• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab6 Aspek Tekn is Renc an a Pr ogr am Investasi Infr astru ktu r

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Bab6 Aspek Tekn is Renc an a Pr ogr am Investasi Infr astru ktu r"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

6.1. Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Permukiman 6.1.1. Arahan Kebijakan Sektor Pengembangan Permukiman

Arahan kebijakan Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tapin mengacu pada:

1. Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional.

Misi pembangunan nasional yang terkait dengan pembangunan dan pengembangan permukiman dalam RPJMN Tahun 2007 adalah : Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan, ditandai oleh hal-hal sebagai berikut :

a. Terpenuhi kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukungnya bagi seluruh masyarakat yang didukung oleh sistem pembiayaan perumahan jangka panjang yang berkelanjutan, efisien, dan akuntabel untuk mewujudkan kota tanpa permukiman kumuh.

b. Terwujudnya lingkungan perkotaan dan perdesaan yang sesuai dengan kehidupan yang baik, berkelanjutan, serta mampu memberikan nilai tambah bagi masyarakat.

Sementara itu arahan pembangunan nasional sesuai dengan misi pembangunan nasional Terwujudnya pembangunan yang lebih merata dan berkeadilan adalah :

a. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya darat dan/atau laut di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan. Tujuan utama pengembangan wilayah adalah peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat serta pemerataannya.

B

B

a

a

b

b

6

6

A

A

s

s

p

p

e

e

k

k

T

T

e

e

k

k

n

n

i

i

s

s

R

R

e

e

n

n

c

c

a

a

n

n

a

a

P

P

r

r

o

o

g

g

r

r

a

a

m

m

I

(2)

b. Pelaksanaan pengembangan wilayah tersebut dilakukan secara terencana dan terintegrasi dengan semua rencana pembangunan sektor dan bidang. Rencana pembangunan dijabarkan dan disinkronisasikan ke dalam rencana tata ruang yang konsisten, baik materi maupun jangka waktunya.

c. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi, tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata rantai proses industri dan distribusi. Upaya itu dapat dilakukan melalui pengembangan produk unggulan daerah, serta mendorong terwujudnya koordinasi, sinkronisasi, keterpaduan dan kerja sama antar sektor, antar pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat dalam mendukung peluang berusaha dan investasi di daerah.

d. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayah wilayah tertinggal dan terpencil sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. Pendekatan pembangunan yang perlu dilakukan, selain dengan pemberdayaan masyarakat secara langsung melalui skema pemberian dana alokasi khusus, termasuk jaminan pelayanan publik dan keperintisan, perlu pula dilakukan dilakukan penguatan keterkaitan kegiatan ekonomi dengan wilayah-wilayah cepat tumbuh dan strategis dalam satu ‘sistem wilayah pengembangan ekonomi’.

e. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga. Pendekatan pembangunan yang dilakukan, selain menggunakan pendekatan yang bersifat keamanan, juga diperlukan pendekatan kesejahteraan. Perhatian khusus diarahkan bagi pengembangan pulau pulau kecil di perbatasan yang selama ini luput dari perhatian.

(3)

Pulau Jawa, serta untuk mengendalikan arus migrasi masuk langsung dari desa ke kota-kota besar dan metropolitan, dengan cara menciptakan kesempatan kerja, termasuk peluang usaha, di kota-kota menengah dan kecil, terutama di luar Pulau Jawa. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan keterkaitan kegiatan ekonomi sejak tahap awal.

g. Pertumbuhan kota-kota besar dan metropolitan dikendalikan dalam suatu sistem wilayah pembangunan metropolitan yang kompak, nyaman, efisien dalam pengelolaan, serta mempertimbangkan pembangunan yang berkelanjutan melalui : 1) penerapan manajemen perkotaan yang meliputi optimasi dan pengendalian

pemanfaatan ruang serta pengamanan zona penyangga di sekitar kota inti dengan penegakan hukum yang tegas dan adil, serta peningkatan peran dan fungsi kota-kota menengah dan kecil di sekitar kota inti agar kota-kota tersebut tidak hanya berfungsi sebagai kota tempat tinggal (dormitory town) saja, tetapi juga menjadi kota mandiri;

