• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII - DOCRPIJM bacec8d165 BAB VII7. BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB VII - DOCRPIJM bacec8d165 BAB VII7. BAB VII RENCANA PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

RENCANA PEMBANGUNAN

INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA

7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN

Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan

pemukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Kawasan

peruntukan permukiman perkotaan direncanakan akan

dikembangkan di Kota Sarilamak dan pusat ibukota – ibukota

kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Sedangkan kawasan

peruntukan permukiman permukiman berada tersebar di setiap

kecamatan dengan luas ± 2.938 Km2 yang terdiri atas :

a. Kawasan permukiman penduduk perdesaan yang tumbuh secara

swadaya;

b. Kawasan transmigrasi di Kecamatan Kapur IX dan Kecamatan

Pangkalan Koto Baru.

A. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN

Arah.MM, an kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada

amanat peraturan perundangan, antara lain:

1. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3

(2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian

(2)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut

mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada

awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan

Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang

lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman

juga mencakup penyelenggaraanperumahan(butir c),

penyelenggaraan kawasan permukiman (butird),pemeliharaandan

perbaikan (butir e), Serta pencegahan dan peningkatan kualitas

terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.

Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun

umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara

merupakan tanggung jawab pemerintah.

4. Peraturan Presiden No. 15Tahun 2012 tentang Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah

satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang

diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/ 2012

tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum

dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya

luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10%

pada tahun 2014.

6. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun

2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lima

Puluh Kota Tahun 2012 – 2032. Peraturan ini mengarahkan

pembangunan di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan

memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil

guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka

(3)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

B. ISU STRATEGIS, KONDISI EXSISTING, PERMASALAHAN, DAN TANTANGAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman

Pembuatan dokumen RP2KP di Kabupaten Lima Puluh Kota

sedang dalam proses penyusunan. Oleh karena itu isu strategis,

kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan pengembangan

permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota merujuk ke

dokumen RPJMD 2010 – 2015. Adapun Isu strategis dari

berbagai aspek dapat dilihat pada Tabel 6.1.

Tabel B. Isu – isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Lima Puluh Kota

No Isu Strategis No Keterangan

1. Pengembangan IKK

Sarilamak sebagai Pusat

Puluh Kota sampai tahun

(4)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

2. Letak Geografis Daerah

Yang Strategis Sebagai

Gerbang Timur Sumatera

Barat

1. Perbaikan Infrastruktur

Jalan yang menghubungkan

Kab. Lima Puluh Kota

dengan Prov. Riau sehinga

kelancaran mobilitas barang

dan orang antar wilayah

akan semakin tinggi.

3. Perubahan Lingkungan,

Iklim dan Konservasi SDA

1.

2.

3.

Pengurangan luas dan daya

dukung hutan, terutama

terkonversi oleh pembukaan

lahan perkebunan dan

pertambangan yang pada

dasarnya tidak terpantau

dan terawai dengan baik.

Perubahan lingkungan

lainnya terjadi akibat

konversi lahan menjadi area

perumahan, pemukiman dan

perkantoran, yang

selanjutnya berimbas kepada

peningkatan polusi

lingkungan.

Polusi ini dapat berupa

peningkatan jumlah sampah,

pengurangan kualitas air

bersih, pengotoran udara,

(5)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

4. Topografis Daerah Yang

Menyebabkan Tingginya

maka secara alamiah terjadi

disparitas sosial dan

ekonomi

Akibat nya maka secara

umum di Kabupaten Lima

Puluh Kota terjadi

5. Penyebaran Penyakit

Menular Secara Global

1. Kabupaten Lima Puluh Kota

terdapat jutaan ternak

unggas yang potensial untuk

flu burung dan ribuan

ternak besar yang potensial

untuk flu babi dan anthraks

6. Perkembangan

Perdagangan Interregional

1. Komoditas yang mudah dan

(6)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

dan International dipertahankan seperti

gambir, jeruk siam gunuang

omeh, manggis, pisang dan

sbg nya. Kemudian juga

komoditas telur ayam ras,

sapi, kambing dan kerbau

serta ikan dan anak ikan

yang selama ini telah

menjadi tulang punggung

ekonomi daerah.

