• Tidak ada hasil yang ditemukan

J. Teknik Penulisan Data

12. Perangkat Rehabilitasi

Perangkat rehabilitasi meliputi sarana dan prasarana yang menunjang pelaksanaan rehabilitasi. Dari perangkat rehabilitas disini adalah merupakan penunjang keberhasilan pelaksanaan program rehabilitasi di Rumah Perlindungan Sosial Anak. Sarana dan prasaran tersebut antara lain adalah:

a. Program rehabilitasi

Program rehabilitasi mencakup pelaksanaan prosedur rehabilitasi yang terencana, terorganisis, dan sistematis. Umumnya program rehabilitasi menjadi

90

Carolina Nitimihardjo, “Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi”, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004)., h. 165

91

bagian dari sebuah kegiatan organisasional lembaga, baik lembaga pemerintah maupun non-pemerintah.92

Program rehabilitasi yang ada di Rumah Perlindungan Sosial Anak adalah program khusus untuk klien KDRT. Program rrehabilitasi akan dilakukan dengan sesuai rencana, terorganisir, dan sistematis berdasarkan kondisi dan kebutuhan klien.

Program rehabilitasi yang ada di RPSA khusus bagi klien memang ada. Dalam rehabilitasi di RPSA sudah ada kerja sama dengan lembaga lainnya (instansi pemerintah atau dengan lembaga swasta lainnya). Diantaranya rehabilitasi medis, pendidikan dan rehabilitasi psikososial.

”Rehabilitasi disini adalah merupakan tempat wadah penampungan atau perlindungan anak yang mengalami KDRT yang dimana klien ini mengalami gejala yang terlihat maupu tidak yaitu fisik dan psikis. Dan kegiatan rehabilitasi di RPSA seperti dirumah pada umumnya ada ibu, ayah. Kakak dan adik. Akan tetapi disini suatu pendekatan bagi klien untuk kembali keberfungsian sosialnya akibat yang di alami. Setelah proses berlangsung klien ini bisa kita rujuk atau terminasi ke keluarganya. Rehabilitasi disini hanya ada psikososial, koseling oleh pekerja sosiaL, pengasuH, rehabilitasi medis oleh dokter dan psikiater dan rehabilitasi pendidikan oleh guru serta jenis kegiatan-kegiatan yang bisa mengembalikan keberfungsian sosial”.93

b. Pelayanan

Pelayanan dalam proses rehabilitasi meliputi aktivitas-aktivitas khusus yang dapat memberikan manfaat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Penyelenggaraan pelayanan kepada klien mengintergrasikan pelbagi pendekatan,

92

Carolina Nitimihardjo, “Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi”, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004)., h. 165.

93

disiplin ilmu dan tenaga-tenaga profesional untuk mencapai tujuan dari proses rehabilitasi tersebut.94

Pelayanan yang dilakuakn di RPSA dimulai datangnya klien ke RPSA baik datang sendir, rujukan LSM/Kepolisian serta masyarakat. Pelayanan yang diberikan pertama kalinya adalah pertolongan dan perlindungan yang diamana anak yang mengalami KDRT butuh perlindungan. Kemudian pelayanan selanjutnya adalah memeberikan kebutuhan dan bahan pokok yang diberikan kepada anak tersebut.

Rumah Perlindungan Sosial Anak menyelenggarakan pelayanan berupa aktifitas-aktifitas alternatif yang membantu klien dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi. Aktivitas tersebut adalah koseling, terapi dan pelatihan untuk meningkatlan daya intelektualnya.

c. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia di RPSA sangat baik dan pekerja keras serta setia dalam penanganan anak korban KDRT. Mulai dari pertolongan hingga terminasi. Sumber daya manusia disini terdiri dari perbagi ilmu ada yang berasalkan studynya bidang psikolog, kesejahteraan sosia dan SMK Kesejahtraan Sosial.

Sumber daya manusia di RPSA semuanya hampir memiliki kreatifitas kegiatan yang unik dan edukatif sehingga dengan seperti ini anak betah dan pulih.

94

Carolina Nitimihardjo, “Rehabilitasi Sosial, dalam Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial Konsepsi dan Strategi”, (Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Sosial RI, 2004)., h. 165.

Jadi, secara pengamatan peneliti bahwa selama di beberapa kegiatan yang peneliti telusuri baik dari segi program dan SDM yang ada sudah sesuai jadwal dan pelaksanaannya kepada anak.

d. Fasilitas Penunjang

Dalam proses rehabilitasi di Rumah Perlindungan Sosial Anak dari pendukung rehabilitasiny secara pengamatan peneliti sangat memuaskan walaupun kekurangan itu masih ada. Tetapi dalam kegiatan proses rehabilitasi disini selalu mendudukung baik dari fasilitas yang sangat baik begitujuga kegiatan yang terarah untuk anak.