2) pengembangan kegiatan ekonomi kota yang ramah lingkungan seperti industri jasa keuangan, perbankan, asuransi, dan industri telematika serta peningkatan kemampuan keuangan daerah perkotaan; dan

3) perevitalan kawasan kota yang meliputi pengembalian fungsi kawasan melalui pembangunan kembali kawasan; peningkatan kualitas lingkungan fisik, sosial, budaya; serta penataan kembali pelayanan fasilitas publik, terutama pengembangan sistem transportasi masal yang terintegrasi antarmoda.

h. Percepatan pembangunan kota-kota kecil dan menengah ditingkatkan, terutama di luar Pulau Jawa, sehingga diharapkan dapat menjalankan perannya sebagai ‘motor penggerak’ pembangunan wilayah-wilayah di sekitarnya maupun dalam melayani kebutuhan warga kotanya. Pendekatan pembangunan pembangunan yang perlu dilakukan, antara lain, memenuhi kebutuhan pelayanan dasar perkotaan sesuai dengan tipologi kota masing-masing.

(4)

j. Pembangunan perdesaan didorong melalui pengembangan agroindustri padat pekerja, terutama bagi kawasan yang berbasiskan pertanian dan kelautan; peningkatan kapasitas sumber daya manusia di perdesaan khususnya dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya; pengembangan jaringan infrastruktur penunjang kegiatan produksi di kawasan perdesaan dan kota-kota kecil terdekat dalam upaya menciptakan keterkaitan fisik, sosial dan ekonomi yang saling komplementer dan saling menguntungkan; peningkatan akses informasi dan pemasaran, lembaga keuangan, kesempatan kerja, dan teknologi; pengembangan social capital dan human capital yang belum tergali potensinya sehingga kawasan perdesaan tidak semata-mata mengandalkan sumber daya alam saja; intervensi harga dan kebijakan perdagangan yang berpihak ke produk pertanian, terutama terhadap harga dan upah.

k. Rencana tata ruang digunakan sebagai acuan kebijakan spasial bagi pembangunan di setiap sektor, lintas sektor, maupun wilayah agar pemanfaatan ruang dapat sinergis, serasi, dan berkelanjutan. Rencana Tata Ruang Wilayah disusun secara hierarki. Dalam rangka mengoptimalkan penataan ruang perlu ditingkatkan (a) kompetensi sumber daya manusia dan kelembagaan di bidang penataan ruang, (b) kualitas rencana tata ruang, dan (c) efektivitas penerapan dan penegakan hukum dalam perencanaan, pemanfaatan, maupun pengendalian pemanfaatan ruang.

l. Peningkatan kerja sama antardaerah akan terus ditingkatkan dalam rangka memanfaatkan keunggulan komparatif maupun kompetitif setiap daerah; menghilangkan ego pemerintah daerah yang berlebihan; serta menghindari timbulnya inefisiensi dalam pelayanan publik. Pembangunan kerja sama antardaerah melalui sistem jejaring antardaerah akan sangat bermanfaat sebagai sarana berbagi pengalaman, berbagi keuntungan dari kerja sama, maupun berbagi tanggung jawab pembiayaan secara proporsional, baik dalam pembangunan dan pemeliharaan sarana dan prasarana maupun dalam pembangunan lainnya.

(5)

n. Koperasi yang didorong berkembang luas sesuai kebutuhan menjadi wahana yang efektif untuk meningkatkan posisi tawar dan efisiensi kolektif para anggotanya, baik produsen maupun konsumen di berbagai sektor kegiatan ekonomi sehingga menjadi gerakan ekonomi yang berperan nyata dalam upaya peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Sementara itu, pemberdayaan usaha mikro menjadi pilihan strategis untuk meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat berpendapatan rendah dalam rangka mengurangi kesenjangan pendapatan dan kemiskinan melalui peningkatan kapasitas usaha dan ketrampilan pengelolaan usaha serta sekaligus mendorong adanya kepastian, perlindungan, dan pembinaan usaha.

o. Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan kesejahteraan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

p. Pemenuhan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya diarahkan pada :