7. Persaingan Usaha dan

Rendahnya Realisasi

Investasi.

1. Realisasi investasi rata-rata

5 perusahaan setahun, dan

investasi itupun dengan

skala usaha dan modal yang

tidak terlalu besar.

Akibatnya investasi yang

terjadi tidak mampu

menyerap banyak tenaga

kerja.

8. Infiltrasi Budaya Global

Yang Nrgatif dan Narkoba.

1. Untuk mengatasi hal ini

maka pemberdayaan

masyarakat, pemberdayaan

adat dan budaya

minangkabau perlu lebih

(7)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

a. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman

Luas dari kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Lima Puluh

Kota belum bisa ditentukan, disebabkan belum adanya surat

ketetapan tentang wilayah dan luas kawasan. Survey tentang

wilayah dan luas kawasan kumuh dimulai pada akhir tahun

2014. Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman

di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.5.

Tabel 6.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kab. Lima Puluh Kota

No Permasalahan Pengembangan

Permukaan

Sarana dan Prasarana Infrastrktur

Cipta Karya di Kawasan

Permukiman Belum Memadai

2 Aspek Kelembagaan

Kurangnya koordinasi antar

lembaga di Nagari dengan SKPD

(8)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

permukiman

3 Aspek Pembiayaan

Anggaran untuk pengembangan

permukiman yang ada di APBD

tidak memadai

4 Aspek Peran Serta

Masyrakat/Swasta Tidak adanya

peran serta masyarakat untuk

pengelolaan dan pemeliharaan

sarana dan prasarana permukiman

5 Aspek Lingkungan Permukiman

C. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman

Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi

kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting

dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan

kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan

bidang Cipta Karya khususnya sector pengembangan permukiman di

Kabupaten Lima Puluh Kota. Di Kabupaten Lima Puluh Kota acuan

kebijakan meliputi RPJMD 2010 – 2015, RTRW 2012 – 2032 dan

RDTR 2012 – 2032. Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada

tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman yang dapat

dilihat pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7.

(9)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

.

2 Nagari Potensial

untuk

Agropolitan

Nagari

3 Nagari Potensial

(10)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

7 Desa Kategori

D. Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan Sektor Pengembangan Permukiman

Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang

menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai

berikut.

1. Umum

 Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.

 Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.  Kesiapan lahan (sudah tersedia).

 Sudah tersedia DED.

 Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP,

RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)  Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan

dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga

sistem bisa berfungsi.

 Ada unit pelaksana kegiatan.

 Ada lembaga pengelola pasca konstruksi

1. Khusus

(11)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

 Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI

 Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum

ditangani program Cipta Karya lainnya

 Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik  Tingkat kemiskinan desa >25%

E. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan

permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.

Pengembangan permukiman kawasan perkotaan yaitu rencana

pengembangan zona perumahan (R) di Kawasan Perencanaan

direncanakan seluas ± 1.034,16 Ha.

Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :

1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk

kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan)

2) Desa tertinggal dengan program PPIP

Selain kegiatan fisik diatas program / kegiatan pengembangan

permukiman dapat berupa kegiatan non – fisik seperti penyusunan

RP2KP dan RTBL. Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara

lebih rinci dituangkan pada table 6.8.

7.1.1 KONDISI EKISTING

A. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman

Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian

Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menyediakan kawasan

(12)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman

didukung oleh peraturan – peraturan terkait pembangunan

permukiman di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Peraturan

tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2.

Berdasarkan usulan dari Kabupaten Lima Puluh Kota ke Propinsi

Sumatera Barat menetapkan bahwa Nagari Pilubang Kecamatan

Harau merupakan salah satu kawasan kumuh di Kabupaten Lima

Puluh Kota. Namun penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Lima

Puluh Kota melalui Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota belum

ada. Survey mengenai kawasan kumuh baru dilaksankan pada akhir

tahun 2014. Sehingga data kawasan kumuh tersebut tidak tersedia.

