RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA PEMBANGUNAN
INFRASTRUKTUR CIPTA KARYA
7.1. SEKTOR PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan pemukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Kawasan peruntukan permukiman perkotaan direncanakan akan
dikembangkan di Kota Sarilamak dan pusat ibukota – ibukota kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota. Sedangkan kawasan peruntukan permukiman permukiman berada tersebar di setiap kecamatan dengan luas ± 2.938 Km2 yang terdiri atas :
a. Kawasan permukiman penduduk perdesaan yang tumbuh secara
swadaya;
b. Kawasan transmigrasi di Kecamatan Kapur IX dan Kecamatan
Pangkalan Koto Baru.
A. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN
Arah.MM, an kebijakan pengembangan permukiman mengacu pada amanat peraturan perundangan, antara lain:
1. Undang - Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional. Arahan RPJMN Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.
2. Undang-Undang No.1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Permukiman. Pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraanperumahan(butir c),
penyelenggaraan kawasan permukiman (butird),pemeliharaandan perbaikan (butir e), Serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).
3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun.
Pasal 15 mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara
merupakan tanggung jawab pemerintah.
4. Peraturan Presiden No. 15Tahun 2012 tentang Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/ 2012
tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang. Peraturan ini menetapkan target berkurangnya luas permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10% pada tahun 2014.
6. Peraturan Daerah Kabupaten Lima Puluh Kota Nomor 7 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2012 – 2032. Peraturan ini mengarahkan pembangunan di Kabupaten Lima Puluh Kota dengan
memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan keamanan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
B. ISU STRATEGIS, KONDISI EXSISTING, PERMASALAHAN, DAN
TANTANGAN PENGEMBANGAN PERMUKIMAN
A. Isu Strategis Pengembangan Permukiman
Pembuatan dokumen RP2KP di Kabupaten Lima Puluh Kota sedang dalam proses penyusunan. Oleh karena itu isu strategis, kondisi eksisting, permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota merujuk ke
dokumen RPJMD 2010 – 2015. Adapun Isu strategis dari berbagai aspek dapat dilihat pada Tabel 6.1.
Tabel B. Isu – isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman Skala Kabupaten Lima Puluh Kota
No Isu Strategis No Keterangan
1. Pengembangan IKK Sarilamak sebagai Pusat Pemerintahan, Sosial Budaya 1. 2. Pembangunan Gedung untuk SKPD di
Pemerintahan Kab. Lima Puluh Kota sampai tahun yang akan datang
direncanakan 9 bangunan lagi.
Pengembangan daerah segitiga pertumbuhan yaitu Mungka, Sarilamak, dan Pangkalan.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
2. Letak Geografis Daerah Yang Strategis Sebagai Gerbang Timur Sumatera Barat
1. Perbaikan Infrastruktur Jalan yang menghubungkan Kab. Lima Puluh Kota
dengan Prov. Riau sehinga kelancaran mobilitas barang dan orang antar wilayah akan semakin tinggi. 3. Perubahan Lingkungan,
Iklim dan Konservasi SDA
1.
2.
3.
Pengurangan luas dan daya dukung hutan, terutama terkonversi oleh pembukaan lahan perkebunan dan pertambangan yang pada dasarnya tidak terpantau dan terawai dengan baik. Perubahan lingkungan lainnya terjadi akibat
konversi lahan menjadi area perumahan, pemukiman dan perkantoran, yang
selanjutnya berimbas kepada peningkatan polusi
lingkungan.
Polusi ini dapat berupa
peningkatan jumlah sampah, pengurangan kualitas air bersih, pengotoran udara, kebisingan dan sebagainya.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
4. Topografis Daerah Yang Menyebabkan Tingginya Disparitas Wilayah
1.
2.
3.
Topografi daerah kabupaten lima puluh kota
bergelombang dan berbukti dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 110 m sampai 791 m Dengan kondisi Topografis yang bervariasi tersebut maka secara alamiah terjadi disparitas sosial dan
ekonomi
Akibat nya maka secara umum di Kabupaten Lima Puluh Kota terjadi
ketimpangan sebaran sumberdaya, baik sumberdaya manusia, sumberdaya ekonomi dan sbgnya,
5. Penyebaran Penyakit Menular Secara Global
1. Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat jutaan ternak
unggas yang potensial untuk flu burung dan ribuan
ternak besar yang potensial untuk flu babi dan anthraks 6. Perkembangan
Perdagangan Interregional
1. Komoditas yang mudah dan mulai eksis perlu
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
dan International dipertahankan seperti
gambir, jeruk siam gunuang omeh, manggis, pisang dan sbg nya. Kemudian juga komoditas telur ayam ras, sapi, kambing dan kerbau serta ikan dan anak ikan yang selama ini telah menjadi tulang punggung ekonomi daerah.
7. Persaingan Usaha dan Rendahnya Realisasi Investasi.
1. Realisasi investasi rata-rata 5 perusahaan setahun, dan investasi itupun dengan skala usaha dan modal yang tidak terlalu besar.
Akibatnya investasi yang terjadi tidak mampu menyerap banyak tenaga kerja.
8. Infiltrasi Budaya Global Yang Nrgatif dan Narkoba.
1. Untuk mengatasi hal ini maka pemberdayaan
masyarakat, pemberdayaan adat dan budaya
minangkabau perlu lebih ditingkatkan.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
a. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman
Luas dari kawasan kumuh yang ada di Kabupaten Lima Puluh Kota belum bisa ditentukan, disebabkan belum adanya surat ketetapan tentang wilayah dan luas kawasan. Survey tentang wilayah dan luas kawasan kumuh dimulai pada akhir tahun 2014. Permasalahan dan tantangan pengembangan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.5.