1) penyelenggaraan pembangunan perumahan yang berkelanjutan, memadai, layak, dan terjangkau oleh daya beli masyarakat serta didukung oleh prasarana dan sarana permukiman yang mencukupi dan berkualitas yang dikelola secara profesional, kredibel, mandiri, dan efisien;

2) penyelenggaraan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang mandiri mampu membangkitkan potensi pembiayaan yang berasal dari masyarakat dan pasar modal, menciptakan lapangan kerja, serta meningkatkan pemerataan dan penyebaran pembangunan; dan

3) pembangunan pembangunan perumahan beserta prasarana dan sarana pendukungnya yang memperhatikan fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup.

q. Pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat yang berupa air minum dan sanitasi diarahkan pada :

1) peningkatan kualitas pengelolaan aset (asset management) dalam penyediaan air minum dan sanitasi;

2) pemenuhan kebutuhan minimal air minum dan sanitasi dasar bagi masyarakat; 3) penyelenggaraan pelayanan air minum dan sanitasi yang kredibel dan

(6)

4) penyediaan sumber-sumber pembiayaan murah dalam pelayanan air minum dan sanitasi bagi masyarakat miskin.

r. Penanggulangan kemiskinan diarahkan pada penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat secara bertahap dengan mengutamakan prinsip kesetaraan dan nondiskriminasi. Sejalan dengan proses demokratisasi, pemenuhan hak dasar rakyat diarahkan pada peningkatan pemahaman tentang pentingnya mewujudkan hak-hak dasar rakyat. Kebijakan penanggulangan kemiskinan juga diarahkan pada peningkatan mutu penyelenggaraan otonomi daerah sebagai bagian dari upaya pemenuhan hak-hak dasar masyarakat miskin.

berdasarkan Tahap 3 (2015-2019) menyatakan bahwa pemenuhan kebutuhan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana pendukung bagi seluruh masyarakat terus meningkat, sehingga kondisi tersebut mendorong terwujudnya kota tanpa permukiman kumuh pada awal tahapan RPJMN berikutnya.

2. Undang-Undang No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Pasal 3 UU UU No. 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman menyatakan bahwa tujuan diselenggarkannya Perumahan dan kawasan permukiman untuk :

a. memberikan kepastian hukum dalam penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman;

b. mendukung penataan dan pengembangan wilayah serta penyebaran penduduk yang proporsional melalui pertumbuhan lingkungan hunian dan kawasan permukiman sesuai dengan tata ruang untuk mewujudkan keseimbangan kepentingan, terutama bagi MBR;

c. meningkatkan daya guna dan hasil guna sumber daya alam bagi pembangunan perumahan dengan tetap memperhatikan kelestarian fungsi lingkungan, baik di kawasan perkotaan maupun kawasan perdesaan;

d. memberdayakan para pemangku kepentingan bidang pembangunan perumahan dan kawasan permukiman;

e. menunjang pembangunan di bidang ekonomi, sosial, dan budaya; dan

(7)

Sementara itu pada pasal 4 mengamanatkan bahwa ruang lingkup penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman juga mencakup penyelenggaraan perumahan (butir c), penyelenggaraan kawasan permukiman (butir d), pemeliharaan dan perbaikan (butir e), serta pencegahan dan peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh (butir f).

3. Undang-Undang No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun

Pada pasal 15 UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun mengamanatkan bahwa pembangunan rumah susun umum, rumah susun khusus, dan rumah susun negara merupakan tanggung jawab pemerintah. Pembangunan rumah susun bertujuan untuk :

a. memenuhi kebutuhan perumahan yang layak bagi rakyat, terutama golongan masyarakat yang berpenghasilan rendah, yang menjami kepastian hukum dalam pemanfaatannya;

b. meningkatkan daya guna dan hasil guna tanah di daerah pekotaan dengan memperhatikan kelestarian sumber daya alam dan menciptakan lingkungan pemukiman yang lengkap, serasi,dan seimbang

c. Memenuhi kebutuhan untuk kepentingan lainnya yang berguna bagi kehidupan masyarakat, dengan tetap mengutamakan ketentuan diatas.

4. Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

Peraturan ini menetapkan salah satunya terkait dengan penanggulangan kemiskinan yang diimplementasikan dengan penanggulangan kawasan kumuh. Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan nasional berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang, demikian juga untuk arah kebijakan penanggulangan kemiskinan daerah berpedoman pada Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah.

Strategi percepatan penanggulangan kemiskinan dilakukan dengan : a. mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin;

(8)

5. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menetapkan target yang harus dicapai dalam bidang pekerjaan umum dan tata ruang, sementara itu untuk bidang permukiman target yang harus dicapai adalah :

• Tersedianya jalan yang memudahkan masyarakat perindividu melakukan perjalanan sebesar 100 % pada tahun 2014

• Berkurangnya luasan permukiman kumuh di kawasan perkotaan sebesar 10 % pada tahun 2014

6.1.2. Isu Strategis Sektor Pengembangan Permukiman

Isu strategis Sektor Pengembangan Permukiman di Kabupaten Tapin yang menjadi prioritas pada saat ini yaitu:

1. Penataan kawasan permukiman kumuh perkotaan 2. Peningkatan kawasan permukiman tidak layak huni

3. Perbaikan dan pembangunan infrastruktur permukiman (jalan lingkungan dan jembatan

6.1.3. Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Permukiman A. Peraturan Terkait Pengembangan Permukiman

Peraturan yang terdapat di Kabupaten Tapin terkait sektor pengembangan permukiman yaitu :

No

Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya Jenis Produk

Pengaturan

Nomor dan

Tahun Tentang Amanat

1 Draft Surat Keputusan Bupati

- Kawasan

Kumuh

(9)

program penanganan kawasan kumuh tersebut

B. Permukiman Kumuh

Berdasarkan rancangan peraturan daerah terkait penetapan kawasan kumuh di Kabupaten Tapin, kawasan-kawasan yang telah ditetapkan yang termasuk dalam kawasan kumuh, meliputi:

1. Kawasan Kumuh Berat, meliputi kawasan pasar Rantau (Kecamatan Tapin Utara), kawasan pasar Binuang (Kecamatan Binuang).

2. Kawasan Kumuh Sedang, meliputi Kecamatan Candi Laras Selatan, Kecamatan Candi Laras Utara dan Kecamatan Bakarangan.

(10)

Kawasan Kumuh Berat

Kawasan Kumuh Sedang

(11)

6.1.4. Permasalahan dan Tantangan Sektor Pengembangan Permukiman

Beberapa permasalahan dan tantangan sektor Bangkim, meliputi:

(a). Pada beberapa kelurahan masih memerlukan pembenahan lebih lanjut lagi karena kondisi lingkungannya berada di bawah standar kesehatan;

(b). Terbatasnya kemampuan pemerintah daerah untuk mendukung penyediaan perumahan beserta prasarananya;

(c). Masih banyaknya perumahan yang kumuh dan rumah yang tidak layak huni;

(d). Terbatasnya kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah akan tempat tinggal dan lingkungan hunian yang sehat.

6.1.5. Analisa Kebutuhan Sektor Pengembangan Permukiman

A. Perkiraan Kebutuhan Program Pengembangan Permukiman di Perkotaan

No Uraian Unit Tahun

(12)

4 Kebutuhan RSH

Unit * * * * *

5 Kebutuhan Pengembangan Permukiman Baru

Kws * * * * *

* dokumen terkait masih dalam proses penyusunan/belum disusun

6.1.6. Usulan Program dan Pembiayaan Sektor Pengembangan Permukiman

Usulan kegiatan program dan pembiayaan sektor Pengembangan Permukiman yang diusulkan untuk Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Kabupaten Tapin meliputi:

Usulan Tahun 2016

Kawasan Strategis Kabupaten (KSK) Usulan Program

Kawasan Rantau Baru Peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh, Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH

(13)

NO URAIAN KEGIATAN VOLU

ME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-DETAIL LOKASI

APBN

DAK APBD

PROV.