Arahan pembangunan perumahan menurut usulan Rencana Detail

Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012 -2032

adalah rencana pengembangan fasilitas perumahan yang sesuai daya

dukung dan daya tampung, maka pengembangan perumahan di

kawasan perencanaan meliputi : rumah sederhana (kavling kecil),

rumah menengah (kavling sedang), dan rumah mewah (kavling besar)

dengan perbandingan jumlah rumah menengah, berbanding jumlah

rumah mewah sebesar 6 (enam) atau lebih, berbanding 3 (tiga) atau

lebih, berbanding 1 (satu). Sehingga tidak ada pembangunan Rumah

Susun Hunian (RSH) dan Rusunawa di wilayah perkotaan yang

dilaksanakan dengan menggunakan APBD Kabupaten Lima Puluh

Kota. Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota

dilaksanakan dengan menggunakan APBN dari Kementerian

Perumahan Rakyat. Kondisi Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota

dapat dilihat pada Tabel 6.3.

(13)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

No Lokasi

Sedangkan bentuk dukungan infrastruktur dalam program –

program perdesaan dapat dilihat pada Tabel 6.4

Tabel 6.4 Data Program Perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota

(14)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Kec. Luak

7.1.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM

7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan

(15)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan

binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud

fisik bangunan gedung dan lingkungannya.

A. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN PBL

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada

Undang – undang dan peraturan antara lain :

1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan

Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan

penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah

kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan

pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan

kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran

masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung

harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan

sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan

administratif dan teknis bangunan gedung.

3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No.

36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No.

28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung,

(16)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam

penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini

ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan

rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan

bangunan gedung dan lingkungan.

4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan

Panduan dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL,

maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang

Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan.

Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada

skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang

meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun,

kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan

gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang

disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan

Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang

Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan

wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal.

Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM

pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU

(17)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.2.1.ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan

Terkait dengan dokumen RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota

maka isu strategis tentang penataan bangunan dan lingkungan

adalah pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki

dan bersinergis antara pusat pengembangan di perkotaan

Sarilamak dan perkotaan kecamatan serta pengembangan sistem

permukiman nagari berbasis agribisnis dan pariwisata dan

pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana

lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi

pertanian, industri pertanian, ekowisata dan pusat permukiman

secara terpadu dan efisien. Gambaran isu strategis penataan

bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat

dilihat pada Tabel 6.9.

B. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Kurang tertibnya pembangunan bangunan gedung di Kabupaten

Lima Puluh Kota dapat dilihat dari target nilai Standar Pelayanan

Minimal (SPM) untuk tahun 2019 hanya 43%. Standar SPM yang

mengacu pada Permen PU Nomor 14 Tahun 2010 terkait dengan

sektor PBL, khususnya melayani masyarakat dalam pengurusan

IMB adalah 100% pada tahun 2014. Identifikasi permasalahan

(18)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.2.2.Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki lahan efektif

yang dapat diolah untuk pembangunan dalam jumlah terbatas (±

40%), dikarenakan sebagian besar lahan yang ada berupa hutan

lindung (± 60%), dan lahan yang ada itupun sebagian besar memiliki

topografi bergelombang dan berbukit dengan kemiringan diatas 50%

yang cukup banyak. Kondisi geografis ini pada gilirannya ikut

mempengaruhi prilaku dan kehidupan masyarakat secara sosial

ekonomi dan budaya.

Salah satu sasaran RPJMD 2010 – 2015 menyangkut PBL adalah

terciptanya komunitas perumahan yang tertata dengan baik.

Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah

sebagai berikut:

a) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan

RTH privat;

b) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal

30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10%

terdiri dari ruang terbuka hijau privat;

c) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang

bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan

atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus

tetap dipertahankan keberadaannya.

Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin

keseimbangan ekosistem kota/perkotaan, baik keseimbangan sistem

hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis

(19)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai

estetika kota. Yang termasuk ruang terbuka hijau kota/perkotaan,

antara lain, meliputi hutan kota, taman kota, dan jalur hijau di

sepanjang jaringan jalan. Kebutuhan sector PBL dapat dilihat pada

Tabel 6.13.

6.2.3.Program – Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan

Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria

Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana

kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam

mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana

pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan

kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta

mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.

Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

adalah:

- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL)

Kriteria Lokasi :

• Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006;

• Kawasan terbangun yang memerlukan penataan; • Kawasan yang dilestarikan/heritage;

• Kawasan rawan bencana;

• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus,

(20)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan

rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;

6.2.4.Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan

Usulan program dan kegiatan PBL pada Kabupaten Lima Puluh Kota

dapat dilihat pada Tabel 6.14.

7.2. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Penyelenggaraan, pengembangan SPAM adalah kegiatan

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,

merehabilitasi, memantau dan / atau mengevaluasi system fisik

(teknik) dan non fisik penyediaan air minum

A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan SPAM

Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam pengembangan SPAM

antara lain :

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air

baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan

pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk

pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung

jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program

(21)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan

prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan

pelayanan.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan

membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik

(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,

peran

masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk

melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju

keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan

asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas

kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan

dan

keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta

transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan

pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan

pengembangan

SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau

meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang

utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada

masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

(22)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang

aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan

perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan

kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

7.2.1 KONDISI EKSISTING

Untuk mewujudkan kawasan pemerintahan terpadu di Kota

Sarilamak, maka Pemerintah Daerah perlu meningkatkan alokasi

dana untuk pembangunan gedung perkantoran dan prasarana dan

sarana pendukungnya. Penyediaan dana ini tidak saja dari APBD

Pemerintah Kabupaten tetapi juga perlu diusahakan dari

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Secara bertahap

beberapa badan dan dinas sudah mulai pindah ke kawasan

perkantoran Sarilamak ini. Gambaran kondisi eksisting kegiatan

penataan bangunan lingkungan di kabupaten Lima Puluh Kota

terkait peraturan daerah dapat dilihat pada Tabel 6.10.

Menurut RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota yang termasuk

kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang ada terdiri dari

:

ii. kawasan bersejarah Pemerintahan Darurat Repulik Indonesia

(PDRI) berupa bangunan musium yang berlokasi di Kecamatan

Gunung Omeh; dan

iii. kawasan bersejarah Situs Menhir di Kecamatan Harau, Kecamatan

Bukik Barisan, Kecamatan Guguak dan Kapur IX merupakan batu

yang merupakan sejarah suku-suku di Kabupaten lima Puluh Kota.

Gambaran penataan lingkungan permukiman di Kabupaten Lima

(23)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

7.2.2 SASARAN PROGRAM

7.2.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM

7.3 SEKTOR PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)

7.3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Penyelenggaraan, pengembangan SPAM adalah kegiatan

merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara,

merehabilitasi, memantau dan / atau mengevaluasi system fisik

(teknik) dan non fisik penyediaan air minum

B. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan SPAM

Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam pengembangan SPAM

antara lain :

1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air

baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan

pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk

pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung

jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program

Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan

prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan

(24)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan

membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik

(teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan,

peran

masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk

melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju

keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan

asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas

kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan

dan

keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta

transparansi dan akuntabilitas.

4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang

Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air

Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan

pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan

pengembangan

SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau

meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang

utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada

masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum

(25)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi

dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

6.3.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Kegiatan SPAM A. Isu Strategis Pengembangan SPAM

Isu Strategis Pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh Kota

berdasarkan Master Plan Air Minum Kabupaten Lima Puluh Kota

Tahun 2009 dalah sebagai berikut :

1. Adanya peningkatan akses air minum perpipaan berdasarkan

daerah pelayanan berikut :

 Wilayah pelayanan IKK dari 23% menjadi 45%.  Wilayah pelayanan Desa dari 8% menjadi 20%.  Membuat Rencana Induk SPAM.

Untuk meningkatkan akses air minum perpipaan dilakukan

kegiatan penambahan unit pelayanan yaitu : Pengembangan pelayanan kota ;1 Unit/kota.

Penyediaan PS air minum IKK Rawa Air yang belum memiliki

system (baru) :0 Unit.

Perluasan/pengembangan SPAM IKK yang sudah memiliki

sistem (lama) : 1 Unit.

Penyediaan PS air minum Desa Rawan Air yang belum memiliki

sistem (baru) : 4 Unit.

Perluasan SPAM desa yang sudah memiliki sistem (lama) : 2

Unit.