Tabel 6.5 Identifikasi Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Permukiman Kab. Lima Puluh Kota
No Permasalahan Pengembangan Permukaan Tantangan Pengembangan Alternatif Solusi 1 2 3 4 1 Aspek Teknis
Sarana dan Prasarana Infrastrktur Cipta Karya di Kawasan
Permukiman Belum Memadai
2 Aspek Kelembagaan
Kurangnya koordinasi antar lembaga di Nagari dengan SKPD yang terkait dengan pengembangan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
permukiman
3 Aspek Pembiayaan
Anggaran untuk pengembangan permukiman yang ada di APBD tidak memadai
4 Aspek Peran Serta
Masyrakat/Swasta Tidak adanya peran serta masyarakat untuk pengelolaan dan pemeliharaan sarana dan prasarana permukiman
5 Aspek Lingkungan Permukiman
C. Analisis Kebutuhan Pengembangan Permukiman
Analisis kebutuhan merupakan tahapan selanjutnya dari identifikasi kondisi eksisting. Analisis kebutuhan mengaitkan kondisi eksisting dengan target kebutuhan yang harus dicapai. Terdapat arahan kebijakan yang menjadi acuan penetapan target pembangunan
bidang Cipta Karya khususnya sector pengembangan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota. Di Kabupaten Lima Puluh Kota acuan kebijakan meliputi RPJMD 2010 – 2015, RTRW 2012 – 2032 dan RDTR 2012 – 2032. Acuan kebijakan tersebut menjadi dasar pada tahapan analisis kebutuhan pengembangan permukiman yang dapat dilihat pada Tabel 6.6 dan Tabel 6.7.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
. 1 1. Jumlah Penduduk Jiwa Kepadatan Penduduk Jiwa/ Km2 Proyeksi Persebaran Jiwa/ Km2 Proyeksi Persebaran Penduduk Miskin Jiwa/ Km2 2 Nagari Potensial untuk Agropolitan Nagari 3 Nagari Potensial untuk Minapolitan Nagari 4 Kawasan Rawan Bencana Kws 5 Kawasan Perbatasan Kws 6 Kawasan Permukiman pulau – pulau kecil Kws
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
7 Desa Kategori Miskin Nagari 8 Kawasan dgn Komoditas Unggul Kws
D. Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan Sektor
Pengembangan Permukiman
Dalam pengembangan permukiman terdapat kriteria yang
menentukan, yang terdiri dari kriteria umum dan khusus, sebagai berikut.
1. Umum
Ada rencana kegiatan rinci yang diuraikan secara jelas.
Indikator kinerja sesuai dengan yang ditetapkan dalam Renstra.
Kesiapan lahan (sudah tersedia).
Sudah tersedia DED.
Tersedia Dokumen Perencanaan Berbasis Kawasan (RP2KP,
RTBL KSK, Masterplan. Agropolitan & Minapolitan, dan KSK)
Tersedia Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) dan
dana daerah untuk pembiayaan komponen kegiatan sehingga sistem bisa berfungsi.
Ada unit pelaksana kegiatan.
Ada lembaga pengelola pasca konstruksi
1. Khusus
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Hasil pembahasan dengan Komisi V - DPR RI
Usulan bupati, terutama kabupaten tertinggal yang belum
ditangani program Cipta Karya lainnya
Kabupaten reguler/sebelumnya dengan kinerja baik
Tingkat kemiskinan desa >25%
E. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan Permukiman
Kegiatan pengembangan permukiman terdiri dari pengembangan permukiman kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan.
Pengembangan permukiman kawasan perkotaan yaitu rencana pengembangan zona perumahan (R) di Kawasan Perencanaan direncanakan seluas ± 1.034,16 Ha.
Sedangkan untuk pengembangan kawasan perdesaan terdiri dari :
1) Pengembangan kawasan permukiman perdesaan untuk
kawasan potensial (Agropolitan dan Minapolitan)
2) Desa tertinggal dengan program PPIP
Selain kegiatan fisik diatas program / kegiatan pengembangan permukiman dapat berupa kegiatan non – fisik seperti penyusunan RP2KP dan RTBL. Usulan prioritas kegiatan dan pembiayaan secara lebih rinci dituangkan pada table 6.8.
7.1.1 KONDISI EKISTING
A. Kondisi Eksisting Pengembangan Permukiman
Kondisi eksisting pengembangan permukiman terkait dengan capaian Kabupaten Lima Puluh Kota dalam menyediakan kawasan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
pembangunan dan pemanfaatan pembangunan permukiman didukung oleh peraturan – peraturan terkait pembangunan permukiman di daerah Kabupaten Lima Puluh Kota. Peraturan tersebut dapat dilihat pada Tabel 6.2.
