• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air

Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang

memadai dan tersedianya sistem air limbah skala

komunitas/kawasan/kota.

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan

Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air

buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu

standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent

standard).

6.4.1.2.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi

data dan informasi dari dokumen – dokumen perencanaan

pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti RPJMD, RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota, Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten. Berdasarkan dokumen SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012 ada beberapa isu strategis tentang Pengembangan Air Limbah Dometik yaitu :

1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan air limbah

Tujuan : Tersedianya sistem pengelolaan air limbah setempat yang dapat melayani 60 % penduduk perkotaan pada tahun 2017

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Pernyataan Sasaran : Berkurangnya praktek BABS dari 10% menjadi 0% pada tahun 2017

Indikator Sasaran : Tidak ada penduduk yang melakukan praktek BABS pada tahun 2015

Strategi :

 Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang

dapat melayani 60 % penduduk pada tahun 2017

 Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang

dapat melayani 75% penduduk perkotaan pada tahun 2017

 Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75 %

pada tahun 2017

 Memprioritaskan pembangunan bagi kelompok masyarakat

miskin

2. Rendahnya akses masyarakat terhadap jamban yang sehat

Tujuan : Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75% pada Tahun 2017

Pernyataan Sasaran : Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai pada akhir tahun 2015

serta meningkatnya tingkat layanan

menjadi 75% di wilayah perkotaan pada tahun 2017

Indikator Sasaran : Berkurangnya praktek BABS menjadi 0% di wilayah perkotaan dan area beresiko tinggi pada tahun 2017

Strategi :

 Tersedianya rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Domestik

pada akhir tahun 2014

 Tersedianya regulasi air limbah domestic pada akhir tahun

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

 Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai

pada

akhir tahun 2015 serta meningkatnya tingkat layanan menjadi 75 % di wilayah perkotaan pada tahun 2017

 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban

keluarga yang sehat dari 35 % menjadi 75 % atau 151.197 Jiwa pada akhir tahun 2017. (Data EHRA)

Berkurangnya praktek BABS menjadi 0 % pada tahun 2017

 Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih pengelola

air limbah setempat skala individu menjadi 7 Orang pada akhir tahun 2015

 Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih KSM

pengelola MCK menjadi 39 orang pada tahun 2017

 Meningkatnya alokasi pendanaan air limbah domestik dari

APBD

3. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan

air limbah

Tujuan : Peningkatan kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat dan pengembangan serta pengelolaan lingkungan yang sehat Perkembangan kota Sarilamak sebagai ibu kota kabupaten menjadikan daerah ini sebagai pusat berbagai aktivitas yang pada gilirannya akan menimbulkan berbagi persoalan sosial

dan lingkungan. Volume sampah yang terus

mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas harus ditangani dengan baik. Persoalan sampah yang tidak diatasi dengan baik

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

kesehatan manusia dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara

Pernyataan Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pemanfaatan jamban sehat keluarga

Indikator Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat 151.197 jiwa pada akhir tahun 2017 terutama dalam penggunaan jamban sehat keluarga

Strategi :

 Program sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan

lingkungan dan kepedulian lingkungan

 Program pembangunanPS air limbah lingkungan sehat

permukiman berbasis masyarakat

 Bantuan Teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah

Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED. Lokasi IPLT direncanakan di Jorong Tigo Balai Kecamatan Harau. Gambaran permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 724.

6.4.1.3.Analisis Kebutuhan Air Limbah

Penanganan air limbah di perumahan dan permukiman pada

dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri,

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

oleh pemerintah daerah, baik dengan atau tanpa bantuan pemerintah pusat maupun kerja sama dengan sektor swasta.

Berdasarkan isu strategis tentang air limbah maka yang yang dibutuhkan dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :

1. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air limbah

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

3. Tersedianya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan air

limbah

Berdasarkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota Tahun 2012, maka gambaran analisis kebutuhan pengelolaan air limbah dapat dilihat pada Tabel 6.25.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.2. Persampahan

Dalam skala Kabupaten Lima Puluh Kota sampah ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan pengangkutan secara komunal yaitu dimana sampah dari tiap rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) oleh truk-truk sampah. TPA Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat di Kota Payakumbuh yang merupakan TPA Regional.

6.4.2.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Persampahan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu strategis pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :

1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah di

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

2. Belum adanya partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam

pengelolaan sampah

3. Sistem pengelolaan sampah yang ada belum bisa melayani

masyarakat sebanyak 70%.

4. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan

Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dikelola oleh Pemerintah Daerah. Belum ada partisipasi masyarakat maupun pihak swasta. Pihak swasta bersedia menggulirkan dana Corporation Social Responsibility (CSR) jika master plan dan rencana induk pengelola persampahan daerah telah tersedia. Gambaran permasalahan dan tantangan Pengembangan Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.28.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.2.2.Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota diarahkan untuk pengelolaan secara mandiri oleh masyarakat atau pengurangan sampah mulai dari sumber sampah itu sendiri sesuai

dengan amanah Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008. Oleh

karena itu berdasarkan SSK Lima Puluh Kota, program pengelolaan sampah yang direncanakan adalah pembangunan 3R skala kawasan. Gambaran analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.29

6.4.2.3.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan

A. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R

Lokasi Kegiatan : 13 Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Lingkup Kegiatan :