Fasilitas yang dimiliki Rumah Perlindungan Sosial Anak berupa asrama penginapan dan segala perlengkapan, tempat olah raga, dan taman. Untuk rumah sakit RPSA bekerja sama dengan Rumah Sakit Polri Suskamto Kramat Jati Jakarta Timur sedangkan kalau sekolah dan tempat khursus bekerja sama dengan PSBR dan SDC.

”Yaa....alhamdulillah sih kak, selama tinggal disini saya dalam keadaan nyaman-nyaman saja baik dari tempat tinggal, teman-teman, kegiatanya dan ibu pengasuh yang bekerja disini.”95

B. ANALISIS REHABILITASI MENTAL DI RPSA

1. Analisis Proses Pelaksanaan Rehabilitasi Mental Korban Perlakuan Salah Pada Anak.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dengan pekerja sosial, psikolog, pendamping, dan klien maka dapat dianalisa

95

mengenai proses pelaksanaan rehabilitasi mental korban kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak yang merupakan hasil dari analisis anatara teori rehabilitasi mental korban kekerasan terhadap anak dan temuan lapangan. maka penulis akan menguraikan analisis proses pelaksanaan rehabilitasi mental anak yang mengalami kekerasan di Rumah Perlindungan Sosial Anak.

a. Pertolongan Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga 1) Identifikasi

Identifikasi pada dasarnya adalah penelahaan awal terhadap masalah mengenai masalah perlakuan kekerasan yang di alaminya oleh klien.96 Dari hasil pengamatan penelitian bahwa di Rumah Perlindungan Sosial Anak menjalankan identifikasi kepada korban. Pada pelaksanaan indentifikasi ini dilihat pada kondisi klien dan waktu dimana pada pelaksanaan ini berlangsung dan juga dilihat pada perkembangan prilakunya. Proses ini dilakukan untuk mengetahui secara detail dan rinci permasalahan yang dihadapi.

Tidak semua klien disini di identifikasi bila ada klien yang datang ke Rumah Perlindungan Sosial Anak dari rujukan LSM atau instansi kepemerintahan lainnya awal klien berada dan RPSA hanya membutuhkan data yang sudah ada dari awal sampai pendataan atau catan prilaku pada sampai saat ini atau akan dirujuk ke RPSA, identifikasi klien bila mana klien ini datang sendiri, dari kepolisisan, keluarga, dan masyarakat maka di Rumah Perlindungan Sosial akan mengidentifikasi klien tersebut dengan ada tahapan waktu dan kondisi klien yang

96

Suharto, Edi Ph.d,”Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung : 2005, Rafika Adi Tama)., h.165

tepat, jadi pada tahapan identifikasi di RPSA peneliti tidak menemukan indentifikasi secara langsung di dalam ruangan isolasi.

Identifikasi di RPSA beberapa pelayanan diantaranya identifikasi medis dalam identifikasi medis klien akan di cek kesehatan baik fisik dan spikis hal ini dilakukan di lakukan dengan Puskesmas atau Rumah sakit POLRI Kramat Jati Jakarta Timur. Dalam pemeriksaan kesehatan dan spikis bisa dilakukan rawat inap dan berobat jalan hal ini tergantung kondisi klien dan keterangan dokter serta spikiater. Dalam segi pedanaan adalah dari RPSA atau pemerintaha DEPSOS

”Identifikasi yang dilakukan di RPSA adalah memberikan pelayanan kepada pemeriksaan klien dari segi fisik dan psikis yang dialami oleh korban kekerasan serta masalah-masalah yang dialaminya. Identifikasi ini dilakukan oleh dokter, psikiater, psikolog.”97

2) Investigasi

Invertigasi adalah berupa penyelidikan kasus yang dilaporkan. Pekerja sosial dapat melakukan kunjungan ke rumah, wawancara dengan anak atau dengan orang yang diduga sebagai pelaku mengenai tuduhan yang dilaporkan.98

Dalam pengamatan di RPSA bahwa investigasi yang di alami klien kepada korban tetap ada tetapi ini bekerja sama dengan pihak kepolisisan. Rumah Perlindungan Sosial Anak melayani perlindungan sementara dan masalah investigasi pekerja sosial di RPSA dapat melakukan kunjungan ke rumah, wawancara dengan anak (klien) atau pelaku. Tetapi dilakukannya secara bertahap mencari kondisi dan waktu yang tepat.

97

Wawancara pribadi dengan Hasrifah Musa, SST. Jakarta, 2 Juni 2009. 98

Suharto, Edi Ph.d,”Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung : 2005, Rafika Adi Tama)., h.165

”Bentuk investigasi disini RPSA bekerja sama dengan pihak advokasi dan kepolisian. Dari sini hubungan mitra RPSA dalam keseriusan penanganan perlakuan salah terhadap anak.” 99

3) Intervensi

Intervensi pada dasarnya pertolongan terhadap anak dan keluarganya yang dapat berupa bantuan kongkrit (uang, barang, perumahan), bantuan penunjang (penitipan anak, pelatihan menajemen stress, perawatan medis), atau penyembuhan (koseling terapi kelompok, rehabilitasi sosial).100

Intervesi di RPSA adalah berbentuk penanganan klien agar diamana bisa menjalani suatu proses permasalahan yang dialami. Intervensi dilakukan pada waktu diidentitifikasinya korban pada setelah kejadian. bentuk intervensi yang dilakukan oleh klien tidak langsung berbentuk suatu pertanyaan atau wawancara kepada klien, dan begitu juga menulis suatu from lembaran. Tetapi bentuk intervensi disini dengan cara pendekatan personal.

Pada tahapan intervensi di RPSA dilakukan kepada psikolog, pekerja sosial dan pengasuh dari ketiga bidang ini akan melakukannya dengan cara santai seperti interaksi sosial diawali dengan perkenalan, setelah itu ada kenyamanan dan saling mengenal dintaranya. Dan disitulah baru akan terjadi komunikasi yang baik dan melontarkan suatu pertanyaan dengan tidak serius tapi kadang kala klien mendatangi kami seperti menceritakan keadaan sekarang dan meminta saran. Hamabatan dalam intervensi adalah bila ada klien yang mengalami taruma cukup kepanjangan.

99

Wawancara pribadi dengan Hasrifah Musa, SST. Jakarta, 2 Juni 2009. 100

Suharto, Edi Ph.d,”Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat”, (Bandung : 2005, Rafika Adi Tama)., h.165

”Intervensi dilakukan bukan pada dalam seharian tetapi bertahap dan melihat situasi klien tersebut..intervensi dilakukan tidak secara formal tetapi non formal, semisaknya dalam keadaan bermain dengan para pekerja sosial dan kepada bidang lainnya. Nah dari situ akan tahu sejauh mana anak ini punya masalah yang dialaminya”101

4) Terminasi

Terminasi di RPSA adalah bentuk pengakhiran dan pemulangan klien. Dalam proses klien di terminasi adalah adanya suatu perubahan pada klien dari segi keberfungsian sosial serat interaksi sosialnya begitu juga keluarga menerima kehadiran anaknya begitu juga klien siap kembali.

Hakikat dari terminasi di RPSA adalah pemutusan pelayanan secara profesional dengan korban tindak kekerasan, setelah dimana korban sudah dinyatakan pulih dari masalah-masalah yang dihadapinya. Adapun tujuan dari terminasi adalah mengakhiri pelayanan klien secara adminitratif dan teknis.

Terminasi adalah pengakhiran dan penutupan kasus yang dapat disebabkan oleh beberapa faktor: keluraga membaik, anak tidak lagi berada dalam bahaya, keluarga memburuk sehingga anak harus dilepaskan dari keluarganya dan ditempatkan dalam asuhan di luar keluarganya sendiri (foster care).102

Terminasi bisa dilakukan dari hasil evaluasi selama 1 tahun bilamana keluarganya/keluarga pengganti sudah dapat melakukan fungsi dan peranannya dengan baik. Kontrak dapat dicaput bilamana pihak keluarganya tidak dapat memenuhi kesepakatan (kontrak) yang telah dibuat.

”Terminasi disini adalah pengakhiran pelayanan, tetapi bukan berarti penghentian program pelayanan karena setelah terminasi disini adalah minotoring oleh instansi yang ada dimana anak tersebut tinggal”.103

101

Wawancara pribadi dengan Hasrifah Musa, SST. Jakarta, 2 Juni 2009. 102

Suharto, Edi Ph.d, h. 165 103

b. Tahapan Rehabilitasi Psikososial. 1) Tahapan Penelitian (study phase)

Maksud dari tahapan penelitian ini dimana klien menjalin relasi dengan ceseworker.

Pada tahapan ini peneliti menemukan bagaimana cara penyelesaian permasalahan yang di alami pada anak oleh pekerja sosial, psikolog dan pengasuh. Dari ketiga pelbagi atau bidang pekerjaan di RPSA hampir semuanya bergerak dan pedulu dalam bekerja samanya untuk memecahkan atau menolong klien yang dialaminya.