Berdasarkan usulan dari Kabupaten Lima Puluh Kota ke Propinsi Sumatera Barat menetapkan bahwa Nagari Pilubang Kecamatan Harau merupakan salah satu kawasan kumuh di Kabupaten Lima Puluh Kota. Namun penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Lima Puluh Kota melalui Surat Keputusan Bupati Lima Puluh Kota belum ada. Survey mengenai kawasan kumuh baru dilaksankan pada akhir tahun 2014. Sehingga data kawasan kumuh tersebut tidak tersedia. Arahan pembangunan perumahan menurut usulan Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2012 -2032 adalah rencana pengembangan fasilitas perumahan yang sesuai daya dukung dan daya tampung, maka pengembangan perumahan di kawasan perencanaan meliputi : rumah sederhana (kavling kecil), rumah menengah (kavling sedang), dan rumah mewah (kavling besar) dengan perbandingan jumlah rumah menengah, berbanding jumlah rumah mewah sebesar 6 (enam) atau lebih, berbanding 3 (tiga) atau lebih, berbanding 1 (satu). Sehingga tidak ada pembangunan Rumah Susun Hunian (RSH) dan Rusunawa di wilayah perkotaan yang dilaksanakan dengan menggunakan APBD Kabupaten Lima Puluh Kota. Pembangunan Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota dilaksanakan dengan menggunakan APBN dari Kementerian
Perumahan Rakyat. Kondisi Rusunawa di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.3.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
No Lokasi Rusunawa Thn. Dibangun Pengelola Jumlah Penghuni Kondisi Prasarana Cipta Karya Yang Ada 1 2 3 4 5 6 1. Kec. Guguak 2013 Kemenpera 80 Baik
2. Kec. Harau 2014 Kemenpera 80 Sedang
dilaksanakan
Sedangkan bentuk dukungan infrastruktur dalam program – program perdesaan dapat dilihat pada Tabel 6.4
Tabel 6.4 Data Program Perdesaan di Kabupaten Lima Puluh Kota
No Kegiatan Lokasi Vol/Satuan Status Kondisi
1 2 3 4 5 6 1 Program Perencanaan Kawasan Perdesaan Berkelanjutan (P2KPB) Nagari Sungai Rimbang Kec. Suliki Dokumen Sedang Berlangsung
2 PPIP Kec. Payakumbuh Kec. Akabiluru 2 Nagari 3 Nagari Selesai Dilaksanakan Baik
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Kec. Luak Kec. Lareh Sago Halaban
Kec. Situjuah Limo Nagari
Kec. Harau Kec. Guguak Kec. Mungka Kec. Suliki
Kec. Bukik Barisan Kec. Gunuang Omeh Kec. Kapur IX Kec. Pangkalan 4 Nagari 7 Nagari 10 Nagari 5 Nagari 5 Nagari 3 Nagari 4 Nagari 4 Nagari 3 Nagari 6 Nagari 5 Nagari Selesai Dilaksanakan Selesai Dilaksanakan Selesa Dilaksanakan Selesai Dilaksanakan Selesai Dilaksanakan Selesai Dilaksanakan Selesai Dilaksanakan Selesai Dilaksanakan Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik 7.1.2 SASARAN PROGRAM
7.1.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM
7.2 SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
Penataan bangunan dan lingkungan adalah serangkaian kegiatan yang diperlukan sebagai bagian dari upaya pengendalian
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
pemanfaatan ruang, terutama untuk mewujudkan lingkungan binaan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, khususnya wujud fisik bangunan gedung dan lingkungannya.
A. ARAHAN KEBIJAKAN DAN LINGKUP KEGIATAN PBL
Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang – undang dan peraturan antara lain :
1. UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman
UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan
pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan
kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.
2. UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung
UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung.
3. PP 36/2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung
Secara lebih rinci UU No. 28 tahun 2002 dijelaskan dalam PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksana dari UU No. 28/2002. PP ini membahas ketentuan fungsi bangunan gedung, persyaratan bangunan gedung, penyelenggaraan bangunan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
gedung, peran masyarakat, dan pembinaan dalam
penyelenggaraan bangunan gedung. Dalam peraturan ini ditekankan pentingnya bagi pemerintah daerah untuk menyusun Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL) sebagai acuan rancang bangun serta alat pengendalian pengembangan bangunan gedung dan lingkungan.
4. Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan
Panduan dalam penyusunan dan pelaksanaan dokumen RTBL, maka telah ditetapkan Permen PU No. 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan. Dalam peraturan tersebut, dijelaskan bahwa RTBL disusun pada skala kawasan baik di perkotaan maupun perdesaan yang meliputi kawasan baru berkembang cepat, kawasan terbangun, kawasan dilestarikan, kawasan rawan bencana, serta kawasan gabungan dari jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.
5. Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan
Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
Permen PU No: 14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang mengamanatkan jenis dan mutu pelayanan dasar Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap warga secara minimal. Pada Permen tersebut dilampirkan indikator pencapaian SPM pada setiap Direktorat Jenderal di lingkungan Kementerian PU beserta sektor-sektornya.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
6.2.1.ISU STRATEGIS, KONDISI EKSISTING, PERMASALAHAN DAN TANTANGAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
A. Isu Strategis Penataan Bangunan dan Lingkungan
Terkait dengan dokumen RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota maka isu strategis tentang penataan bangunan dan lingkungan adalah pengembangan pusat-pusat pelayanan secara berhirarki dan bersinergis antara pusat pengembangan di perkotaan Sarilamak dan perkotaan kecamatan serta pengembangan sistem permukiman nagari berbasis agribisnis dan pariwisata dan pengembangan kelengkapan prasarana wilayah dan prasarana lingkungan dalam mendukung pengembangan sentra produksi pertanian, industri pertanian, ekowisata dan pusat permukiman secara terpadu dan efisien. Gambaran isu strategis penataan bangunan dan lingkungan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.9.
B. Permasalahan dan Tantangan Penataan Bangunan dan
Lingkungan
Kurang tertibnya pembangunan bangunan gedung di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat dari target nilai Standar Pelayanan Minimal (SPM) untuk tahun 2019 hanya 43%. Standar SPM yang mengacu pada Permen PU Nomor 14 Tahun 2010 terkait dengan sektor PBL, khususnya melayani masyarakat dalam pengurusan IMB adalah 100% pada tahun 2014. Identifikasi permasalahan dan tantangan PBL dapat dilihat pada Tabel 6.12.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
6.2.2.Analisis Kebutuhan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Secara geografis Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki lahan efektif yang dapat diolah untuk pembangunan dalam jumlah terbatas (± 40%), dikarenakan sebagian besar lahan yang ada berupa hutan lindung (± 60%), dan lahan yang ada itupun sebagian besar memiliki topografi bergelombang dan berbukit dengan kemiringan diatas 50% yang cukup banyak. Kondisi geografis ini pada gilirannya ikut mempengaruhi prilaku dan kehidupan masyarakat secara sosial ekonomi dan budaya.
