• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 3.13. Rancangan Dome City (sumber: dokumentasi pribadi)

Keseluruhan koloni di Mars berupa Dome City, menyerupai rancangan model koloni berupa beberapa kubah yang saling tersambung milik UAE. Kubah transparan dari Dome City terbuat dari beton transparan yang terbuat dari kaca dan

68 polimer sintesis yang menurut Farrelly (2007) memiliki fleksibilitas kaena dapat dibentuk dan dituang dalam cetakan, juga merupakan bahan tembus pandang sehingga cahaya dapat masuk melalui material tersebut. Di atas material itu akan diaplikasikan pula lapisan es Mars, yang menurut Kurzgesagt (2019) dapat menghindari radiasi berlebihan yang terdpat di permukaan Mars. Kubah ini akan dibangun sesuai proyek The Mars Ice House, menggunakan teknik 3D printing untuk membuat struktur bangunan menggunakan es yang dipadatkan dari Mars menurut Lorek (2019).

Material yang digunakan untuk pembangunan gedung di Mars adalah beton yang didapatkan dengan cara memadatkan tanah Mars. Karena adanya kandungan besi oksida yang dapat mengikat tanah dengan kuat, material ini akan tahan dalam kondisi iklim di Mars menurut Yu Qiao dan peneliti lain di NASA.

Beton transparan yang terbuat dari kaca dan polimer sintetis dan dicampur juga dengan es dari Mars digunakan untuk pembuatan kaca, karena memiliki fleksibilitas dan dapat dibentuk dan dituang dalam cetakan juga untuk mengurangi radiasi yang mengenai permukaan Mars.

Seperti yang diprediksikan oleh para ilmuwan di Autonomous Space Agency Network, dalam waktu satu abad Mars dapat dihuni oleh manusia dengan atmosfer sintetis yang dibuat dengan cara memindahkan gas yang dibutuhkan dari Bumi. Selain itu, sumber daya alam juga diimpor dari Bumi dengan kerjasama industri dan organisasi bahan bakar yang menuntut diadakannya pajak untuk pemakaian teknologi tersebut. Para eksekutif dan manajerial industri dan organisasi menjadi penduduk pertama yang diberangkatkan ke Mars. Sebagai

69 percobaan dengan pembangunan dan proses yang cepat, proses ini hanya akan dilakukan di dalam Dome City seluas 500 hektar, sekitar ukuran Summarecon Serpong terlebih dahulu. Cerita memiliki latar waktu 3 abad setelah berhasilnya proyek ini, sehingga 3 generasi manusia sudah pernah tinggal dalam koloni tersebut. Jumlah penduduk dalam Dome City adalah 15000 orang, sesuai kepadatan populasi ideal menurut Journal of Global Economics yaitu 30 orang per hektar. Jumlah penduduk tidak kurang dari demikian, karena kepadatan rendah dapat mengakibatkan extinction vortex karena menurunnya kesuburan.

Energi yang digunakan di Mars adalah energi nuklir karena tenaga surya yang mencapai Mars hanya 40% dari yang mencapai Bumi dan terhalang lagi oleh banyaknya badai pasir yang melanda Mars (NASA, 2018). Makanan di Mars dapat diperoleh melalui penggunaan alat aquaponic, yang memungkinkan pertanian sekaligus ternak ikan.

70 3.5.2. Perancangan Visual Le Martion

Gambar 3.14. Rancangan perumahan Le Martion (sumber: dokumentasi pribadi)

Rancangan awal berupa perumahan bernama Le Martion dengan konsep last paradise. Perumahan berupa satu gedung besar dengan bentuk melengkung

dengan taman penuh dengan tumbuhan plastik sebagai hiasan, dan air mancur besar yang terhubung dengan kolam renang. Gedung dirancang sedemikian rupa untuk menyampaikan satir mengenai keinginan manusia akan kehidupan menyatu dengan alam, namun hanya pada permukaannya saja. Menara tinggi di tengah gedung hunian dibuat menyerupai bentuk pohon, yang merupakan simbolisme dari hidup baru menurut Schroeder (1992), dilengkapi penggunaan warna dominan putih, hijau, dan biru dengan makna simbolisme warna seperti yang disebutkan pada subbab sebelumnya. Rancangan sedemikian rupa dengan tujuan

71 menunjukkan citra yang disampaikan untuk menggoda rasa kekurangan yang dimiliki penduduk Bumi.

Rancangan ini kemudian ditambahkan dengan dua bangunan lain, dengan tujuan dapat memperluas topik satir yang disampaikan. Diduga pencerminan kemajuan suatu tempat terlihat dari pangan, sandang, dan papan dari tempat tersebut. Maka dari itu, dirancangya institut pendidikan dan pusat kuliner di Mars.