APBD

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY. CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

3 Laporan Pembinaan PengembanganPermukiman

3.3

Strategi Pembangunan Permukiman dan Infrastruktur Perkotaan (SPPIP) Bimbingan/Pendampingan

Penyusunan SPPIP Kab. Tapin 1 Laporan 2016 1,000,000

3.4

Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Perdesaan (RPKPP) Bimbingan/Pendampingan

Penyusunan RPKPP Kab. Tapin 1 Laporan 2017 2,000,000

8 Infrastruktur Kawasan PermukimanPerkotaan 8.1 Infrastruktur Kawasan PermukimanKumuh

Perencanaan Teknik (DED) Pembangunan

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh

Kumuh Perkotaan Kecamatan Tapin

Utara 1 Kawasan 2017 3,000,000 Penataan/peningkatan Infrastruktur

Permukiman Kawasan Kumuh

Kumuh Perkotaan

Kec. Binuang 1 Kawasan 2018 3,000,000 Penataan/peningkatan Infrastruktur

Permukiman Kawasan Kumuh

Kawasan Rantis (Randamalingkung,

(14)

NO URAIAN KEGIATAN VOLU

ME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-DETAIL LOKASI

APBN

DAK APBD

PROV.

APBD

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY. CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Nelayan

Muara Muning, Hiyung, Pabaungan

1 Kawasan 2017 5,000,000

Manajemen Pengendalian

8.2 Infrastruktur Permukiman RSH yangMeningkat Kualitasnya Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan

1 Kawasan 2017 2,000,000

Penataan/peningkatan Infrastruktur

1 Kawasan 2018 2,000,000

Penataan/peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Prmh. Asabri 1 Kawasan 2019 2,000,000 Penataan/peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Prmh. Haur Kuning 1 Kawasan 2017 2,000,000 Penataan/peningkatan Infrastruktur

Permukiman RSH Prmh. MustikaRangda 1 Kawasan 2018 2,000,000 Penataan/peningkatan Infrastruktur

(15)

NO URAIAN KEGIATAN VOLU

ME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-DETAIL LOKASI

APBN

DAK APBD

PROV.

APBD

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY. CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

9 Rusunawa Beserta InfrastrukturPendukungnya 9.1 Rusunawa Beserta InfrastrukturPendukungnya

Perencanaan Teknis (DED) Pembangunan

Manajemen Pengendalian

10 Infrastruktur Kawasan PermukimanPerdesaan 10.

1

Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan Potensial yang Meningkat Kualitasnya

Perencanaan Teknis (DED)

Pengembangan Kawasan Perdesaan Potensial (KTP2D/ Desa Pusat

Pertumbuhan) Kab. Tapin 1 Kabupaten 2016 5,000,000 Penyusunan Masterplan Agropolitan

Kabupaten Tapin Kab. Tapin 1 Kabupaten 2017 5,000,000 Penyusunan Masterplan Minapolitan

Kabupaten Tapin Kab. Tapin 1 Kabupaten 2018 5,000,000 Pembangunan

Manajemen Pengendalian 10.

(16)

NO URAIAN KEGIATAN VOLU

ME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-DETAIL LOKASI

APBN

DAK APBD

PROV.

APBD

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY. CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

Pembangunan

Peningkatan/pembangunan Infrastruktur Kawasan Permukiman

Rawan Bencana Kab. Tapin 1 Kabupaten 2016 10,000,000 Manajemen Pengendalian

10.

4 Infrastruktur Pendukung KegiatanEkonomi Dan Sosial (RISE) Pembinaan/Pemberdayaan Lainnya Pengembangan Infrastruktur Sosial

Ekonomi Wilayah (PISEW)/ PNPM Kab. Tapin 1 Kabupaten 2016 10,000,000 BLM Fisik

10. 5 PPIP

Pembinaan/Pemberdayaan Lainnya Program Pengembangan Infrastruktur

Perdesaan (PPIP) Kab. Tapin 1 Kabupaten 2017 5,000,000 BLM Fisik

10. 6

RIS-PNPM

Pembinaan/Pemberdayaan Lainnya Rural Infrastruktur Support Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(17)

6.1.7. Readiness Criteria Sektor Pengembangan Permukiman

Dokumen kriteria kesiapan terkait usulan pada sektor Pengembangan Permukiman Kabupaten Tapin, meliputi:

