• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Tata Letak dengan Metode Systematic Layout Planning Prosedur yang telah diuraikan merupakan langkah- langkah yang umum

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

3.9 Perancangan Tata Letak dengan Metode Systematic Layout Planning Prosedur yang telah diuraikan merupakan langkah- langkah yang umum

dijumpai dalam proses perencanaan layout fasilitas produksi, Berikut akan diperkenalkan suatu pendekatan sistematis dan terorganisir untuk perencanaan layout yang telah dibuat oleh Muther (1973) yaitu "SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP)". Langkah SLP ini banyak diaplikasikan untuk berbagai macam problem antara lain produksi, transportasi, pergudangan, supporting service, perakitan, aktivitas-aktivitas perkantoran dan lain-lain. (Wignjosoebroto,

2003:253).

Secara ringkas prosedur pelaksanaan SLP dapat digambarkan dalam diagram sebagai berikut:

Dari prosedur di atas kita melihat bahwasanya langkah awal harus dimulai dengan pengumpulan data yang dipakai untuk perencanaan layout berdasarkan kegiatan produksi baik yang sedang berlangsung atau yang diramalkan. Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka suatu analisa aliran material yang dikombinasikan dengan analisa aktivitas (activity relationship) akan bisa dipakai untuk membuat perencanaan diagram hubungan aktivitas relationship diagram).

Dengan memperhatikan kebutuhan-kebutuhan akan luasan area untuk fasilitas yang ada dan juga ketersediaan luasan areanya maka langkah selanjutnya yang bisa dibuat adalah merencanakan "Space Relationship Diagram”. Berdasarkan space relationship diagram ini dengan pertimbangan-pertimbangan modifikasi seperlunya dan batasan-batasan praktis yang harus ada maka suatu alternatif layout bisa segera dirancang dan dievaluasi seperlunya. SLP akan dimulai setelah problem diformulasikan. Lima langkah pertama mulai dari analisa flow of materials sampai dengan penyesuaian dengan luasan area yang tersedia merupakan langkah-langkah analisa terhadap problem yang telah diformulasikan. Langkah keenam sampai dengan kesembilan (pembuatan space relationship diagram - perencanaan alternatif layout) merupakan phase-phase penelitian yang diperlukan untuk proses perencanaan alternatif layout. Phase pemilihan alternatif layout yang ingin diaplikasikan dalam hal ini akan dilaksanakan dalam langkah yang kesepuluh.

Berikut satu per satu dari masing-masing phases yang perlu dibuat di dalam

perencanaan layout dengan prosedur Systematic Layout Planning (SLP):

1. Pengumpulan Data Masukan dan Aktivitas

Agar supaya plant layout analyst bisa bekerja secara efektif maka ia harus bisa mengumpulkan data informasi yang berkaitan dengan aktivitas pabrik seperti desain produk, proses dan penjadwalan (schedule) kerja.

2. Analisa Aliran Material dan Aktivitas Operasional

Analis aliran material (flow of materials analysis) akan berkaitan dengan usaha-usaha pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material diantara departemen-departemen atau aktivitas-aktivitas operasional, sedangkan analisa aktivitas operasional (activity analysis) terutama sesekali berkaitan dengan faktor-faktor yang bersifat non-quantitative (kualitatif) yang mempengaruhi lokasi di mana departemen atau aktivitas operasional tersebut akan diletakkan (aktivitas dianalisa berdasarkan derajat hubungan yang terjadi).

Berdasarkan informasi data awal yang diperoleh maka analisa layout akan dilakukan pertama kalinya dengan terlebih dahulu menganalisa aliran material, mesin melayani dan peralatan kerja serta personil yang akan proses kerja tersebut. Karena layout pada kerja dirancang untuk pengaturan kelancaran aliran pembuatan produk, dari jumlah bahan baku (material) sampai menjadi produk akhir (finished good product), maka yang paling di dalam desain plant layout adalah berkaitan dengan analisa aliran materialnya.

3. Activity Relationship Analysis

Analisa aliran material (Flow of Material Analysis) - dengan aplikasi penggambaran berbagai macam peta proses - cenderung untuk mencari

hubungan aktivitas pemindahan material dari satu fasilitas kerja ke fasilitas kerja yang lain dengan aspek kuantitatif sebagai tolak ukurnya (material handling cost). Selain faktor material handling cost (kuantitatif) ada pula faktor-faktor lain yang bersifat kualitatif yang harus menjadi pertimbangan didalam desain layout. Disini Activity Relationship Chart (ARC) atau bisa pula disebut REL Chart (singkatan dari Relationship Chart) bisa dipakai untuk analisa lay-out berdasarkan pertimbanganpertimbangan yang bersifat kualitatif.

REL atau ARC ini dikembangkan oleh Richard Muther yang menggantikan angka-angka kuantitatif seperti yang kita pakai dalam From-To Chart dengan suatu penilaian mengenai derajat keterdekatan (closeness) antara departemen satu dengan departemen lain yang cenderung bersifat kuantitatif.