Gambar 3.15. Rancangan bangunan di Dome City (sumber: dokumentasi pribadi)

Perancangan warna didasarkan oleh teori simbolisme warna oleh Morton (1997), penelitian mengenai pengaruh saturasi warna oleh Weller and Livingston (1988), dan penelitian mengenai pengaruh panjang gelombang warna oleh Jacobs dan Suess (1975). Biru digunakan sebagai warna utama institut teknologi, karena biru memiliki simbolisme aman, teknologi, dingin dan sejuk, bersih, tenang. Hijau menjadi warna utama perumahan, simbolisme dari pertumbuhan, kesuburan, pembaharuan, kesegaran, harapan, muda, kesehatan. Ungu dipakai sebagai warna utama pusat kuliner, simbolisme dari aristokrat, kerajaan, angkuh, sombong.

72 Bentuk environment didasarkan oleh teori mengenai bentuk dan Bahasa visual oleh Leborg (1996), mayoritas terdiri dari lingkaran, elips, dan segitiga.

Karena tidak memiliki sudut atau akhir, lingkaran merepresentasikan keutuhan, ketidakterbatasan, kesatuan, dan keharmonisan. Semua hal ini membuat lingkaran terasosiasikan dengan komunitas, integritas, dan kesempurnaan. Poligon dan segitiga yang digunakan dalam desain Mars menunjuk ke atas, dan berdiri di salah satu sisinya, sehingga memberi kesan dinamis dan stabil. Segitiga juga dipakai untuk menunjukkan arah, sehingga sering dikaitkan dengan kemajuan dan mencapai tujuan. Segitiga juga melambangkan pencerahan, ilmu, hukum, spiritualitas, dan maskulinitas.

Perancangan bentuk Environment didasarkan oleh teori semiotika tanda menurut Bradley (2016). Institut pendidikan dirancang terlihat seperti mata atau tangan yang memegang apel, yang menyimbolkan pengetahuan menurut Clark (2002). Bentuk gedung pusat kuliner menyerupai kipas, simbolisme dari kemewahan dan kekayaan menurut Bedford (2009). Namun, rancangan ini tidak memenuhi teori arsitektur, sehingga tidak logis.

Rancangan ini kemudian menyebabkan pesan yang disampaikan menjadi terlalu menyebar dan tidak terfokus, sehingga dipersempit menjadi hanya satu pusat pembelanjaan di Mars dengan penggunaan teori menurut Silai dan Vitkova (2009) yang menyebutkan bahwa aktivitas manusia memerlukan tempat jelas dan berkualitas, manusia membuat tempat sekalian kualitas tempat itu juga yang mempengaruhi karakter manusia. Di samping itu, Jackson & Holbrook (1995) melakukan penelitian mengenai kegiatan konsumsi manusia di pusat

73 pembelanjaan yang mencerminkan sifat dan kondisi dari masyarakat tersebut. Hal ini dilakukan selain untuk memfokuskan pembahasan, juga untuk tetap mencakup topik bervariasi, karena menurut Silai dan Vitkova (2009) tempat umum mencerminkan kebutuhan masyarakat akan fasilitas yang memiliki fungsi tertentu, dalam hal ini kelengkapan fasilitas dari suatu Mal yang dinilai benar-benar dibutuhkan sehingga mendatangkan banyak pengunjung. Pusat pembelanjaan ini diberi nama Le Martion, sebagai pengganti rancangan sebelumnya.

Gambar 3.16. Rancangan eksterior distrik perbelanjaan (sumber: dokumentasi pribadi)

Di sketsa konsep pertama bentuk pusat pembelanjaan, tempatnya merupakan Mal yang terdiri dari deretan gedung-gedung kecil yang diposisikan di kanan dan kiri satu jalan besar tempat pengunjung dapat berjalan. Gedung berbentuk dinamis dengan banyak sudut tajam namun tertutupi oleh iklan-iklan dengan tujuan memberi kesan aksi, agresi, konflik, dan kekuatan menurut Bradley

74 (2010) untuk merepresentasikan niat para pebisnis di Mars yang terselubung.

Hologram berupa iklan produk-produk yang dijual menutupi gedung yang berjejer, ditujukan menyampaikan satir mengenai budaya konsumeris manusia.

Pohon yang terdapat di sekitar gedung-gedung adalah hotspot Wi-fi, satir kebergantungan manusia akan dunia maya dan keinginan layanan serba instan.

