• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA

2.1.4 Perataan Laba

Praktik perataan laba merupakan sarana yang digunakan manajemen perusahaan untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan dan memanipulasi variabel-variabel akuntansi atau dengan

19

melakukan transaksi-transaksi rill di perusahaan dengan tujuan menstabilkan kondisi keuangan agar terlihat baik.43

Sedangkan menurut Koch (1981) yang dikutip oleh Ratnaningrum, perataan laba merupakan metode yang digunakan oleh manajemen untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar sesuai denggan target yang diinginkan baik secara artificial maupun riil.44

Tindakan perataan laba biasa dilakukan oleh manajemen perusahaan guna mencapai posisi laba yang diinginkan dalam laporan rugi laba untuk menarik investor, kreditor maupun pihak eksternal lainnya. Hal ini karena perataan laba merupakan salah satu perilaku disfungsional yang bertujuan untuk membuat respon positif dari investor terhadap nilai perusahaan.45

Perataan laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan membuat informasi keuangan menjadi tidak riil dan dapat menyesatkan para pemakai informasi laporan keuangan, namun dilain pihak praktik perataan laba dianggap sebagai suatu tindakan yang wajar karena tidak melanggar standar akuntasi, meskipun hal ini dapat mengurangi keandalan informasi keuangan. Tindakan perataan laba ini biasa digunakan pada perusahaan yang memiliki kondisi laba yang tidak stabil atau berfluktuatif. Laba yang berfluktuatif membuat para pemakai informasi laporan keuangan harus berfikir ulang dalam pengambilan keputusan. Perataan laba tidak membuat laba pada suatu periode tersebut sama dengan periode sebelumnya, namun hanya mengurangi tingkat fluktuasi laba yang ada. Tindakan perataan laba umumnya dilakukan karena berbagai alasan seperti untuk mengurangi

43 Igan Budiasih, Faktor-Faktor ..., Jurnal Riset Universitas Udayana (2009).

44 Ratnaningrum, The Influence of Profitability and Income Tax on Income Smoothing Ranking, Jurnal Bisnis dan Manajemen (Vol. XVII, No. 2, 2016), hlm 133-143.

45 Arfianti Novita Anwar dan Teddy Chandra, The Analysis Of Factors Affect Income Smoothing On Miscellaneous Industry Companies Listed On Indonesia Stock Exchange, Jurnal Benefita (Vol. 2, No. 3, Oktober 2017), hlm 220-229.

20

pajak ataupun menghindari tekanan karyawan untuk kenaikan gaji atau upah.46

Munculnya praktik perataan laba tentunya berdasarkan beberapa pertimbangan manajemen perusahaan, diantaranya yaitu:47

1. Manajer memiliki asumsi bahwa aliran laba yang stabil dapat mendukung dividen dengan tingkat yang lebih tinggi daripada suatu aliran laba yang lebih banyak variabelnya. Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi nilai saham perusahaan seiring dengan turunnya tingkat resiko perusahaan secara keseluruhan.

2. Kemampuan untuk melawan hakikat laporan laba yang bersifat siklus dan kemungkinan juga akan menurunkan korelasi antara ekspektasi pengembalian perusahaan dengan pengembalian portofolio pasar.

Menurut Eckel (1981), tipe perataan laba pada perusahaan terdiri dari 2 tipe, diantaranya :

1. Aliran perataan laba yang alami (naturally income smoothing), bahwa sifat proses laba itu sendiri yang menghasilkan laba yang stabil. Perataan laba ini terjadi begitu saja secara alami tanpa intervensi pada pihak manapun.

2. Aliran perataan laba yang disengaja yaitu perataan laba yang terjadi atas intervensi pihak manajemen. Aliran perataan laba yang disengaja dibagi menjadi dua tipe yaitu:48

- Peraataan laba riil yang menunjukkan tindakan manajemen yang berusaha untuk mengontrol peristiwa ekonomi yang secara langsung mempengaruhi laba perusahaan di masa mendatang.

- Perataan laba artificial yang menunjukkan usaha manipulasi yang dilakukan oleh manajemen untuk meratakan laba.

46 Anwar dan Chandra, The Analysis ..., Jurnal Benefita (Vol. 2, No. 3, Oktober 2017), hlm 220-229.

47 Annie dkk, Studi Pengaruh Income Smoothing Terhadap Resiko Saham, Jurnal Informasi (Vol. 4, No. 2, November 2005), hlm. 127.

21

Manipulasi ini berupa pergeseran beban dan/atau pendapatan dari suatu periode ke periode lain.

Manajer memiliki tekhnik dalam melakukan tindakan perataan laba, diantaranya yaitu:49

1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi melalui kebijakan manajemen (accrual).

2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer perusahaan memiliki wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban untuk periode tertentu.

3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan dan kebijakan sendiri untuk mengklasifikasi pos-pos laba rugi dalam kategori yang berbeda.

Perataan laba dihitung dengan Indeks Eckel atau Indeks Perataan Laba, dengan rumus :50

Keterangan :

CV∆I = Koefisien variasi untuk perubahan laba dalam satu periode

CV∆S = Koefisien variabel untuk perubahan pendapatan dalam satu periode

CV∆I dan CV∆S dapat dihitung sebagai berikut :

̅

̅ Keterangan :

∆x = Perubahan laba (I) atau pendapatan (S) antar tahun dengan n-1

∆ ̅ = rata-rata perubahan laba (I) atau pendapatan (S)

49 Sari dan Kristanti, Pengaruh ..., Jurnal Universtitas Kristen Duta Wacana (Vol. 11, No. 1, Februari 2015).

22

n = Banyaknya tahun yang diamati

Dalam penelitian ini, laba yang digunakan dalam perhitungan yaitu laba usaha atau laba bersih sebelum pajak. Sedangkan pendapatan yang digunakan dalam perhitungan yaitu penjualan bersih atau pendapatan. Hasil perhitungan dari indeks eckel dengan hasil kurang dari 1 artinya perusahaan melakukan perataan laba dan apabila lebih dari 1 artinya perusahaan tidak melakukan perataan laba.

Praktik perataan laba dilakukan dengan memasukkan informasi yang seharusnya dilaporkan dalam periode masa depan atau tidak melaporkan informasi yang seharusnya dilaporkan pada periode sekarang. Menurut Foster (1986) yang dikutip oleh Silviana, unsur-unsur laporan keuangan yang seringkali menjadi sasaran manajemen untuk melakukan praktik perataan laba adalah:51

a. Unsur Penjualan

1) Pembuatan faktur, contohnya pendapatan atau penjualan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, tetapi fakturnya dibuat pada periode ini dan dilaporkan sebagai pendapatan atau penjualan pada periode ini.

2) Pembuatan pesanan, contohnya pesanan yang sebenarnya untuk periode yang akan datang, tetapi diakui pada periode ini.

3) Penurunan produk, misalnya mengklasifikasikan produk yang belum rusak ke dalam produk rusak dan selanjutnya dilaporkan telah terjual dengan harga yang lebih rendah dari harga sesungguhnya.

b. Unsur Biaya

1) Pemecahan Faktur, misalnya faktur sebuah pembelian pesanan dipecah menjadi beberapa pembelian dan

51 S. Silviana, Analysis of Income Smoothing (Income Smoothing): Factor Affecting Income Smoothing In Manufacturing Sector and manufacture of Basic Chemicals Listed in Exchange Indonesia 2005-2009, Papers (Jakarta: Universitas Gunadarma, 2011).

Dokumen terkait