2. Peningkatan akses air minum non perpipaan terlindungi di

abupaten Lima Puluh Kota dari 15% menjadi 16,3%. Upaya yang

dilakukan berupa pengembangan PS air minum di nagari.

3. Peningkatan kesehatan PDAM. Dalam hal ini status PDAM akan

(26)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah :

• Dukungan APBD untuk mengurangi utang/memberikan dukungan lebih besar dari dana APBD dst.

• Penyesuaian tarif dari tarif air rata-rata Rp 600/M2 menjadi Rp 1.200/M3

4. Menurunkan tingkat kehilangan air khususnya di perkotaan dan

IKK dari 45% menjadi 20%.

Upaya-upaya yang dilakukan meliputi : • Pemasangan water meter induk baru.

• Mengganti/menambah water pelanggan yang terkalibrasi. • Rehabilitasi jaringan pipa tua.

• Mengevaluasi dan memonitoring saluran pipa secara rutin dan seterusnya.

C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM

Identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan SPAM di

Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.16.

6.3.2.Analisis Kebutuhan SPAM

Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap

antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai

pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum di

(27)
(28)
(29)
(30)
(31)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Lima Puluh

Kota

Pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat di Kabupaten

Lima Puluh difasilitasi oleh PDAM dan Non PDAM. Organisasi

pengelola air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari

PDAM dan Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum

(32)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Cakupan pelayanan air minum untuk masyarakat lebih besar

persentase dari Non PDAM dibandingkan dengan PDAM. Hasil

Analisis kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 6.17.

B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah

Gambaran realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan

air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada

Tabel 6.18.

6.3.3.Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan Sektor Air Minum Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten

Lima Puluh Kota antara lain:

A. Program SPAM IKK

Kriteria Program SPAM IKK adalah:

Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit

distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan

(33)
(34)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)

Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah:

(35)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari

target total SR untuk MBR

Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani

SPAM

C. Program Perdesaan Pola Pamsimas

Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah:

Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM

Kegiatan:

 Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit

distribusi utama)

 Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan

Rumah (SR) total

Indikator:

 Peningkatan kapasitas (liter/detik)

 Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM

Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan

SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:

A. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sudah

dianggarkan pada Tahun 2015)

B. Tersedia dokumen RPIJM bidang Cipta Karya

C. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya

 Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik

atau diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm

 Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20

(36)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

D. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007)

E. Ada indikator kinerja untuk monitoring – Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik

– Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun yang sama

F. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan

G. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai

kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang

akan dibangun

H. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas

(PDAM/BPSPAM Nagari)

I. Dinyatakan dalam surat pernyataan Bupati Lima Puluh Kota

6.3.4.Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM

Usulan dan prioritas program komponen pengembangan SPAM disusun

sesuai kebijakan prioritas program yang ada pada RPJMD.

Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum

berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan

kawasan unggulan. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan

SPAM dapat dilihat pada Tabel 6.19.

7.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM

Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh

Kota meliputi :

a. Aspek Teknis

Berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang

terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota.

(37)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Berkaitan dengan uraian umum pembiayaan pengelolaan air

minum dari sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan

perpipaan

c. Kelembagaan

Organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan

perpipaan maupun non perpipaan

d. Peraturan Perundangan

Peraturan – perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air

minum di Kabupaten Lima Puluh Kota

e. Peran Serta Masyarakat

Peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait

dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat

dan peran serta masyarakat memelihara kualitas dan kuantitas

sumber air.

Gambaran kondisi eksisting sistem penyediaan air minum di

Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.15.

7.3.2 SASARAN PROGRAM

7.3.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM

7.4 SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (PLP)

7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman

6.4.1. Air Limbah

Air limbah adalah Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang

(38)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.1.1.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah

Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air

limbah , antara lain :

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan

untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat

serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri,

perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya

mendorong pertumbuhan ekonomi.

2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.

Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan

prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan

pelestarian sumber air.

3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum.

Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana

air

limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan

sistem penyediaan air minum.

4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan

Sumber Daya Air

Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah

satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan

pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata

(39)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang

memadai dan tersedianya sistem air limbah skala

komunitas/kawasan/kota.

6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998

tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan

Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap

air

buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang

ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu

standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent

standard).