Langit biru yang terlihat di atas juga merupakan proyeksi dari keseluruhan Dome City agar menyerupai kondisi Bumi saat masih layak huni, bukan langit asli menekankan satir mengenai obsesi manusia akan alam namun dibuat dengan sintesa. Centerpiece di jalanan besar berupa air mancur dengan patung menyerupai patung Renaissance yang memegang planet menyampaikan tema last paradise seperti pada desain awal, kali ini untuk menekankan ironi. Warna yang

digunakan sama dengan desain awal dengan makna sama.

Namun, rancangan ini terlihat berusaha menyampaikan satir dengan terlalu terang-terangan, sedangkan menurut LeBeouf (2007), salah satu sifat satir adalah implisit, yaitu tidak disampaikan secara langsung, biasanya dengan cara menampilkan suatu perilaku secara berlebihan dan memuakkan. Pesan yang ingin disampaikan melalui satir juga kurang terarah, terlalu banyak bercabang ke topik berbeda-beda. Selain itu, bentuk gedung dengan banyak sudut tajam tidak sejalan dengan teori Kurzgesagt (2019), yang mengatakan struktur tanpa sudut tajamlah yang justru dapat menahan perbedaan tekanan dari atmosfer sintetis di Mars.

Maka dari itu, dibuat rancangan berikutnya dengan tujuan menyampaikan satir dengan lebih implisit, arsitektur dengan fungsi sesuai, dan pesan satir yang lebih fokus.

75 Gambar 3.17. Rancangan mal Le Martion

(sumber: dokumentasi pribadi)

Sketsa kasar rancangan terbaru Mal Le Martion di atas mengimplementasikan bentuk yang melengkung dan melingkar, sesuai menurut Kurzgegast mengenai struktur yang tahan terhadap tekanan atmosfer di Mars.

Rancangan ini menyerupai rancangan perumahan paling awal, namun menara tinggi di tengah digantikan dengan kubah kecil yang berisi taman dengan kolam air yang berfungsi hanya untuk hiasan, sekaligus menjadi tempat proyektor langit dan pepohonan holografis yang tersebar di sekitar lingkungan Mal. Bentuk gedung yang melingkar juga terlihat lebih terbuka dan mempermudah pengunjung untuk berjalan mencapai dan menyebrang dari toko ke toko, memperkuat fungsi mudah diakses. Selain itu, secara bahasa visual menurut Leborg (1996), karena tidak memiliki sudut atau akhir, lingkaran merepresentasikan keutuhan dan dikaitkan dengan kesempurnaan. Bentuk lingkaran juga jarang ditemukan, sehingga lebih menarik perhatian. Dengan bentuk ini pula memudahkan pengunjung untuk melihat iklan-iklan yang terpapar di dinding dan jendela

76 gedung sehingga tidak tertutupi, dan satir yang disampaikan lebih terlihat dan berlebihan, sesuai sifat satir menurut LeBeouf (2007).

Dalam menyampaikan satir mengenai kapitalisme, pembahasan mengangkat simbolisme dan tanda. Ideologi berlawanan dengan kapitalisme adalah komunisme yang sering diasosiasikan dengan palu dan arit, namun menurut Kitich (2017), sampai sekarang ini tidak ada gambar tertentu yang disepakati merepresentasikan ideologi kapitalisme. Namun, ketika dibukanya forum untuk mendiskusikan hal ini, beberapa orang menghubungkan ide kapitalisme dengan gambar dolar Amerika, adapula yang mengasosiasikannya dengan figure pebisnis gemuk, dan juga ada mengajukan logo-logo merek produk yang dikenal seluruh dunia, seperti McDonalds, Coca-Cola, dan sebagainya.

Satir yang disampaikan banyak menggunakan set dan props yang terdapat di dalam lingkungan gedung Le Martion, dan difokuskan lebih ke pesan mengenai budayaan konsumeris manusia demi kegengsian yang dimanfaatkan oleh kaum kapitalis, sehingga sindiran akan dibuat seputar bagaimana palsunya kemewahan yang seringkali diumbar-umbar manusia demi citra atau status sosial tinggi.

Mengenai hal ini, selengkapnya akan dibahas lebih lanjut di subbab berikutnya.

77 3.5.3. Perancangan Arsitektur Le Martion

Gambar 3.18. Sketsa section dan plan Le Martion

(sumber: dokumentasi pribadi)

Frasa “Form follows function” oleh Sullivan, sebagaimana dikutip dalam Farrelly (2007) menekankan bahwa perancangan bentuk dari suatu gedung harus mengikuti fungsi yang dituju menyangkut aktivitas yang akan dilaksanakan dalam gedung tersebut dan bukan semata-mata mengikuti estetika ideal. Dengan penempatan toko-toko secara melingkar dengan eskalator yang terletak secara zig-zag mendekati satu sama lain, pengunjung dapat secara cepat menyebrang dari

toko ke toko, memudahkan aksesibilitas.

