• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4. Perataan Laba

Menurut Beidelman 1973 dalam Ghozali dan Chariri (2007) menyatakan bahwa perataan laba yang dilaporkan dapat didefinisikan sebagai usaha yang disengaja untuk memeratakan atau memflutuasikan tingkat laba sehingga pada saat sekarang dapat dipandang normal bagi suatu perusahaan. Dalam hal ini perataan laba menunjukkan suatu usaha manajemen perusahaan untuk mengurangi variasi abnormal laba dalam batas-batas yang diijinkan dalam praktik akuntansi dan prinsip manajemen yang wajar. Income smoothingmerupakan salah satu dari praktik manajemen laba yang dilakukan dengan menaikkan atau menurunkan laba, dengan tujuan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan, sehingga perusahaan tampak lebih stabil dan tidak berisiko (Scott, 2006).

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan perataan laba adalah salah satu pola dari manajemen laba yang dapat dipandang sebagai upaya yang secara sengaja dimaksudkan untuk menormalkan atau menstabilkan laba untuk mencapai tingkat yang diinginkan oleh manajemen.

Laba yang stabil akan memberikan rasa lebih percaya diri bagi pemilik perusahaan yang disertai dengan tujuan untuk meningkatkan kepuasaan pemegang saham melalui tingkat pertumbuhan dan stabilitas laba yang dilaporkan, namun masih dalam batas aturan akuntansi yang berlaku. Tindakan tersebut dikatakan disengaja karena motivasi manajemen yang menggunakannya untuk menarik minat pasar dalam berinvestasi, seperti yang dikatakan sebelumnya bahwa perhatian investor seringkali hanya terpusat pada laba perusahaan tanpa mengindahkan prosedur yang digunakan perusahaan untuk menghasilkan laba tersebut. Menurut Eckel 1981 dalam Rachmawati (2012) terdapat dua jenis perataan laba yaitu :

1. Natural Smoothing

Merupakan perataan laba yang terjadi secara natural tanpa adanya campur tangan dari pihak manapun, Alami yaitu perataan laba itu sendiri lah yang menghasilkan suatu aliran laba yang rata (contohnya perolehan penghasilan dari keperluan/pelayanan umum). Aliran laba dalam perataan ini akan menunjukkan kestabilannya secara alami setiap tahunnya sehingga tidak membutuhkan perhatian yang khusus bagi manajemen.

2. Intentially Smoothing

Merupakan perataan laba yang terjadi akibat adanya campur tangan atau intervensi dari pihak lain. Agar selalu mendapat kepercayaan dari pemegang saham, maka manajemen perlu memberikan perhatian khusus. Intentionally smoothterbagi atasartificial smoothingdanreal smoothing.

Sumber: Norm Eckel. 1981. The Income Smoothing Hypohesis Revisisted. Abacus Vol 17, No. 1.

Gambar 2.1 Tipe Perataan Laba

Menurut Dascher dan Malcolm (1970:253-254) dalam Ghozali dan Chariri (2007) membedakanincome smoothingmenjadi 2 yaitu :

1) Real smoothing : berkaitan dengan transaksi aktual yang dilakukan atau tidak dilakukan berdasarkan pada pengaruh perataan terhadap laba.

2) Artificial Smoothing : berkaitan dengan adanya prosedur akuntansi yang diterapkan untuk mengubah cost atau pendanaan dari suatu periode ke periode yang lain.

Smooth Income Stream

Naturally Smooth Intentionally being Smoothed

by Management

Real Smoothing Artificial

Sedangkan menurut Barnes et al. (1976) dalam Ghozali dan Chariri (2007) income smoothingdibedakan menjadi tiga :

1) Perataan melalui terjadinya peristiwa dan/atau pengakuan peristiwa (real

smoothing) artinya manajemen dapat mennetukan waktu terjadinya

transaksi aktual sehingga pengaruh transaksi tersebut terhadap laba yang dilaporkan cenderung rata sepanjang waktu.

2) Perataan melalui alokasi sepanjang periode (artificial smoothing) artinya menajemen memiliki media pengendalian tertentu dalam penentuan laba pada periode yang terpengaruh oleh kuantifikasi peristiwa tersebut.

3) Perataan melalui klasifikasi (classificatiry smoothing) artinya manajemen daoat dengan mudah mengklasifikasikan elemen-elemen dalam laporan laba rugi sehingga dapat mengurangi variasi laba setiap periodenya.

Motivasi Dilakukannya Perataan Laba

Beberapa alasan seorang manajer melakukan praktik perataan menurut Syahriana 2006 dalam Rahmawati (2012) ialah sebagai berikut :

1. Aliran laba yang merata dapat meningkatkan keyakinan para investor karena laba yang stabil akan mendukung kebijakan dividen yang stabil pula seperti yang dkehendaki para investor.

2. Perataan laba dapat mempererat hubungan antara manajer dan pekerja karena adanya kenaikan laba yang dilaporkan dapat menimbulkan permintaan upah yang lebih tinggi bagi para karyawan.

3. Aliran laba yang merata dapat memiliki pengaruh psikologis pada ekonomi dalam hal kenaikan atau penurunan dapat dihindarkan serta rasa pesimis dan optimis dapat dikurangi, dan lain-lain.

Menurut Foster (1986) menyatakan tujuan perataan laba adalah sebagai berikut :

1. Memperbaiki citra perusahaan di mata pihak luar bahwa perusahaan tersebut memiliki resiko yang rendah.

2. Memberikan informasi yang relevan dalam melakukan prediksi terhadap laba di masa yang akan datang.

3. Meningkatkan kepuasaan relasi bisnis

4. Meningkatkan persepsi pihak eksternal terhadap kemakmuran manajemen 5. Meningkatkan kompensasi bagi manajemen.

Perataan laba dilakukan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba suatu perusahaan dengan demikian kinerja perusahaan akan terlihat bagus atau baik di mata investor potensial sehingga diharapkan investor tersebut mau menanamkan investasinya ke perusahaan.

