• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau meningkatkan sistem fisik (teknik) dan non fisik (kelembagaan, manajemen, keuangan, peran masyarakat, dan hukum) dalam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik. Peraturan tersebut juga menyebutkan asas penyelenggaraan pengembangan SPAM, yaitu asas kelestarian, keseimbangan, kemanfaatan umum, keterpaduan dan keserasian, keberlanjutan, keadilan, kemandirian, serta transparansi dan akuntabilitas.

4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi dibidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapunfungsinya antara lain mencakup:

• Menyusun kebijakan teknis dan strategi pengembangan system penyediaan air minum;

• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

Arahan kebijakan Pengembangan Air Minum di Kabupaten Tapin difokuskan untuk :

1) Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air bersih jaringan pipa ditunjang program pelatihan manajemen O&P terarah.

2) Meningkatkan peran serta masyarakat, KPS membentuk koperasi a.m. dan melatih dan mengembangakan sistem perpipaan SIPAS di perdesaan dan perkampungan kumuh perkotaan.

3) Mengakselerasi peningkatkan cakupan pelayanan (service coverage area) bagi konsumen domestik sehingga dapat berkonsentrasi pada upaya pemenuhan kebutuhan air sektor niaga-industri yang potensial.

4) Memelihara kelestarian sumber-sumber air baku guna menjaga keseimbangan pasokan air baku yang akan diolah

5) Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan dan kampanye air bersih dan PHBS (perilakuhidup bersih dan Sehat) ke segenap lapisan masyarakat termasuk ke sekolah.

6) Sesuai strategi dan arah pengembangan wilayah maka kebijakan dan program pengembangan sistem penyediaan air minum daerah mulai tahap-1 sampai tahap-4 akan difokuskan pada 3 simpul atau pusat kegiatan ekonomi regional yaitu : (a) Kota Rantau-Kec. Tapin Utara dsk (b) Kota Binuang-Hatungun dsk (c) Margasari.

7) Sangat disarankan pendistribusian air sebaiknya dapat dioperasikan secara terintegrasi.

6.3.2. Isu Strategis Sektor Pengembangan Air Minum

Isu Strategis Sektor Pengembangan Air Minum di Kabupaten Tapin meliputi: 1) Akses penduduk terhadap air minum masih rendah

2) Rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih masih rendah

3) Belum meratanya pelayanan air minum perpipaan terutama di kawasan perdesaan dan lainnya.

4) peningkatkan jumlah dan cakupan pelayanan air bersih

5) Meningkatnya kebutuhan air terutama oleh sektor swasta, di lain sisi tidak meratanya penyebaran sumberdaya air, dan menurunnya ketersediaan air. 6) Sumber air baku yang terbatas sebarannya sehingga membutuhkan investasi

yang besar untuk pengembangan pelayanan ketersediaan air bersih. Rencana Pengembangan SPAM

KABUPATEN TAPIN

Unit Kota Rantau, Tapin Utara, Bungur, Lokpaikat

Integrasi Margasari Cindelaras Utara-Selatan

Unit Batu Hapu dan Kota Binuang Program Jangka

Pendek (Th. 2006 – 2007) Integrasi Sistem Batu Hapu – Binuang, CDLS-Margasari Kota Rantau

1. Perencanaan zona dstb: a.Desa Margasari dan

integrasi CDLS-CDLU b.Desa perluasan

Binuang-Batu Hapu c.Intergrasi sistem

Rantau-Bakarangan 2. Tambah IPA alternatif

Pemb. Jangka Menengah (Th. 2008 – 2011)

Pembangunan Bendung S. Tapin atau

IPA alt. S.Muning

Daerah Pelayanan :

1. Desa Margasari dan integrasi CDLS-CDLU &

desa-desa di DAS Rutas 2. Seluruh desa perluasan

Binuang-Batu Hapu 3. Intergrasi sistem

Rantau-Bakarangan

4. Seluruh desa Kec Piani 5. Seluruh desa KecBungur 6. Seluruh desa Kec Lokpkt 7. Memaksimalkan pelayanan Kec.

Tapin Selatan dan Tengah 8. Kawasan Industri-niaga

P. Jangka Panjang (Th. 2016– 2030) Penambahan Kap. Waduk Multi Guna:

7) Banyak sebaran kawasan permukiman perdesaan yang membutuhkan penanganan system jaringan yang terpisah

8) Potensi konflik pemanfaatan air baku antara pemanfaatan untuk irigasi Dan air minum

6.3.3. Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Air Minum A. Mata Air

Di Kalimantan Selatan, mata air dengan debit yang relatif besar umumnya dijumpai pada daerah perbukitan endapan vulkanik muda atau disekitar kaki G. Meratus di wilayah Timur Kabupaten Tapin. Di sebelah barat mata air potensial terletak di Kabupaten Barito Kuala (Prop. Kalimantan Tengah) yang berlokasi di dataran tinggi hulu satuan wilayah sungai (DAS) Sungai Barito. Di dalam wilayah administrasi Kabupaten Tapin mata air banyak dijumpai pada daerah yang didominasi formasi Tanjung, Anggota batu Kora, Pudak dan terutama sekali formasi Berai yang teridentifikai mulai dari dataran tinggi Kec. Piani membujur ke Barat Daya dan kearah Selatan dari utara Kecamatan Salam Babaris sampai DAS Mengkuak di kec. Binuang.

Potensi mata air di wilayah perencanaan hanya tersebar pada punggung dan lereng pegunungan Meratus yang termasuk kedalam wilayah Kec. Piani Kab. Tapin. Titik mata air ini ditemukan di beberapa wilayah desa dilereng Gn. Piani antara lain adalah Desa Batu Ampar, Desa Pipitak Jaya dengan debit relatif kecil (untuk skala pelayanan Kota) yaitu berkisar antara 2–5 lt/dt. Mata air kecil seperti ini hendaknya dikelola oleh PDAM dengan membentuk koperasi pengelola tingkat desa. Aliran mata air seperti ini biasanya terganggu pada saat bendungan dikonstruksi. Baru setelah bendung Piani selesai dikonstruksi debit dan kecepatan aliran akan bertambah besar serta mungkin pula akan berpindah atau tergeser letaknya dari lokasi semula.

Dokumen terkait