6.4.1.2.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman

A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman

Rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi

data dan informasi dari dokumen – dokumen perencanaan

pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman di

Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti RPJMD, RTRW Kabupaten Lima

Puluh Kota, Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten.

Berdasarkan dokumen SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012 ada

beberapa isu strategis tentang Pengembangan Air Limbah Dometik

yaitu :

1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan air limbah

Tujuan : Tersedianya sistem pengelolaan air limbah setempat

yang dapat melayani 60 % penduduk perkotaan pada

(40)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Pernyataan Sasaran : Berkurangnya praktek BABS dari 10%

menjadi 0% pada tahun 2017

Indikator Sasaran : Tidak ada penduduk yang melakukan praktek

BABS pada tahun 2015

Strategi :

 Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang

dapat melayani 60 % penduduk pada tahun 2017

 Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang

dapat melayani 75% penduduk perkotaan pada tahun 2017

 Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75 %

pada tahun 2017

 Memprioritaskan pembangunan bagi kelompok masyarakat

miskin

2. Rendahnya akses masyarakat terhadap jamban yang sehat

Tujuan : Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75%

pada Tahun 2017

Pernyataan Sasaran : Tersedianya layanan air limbah setempat

yang memadai pada akhir tahun 2015

serta meningkatnya tingkat layanan

menjadi 75% di wilayah perkotaan pada

tahun 2017

Indikator Sasaran : Berkurangnya praktek BABS menjadi 0% di

wilayah perkotaan dan area beresiko tinggi

pada tahun 2017

Strategi :

 Tersedianya rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Domestik

pada akhir tahun 2014

 Tersedianya regulasi air limbah domestic pada akhir tahun

(41)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

 Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai

pada

akhir tahun 2015 serta meningkatnya tingkat layanan

menjadi 75 % di wilayah perkotaan pada tahun 2017

 Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban

keluarga yang sehat dari 35 % menjadi 75 % atau 151.197

Jiwa pada akhir tahun 2017. (Data EHRA)

Berkurangnya praktek BABS menjadi 0 % pada tahun 2017

 Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih pengelola

air limbah setempat skala individu menjadi 7 Orang pada

akhir tahun 2015

 Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih KSM

pengelola MCK menjadi 39 orang pada tahun 2017

 Meningkatnya alokasi pendanaan air limbah domestik dari

APBD

3. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan

air limbah

Tujuan : Peningkatan kesadaran masyarakat akan perilaku

hidup bersih dan sehat dan pengembangan serta

pengelolaan lingkungan yang sehat Perkembangan

kota Sarilamak sebagai ibu kota kabupaten menjadikan

daerah ini sebagai pusat berbagai aktivitas yang pada

gilirannya akan menimbulkan berbagi persoalan sosial

dan lingkungan. Volume sampah yang terus

mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas

maupun kualitas harus ditangani dengan baik.

Persoalan sampah yang tidak diatasi dengan baik

(42)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

kesehatan manusia dan pencemaran terhadap tanah,

air dan udara

Pernyataan Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat

terutama dalam pemanfaatan jamban

sehat keluarga

Indikator Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat

151.197 jiwa pada akhir tahun 2017

terutama dalam penggunaan jamban

sehat keluarga

Strategi :

 Program sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan

lingkungan dan kepedulian lingkungan

 Program pembangunanPS air limbah lingkungan sehat

permukiman berbasis masyarakat

 Bantuan Teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah

Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota

yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam

tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED.

Lokasi IPLT direncanakan di Jorong Tigo Balai Kecamatan Harau.

Gambaran permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten

Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 724.

6.4.1.3.Analisis Kebutuhan Air Limbah

Penanganan air limbah di perumahan dan permukiman pada

dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri,

(43)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

oleh pemerintah daerah, baik dengan atau tanpa bantuan

pemerintah pusat maupun kerja sama dengan sektor swasta.