4. Relationship Diagram

Apabila dalam analisa layout hubungan aktivitas (activity relationship) merupakan lebih yang pokok untuk lebih diperhatikan (yaitu ditinjau dari aspek kualitatifnya saja), maka ini kita bisa langsung membuat apa yang disebut dengan Activity Relationship Diagram (ARC dan REL Diagram). Akan tetapi bilamana aliran material ternyata lebih dominan didalam penganalisaan (aspek kuantitatif maka lebih baik bila kita membuat Flow Diagram. Akan tetapi bilamana aliran material dan hubungan aktivitas keduanya merupakan hal yang harus menjadi pertimbangan, maka kombinasi antara keduanya harus dilakukan dan disini kita harus membuat REL Diagram

5. Kebutuhan Luas Area (Space Requirement) Dan Yang Tersedia

Setelah aliran material, hubungan antara masing- masing aktivitas dan diagram

hubungan aktivitas selesai dianalisa dan dibuat, maka langkah selanjutnya dalam aktivitas SLP ini adalah mengevaluasi kebutuhan luas area untuk pengaturan segala fasilitas pabrik yang dibutuhkan. Idealnya desain tata letak fasilitas kerja dibuat terlebih dahulu dan kemudian baru didirikan bangunan pabrik di sekeliling layout yang telah dibuat tersebut. Bagaimanapun (dalam kenyataan praktis yang dijumpai) sering solusi dari dari layout yang dirancang akan terbentur dengan bentuk maupun luasan area yang tersedia. Hambatan atau batasan ini bisa berupa luas dan bentuk bangunan pabrik baru untuk menggantikan bangunan yang lama dan lain-lain. Dengan memperhatikan alasanalasan ini maka pertimbangan yang perlu dilakukan tidak saja menyangkut evaluasi kebutuhan luas area pabrik saja akan tetapi juga menyangkut luasan dan bentuk area yang mampu disediakan.

6. Perancangan Layout

Setelah analisa mengenai aliran material yang dibuat; hubungan derajat aktivitas dari tiap-tiap departemen dipertimbangkan, kebutuhan luasan area untuk masing-masing departemen serta maka alternatif layout segera bisa dibuat. Secara singkat, desain layout alternatif bisa dibuat dengan cara mengkombinasikan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan luas area yang dibutuhkan dengan REL diagram. Sesuai dengan prosedur dan langkah-langkah pendekatan Systematic Layout Planning (SLP), maka kombinasi antara kebutuhan luasan dan REL diagram ini dilaksanakan dalam bentuk Space Relationship Diagram. Dengan terlebih dahulu menganalisa luasan yang dibutuhkan dan memperhatikan REL Diagram maka kombinasi keduanya

dalam bentuk Space Relationship.

Langkah berikut adalah mendesain alternatif layout dengan memperhatikan Space Relationship Diagram dan melakukan modifikasi seperlunya berdasarkan batasan-batasan dan pertimbangan-pertimbangan khusus lainnya.

Desain layout ini secara umum dapat ditunjukkan dalam bentuk suatu Block Plan. Di sini Block Plan akan merupakan diagram blok dengan skala tertentu yang mempresentasikan bangunan dan normalnya juga menunjuk kan lokasi dari dinding-dinding penyekat yang memisahkan blok satu dengan blok lainnya, termasuk pula lokasi dari kolom tiang penyangga atas gedung. Lokasi detail dari mesin, peralatan dan fasilitas-fasilitas kerja lainnya biasanya tidak tercantum dalam block plan ini.

Berdasarkan block plan ini kemudian bisa dirancang detail layout yang sesuai.

Analisa detail layout, prosedur dan langkah-langkah yang diambil sama dengan prosedur yang dilakukan untuk mendesain layout secara menyeluruh (overall layout). Detail layout pada dasarnya adalah mengatur mesin atau fasilitas kerja yang berada dimasing-masing blok yang ada, sedangkan overall layout adalah mengatur letak blok (dalam hal ini blok akan merupakan suatu departemen) terhadap blok lain. Didalam detail layout kita akan berkepentingan dengan analisa aliran material dan hubungan di antara blok dengan blok lainnya. Di dalam mendesain layout (baik untuk overall maupun detail layout) harus diingat pertimbangan-pertimbangan kemungkinan terjadinya ekspansi di masa depan ataupun adanya perubahan-perubahan yang bisa terjadi. Satu hal yang penting layout haruslah cukup fleksibel untuk menghadapi perubahan didalam desain

produk, desain proses maupun desain penjadwalan produksi.

Overall ataupun detail layout haruslah dirancang dengan mengingat problem material handling. Pemilihan metode dan peralatan material handling merupakan aktivitas yang integral dengan rancangan layout. Layout yang secara fungsional efektif adalah layout yang didalam aplikasinya juga menyebabkan aktivitas material handlingnya bisa berlangsung secara efisien Selanjutnya untuk merepresentasikan rancangan layout yang dibuat bisa dalam bentuk Gambar atau sketsa.

Dokumen terkait