Penataan toko-toko yang terdapat di setiap lantai didasarkan pada tabel 3.1 mengenai survey aktivitas pengunjung mal oleh Hameli (2017) yang menunjukkan hasil bahwa toko-toko yang paling sering dikunjungi oleh konsumer dalam suatu mal adalah sebagai berikut:

1. Pakaian, sepatu

78 2. Makanan (kafe dan restoran)

3. Elektronik dan perangkat lainnya

Berdasarkan data tersebut, mal dirancang memiliki 3 lantai dengan tinggi kurang lebih sama dengan penempatan toko-toko sesuai banyaknya pengunjung seperti skema berikut:

Gambar 3.19. Skema konten per lantai Le Martion (sumber: dokumentasi pribadi)

Lantai pertama (GF) ditempati oleh toko elektronik dan perangkat berkaitan dengan tujuan menunjukkan bahwa kedua hal inilah yang dibutuhkan oleh kehidupan masyarakat di Mars, namun kalah menarik perhatian dibandingkan kedua kategori lain. Lantai kedua (1st Floor) diisi oleh kafe dan restoran yang digunakan sebagai sarana rekreasi dan sosialisasi, namun tetap meningkatkan image karena merupakan cabang restoran bergengsi. Lantai ketiga (2nd Floor) dipenuhi oleh produk-produk seperti pakaian dan aksesoris dengan harga jauh di atas normal karena mereknya, ditempatkan di paling atas dengan

GF → Elektronik dan perangkat lainnya 1st Floor → Kafe dan restoran 2nd Floor → Pakaian dan aksesoris

79 tujuan dapat lebih terlihat karena merek-merek inilah yang merupakan memikat perhatian dan diincar oleh para pengunjung.

Bagian berbentuk lingkaran di tengah gedung berupa taman yang dipenuhi rumput hijau plastik dan memiliki jalur berliku-liku bagi pengunjung untuk berjalan, dan terdiri dari tiga tingkat juga. Rancangan dibuat sedemikian rupa dengan tujuan memperlihatkan bentuk yang lebih organik, sesuai menurut Bradley (2010) bahwa bentuk organik yang biasa memiliki banyak lekukan dan tidak seimbang secara bahasa visual menimbulkan rasa menyenangkan atau menenangkan, menekankan konsep last paradise sekali lagi. Kubah kecil yang berisi kolam air untuk pajangan berada di taman ini, di tingkat tertinggi.

Estimasi luas gedung ini adalah 2,5 hektar dengan luas area yang disewakan sebesar 8000 m2 dengan menggunakan Street Gallery Pondok Indah sebagai referensi. Luas ini diestimasikan berdasarkan jumlah toko yang dapat ditempatkan di dalamnya, yaitu sekitar 36 total dengan ukuran bervariasi.

Menurut Dewanto (2014), Department General Manager PT Metropolitan Kentjana Tbk, pengembang Pondok Indah, bentuk gedung Street Gallery dibuat berbentuk elips dengan ruang kosong besar di tengah, dikelilingi koridor luas di tiga lantainya. Gedung Street Gallery didesain minimalis tanpa banyak ornament dengan dinding berlapis kaca transparan penuh dengan tujuan agar pengunjung yang datang untuk bersosialisasi di kafe dan restoran yang tersedia dapat menikmati lingkungan sekitarnya, sekaligus orang yang berada di luar dapat melihat suasana di dalam mal. Rancangan ini diaplikasikan ke perancangan gedung Le Martion dengan tujuan yang sama.

80 3.5.4. Set dan Props dalam Le Martion

1. Hologram Iklan, Pohon, dan Langit

Gambar 3.20. Visual development Le Martion (sumber: dokumentasi pribadi)

Setiap toko ditandai oleh logo atau nama yang menyerupai merek yang dikenal di dunia asli dan memiliki reputasi sebagai merek pilihan dengan harga mahal. Di shot yang tercantum di atas, contoh merek yang diambil adalah Uniqlo, Chanel, Supreme, Gucci, Zara, Vans, Nike, Adidas, Thrasher, Apple, Godiva, dan Starbucks. Dengan bentuk gedung yang melingkar, semua hologram iklan yang menutupi jendela dan dinding gedung dapat terlihat dari sudut manapun orang berjalan. Susunan dibuat seperti demikian untuk menyampaikan satir mengenai kehidupan konsumeris manusia sekarang.