Berdasarkan isu strategis tentang air limbah maka yang yang

dibutuhkan dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh

Kota adalah :

1. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air limbah

(44)
(45)
(46)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

3. Tersedianya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan air

limbah

Berdasarkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota

Tahun 2012, maka gambaran analisis kebutuhan pengelolaan air

(47)
(48)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.2. Persampahan

Dalam skala Kabupaten Lima Puluh Kota sampah ditangani oleh

Dinas Pekerjaan Umum dengan pengangkutan secara komunal yaitu

dimana sampah dari tiap rumah tangga diangkut oleh petugas

kebersihan ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara

dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat

Pembuangan Akhir) oleh truk-truk sampah. TPA Kabupaten Lima Puluh

Kota terdapat di Kota Payakumbuh yang merupakan TPA Regional.

6.4.2.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Persampahan

A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu strategis pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh

Kota adalah :

1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah di

(49)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

2. Belum adanya partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam

pengelolaan sampah

3. Sistem pengelolaan sampah yang ada belum bisa melayani

masyarakat sebanyak 70%.

4. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan

(50)
(51)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan

Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dikelola oleh

Pemerintah Daerah. Belum ada partisipasi masyarakat maupun

pihak swasta. Pihak swasta bersedia menggulirkan dana

Corporation Social Responsibility (CSR) jika master plan dan

rencana induk pengelola persampahan daerah telah tersedia.

Gambaran permasalahan dan tantangan Pengembangan

Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada

(52)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.2.2.Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan

Pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota

diarahkan untuk pengelolaan secara mandiri oleh masyarakat atau

pengurangan sampah mulai dari sumber sampah itu sendiri sesuai

dengan amanah Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008. Oleh

karena itu berdasarkan SSK Lima Puluh Kota, program pengelolaan

sampah yang direncanakan adalah pembangunan 3R skala

kawasan. Gambaran analisis kebutuhan dan target pencapaian

daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.29

6.4.2.3.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan

A. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R

Lokasi Kegiatan : 13 Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Lingkup Kegiatan :

1. Pembangunan sarana persampahan 3R telah dilaksanakan

pada tahun 2014 oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten

Lima Puluh di Kecamatan Harau pada 2 lokasi. Perencanaan

pembangunan prasarana persampahan 3R untuk beberapa

tahun kedepan adalah tersedianya prasarana persampahan

(53)
(54)
(55)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

2. Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat sebagai

pengelola

3. Pembangunan hangar, pengadaan alat pengumpul sampah,

alat composting

(56)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Kriteria Kesiapan :

1. Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK

2. Tidak ada permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan

sudah dibebaskan)

3. Penanganan secara komunal yang melayani sebagian /

seluruh sumber sampah yang ada di kawasan

4. Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk

mengurangi beban sampah yang akan diangkut ke TPA

5. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota akan melakukan

penyuluhan kepada masyarakat

6.4.3. Drainase

Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air

permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan

resapan manusia.

6.4.3.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Drainase

A. Isu Strategis Pengembangan Drainase

Isu – isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di

Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain :

a. Terdapat kawasan genangan air seluas 1.000 Ha.

b. Belum tersedianya sistem pengelolaan drainase

c. Belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang

pengelolaan drainase

B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase

Permasalahan mengenai drainase yang dihadapi oleh

(57)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

1. Belum terintegrasinya sistem drainase lingkungan dengan

drainase Kabupaten. Jika tersedia sistem drainase

lingkungan yang terintegrasi dengan system drainase

kabupaten maka akan terjadi pengurangan kawasan

genangan air seluas 450 Ha.

2. Pendanaan di APBD untuk sector lingkungan terutama

drainase masih sangat kecil persentasenya.

Gambaran permasalahan pengelolaan drainase yang

dihadapi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada

Tabel 6.31.

6.4.3.2.Analisis Kebutuhan Drainase

Perlu mengkaji ulang dan membuat kembali master plan drainase di

Kabupaten Lima Puluh Kota, karena master plan yang tersedia tidak

sesuai dengan kondisi pengembangan jaringan sarana dan

prasarana di Kabupaten Lima Puluh Kota. Gambaran analisis

kebutuhan drainase di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat

(58)
(59)
(60)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

6.4.3.3.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase

A. Pembangunan Prasarana Drainase

Lokasi : Kawasan ibukota kabupaten Sarilamak dan sekitarnya

Lingkup kegiatan :