Salah satu sasaran RPJMD 2010 – 2015 menyangkut PBL adalah terciptanya komunitas perumahan yang tertata dengan baik.
Penyediaan RTH berdasarkan luas wilayah di perkotaan adalah sebagai berikut:
a) Ruang terbuka hijau di perkotaan terdiri dari RTH Publik dan RTH privat;
b) Proporsi RTH pada wilayah perkotaan adalah sebesar minimal
30% yang terdiri dari 20% ruang terbuka hijau publik dan 10% terdiri dari ruang terbuka hijau privat;
c) Apabila luas RTH baik publik maupun privat di kota yang
bersangkutan telah memiliki total luas lebih besar dari peraturan atau perundangan yang berlaku, maka proporsi tersebut harus tetap dipertahankan keberadaannya.
Proporsi 30% merupakan ukuran minimal untuk menjamin keseimbangan ekosistem kota/perkotaan, baik keseimbangan sistem hidrologi dan keseimbangan mikroklimat, maupun sistem ekologis lain yang dapat meningkatkan ketersediaan udara bersih yang
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
diperlukan masyarakat, serta sekaligus dapat meningkatkan nilai estetika kota. Yang termasuk ruang terbuka hijau kota/perkotaan, antara lain, meliputi hutan kota, taman kota, dan jalur hijau di sepanjang jaringan jalan. Kebutuhan sector PBL dapat dilihat pada Tabel 6.13.
6.2.3.Program – Program dan Kriteria Kesiapan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Untuk penyelenggaraan program-program pada sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan (PBL) maka dibutuhkan Kriteria Kesiapan (Readiness Criteria) yang mencakup antara lain rencana kegiatan rinci, indikator kinerja, komitmen Pemda dalam mendukung pelaksanaan kegiatan melalui penyiapan dana pendamping, pengadaan lahan jika diperlukan, serta pembentukan kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan proyek serta mengelola aset proyek setelah infrastruktur dibangun.
Kriteria Kesiapan untuk sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan adalah:
- Penyusunan Rencana Tata Bangunan Dan Lingkungan (RTBL) Kriteria Lokasi :
• Sesuai dengan kriteria dalam Permen PU No.6 Tahun 2006; • Kawasan terbangun yang memerlukan penataan;
• Kawasan yang dilestarikan/heritage; • Kawasan rawan bencana;
• Kawasan gabungan atau campuran (fungsi hunian, fungsi usaha, fungsi sosial/ budaya dan/atau keagamaan serta fungsi khusus, kawasan sentra niaga (central business district);
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
• Komitmen Pemda dalam rencana pengembangan dan investasi Pemerintah daerah, swasta, masyarakat yang terintegrasi dengan rencana tata ruang dan/atau pengembangan wilayahnya;
6.2.4.Usulan Kebutuhan Program dan Kegiatan Penataan Bangunan dan Lingkungan
Usulan program dan kegiatan PBL pada Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.14.
7.2. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Penyelenggaraan, pengembangan SPAM adalah kegiatan
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau dan / atau mengevaluasi system fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum
A. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan SPAM
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam pengembangan SPAM antara lain :
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan
keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan
pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan
perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
7.2.1 KONDISI EKSISTING
Untuk mewujudkan kawasan pemerintahan terpadu di Kota Sarilamak, maka Pemerintah Daerah perlu meningkatkan alokasi dana untuk pembangunan gedung perkantoran dan prasarana dan sarana pendukungnya. Penyediaan dana ini tidak saja dari APBD Pemerintah Kabupaten tetapi juga perlu diusahakan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi. Secara bertahap beberapa badan dan dinas sudah mulai pindah ke kawasan perkantoran Sarilamak ini. Gambaran kondisi eksisting kegiatan penataan bangunan lingkungan di kabupaten Lima Puluh Kota terkait peraturan daerah dapat dilihat pada Tabel 6.10.
Menurut RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota yang termasuk kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan yang ada terdiri dari :
ii. kawasan bersejarah Pemerintahan Darurat Repulik Indonesia
(PDRI) berupa bangunan musium yang berlokasi di Kecamatan Gunung Omeh; dan
iii. kawasan bersejarah Situs Menhir di Kecamatan Harau, Kecamatan
Bukik Barisan, Kecamatan Guguak dan Kapur IX merupakan batu yang merupakan sejarah suku-suku di Kabupaten lima Puluh Kota. Gambaran penataan lingkungan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.11.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
7.2.2 SASARAN PROGRAM
7.2.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM
7.3 SEKTOR PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM (SPAM)
7.3. Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Penyelenggaraan, pengembangan SPAM adalah kegiatan
merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau dan / atau mengevaluasi system fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum
B. Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan SPAM
Beberapa peraturan yang menjadi dasar dalam pengembangan SPAM antara lain :
1. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air
Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
2. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program
Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025
Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum
Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran
masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan
keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta
transparansi dan akuntabilitas.
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang
Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan
pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan
pengembangan
SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang
Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.
6.3.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Kegiatan SPAM
A. Isu Strategis Pengembangan SPAM
Isu Strategis Pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh Kota berdasarkan Master Plan Air Minum Kabupaten Lima Puluh Kota Tahun 2009 dalah sebagai berikut :
1. Adanya peningkatan akses air minum perpipaan berdasarkan
daerah pelayanan berikut :
Wilayah pelayanan IKK dari 23% menjadi 45%.
Wilayah pelayanan Desa dari 8% menjadi 20%.
Membuat Rencana Induk SPAM.
Untuk meningkatkan akses air minum perpipaan dilakukan kegiatan penambahan unit pelayanan yaitu :
Pengembangan pelayanan kota ;1 Unit/kota.
Penyediaan PS air minum IKK Rawa Air yang belum memiliki system (baru) :0 Unit.
Perluasan/pengembangan SPAM IKK yang sudah memiliki
sistem (lama) : 1 Unit.
Penyediaan PS air minum Desa Rawan Air yang belum memiliki
sistem (baru) : 4 Unit.
Perluasan SPAM desa yang sudah memiliki sistem (lama) : 2 Unit.
2. Peningkatan akses air minum non perpipaan terlindungi di abupaten Lima Puluh Kota dari 15% menjadi 16,3%. Upaya yang dilakukan berupa pengembangan PS air minum di nagari.
3. Peningkatan kesehatan PDAM. Dalam hal ini status PDAM akan ditingkatkan dari sakit menjadi kurang sehat dan menjadi sehat.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Kegiatan yang mendukung sasaran ini adalah :
• Dukungan APBD untuk mengurangi utang/memberikan dukungan lebih besar dari dana APBD dst.
• Penyesuaian tarif dari tarif air rata-rata Rp 600/M2 menjadi Rp 1.200/M3
4. Menurunkan tingkat kehilangan air khususnya di perkotaan dan IKK dari 45% menjadi 20%.
Upaya-upaya yang dilakukan meliputi : • Pemasangan water meter induk baru.
• Mengganti/menambah water pelanggan yang terkalibrasi. • Rehabilitasi jaringan pipa tua.
• Mengevaluasi dan memonitoring saluran pipa secara rutin dan seterusnya.
C. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan SPAM
Identifikasi permasalahan dan tantangan pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.16.
6.3.2.Analisis Kebutuhan SPAM
Kebutuhan sistem penyediaan air minum terjadi karena adanya gap antara kondisi yang ada saat ini dengan target yang akan dicapai pada kurun waktu tertentu. Kondisi pelayanan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota sebesar 65,38%
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
A. Analisis Kebutuhan Pengembangan SPAM Kabupaten Lima Puluh
Kota
Pemenuhan kebutuhan air minum bagi masyarakat di Kabupaten Lima Puluh difasilitasi oleh PDAM dan Non PDAM. Organisasi pengelola air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari PDAM dan Badan Pengelola Sistem Penyediaan Air Minum (BPSPAM) Nagari.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Cakupan pelayanan air minum untuk masyarakat lebih besar persentase dari Non PDAM dibandingkan dengan PDAM. Hasil Analisis kebutuhan dapat dilihat pada Tabel 6.17.
B. Kebutuhan Pengembangan SPAM Daerah
Gambaran realisasi dan target pengembangan sistem penyediaan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.18.
6.3.3.Kesiapan Daerah Terhadap Kriteria Kesiapan Sektor Air Minum Program SPAM yang dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain:
A. Program SPAM IKK
Kriteria Program SPAM IKK adalah: Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM Kegiatan:
Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)
Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
B. Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR)
Kriteria Program Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) adalah: Sasaran: Optimalisasi SPAM IKK
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Kegiatan: Stimulan jaringan pipa distribusi maksimal 40% dari target total SR untuk MBR
Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan kumuh/nelayan yang terlayani
SPAM
C. Program Perdesaan Pola Pamsimas
Kriteria Program Perdesaan Pola Pamsimas adalah: Sasaran: IKK yang belum memiliki SPAM
Kegiatan:
Pembangunan SPAM (unit air baku, unit produksi dan unit
distribusi utama)
Jaringan distribusi untuk maksimal 40% target Sambungan
Rumah (SR) total Indikator:
Peningkatan kapasitas (liter/detik)
Penambahan jumlah kawasan/IKK yang terlayani SPAM
Kelengkapan (readiness criteria) usulan kegiatan Pengembangan
SPAM pemerintah kabupaten/kota adalah sebagai berikut:
A. Tersedia Rencana Induk Pengembangan SPAM (sudah
dianggarkan pada Tahun 2015)
B. Tersedia dokumen RPIJM bidang Cipta Karya
C. Tersedia studi kelayakan/justifikasi teknis dan biaya
Studi Kelayakan Lengkap: Penambahan kapasitas ≥ 20 l/detik
atau diameter pipa JDU terbesar ≥ 250 mm
Studi Kelayakan Sederhana: Penambahan kapasitas 15-20
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
D. Tersedia DED/Rencana Teknis (sesuai Permen No. 18/2007) E. Ada indikator kinerja untuk monitoring
– Indikator Output: 100 % pekerjaan fisik
– Indikator Outcome: Jumlah SR/HU yang dimanfaatkan oleh masyarakat pada tahun yang sama
F. Tersedia lahan/ada jaminan ketersediaan lahan
G. Tersedia Dana Daerah Untuk Urusan Bersama (DDUB) sesuai
kebutuhan fungsional dan rencana pemanfaatan sistem yang akan dibangun
H. Institusi pengelola pasca konstruksi sudah jelas
(PDAM/BPSPAM Nagari)
I. Dinyatakan dalam surat pernyataan Bupati Lima Puluh Kota
6.3.4.Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM
Usulan dan prioritas program komponen pengembangan SPAM disusun sesuai kebijakan prioritas program yang ada pada RPJMD.
Penyusunan tersebut memperhatikan kebutuhan air minum berkaitan dengan pengembangan atau pembangunan sektor dan kawasan unggulan. Usulan Program dan Kegiatan Pengembangan SPAM dapat dilihat pada Tabel 6.19.
