangkan produk? Biaya pengembangan merupakan bagian penting yang berhubungan dengan laba. 5. Kemampuan pengembangan

Apakah pengembang memiliki kemampuan yang lebih baik untuk mengembangkan produk di masa depan dengan berbekal pengalaman sekarang ini? Kemampuan pengembangan merupakan modal yang dapat digunakan untuk mengembangkan produk dengan lebih efektif dan ekonomis di masa yang akan datang. Cara kerja yang baik pada kelima dimensi diatas akan mendorong kesuksesan ekonomi pada pengembangan produk.

Pengembangan produk merupakan kegiatan yang membutuhkan bantuan kontribusi dari semua fungsi yang ada, namun berikut ini merupakan tiga fungsi yang paling penting bagi usaha pengembangan produk, yaitu:

1. Pemasaran

Fungsi pemasaran adalah sebagai jembatan interaksi yang menghubungkan antara produsen dan konsumen. Peranan lain pemasaran antara lain adalah mengidentifikasi peluang produk, mendefinisikansegmen pasar, dan mengidentifikasi kebutuhan konsumen. Bagian pemasaran juga secara khusus menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk.

2. Perancangan (desain)

Fungsi desain perancangan (desain) memiliki peran penting untuk mendefinisikan bentuk fisik produk agar sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen.

3. Manufaktur

Fungsi manufaktur yang utama adalah bertanggung jawab untuk merancang dan mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi suatu produk. Secara luas, fungsi manufaktur mencakup pembelian, distribusi, dan instalasi (supply chain).

Proses pengembangan produk secara umum menurut Ulrich&Eppinger (1995) terdiri dari enam tahap yang terkonsep dan teratur, sebagai berikut:

1. Planning (perencanaan): Tahap perencanaan sering dianggap sebagai

zerofase karena tahap ini dilakukan paling awal mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.

2. Concept development (pengembangan konsep): Pada tahap pengembangan

konsep ini dilakukan pengidentifikasian target kebuthan pasar, pengevaluasian konsep-konsep produk alternatif, dan pemilihan satua atau lebih konsep yang akan digunakan dalam pengembangan produk lebih jauh. 3. System level design (perancangan tingkatan sistem): tahap perancangan

tingkatan sistem membahas lebih lanjut mengenai definisi arsitektur atau konstruksi produk dan menguraikan produk menjadi subsistem-subsisten serta komponen-komponen. Gambaran perakitan akhir untuk sistem produksi biasanya dijelaskan dalam tahap ini. Output yang dihasilkan pada tahap ini biasanya mencakup tata letak bentuk produk, spesifikasi produk secara fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran prose pendahuluan untuk proses perakitan akhir.

4. Detail design (perancangan detail): Tahap perancangan detail membahas mengenai spesifikasi lengkap dari bentuk , material, dan toleransi-toleransi dari seluruh komponenproduk. Output dari tahap ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk: gambar pada file komputer tentang bentuk tiap komponen dan peralatan produksinya, spesifikasi komponen-komponen yang dibeli, serta rencana proses untuk pabrikasi dan perakitan produk. 5. Testing and refinement (pengujian dan perbaikan): Tahap pengujian dan

perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi bermacam-macam versi produksi dari awal.

6. Production ramp-up (produksi awal): Pada tahap produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal ini adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin terjadi pada proses produksi sesungguhnya.

Dokumen terkait