1. Pembangunan saluran drainase primer

2. Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier

3. Sosialisasi pengelolaan saluran drainase

(61)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

1. Sudah memiliki RPI2JM dan SSK

2. Dilaksanakan dalam rangka mengurangi kawasan genangan

air seluas 450 Ha sampai 2017

3. Tidak ada permasalahan lahan

4. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota bersedia menyediakan

alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan

5. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota akan melaksanakan

penyuluhan kepada masyarakat

6.4.4. Usulan Program dan Kegiatan

Penyusunan usulan dan prioritas program komponen Pengembangan

Sanitasi sesuai kebijakan prioritas program pada RPJMD 2010 – 2015

dan SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012. Gambaran usulan dan prioritas

program komponen Pengembangan Sanitasi dapat dilihat pada

tabel 6.33.

7.4.1 KONDISI EKISTING

Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman

Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota

yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam

tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED.

(62)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

Oleh karena itu data mengenai sarana dan prasarana

pengolahan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota tidak bisa

digambarkan karena belum ada infrastruktur pengolahan air

limbah, dapat dilihat pada Tabel 6.20.

Sistem sanitasi On Site adalah Sistem pembuangan air limbah

secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini

meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan

setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir

lumpur tinja (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang

Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan

Penataan

Ruang). Kondisi eksisting pengembangan air limbah secara teknis

dapat dilihat pada Tabel 6.21, 6.22 dan 6.23.

Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan

Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan dan 79

nagari yang tersebar pada wilayah seluas 33.543 Ha. Berdasarkan

data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Kab. Lima Puluh kota

sebesar 348.555jiwa. Jika diasumsikan setiap penduduk

memproduksi sampah 2 liter per hari, maka sertiap harinya

terdapat timbulan sampah sebesar 717,13 M3. Kondisi pelayanan

persampahan saat ini hanya mampu menangani timbulan

sampah sebesar 21- 22 M3 perhari, dimana wilayah yang menjadi

cakupan pelayanan adalah Kota Sarilamak, sebagai Ibu kota

Kabupaten Sesuai Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan

Kementrian PU, pada tahun 2014, 70% wilayah perkotaan telah

(63)

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020

nagari yang masuk dalam kategori perkotaan, yaitu Nagari Koto

Baru Simalanggang, Nagari VIII Koto dan Nagari Muaro Paiti.

Berdasarkan kondisi di atas perlu peningkatan pelayanan di bidang

persampahan baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk

keempat nagari yang tergolong daerah perkotaan tersebut.

Sementara untuk wilayah yang tidak termasuk perkotaan, dibutuhkan

strategi penanganan sampah yang berbeda, mengingat

keterbatasan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pelayanan

persampahan. Upaya untuk menciptakan masyarakat yang mandiri

dalam pengelolaan sampah diharapkan mampu menjadi solusi

pengelolaan sampah di wilayah perdesaan. Gambaran Kondisi

Eksisting Pengembangan Persampahan di Kabupaten Lima Puluh

Kota dapat dilihat pada Tabel 6.26 dan 6.27.

Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase

Sejauh ini kegiatan pembangunan drainase merupakan kegiatan

yang melekat kepada kegiatan lainnya atau lebih bersifat sebagai

kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan

drainase biasanya sejalan dengan pembangunan Jalan Nasional,

Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten dan Jalan Lingkungan. Kondisi

eksisting pengembangan drainase tidak bisa diuraikan karena tidak

data mengenai drainase eksisting, seperti terlihat pada Tabel 6.30.

7.4.2 SASARAN PROGRAM

(64)

Gambar

Tabel 6.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kab. Lima Puluh Kota
Tabel 6.4 Data Program Perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah Bidang Cipta Karya atau disingkat sebagai RPI2JM Cipta Karya adalah dokumen rencana dan program

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Simeulue ini pada dasarnya dapat dilanjutkan dan dikembangkan

1 Telah memuat Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta Karya untuk Jangka Menengah (lima

pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dan tercantum pada Rencana Terpadu dan Program. Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2-JM) Bidang Cipta

Penyusunan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya Kabupaten Semarang VII-46 Pada beberapa wilayah yang mempunyai ketinggian rendah rawan terjadi

RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG PU / CIPTA KARYA TAHUN ANGGARAN 2015. KLUNGKUNG -

Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan