• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2 Perataan Laba

2.2.1 Definisi perataan laba

Definisi awal mengenai perataan laba adalah pengurangan fluktuasi laba dari tahun ketahun dengan memindahkan pendapatan dari tahun ketahun yang tinggi pendapatannya ke periode-periode yang kurang menguntungkan. Sedangkan definisi lebih modern menyatakan bahwa perataan laba adalah fenomena proses manipulasi profil waktu dari pendapatan atau laporan pendapatan untuk membuat laporan laba menjadi kurang bervariasi, sambil sekaligus tidak meningkatkan pendapatan yang dilaporkan selama periode tersebut (Belkaoui, 2006).

Bieldleman (1973) dalam Belkaoui (2007) mendefinisikan perataan laba sebagai tindakan pengurangan atau fluktuasi yang disengaja terhadap beberapa tingkatan laba yang saat ini dianggap normal oleh perusahaan. Dengan pengertian

ini, perataan mencerminkan suatu usaha dari manajemen perusahaan untuk menurunkan variasi abnormal dalam laba sejauh yang diizinkan oleh prinsip-prinsip akuntansi dan manajemen yang baik.

Barnea et al (1976) dalam Budhijono (2006) menyatakan perataan laba merupakan tindakan manajer untuk mengurangi fluktuasi dari laba yang dilaporkan dan meningkatkan kemampuan investor untuk meramalkan arus kas di masa yang akan datang. Pada intinya, praktik perataan laba ini diharapkan dapat memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham serta penilainan kinerja manajer. Menurut Koch (1981) dalam Mursalim (2003) tindakan perataan laba dapat didefinisikan sebagai suatau sarana yang digunakan manajemen untuk mengurangi variabilitas urutan, pelaporan laba relatif terhadap beberapa urut-urutan target yang terlihat karena adanya manipulasi variabel-variabel akuntansi semu (artificial smoothing) atau transaksi riil (realsmoothing).

2.2.2 Faktor-Faktor yang Memotivasi Perataan Laba

Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba menurut Sugiarto (2003) adalah:

1. Kompensasi bonus

Laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan. Karena pentingnya laporan keuangan memotivasi manejemen perusahaan untuk melakukan tindakan perataan laba untuk mendapatkan bonus yang tinggi.

2. Kontrak utang

Perusahaan yang melakukan pelanggaran terhadap perjanjian utang, terdorong untuk melakukan tindakan perataan laba satu periode sebelum perjanjian utang tersebut dibuat.

3. Pengurangan pajak

Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak yang harus dibayarkan kepada pemerintah.

4. Penawaran saham perdana

Perusahaan melakukan perataan laba untuk mendapatkan dan mempertahankan investor.

Beidleman dalam Belkaoui (2007) mempertimbangkan dua alasan menejemen meratakan laporan laba. Pendapat pertama berdasar pada asumsi bahwa suatu aliran laba yang stabil dapat mendukung deviden dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang variabel sehingga memberikan pengaruh yang menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan. Argumen kedua berkenaan pada perataan kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian fortofolio pasar

Selain itu, adanya tiga batasan yang mempengaruhi manajemen untuk melakukan perataan laba (Belkaoui, 2007). Tiga batasan tersebut adalah:

1. Mekanisme pasar yang kompetitif, yang mengurangi jumlah pilihan yang tersedia bagi manajemen.

2. Skema kompensasi dihubungkan dengan kinerja perusahaan yang disajikan dalam laba akuntansi yang dilaporkan, karena setiap fluktuasi dalam laba akan berpengaruh langsung dalam kompensasi.

3. Fluktuasi dalam kinerja manajemen dapat mengakibatkan intervensi pemilik untuk mengganti manajemen dengan cara pengambilan atau penggantian manajemen secara langsung.