Sasaran Perataan Laba

Michelson et al. (2000) mengemukakan bahwa perataan laba dilakukan oleh manajemen dengan sasaran tertentu. Menurut Belkoui (2007) menyatakan laporan keuangan yang seringkali dijadikan sasaran untuk melakukan income smoothing:

1. Unsur penjualan

a. Saat pembuatan faktur. Sebagai contoh penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang pembuatan fakturnya dilakukan pada periode ini dan dilaporkan sebagai penjualan periode ini.

b. Pembuatan pesanan atau penjualan fiktif

c. Downgrading (penurunan produk). Sebagai contoh dengan cara

mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam kelompok produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga yang sebenarnya.

2. Unsur biaya

a. Memecah faktur, misalnya faktur untuk sebuah pembelian atau pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian atau pesanan dan selanjutnya dibuatkan beberapa faktur dengan tanggal yang berbeda kemudian dilaporkan dalam beberapa periode akuntansi.

b. Mencatat prepayment (biaya dibayar dimuka) sebagai biaya. Misalnya melaporkan biaya advertansi dibayar dimuka untuk tahun depan sebagai advertensitahun ini.

Hubungan Kandungan informasi Laba danReturnSaham

Dalam konsep Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (IAI 1994, paragraf 70) mengartikan income sebagai kenaikan manfaat ekonomi selama satu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau

penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam modal. Nilai pada laporan keuangan seperti laba bersih perusahaan dianggap sebagai sinyal yang menunjukkan nilai dari perusahaan, hal ini menjadikan perhatian investor dan calon investor terpusat pada laba suatu perusahaan. Informasi laba merupakan komponen dalam laporan keuangan yang digunakan untuk menilai kinerja manajemen, membantu mengestimasi kemampuan laba yang representatif dalam jangka panjang, meramalkan laba, serta untuk menaksir risiko dalam berinvestasi (Sugiarto, 2003).

Pendekatan studi peristiwa (event study) digunakan dalam penelitian ini, studi peristiwa adalah studi yang mempelajari reaksi pasar terhadap suatu peristiwa yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman, dimana dalam penelitian ini menguji apakah pengumuman laporan laba perusahaan mempunyai kandungan informasi yang cukup untuk membuat pasar bereaksi terhadap pengumuman tersebut. Pasar dapat dikatakan efisien apabila harga sekuritas yang diperdagangkan di bursa selalu mencerminkan secara penuh informasi yang tersedia.

Pengujian kandungan informasi atas laba dimaksudkan untuk melihat reaksi dari suatu pengumuman (Watts and Zimmerman, 1986). Informasi laba yang merupakan sinyal bagi investor akan menunjukkan good news apabila laba perusahaan lebih menguntungkan atau meningkat dari tahun sebelumnya dan begitu pula sebaliknya, oleh adanya good news / badnews ini maka direspon oleh investor dengan membeli saham sekuritas tersebut, namun

seringkali investor yang hanya berfokus pada laba ini tanpa memperhatikan adanya tindakan perataan laba yang mungkin dilakukan perusahaan sehingga laba tidak menunjukkan laba yang sebenarnya akan membuat investor salah dalam pengambilan keputusan.

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi kandungan informasi dari suatu pengumuman informasi perusahaan. Pertama, ekspektasi pasar modal terhadap kandungan dan waktu dari pengumuman tersebut, semakin besar tingkat ketidakpastian, maka semakin besar pula potensi terjadinya revisi terhadap harga-harga sekuritas. Kedua, implikasi pengumuman tersebut terhadap distribusi return sekuritas di masa depan, semakin besar revisi yang berhubungan dengan aliran kas yang diharapkan, semakin besar pula implikasi revaluasi harga sekuritas terhadap pengumuman tersebut. Ketiga, kredibilitas sumber informasi, semakin besar pula implikasi revaluasi terhadap pengumuman informasi itu (Foster 1986 dalam Lako, 2003).

Jika pengumuman mengandung informasi maka diharapkan pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga saham dari sekuritas yang bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return saham sebagai nilai perubahan harga yang diukur dengan abnormal return. Jika digunakan

abnormal return maka dapat dikatakan bahwa suatu pengumuman yang

mempunyai kandungan informasi akan memberikan abnormal return kepada pasar, dan sebaliknya apabila pengumuman yang tidak mengandung informasi tidak memberikan abnormal return kepada pasar. Scott (2000) menyatakan

bahwa informasi laba dapat berguna jika dapat mengakibatkan investor mengubah keyakinan dan tindakan mereka sebelumnya dan tingkat kegunaan tersebut dapat diukur dari sejauh mana perubahan harga mengikuti publikasi informasi laba.

Menurut Lako (2003) menyatakan bahwa publikasi laba yang terdapat dalam laporan keuangan di respon oleh pasar pada periode pengumuman. Hal ini senada dengan Foster tahun 1986 dalam Khafid (2002:15) yang menyatakan bahwa pengumuman yang berhubungan dengan laba (Earning Related Announcement) merupakan salah satu pengumuman yang dapat mempengaruhi harga sekuritas atau saham, dimana pengumuman ini berupa : laporan tahunan awal, laporan tahunan detail, laporan interim, laporan perubahan metode-metode akuntansi dan laporan auditor . Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa secara umum adanya perataan laba dapat menimbulkan reaksi atasreturnsaham pada saat pengumuman laba perusahaan.

Dokumen terkait