7.3.1 Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM
Kondisi Eksisting Pengembangan SPAM di Kabupaten Lima Puluh Kota meliputi :
a. Aspek Teknis
Berkaitan dengan jenis dan jumlah sistem jaringan yang terdapat di Kabupaten Lima Puluh Kota.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Berkaitan dengan uraian umum pembiayaan pengelolaan air minum dari sistem jaringan perpipaan maupun jaringan bukan perpipaan
c. Kelembagaan
Organisasi pengelola sistem penyediaan air minum baik jaringan perpipaan maupun non perpipaan
d. Peraturan Perundangan
Peraturan – perundangan yang berkaitan dengan pengelolaan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota
e. Peran Serta Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan air minum terkait dengan kepatuhan membayar retribusi air, inisiatif masyarakat dan peran serta masyarakat memelihara kualitas dan kuantitas sumber air.
Gambaran kondisi eksisting sistem penyediaan air minum di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.15.
7.3.2 SASARAN PROGRAM
7.3.3 USULAN KEBUTUHAN PROGRAM
7.4 SEKTOR PENGEMBANGAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN (PLP)
7.4. Penyehatan Lingkungan Permukiman
6.4.1. Air Limbah
Air limbah adalah Air yang dihasilkan dari aktivitas manusia yang mengandung zat-zat yang dapat mempengaruhi kualitas lingkungan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
6.4.1.1.Arahan Kebijakan dan Lingkup Kegiatan Pengelolaan Air Limbah
Beberapa peraturan perundangan yang mengatur pengelolaan air limbah , antara lain :
1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional.
Pembangunan dan penyediaan air minum dan sanitasi diarahkan untuk mewujudkan terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat serta kebutuhan sektor-sektor terkait lainnya, seperti industri, perdagangan, transportasi, pariwisata, dan jasa sebagai upaya mendorong pertumbuhan ekonomi.
2. Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air.
Pasal 21 ayat (2) butir d mengamanatkan pentingnya pengaturan prasarana dan sarana sanitasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian sumber air.
3. Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum.
Peraturan ini mengatur penyelenggaraan prasarana dan sarana air
limbah permukiman secara terpadu dengan penyelenggaraan sistem penyediaan air minum.
4. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
Pengaturan Sarana dan Prasarana Sanitasi dilakukan salah satunya melalui pemisahan antara jaringan drainase dan jaringan pengumpul air limbah pada kawasan perkotaan.
5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Mensyaratkan tersedianya sistem air limbah setempat yang
memadai dan tersedianya sistem air limbah skala
komunitas/kawasan/kota.
6. Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 02/MENKLH/I/1998 tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan
Mengamanatkan bahwa Pengolahan yang dilakukan terhadap air
buangan dimaksudkan agar air buangan tersebut dapat dibuang ke badan air penerima menurut standar yang diterapkan, yaitu
standar aliran (stream standard) dan standar efluen (effluent
standard).
6.4.1.2.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Air Limbah Permukiman
A. Isu Strategis Pengembangan Air Limbah Permukiman
Rumusan isu strategis ini dilakukan dengan melakukan identifikasi data dan informasi dari dokumen – dokumen perencanaan pembangunan terkait dengan pengembangan permukiman di Kabupaten Lima Puluh Kota, seperti RPJMD, RTRW Kabupaten Lima Puluh Kota, Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi Kabupaten. Berdasarkan dokumen SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012 ada beberapa isu strategis tentang Pengembangan Air Limbah Dometik yaitu :
1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan air limbah
Tujuan : Tersedianya sistem pengelolaan air limbah setempat yang dapat melayani 60 % penduduk perkotaan pada tahun 2017
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Pernyataan Sasaran : Berkurangnya praktek BABS dari 10% menjadi 0% pada tahun 2017
Indikator Sasaran : Tidak ada penduduk yang melakukan praktek BABS pada tahun 2015
Strategi :
Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang
dapat melayani 60 % penduduk pada tahun 2017
Tersedianya system pengelolaan air limbah setempat yang
dapat melayani 75% penduduk perkotaan pada tahun 2017
Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75 %
pada tahun 2017
Memprioritaskan pembangunan bagi kelompok masyarakat
miskin
2. Rendahnya akses masyarakat terhadap jamban yang sehat
Tujuan : Meningkatnya penggunaan jamban sehat menjadi 75% pada Tahun 2017
Pernyataan Sasaran : Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai pada akhir tahun 2015 serta meningkatnya tingkat layanan menjadi 75% di wilayah perkotaan pada tahun 2017
Indikator Sasaran : Berkurangnya praktek BABS menjadi 0% di wilayah perkotaan dan area beresiko tinggi pada tahun 2017
Strategi :
Tersedianya rencana Induk Pengelolaan Air Limbah Domestik
pada akhir tahun 2014
Tersedianya regulasi air limbah domestic pada akhir tahun
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Tersedianya layanan air limbah setempat yang memadai
pada
akhir tahun 2015 serta meningkatnya tingkat layanan menjadi 75 % di wilayah perkotaan pada tahun 2017
Meningkatnya akses masyarakat terhadap sarana jamban
keluarga yang sehat dari 35 % menjadi 75 % atau 151.197 Jiwa pada akhir tahun 2017. (Data EHRA)
Berkurangnya praktek BABS menjadi 0 % pada tahun 2017
Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih pengelola
air limbah setempat skala individu menjadi 7 Orang pada akhir tahun 2015
Meningkatnya kapasitas dan jumlah SDM terlatih KSM
pengelola MCK menjadi 39 orang pada tahun 2017
Meningkatnya alokasi pendanaan air limbah domestik dari
APBD
3. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan
air limbah
Tujuan : Peningkatan kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat dan pengembangan serta pengelolaan lingkungan yang sehat Perkembangan kota Sarilamak sebagai ibu kota kabupaten menjadikan daerah ini sebagai pusat berbagai aktivitas yang pada gilirannya akan menimbulkan berbagi persoalan sosial dan lingkungan. Volume sampah yang terus mengalami peningkatan baik dari segi kuantitas maupun kualitas harus ditangani dengan baik. Persoalan sampah yang tidak diatasi dengan baik dapat menimbulkan dampak buruk bagi bagi
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
kesehatan manusia dan pencemaran terhadap tanah, air dan udara
Pernyataan Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat terutama dalam pemanfaatan jamban sehat keluarga
Indikator Sasaran : Perubahan perilaku hidup bersih dan sehat 151.197 jiwa pada akhir tahun 2017 terutama dalam penggunaan jamban sehat keluarga
Strategi :
Program sosialisasi dan kampanye dalam pendidikan
lingkungan dan kepedulian lingkungan
Program pembangunanPS air limbah lingkungan sehat
permukiman berbasis masyarakat
Bantuan Teknis pembangunan air limbah berbasis masyarakat
B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Air Limbah
Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED. Lokasi IPLT direncanakan di Jorong Tigo Balai Kecamatan Harau. Gambaran permasalahan pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 724.