1. Kesiapan lahan yang akan dibuktikan dengan sertifikat tanah 2. Surat minat yang akan ditandatangani oleh Bupati

3. Dokumen DED telah disiapkan.

4. Dana daerah sudah dianggarkan pada tahun berjalan.

(18)

NO URAIAN KEGIATAN DETAIL

LOKASI VOL SATUAN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-3 Laporan Pembinaan Pengembangan Permukiman 3.3 Strategi Pembangunan Permukiman danInfrastruktur Perkotaan (SPPIP)

Bimbingan/Pendampingan

Penyusunan SPPIP Kab. Tapin 1 Laporan 1,000,000 2016 v

3.4 Rencana Pengembangan Kawasan Perkotaandan Perdesaan (RPKPP) Bimbingan/Pendampingan

Penyusunan RPKPP Kab. Tapin 1 Laporan 2,000,000 2017 v

8 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perkotaan 8.1 Infrastruktur Kawasan Permukiman Kumuh

Pembangunan

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh

Kumuh Perkotaan Kecamatan Tapin Utara

1 Kawasan 3,000,000 2017 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh

Kumuh Perkotaan

Kec. Binuang 1 Kawasan 3,000,000 2018 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh

(19)

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman Kawasan Kumuh Nelayan

Muara Muning, Hiyung,

Pabaungan 1 Kawasan 5,000,000 2017 v 8.2 Infrastruktur Permukiman RSH yang MeningkatKualitasnya

Pembangunan

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH

1 Kawasan 2,000,000 2017 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH

1 Kawasan 2,000,000 2018 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman

RSH Prmh. Asabri 1 Kawasan 2,000,000 2019 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman

RSH Prmh. HaurKuning 1 Kawasan 2,000,000 2017 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman

RSH Prmh. MustikaRangda 1 Kawasan 2,000,000 2018 v

Penataan/peningkatan Infrastruktur Permukiman

RSH Prmh. Dulang 1 Kawasan 2,000,000 2016 v

10 Infrastruktur Kawasan Permukiman Perdesaan 10.1 Infrastruktur Kawasan Permukiman PerdesaanPotensial yang Meningkat Kualitasnya

Perencanaan Teknis (DED)

Pengembangan Kawasan Perdesaan Potensial

(KTP2D/ Desa Pusat Pertumbuhan) Kab. Tapin 1 Kab 5,000,000 2016 v Penyusunan Masterplan Agropolitan Kabupaten

Tapin Kab. Tapin 1 Kab 5,000,000 2017 v

Penyusunan Masterplan Minapolitan Kabupaten

(20)

10.2 Infrastruktur Kawasan Permukiman RawanBencana Pembangunan

Peningkatan/pembangunan Infrastruktur Kawasan

Permukiman Rawan Bencana Kab. Tapin 1 Kab 10,000,000 2016 v 10.4 Infrastruktur Pendukung Kegiatan Ekonomi DanSosial (RISE)

Pembinaan/Pemberdayaan Lainnya Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi

Wilayah (PISEW)/ PNPM Kab. Tapin 1 Kab 10,000,000 2016 v 10.5 PPIP

Pembinaan/Pemberdayaan Lainnya

Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan

(PPIP) Kab. Tapin 1 Kab 5,000,000 2017 v

10.6 RIS-PNPM

Pembinaan/Pemberdayaan Lainnya

Rural Infrastruktur Support Program Nasional

(21)

6.2. Rencana Program Investasi Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan 6.2.1. Arahan Kebijakan Sektor Penataan Bangungan dan Lingkungan

Kebijakan penataan bangunan dan lingkungan mengacu pada Undang-undang dan peraturan antara lain:

1) UU No.1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman

UU No. 1 tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman memberikan amanat bahwa penyelenggaraan penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk di dalamnya pengembangan kelembagaan, pendanaan dan sistem pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu. Pada UU No. 1 tahun 2011 juga diamanatkan pembangunan kaveling tanah yang telah dipersiapkan harus sesuai dengan persyaratan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan yang tercantum pada rencana rinci tata ruang dan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL).

2) UU No. 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung

UU No. 28 tahun 2002 memberikan amanat bangunan gedung harus diselenggarakan secara tertib hukum dan diwujudkan sesuai dengan fungsinya, serta dipenuhinya persyaratan administratif dan teknis bangunan gedung. Persyaratan administratif yang harus dipenuhi adalah:

a) Status hak atas tanah, dan/atau izin pemanfaatan dari pemegang hak atas tanah;

b) Jenis-jenis kawasan tersebut. Dokumen RTBL yang disusun kemudian ditetapkan melalui peraturan walikota/bupati.

5) Permen PU No.14 /PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal bidang Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

(22)

Lingkup Tugas dan Fungsi Direktorat PBL

Sebagaimana dinyatakan pada Permen PU No.8 tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian PU, pada Pasal 608 dinyatakan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanakan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi dibidang penataan bangunan dan lingkungan termasuk pembinaan pengelolaan gedung dan rumah negara. Kemudian selanjutnya pada Pasal 609 disebutkan bahwa Direktorat Penataan Bangunan dan Lingkungan menyelenggarakanfungsi:

a. Penyusunan kebijakan teknis dan strategi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan termasuk gedung dan rumah negara;

b. Pembinaan teknik, pengawasan teknik, fasilitasi serta pembinaan pengelolaan bangunan gedung dan rumah negara termasuk fasilitasi bangunan gedung istana kepresidenan;

c. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan dan pengembangan keswadayaan masyarakat dalam penataan lingkungan;

d. Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi revitalisasi kawasan dan bangunan bersejarah/tradisional, ruang terbuka hijau, serta penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

e. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria, serta pembinaan kelembagaan penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan; dan f. Pelaksanaan tata usaha Direktorat.

(23)

Sumber : Dit. PBL, DJCK, 2012

Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBL

Lingkup kegiatan untuk dapat mewujudkan lingkungan binaan yang baik sehingga terjadi peningkatan kualitas permukiman dan lingkungan meliputi:

a. Kegiatan penataan lingkungan permukiman

• Penyusunan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan (RTBL); • Bantuan Teknis pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH); • Pembangunan Prasarana dan Sarana peningkatan lingkungan • Pemukiman kumuh dan nelayan;

• Pembangunan prasarana dan sarana penataan lingkungan • Pemukiman tradisional.

b. Kegiatan pembinaan teknis bangunan dan gedung

• Diseminasi peraturan dan perundangan tentang penataan bangunan dan lingkungan;

• Peningkatan dan pemantapan kelembagaan bangunan dan gedung; • Pengembangan sistem informasi bangunan gedung dan arsitektur; • Pelatihan teknis.

c. Kegiatan pemberdayaan masyarakat di perkotaan

Bangunan Berjati diri dan

(24)

• Bantuan teknis penanggulangan kemiskinan di perkotaan; • Paket dan Replikasi.

Arahan kebijakan Sektor Penataan Bangungan dan Lingkungan di Kabupaten Tapin diarahkan untuk:

1. Aksesibilitas bangunan gedung dan lingkungan 2. Penanggulangan kebakaran

3. Sarana dan prasarana RTH

4. Sarana dan prasarana Penataan Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah.

6.2.2. Isu Strategis Sektor Penataan Bangungan dan Lingkungan

Beberapa isu strategis sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tapin, meliputi:

1. Penyediaan lahan untuk Kawasan Rantau Baru 2. Penyediaan lahan untuk Kawasan Margasari Baru 3. Image kota belum kuat

4. Kualitas visual kota masih rendah

6.2.3. Kondisi Eksisting Sektor Penataan Bangungan dan Lingkungan A. Peraturan Terkait Penataan Bangunan dan Lingkungan

No

Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya Jenis Produk

Pengaturan

Nomor dan

Tahun Tentang Amanat

1 Draft Peraturan Daerah

- Bangunan

Gedung

1. Fungsi dan klasifikasi bangunan gedung 2. Persyaratan bangunan

gedung

3. Tim Ahli Bangunan Gedung 4. Peran Masyarakat

5. Pembinaan dalam

penyelenggaraan bangunan gedung

6. Sanksi administratif 7. Penyidikan

8. Pidana 9. Peralihan

2 Peraturan Daerah 04 tahun

2014

Ruang

Terbuka Hijau

1. 30% dari luas kawasan kota dalam RTRW adalah RTH

(25)