Sebelum proses ini dilakukan adalah adanya klien di RPSA. Dengan adanya klien di RPSA maka yang dilakukan adalah mencari atau indentifikasi permasalahan yang dialami. Di RPSA sangat beda dengan lembaga instansi pemerintah yang lainnya seperti lembaga hukum dan kepolisian yang dimana bila ada klien mengunjungi kedua instansi tersebut maka langsung ketawan kronologis permasalahannya yaitu langsungnnya lontaran pertanyaan dan identivikasi dilakukan.

Peneliti melihatnya bahwa di RPSA melakukan dahulu dengan penelitian kepada klien. Fungsi dan tujuan penelitian terhadap anak adalah untuk mencari sejauh mana klien tersebut mengahadapi masalahnya bisa dilihat dari prilakunya dan gerak-geriknya saat berinteraksi sebelumnya pekerja sosial dan lainnya sudah menjalin relasi dengan klien.

2) Tahapan Pengkajian (asesment phase)

Pada tahapan ini, pekerja sosial sudah mengidentifikasi permasalahan khusus yang terjadi pada klien. Sehingga pekerja sosial mendapatkan pemahaman yang menyeluruh terhadap permasalahan klien.

”Pada tahapan ini, kami banyak mengalami kendala yaitu banyaknya klien yang mengalami trauma pada tingkatannya. Dari sini kasus-perkasus akan kami kaji. Dan bagaimana tindak lanjutnya dalam penyelesaian masalah yang dialami. Dalam melakukan pengkajian tidak bisa dalam satu minggu tetapi butuh waktu yang panjang. Sampai saatnya klien merasa nyaman sama kita.”104

3) Tahapan Intervensi

Pada pelaksanaan ini program rehabilitasi, pekerja sosial sudah melakukan intervensi yang efektif sejak kontak pertama dilakukan. Pada tahapan ini pekerja sosial harus bisa mengembangkan intervensi awal melalui empati yang optimal terhadap permasalahan pada klien. Dalam empati itu sangat penting dalam mengungkapkan permasalahan dan perasaan.

4) Tahapan Terminasi

Fase ini merupakan yang dimana klien dan relasi dihentikan. Tahapan ini di RPSA bisa dilakukan bilamana klien sudah mengalami perubahan baik fisik dan spikisnya serta kembalinya keberfungsian sosialnya. Untuk terjadinya pemulangan harus ada proses dahulu yaitu yang dari kedua belah pihak antara klien dan keluarganya sudah sama-sama menerima. Bila salah satu terjadi tidak menerima maka klien akan dipertahankan dahulu atau dirujuk ke panti yang sesuai yang ada pada prilakunya.

104

5) Monitoring

Pada tahapan ini dilakukan pada saat klien sudah berada di keluarganya. Maka yang dilakukan RPSA adalah melakukan monitoring selama satu tahun. Monitoring ini bisa dilakukan dengan instansi pemerintah yang ada atau bekerja sama dengan lembaga swasta yang ada ditingkat daerah. Bentuk monitoring yang dilakukan adalah dari klien dan keluarganya. Bagaimanakah sikap dan perilaku klien pada saat itu.

”Kami RPSA akan melanjutkannya yaitu dengan monitoring klien dan keluarganya bekerja sama dengan pemda dan lsm di tempatnya klien tinggal. Monitoring dilakukan selama satu tahun.” 105

c. Pelaksanaan Rehablitasi Mental bagi KDRT pada Anak. 1) Waktu pelaksanaan

Rumah perlindungan sosial anak merupakan tempat perlindungan kusus korban KDRT pada anak yang telah mengalami trauma akibat kehilangan/keterpisahan dengan orang tua, child abuse, dan trafficing. Maka dari itu perlu ada rehabilitasi mental anak karena secara permasalahannya maka anak yuang mengalami perlakuan salah akan mengalami masalah pada baik fisik atau spikisnya..

Tujuan proses pelaksanaan rehabilitasi ini dilakukan agar klien bisa pulih kembali pada kehidupan sebelumnya.

Proses pelaksanaan rehabilitasi mental anak korban kekerasan dalam rumah tangga sebagai keterangan analisa sebelumnya.