6.4.1.3.Analisis Kebutuhan Air Limbah
Penanganan air limbah di perumahan dan permukiman pada dasarnya merupakan tanggung jawab masyarakat sendiri, sedangkan sarana penunjangnya dapat dibantu atau disediakan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
oleh pemerintah daerah, baik dengan atau tanpa bantuan pemerintah pusat maupun kerja sama dengan sektor swasta.
Berdasarkan isu strategis tentang air limbah maka yang yang dibutuhkan dalam pengelolaan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :
1. Tersedianya sarana dan prasarana pengolahan air limbah
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
3. Tersedianya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan air
limbah
Berdasarkan Strategi Sanitasi Kabupaten (SSK) Lima Puluh Kota Tahun 2012, maka gambaran analisis kebutuhan pengelolaan air limbah dapat dilihat pada Tabel 6.25.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
6.4.2. Persampahan
Dalam skala Kabupaten Lima Puluh Kota sampah ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan pengangkutan secara komunal yaitu dimana sampah dari tiap rumah tangga diangkut oleh petugas kebersihan ke TPS (Tempat Pembuangan Sampah) sementara dengan gerobak, dari TPS lalu diteruskan diangkut ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) oleh truk-truk sampah. TPA Kabupaten Lima Puluh Kota terdapat di Kota Payakumbuh yang merupakan TPA Regional.
6.4.2.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Persampahan
A. Isu Strategis Pengembangan Persampahan
Isu strategis pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :
1. Belum adanya sarana dan prasarana pengolahan sampah di
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
2. Belum adanya partisipasi masyarakat dan pihak swasta dalam
pengelolaan sampah
3. Sistem pengelolaan sampah yang ada belum bisa melayani
masyarakat sebanyak 70%.
4. Belum adanya peraturan daerah yang mengatur pengelolaan
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Persampahan
Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dikelola oleh Pemerintah Daerah. Belum ada partisipasi masyarakat maupun pihak swasta. Pihak swasta bersedia menggulirkan dana Corporation Social Responsibility (CSR) jika master plan dan rencana induk pengelola persampahan daerah telah tersedia. Gambaran permasalahan dan tantangan Pengembangan Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.28.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
6.4.2.2.Analisis Kebutuhan Pengembangan Persampahan
Pengelolaan persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota diarahkan untuk pengelolaan secara mandiri oleh masyarakat atau pengurangan sampah mulai dari sumber sampah itu sendiri sesuai dengan amanah Undang – undang Nomor 18 Tahun 2008. Oleh karena itu berdasarkan SSK Lima Puluh Kota, program pengelolaan sampah yang direncanakan adalah pembangunan 3R skala kawasan. Gambaran analisis kebutuhan dan target pencapaian daerah Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.29
6.4.2.3.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Persampahan
A. Pembangunan Prasarana Persampahan 3R
Lokasi Kegiatan : 13 Kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota Lingkup Kegiatan :
1. Pembangunan sarana persampahan 3R telah dilaksanakan
pada tahun 2014 oleh Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Lima Puluh di Kecamatan Harau pada 2 lokasi. Perencanaan pembangunan prasarana persampahan 3R untuk beberapa tahun kedepan adalah tersedianya prasarana persampahan 3R di seluruh kecamatan di Kabupaten Lima Puluh Kota.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
2. Fasilitasi pembentukan kelompok masyarakat sebagai
pengelola
3. Pembangunan hangar, pengadaan alat pengumpul sampah,
alat composting
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Kriteria Kesiapan :
1. Sudah memiliki RPI2-JM CK dan SSK
2. Tidak ada permasalahan dalam penyediaan lahan (lahan
sudah dibebaskan)
3. Penanganan secara komunal yang melayani sebagian /
seluruh sumber sampah yang ada di kawasan
4. Mendorong peningkatan upaya minimalisasi sampah untuk
mengurangi beban sampah yang akan diangkut ke TPA
5. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota akan melakukan
penyuluhan kepada masyarakat
6.4.3. Drainase
Drainase adalah prasarana yang berfungsi mengalirkan air permukaan ke badan air penerima air dan atau ke bangunan resapan manusia.
6.4.3.1.Isu Strategis, Permasalahan dan Tantangan Drainase
A. Isu Strategis Pengembangan Drainase
Isu – isu strategis dalam pengelolaan sistem drainase di Kabupaten Lima Puluh Kota antara lain :
a. Terdapat kawasan genangan air seluas 1.000 Ha.
b. Belum tersedianya sistem pengelolaan drainase
c. Belum ada peraturan daerah yang mengatur tentang
pengelolaan drainase
B. Permasalahan dan Tantangan Pengembangan Drainase
Permasalahan mengenai drainase yang dihadapi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota adalah :
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
1. Belum terintegrasinya sistem drainase lingkungan dengan
drainase Kabupaten. Jika tersedia sistem drainase lingkungan yang terintegrasi dengan system drainase kabupaten maka akan terjadi pengurangan kawasan genangan air seluas 450 Ha.
2. Pendanaan di APBD untuk sector lingkungan terutama
drainase masih sangat kecil persentasenya.
Gambaran permasalahan pengelolaan drainase yang dihadapi oleh Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.31.
6.4.3.2.Analisis Kebutuhan Drainase
Perlu mengkaji ulang dan membuat kembali master plan drainase di Kabupaten Lima Puluh Kota, karena master plan yang tersedia tidak sesuai dengan kondisi pengembangan jaringan sarana dan prasarana di Kabupaten Lima Puluh Kota. Gambaran analisis kebutuhan drainase di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.32.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
6.4.3.3.Program dan Kriteria Kesiapan Pengembangan Sistem Drainase
A. Pembangunan Prasarana Drainase
Lokasi : Kawasan ibukota kabupaten Sarilamak dan sekitarnya Lingkup kegiatan :
1. Pembangunan saluran drainase primer
2. Pembangunan saluran drainase sekunder dan tersier
3. Sosialisasi pengelolaan saluran drainase
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
1. Sudah memiliki RPI2JM dan SSK
2. Dilaksanakan dalam rangka mengurangi kawasan genangan
air seluas 450 Ha sampai 2017
3. Tidak ada permasalahan lahan
4. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota bersedia menyediakan
alokasi dana untuk biaya operasi dan pemeliharaan
5. Pemerintah Kabupaten Lima Puluh Kota akan melaksanakan
penyuluhan kepada masyarakat
6.4.4. Usulan Program dan Kegiatan
Penyusunan usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi sesuai kebijakan prioritas program pada RPJMD 2010 – 2015 dan SSK Lima Puluh Kota Tahun 2012. Gambaran usulan dan prioritas program komponen Pengembangan Sanitasi dapat dilihat pada tabel 6.33.
7.4.1 KONDISI EKISTING
Kondisi Eksisting Pengembangan Air Limbah Permukiman
Sarana dan Prasarana Air Limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota yang meliputi Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) masih dalam tahap perencanaan dan telah direalisasikan dalam bentu DED. Lokasi IPLT direncanakan di Jorong Tigo Balai Kecamatan Harau.
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
Oleh karena itu data mengenai sarana dan prasarana pengolahan air limbah di Kabupaten Lima Puluh Kota tidak bisa digambarkan karena belum ada infrastruktur pengolahan air limbah, dapat dilihat pada Tabel 6.20.
Sistem sanitasi On Site adalah Sistem pembuangan air limbah secara individual yang diolah dan dibuang di tempat. Sistem ini meliputi cubluk, tangki septik dan resapan, unit pengolahan setempat lainnya, sarana pengangkutan, dan pengolahan akhir
lumpur tinja (Lampiran 2 Permen PU No. 14/PRT/M/2010 tentang
Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Penataan
Ruang). Kondisi eksisting pengembangan air limbah secara teknis
dapat dilihat pada Tabel 6.21, 6.22 dan 6.23. Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan
Kabupaten Lima Puluh Kota terdiri dari 13 kecamatan dan 79 nagari yang tersebar pada wilayah seluas 33.543 Ha. Berdasarkan data BPS tahun 2011, jumlah penduduk Kab. Lima Puluh kota sebesar 348.555jiwa. Jika diasumsikan setiap penduduk memproduksi sampah 2 liter per hari, maka sertiap harinya terdapat timbulan sampah sebesar 717,13 M3. Kondisi pelayanan persampahan saat ini hanya mampu menangani timbulan sampah sebesar 21- 22 M3 perhari, dimana wilayah yang menjadi cakupan pelayanan adalah Kota Sarilamak, sebagai Ibu kota Kabupaten Sesuai Standar Pelayanan Minimal yang ditetapkan Kementrian PU, pada tahun 2014, 70% wilayah perkotaan telah terlayani. Selain Sarilamak, Kabupaten Lima Puluh Kota memiliki 3
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020
nagari yang masuk dalam kategori perkotaan, yaitu Nagari Koto Baru Simalanggang, Nagari VIII Koto dan Nagari Muaro Paiti.
Berdasarkan kondisi di atas perlu peningkatan pelayanan di bidang persampahan baik dari segi kuantitas maupun kualitas untuk keempat nagari yang tergolong daerah perkotaan tersebut. Sementara untuk wilayah yang tidak termasuk perkotaan, dibutuhkan
strategi penanganan sampah yang berbeda, mengingat
keterbatasan Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pelayanan persampahan. Upaya untuk menciptakan masyarakat yang mandiri dalam pengelolaan sampah diharapkan mampu menjadi solusi pengelolaan sampah di wilayah perdesaan. Gambaran Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan di Kabupaten Lima Puluh Kota dapat dilihat pada Tabel 6.26 dan 6.27.
Kondisi Eksisting Pengembangan Drainase
Sejauh ini kegiatan pembangunan drainase merupakan kegiatan yang melekat kepada kegiatan lainnya atau lebih bersifat sebagai kegiatan pelengkap atau penunjang semata. Pembangunan drainase biasanya sejalan dengan pembangunan Jalan Nasional, Jalan Provinsi, Jalan Kabupaten dan Jalan Lingkungan. Kondisi eksisting pengembangan drainase tidak bisa diuraikan karena tidak data mengenai drainase eksisting, seperti terlihat pada Tabel 6.30.
7.4.2 SASARAN PROGRAM
RENCANA TERPADU DAN PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA TAHUN 2016 - 2020