BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.4 Perataan Laba
2.1.4.1 Pengertian Perataan Laba
Albrecht dan Richardson (1990), mendefenisikan perataan sebagai pengurangan yang disengaja terhadap fluktuasi pada beberapa level laba supaya dianggap sebagai suatu alat yang digunakan manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik secara artifisial (melalui metode akuntansi) maupun secara rill ( melalui transaksi). Belkaoui (2000) mendefenisikan income smoothing adalah sebagai suatu upaya yang disengaja dilakukan manajemen untuk mencoba mengurangi variasi abnormal dalam laba perusahaan dengan tujuan untuk mencapai suatu tingkat yang normal bagi perusahaan.
Zuhroh (1996) menyatakan bahwa perataan laba (income smoothing) adalah cara yang digunakan manajer untuk mengurangi fluktuasi laba yang
dilaporkan agar sesuai dengan target yang diinginkan baik melalui metode akuntansi maupun transaksi. Jadi dapat disimpulkan bahwa praktik perataan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh manajer konsisten untuk memaksimalkan keuntungannya.
Perataan laba dapat diakibatkan oleh dua jenis, yaitu : 1. Natural Smoothing (Perataan Alami)
Proses perataan laba secara inheren menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Perataan ini mempunyai implikasi bahwa sifat proses perataan laba itu sendiri menghasilkan suatu aliran laba yang rata. Hal ini dapat kita dapati pada perolehan penghasilan dari keperluan/pelayanan umum, dimana aliran laba yang ada akan rata dengan sendirinya tanpa ada campur tangan dari pihak lain.
2. Intentional Smoothing (Perataan yang disengaja)
Intentional smoothing berkaitan dengan situasi dimana rangkaian laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen. Intentional Smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu :
a. Real Smoothing
Pengertian real smoothing adalah usaha yang diambil oleh manajemen dalam merespon perubahan kondisi ekonomi. Dapat juga berarti suatu transaksi yang sesungguhnya untuk dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pengaruh perataan laba. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu kejadian transaksi rill untuk mencapai sasaran perataan.
b. Artificial Smoothing
Pengertian artificial smooting adalah usaha yang disengaja untuk mengurangi variabilitas aliran laba secara artificial. Perataan laba nni menerapkan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode tertentu. Dengan kata lain, artificial smoothing dicapai dengan menggunakan kebebasan memilih prosedur akuntansi yang memperbolehkan perubahan costdan revenue dari suatu periode akuntansi.
2.1.4.2 Alasan dilakukannya Praktik Perataan Laba
Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik perataan laba dalam (Syahriana, 2006) adalah sebagai berikut :
1. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijaksanaan dividen yang stabil pula sebagaimana yang diinginkan para investor.
2. Penyusunan pos pendapatan dan biaya secara bijaksana yang melalui periode beberapa metode tertentu, manajemen dapat mengurangi kewajiban perusahaan secara keseluruhan.
3. Perataan laba dapat meningkatkan hubungan antara manajer dan pekerja karena kenaikan yang tajam dalam laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.
4. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihidarkan serta ras pesimis dan optimis dapat dikurangi.
2.1.4.3 Terjadinya Perataan Laba
Menurut Barnea et.al (1975) cara-cara yang dapat digunakan untuk melakukan perataan laba adalah:
1. Melalui kejadian-kejadian dan pengakuan. Maksudnya, untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan manajemen dapat mengatur suatu tindakan atau keputusan, misalnya yang berkaitan dengan pelaksanaan penelitian dan pengembangan.
2. Melalui alokasi. Manajemen melakukan perataan dengan mengalokasikanm pendapatan atau biaya selama beberapa periode pelaporan.
3. Melalui klasifikasi. Manajemen melakukan perataan dengan mengklasifikasi laba sebagai ordinary atau extraordinary item.
Menurut Sugiarto (2003) berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba diantaranya adalah, yaitu :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi. Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri (accrual) misalnya: pengeluaran biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjalan pada bulan berakhir tiap kuarter dan laba stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pedapatan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya : jika penjualan meningkat, maka manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda.
2.1.4.4 Faktor-faktor yang mendorong Praktik Perataan Laba
Faktor-faktor pendorong perataan laba itu dapat dibedakan atas faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi dan faktor-faktor laba. Faktor-faktor konsekuensi ekonomi dari pilihan akuntansi, sehingga perubahan akuntansi mempengaruhi kondisi itu. Kondisi yang terpengaruh oleh angka-angka akuntansi itu misalnya pembayaran bonus dan harga saham.
Selain faktor-faktor konsekuensi ekonomi, faktor-faktor lain yang mendorong perataan laba adalah angka-angka laba itu sendiri. Faktor-faktor laba adalah angka-angka yang dengan sendirinya juga ikut mendorong perilaku perataan laba. Perataan laba tidak akan terjadi jika laba yang diharapkan tidak terlalu berbeda dengan laba yang sesungguhnya. Sebaliknya, semakin besar selisih laba yang diharapkan dengan laba sesungguhnya, maka manajer akan semakin terdorong untuk meratakan laba. Maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor pendorong perataan laba merupakan cerminan dari berbagai upaya manajemen untuk menghindari konflik dengan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan perusahaan.
2.1.4.5. Keuntungan Adanya Perataan Laba
Bartov (parikesit, 2003) mengungkapkan alasan manajemen diuntungkan dengan adanya praktik perataan laba, yaitu :
1. Skema kompensasi manajemen dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena itu setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung terhadap kompensasinya.
2. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat berakibat intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilalihan atau penggantian manajemen langsung. Ancaman ini mendorong manajemen membuat laporan kinerja sesuai dengan keinginan pemilik.