2.2.3 Jenis Perataan Laba

Terdapat dua jenis arus perataan laba (Belkaoui, 2006) yaitu: 1. Natural Smoothing (Perataan Alami)

Perataan laba alami adalah perataan laba yang terjadi secara alami dari proses penghasilan laba

2. Intentional Smoothing ( Perataan yang disengaja)

Intentional Smoothing biasanya dihubungkan dengan tindakan manajemen. Dapat dikatakan bahwa intentional smoothing berkenaan dengan situasi dimana rangkaian laba yang dilaporkan dipengaruhi oleh tindakan manajemen.

Jenis perataan laba pada penelitian ini adalah Intentional Smoothing.

Intentional Smoothing ini mengindikasikan perataan laba yang terjadi pada perusahaan adalah perataan laba yang sengaja dilakukan oleh manajemen perusahaan. Intentional smoothing dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu : a. Real Smoothing

Merupakan usaha yang diambil oleh manajemen dalam merespon perubahan kondisi ekonomi. Dapat juga diartikan sebagai suatu transaksi yang sesungguhnya dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pengaruh perataan pada laba. Perataan ini menyangkut pemilihan waktu kejadian transaksi riil untuk mencapai sasaran perataan laba.

b. Artificial Smoothing

Merupakan suatu usaha yang disengaja untuk mengurangi variabilitas aliran laba secara artificial (akuntansi). Perataan laba ini menerapkan prosedur akuntansi untuk memindahkan biaya dan pendapatan dari satu periode ke periode tertentu. Dengan kata lain, artificial smoothing dicapai dengan menggunakan kebebasan memilih prosedur akuntansi yang memperbolehkan perubahan biaya dan pendapatan dari suatu periode akuntansi ke periode tertentu.

Penelitian ini lebih menekankan perataan laba yang dilakukan tergolong dalam tindakan artificial smoothing. Tindakan artificial smoothing ini dilakukan dengan memanfaatkan kebebasan dalam memilih prosedur akuntansi. Meskipun tindakan artificial smoothing ini dikakukan dengan menggunakan metode akuntansi yang berlaku umum, namun akan memberikan dampak yang merugikan. Hal ini dikarenakan tindakan artificial smoothing mengakibatkan penyimpangan data akuntansi, selain itu laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan menjadi tidak menunjukan kondisi perusahaan yang sebenarnya. Sehingga laporan keuangan tersebut dinilai menyesatkan investor dalam pengambilan keputusan terhadap perusahaan.

2.2.4 Teknik Perataan Laba

Terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam melakukan perataan laba menurut sugiarto (2003) diantaranya yaitu:

1. Perataan melalui adanya kejadian transaksi atau pengakuan transaksi.

Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi melalui kebijakan manajemen sendiri, misalnya perusahan menerapkan kebijakan diskon dan kredit sehingga menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan akhir tiap kuartal, sehingga laba kehihatan stabil pada periode tertentu.

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu.

Manajemen perusahaan memiliki wewenang untuk mengalokasikan pendapatan dan atau beban untuk periode tertentu. Misalnya, jika penjualan meningkat maka manajemen dapat membebankan amortisasi goodwill pada periode tersebut untuk menstabilkan laba.

3. Pencatatan melalui klasifikasi

Manajemen memiliki wewenang dan kebijakan untuk mengklasifikasikan komponen rugi laba dalam kategori yang berbeda. Misalnya jika suatu pendapatan non operasi sulit untuk didefinisikan maka manajemen dapat mengklasifikasikan pendapatan tersebut pada pendapatan operasi atau pendapatan non operasi. Hal tersebut dapat digunakan sewaktu-sewaktu untuk meratakan laba pada kondisi pendapatan tertentu.

Tehnik-tehnik perataan laba tersebut dapat dilakukan karena dalam Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), perusahaan diberikan berbagai pilihan

dalam mencatat berbagi peristiwa keuangan. Manajemen memiliki keleluasaan untuk mengganti satu metode ke metode yang lain. Keleluasaan untuk memakai tehnik-tehnik pencatatan dalam akuntansi dapat dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan perataan laba.

Dokumen terkait