Kehijauan lingkungan di Mars juga merupakan daya Tarik bagi pengunjung. Pohon yang tersusun di sekitar taman Le Martion adalah hologram, dan rumput di tanah terbuat dari plastik. Selain itu, langit biru beserta awan yang

81 berada di langit-langit adalah proyeksi dari sistem di keseluruhan Dome City.

Adanya set yang dirancang seperti demikian bertujuan menyampaikan satir secara visual mengenai keinginan manusia akan lingkungan hijau dan alam yang masih sehat, keinginan kondisi Bumi yang masih layak huni namun kurangnya usaha untuk memperbaiki Bumi sehingga para pebisnis di Mars menggunakan kesempatan ini untuk memancing pengunjung dengan penyedian solusi instan, meskipun palsu.

2. Vending Machine dan Udara Dalam Kaleng

Gambar 3.21. Rancangan vending machine kaleng udara (sumber: dokumentasi pribadi)

Di taman Le Martion, tingkat kedua terdapat bundaran tempat pengunjung dapat duduk di bangku taman dan istirahat sambil menikmati lingkungan. Di sebelah bangku taman ini tersedia vending machine yang menyediakan kaleng berisi udara dengan wangi berbeda-beda. Kaleng udara ini diiklankan sebagai udara “segar” yang dapat dinikmati pengunjung dengan empat rasa berbeda yaitu

82 Summer Sun, Spring Blossom, Autumn Rain, dan Morning Dew. Perancangan prop

ini merupakan satir mengenai fenomena asli yang terjadi di dunia. Sebuah artikel oleh Hunt (2015) di CNN mengabari tentang adanya sebuah perusahaan di Kanada yang menjual botol berisi udara dari pegunungan dengan nama Vitality Air, dan sekarang produk ini sangat laku di RRC, dengan penjualan 14$ sampai 20$ tergantung ukuran botol yang dipesan yang sekarang hampir mencapai 1000 botol. Kebutuhan masyarakat Tiongkok akan udara segar ini rupaya begitu penting karena kualitas udara di negara mereka yang buruk dan terus menurun, terlihat saat Vitality Air menjual 500 botol pertama dan habis dalam waktu hanya dua minggu.

3. Kolam dan Air Mancur

Gambar 3.22. Desain air mancur Le Martion (sumber: dokumentasi pribadi)

Kolam air dalam kubah kecil di Le Martion memiliki air mancur yang menyerupai kumpulan air terjun kecil. Penggunaan air bersih untuk pembuatan air

83 mancur ini ditujukan untuk memperlihatkan privilege kaum Mars, memiliki akses akan sesuatu yang dianggap sebagai komoditas oleh kaum Bumi namun dimanfaatkan untuk hal yang di permukaannya terkesan trivial.

Pada Sebuah jurnal oleh Gelt (1993) di Water Resources Research Center, University of Arizona, air mancur memiliki kegunaan selain estetika, contohnya

dalam periklanan. Menurutnya, visual air yang bergerak dalam suatu iklan bisa semenarik lampu neon. Selain itu, adanya air mancur di tempat ramai digunakan untuk menutupi suara berisik sekitar yang mengganggu seperti suara mesin dan kebisingan orang sekitar, maka seringkali air mancur ditempatkan di tengah tempat ramai. Terakhir adalah fungsi air mancur untuk mendinginkan suatu area.

Air mancur yang aktif memungkinkan air untuk bercampur dengan udara sehingga uap yang dihasilkan mendinginkan area tempat air mancur itu berada.

4. Shuttle Pembuangan Sampah

Gambar 3.23. Sketsa sistem pembuangan sampah Le Martion

84

(sumber: dokumentasi pribadi)

Sistem pembuangan sampah di Le Martion diperlihatkan melalui beberapa tahap. Di Le Martion terdapat tempat sampah dengan hologram tanda daur ulang di atasnya. Sampah yang didaur ulang dari Le Martion adalah produk-produk yang menurut penduduknya sudah tidak baru, atau sudah tidak musim lagi.

Tempat sampah ini kemudian menyalurkan ke pesawat luar angkasa yang memuat kargo berisi produk-produk tersebut. Di samping pesawat luar angkasa ini terdapat layar besar yang menampilkan tanda daur ulang. Pesawat luar angkasa ini kemudian berangkat ke Bumi, dan mengganti tanda daur ulang menjadi kata-kata

“New Products!”, dan menjatuhkan kargo produk bekas dari Mars ke permukaan Bumi, dimana penduduk Bumi dengan senang berebut produk-produk tersebut sebagai barang baru.

Dokumen terkait