105

2). Kegiatan Rehabilitasi

Adapun kegiatan rehabilitasi yang diberikan oleh RPSA dalam membantu korban dalam pemulihan mental anak yang dilakukan oleh tim pekerja sosial, psikologi, pengasuh, dan guru antara lain:

a. Kegiatan ketrampilan seperti : ketrampilan memasak, menyulam, dan menjahit.

b. Kegiatan yang berhubungan dengan sain : yaitu anak-anak mengikuti kegiatan-kegiatan formal seperti sekolah.

c. Kegiatan religi seperti : pendidikan shalat, Baca Qur’an (khusus beraganma Islam) untuk agama lain maka disesuaikan.

d. Kegiatan seni : belajar musik

e. Kegiatan olah raga : bermain basket, ekido, lari pagi. f. Dan kegiatan : wisata alam.

Dari kegiatan diatas merupakan bagian program yang di berikan RPSA untuk membantu dalam pemulihan dan kembalinya keberfungsian sosial di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini hanya sebagai sarana penunjang aktifitas anak di RPSA dengan tujuan membentuk kenyamanan anak (klien). Oleh karena itu RPSA mempunyai tanggung jawab untuk menjadi suatu wadah perlindungan dan sekaligus pemulihan anak-anak yang mengalami trauma.

3). Metode dan Pendekatan

Dari berbagai kegiatan yang dilakukan oleh pekerja sosial, psikolog, dan pendamping guna menghasilkan yang terbaik bagi kehidupan klien. Oleh karena itu dalam melakukan penanganan terhadap anak yang membutuhkan perlidungan

khusus dilakukan dengan menggunakan pendekatan psikososial. Pendekatan ini untuk bisa mengembalikan situasi normal kehidupan anak dengan melakukan pemulihan (recovery) yang memadukan antara pemulihan secara psikologis dan sosial termasuk didalamnya ada bimbingan koseling baik itu individu maupun kelompok.

Adapun pendekatan yang dilakukan dalam pelaksanaan rehabilitasi mental pada anak di RPSA adalah sebagai berikut:106

1. Pendekatan partisipasif.

Dimanan pendekatan ini dilakukan untuk meningkatkan peran serta semua pihak dalam upaya perlindungan bagai anak-anak yang mengalami perlakuan salah terhadap anak.

2. Pendekatan katalis.

Dimana pendekatan ini dilakukan langsung oleh pekerja sosial kepada klien untuk membantu klien menyelesaikan permaslahan yang sedang dihadapi. Pendekatan ini dilakukan dengan cara kontak langsung.

3. Pendekatan informatif.

Pendekatan ini dilakukan secara tidak langsung akan tetapi sangat membantu sekali dalam penyelesaian permasalahan yang dihadapi, jika pendekatan ini harus dilakukan secara tepat waktu dan akurat serta media yang sesuai maka akanmenghasilkan suatu yang kondusif.

106

4. Pendekatan konsulatif.

Pendekatan ini dilakukan guna mendapatkan persamaan dalam penyelesaian permasalahan.

2. Hasil Pelaksanaan Rehabilitasi Mental Anak di RPSA.

Penulis mendapatkan kenyataan dan respon positif dari klien dan pekerja sosial mengenai pelaksanaan rehabilitasi mental anak korban kekerasan. Dengan melakukan kegiatan wawancara dan observasi dari dua responden (klien). Mereka adalah klien-klien yang pernah menjalani proses rehabilitasi mental di Rumah Perlindungan Sosial Anak. Dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan penulis menunjukan adanya perubahan terhadap prilaku anak dalam menjalankan proses rehabilitasi mental.

“Ya...ada, diantaranya adanya perubahan prilaku anak, yang dimana sebelumnya anak yang mengalami kekerasan merasa ketakutan, cemas, dan minder dari lingkungan sosial. Anak yang sudah tinggal di RPSA akan dilayani seperti keluraga sendiri oleh para pekerja sosial. Perubahan pada prilaku bisa terjadi dengan berbagai macam kegiatan yang dilakukan RPSA. Dengan adanya kegiatan di RPSA maka anak akan kembali keberfungsian sosialnya, begitu juga dengan program bimbingan konseling serta fasilitas yang mendukung. Lamanya perubahan prilaku tergantung pada tingkatan trauma yang dialaminya, paling lama enam bulan sampai satu tahun untuk tercapainya perubahan ada prilaku anak.”107

Dari hasil penelitian bahwa adanya keseriusan pihak RPSA ini dalam membantu anak-anak korban kekerasan dalam rumah tangga ini sesuai dengan prosedur dan keprofesionalan dari bidangnya, dintaranya para pekerja sosial, psikolog, dan pendamping.

“Yah..dalam penanganan anak korban kekerasan di RPSA psikolog mengambil peran khusus pada saat anak itu dalam keadaan trauma dan

107

Dokumen terkait