1. Pembangunan sarana persampahan 3R telah dilaksanakan

pada tahun 2014 oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lima Puluh di Kecamatan Harau pada 2 lokasi. Perencanaan pembangunan prasarana persampahan 3R untuk beberapa tahun kedepan adalah tersedianya prasarana persampahan 3R di seluruh kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

2. Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat sebagai

pengelola

3. Pembangunan hangar, pengadaan alat pengumpul sampah,

alat composting

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Kriteria Kesiapan :

1. Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK

2. Tidak ada permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan

sudah dibebaskan)

3. Penanganan secara komunal yang melayani sebagian /

seluruh sumber sampah yang ada di kawasan

4. Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk

mengurangi beban sampah yang akan diangkut ke TPA

5. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota akan melakukan

penyuluhan kepada masyarakat

6.4.3. Drainase

Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia.

6.4.3.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu – isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di

Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain :

a. Terdapat kawasan genangan air seluas 1.000 Ha.

b. Belum tersedianya sistem pengelolaan drainase

c. Belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang

pengelolaan drainase

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase

Permasalahan mengenai drainase yang dihadapi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

1. Belum terintegrasinya sistem drainase lingkungan dengan

drainase Kabupaten. Jika tersedia sistem drainase

lingkungan yang terintegrasi dengan system drainase kabupaten maka akan terjadi pengurangan kawasan genangan air seluas 450 Ha.

2. Pendanaan di APBD untuk sector lingkungan terutama

drainase masih sangat kecil persentasenya.

Gambaran permasalahan pengelolaan drainase yang

dihadapi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.31.

6.4.3.2.Analisis Kebutuhan Drainase

Perlu mengkaji ulang dan membuat kembali master plan drainase di Kabupaten Lima Puluh Kota, karena master plan yang tersedia tidak sesuai dengan kondisi pengembangan jaringan sarana dan prasarana di Kabupaten Lima Puluh Kota. Gambaran analisis kebutuhan drainase di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.32.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.3.3.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase

A. Pembangunan Prasarana Drainase

Lokasi : Kawasan ibukota kabupaten Sarilamak dan sekitarnya Lingkup kegiatan :

1. Pembangunan saluran drainase primer

2. Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier

3. Sosialisasi pengelolaan saluran drainase

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

1. Sudah memiliki RPI2JM dan SSK

2. Dilaksanakan dalam rangka mengurangi kawasan genangan

air seluas 450 Ha sampai 2017

3. Tidak ada permasalahan lahan

4. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota bersedia menyediakan

alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan

5. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota akan melaksanakan

penyuluhan kepada masyarakat

6.4.4. Usulan Program dan Kegiatan

Penyusunan usulan dan prioritas program komponen Pengembangan

Sanitasi sesuai kebijakan prioritas program pada RPJMD 2010 – 2015

dan SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012. Gambaran usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi dapat dilihat pada tabel 6.33.

7.4.1 KONDISI EKISTING

Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED. Lokasi IPLT direncanakan di Jorong Tigo Balai Kecamatan Harau.

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Oleh karena itu data mengenai sarana dan prasarana pengolahan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota tidak bisa digambarkan karena belum ada infrastruktur pengolahan air limbah, dapat dilihat pada Tabel 6.20.

Sistem sanitasi On Site adalah Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir

lumpur tinja (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan

Ruang). Kondisi eksisting pengembangan air limbah secara teknis

dapat dilihat pada Tabel 6.21, 6.22 dan 6.23. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan dan 79 nagari yang tersebar pada wilayah seluas 33.543 Ha. Berdasarkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Kab. Lima Puluh kota

sebesar 348.555jiwa. Jika diasumsikan setiap penduduk

memproduksi sampah 2 liter per hari, maka sertiap harinya terdapat timbulan sampah sebesar 717,13 M3. Kondisi pelayanan persampahan saat ini hanya mampu menangani timbulan sampah sebesar 21- 22 M3 perhari, dimana wilayah yang menjadi cakupan pelayanan adalah Kota Sarilamak, sebagai Ibu kota Kabupaten Sesuai Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan Kementrian PU, pada tahun 2014, 70% wilayah perkotaan telah terlayani. Selain Sarilamak, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki 3

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

nagari yang masuk dalam kategori perkotaan, yaitu Nagari Koto Baru Simalanggang, Nagari VIII Koto dan Nagari Muaro Paiti.

Berdasarkan kondisi di atas perlu peningkatan pelayanan di bidang persampahan baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk keempat nagari yang tergolong daerah perkotaan tersebut. Sementara untuk wilayah yang tidak termasuk perkotaan, dibutuhkan

strategi penanganan sampah yang berbeda, mengingat

keterbatasan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pelayanan persampahan. Upaya untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dalam pengelolaan sampah diharapkan mampu menjadi solusi pengelolaan sampah di wilayah perdesaan. Gambaran Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.26 dan 6.27.

Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Sejauh ini kegiatan pembangunan drainase merupakan kegiatan yang melekat kepada kegiatan lainnya atau lebih bersifat sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan drainase biasanya sejalan dengan pembangunan Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten dan Jalan Lingkungan. Kondisi eksisting pengembangan drainase tidak bisa diuraikan karena tidak data mengenai drainase eksisting, seperti terlihat pada Tabel 6.30. 7.4.2 SASARAN PROGRAM

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Dokumen terkait