No

Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya Jenis Produk

Pengaturan

Nomor dan

Tahun Tentang Amanat

3. Luas RTH Privat 10% 4. Relokasi RTH Publik

setelah ada lahan pengganti, hasil kajian ilmiah yang dipublikasikan dan telah direncanakan secara matang, akuntabel dan dapat dilaksanakan

3 Peraturan Bupati 33 tahun

2013

RTBL Kawasan Koridor Hasan Basry

1. Historis Kota Rantau sebagai Serambi Medinah Urban Desain Islam (Islamic Urban Design) .

2. Transit Oriented Development (TOD) 3. MIxed Use Development

(MUD)

4. Mental Image

5. Kota Hijau (Green City)

4 Peraturan Daerah 10 tahun

2014

Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten Tapin

1. Pusat Kegiatan Lokal (PKL) di Perkotaan Rantau Kec. Tapin Utara.

2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) di Perkotaan Binuang Kec. Binuang dan Perkotaan Margasari di Kec. Candi Laras Selatan

3. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) di Perkotaan

Bakarangan, Perkotaan Bungur, Perkotaan Candi Laras Utara, Perkotaan Hatungun, Perkotaan Lokpaikat, Perkotaan Piani, Perkotaan Salam Babaris, dan Perkotaan Tapin Selatan

4. KSK Sudut Pandang Kepentingan Ekonomi meliputi: Kawasan Rantau Baru, Kawasan Binuang Baru, Kawasan Margasari Baru, Kawasan Pelabuhan Sungai Putting, Km 94 Kec. Binuang, dan Km 101 Kec. Tapin Selatan

5. KSK Sudut Pandang

(26)

No

Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya Jenis Produk

Pengaturan

Nomor dan

Tahun Tentang Amanat

6. KSK Sudut Pandang Pendayagunaan Sumber Daya Alam/Tekonologi Tinggi Waduk Tapin

sebagai Pembangkit energy listrik di Desa Pipitak Jaya Kec. Piani

7. KSK Sudut Pandang Fungsi dan Daya Dukung

Lingkungan Hidup Hutan lindung di Kec. Piani.

5 Peraturan Daerah 10 tahun

2012

Bangunan dan Izin Mendirikan Bangunan

1. Pemberian IMB oleh Bupati berdasarkan Peraturan Daerah tentang izin mendirikan bangunan dan RDTRK, RTBL dan/atau RTRK.

2. Persyaratan Arsitektur meliputi: bentuk

kavling/pekarangan yang sesuai dengan peta dari Kantor Badan Pertanahan Nasional Kab. Tapin, dilengkapi nama jalan dan peruntukan, letak

bangunan, garis sempadan dan skala gambar.

3. Garis sempadan

disesuaikan dengan lebar jalan, fungsi jalan dan peruntukan kavling pekarangan. 4. Jenis bangunan

disesuaikan dengan kawasannya, seperti: Jl. H. Isbat untuk bangunan 2 lantai yang berfungsi rumah toko (ruko) dan pasar Pemerintah, Jl. Kesehatan-Mandarahan untuk

(27)

No

Perda/Pergub/Perbup/Peraturan Lainnya Jenis Produk

Pengaturan

Nomor dan

Tahun Tentang Amanat

untuk toko, perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana olah raga, pos polisi, tempat ibadah dan

permukiman;

6.2.4. Permasalahan dan Tantangan Sektor Penataan Bangungan dan Lingkungan

Permasalahan dan tantangan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan di Kabupaten Tapin dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Permasalahan dan tantangan sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

No Aspek PBL Permasalahan

yang dihadapi

Tantangan Pengembangan

Alternatif Solusi

I Aspek Penataan Lingkungan Permukiman

1. Aspek Teknis 1. Ketersediaan

RTH yang masih terbatas

2. Jumlah vegetasi yang ditanami pada RTH eksisting masih kurang

1. Mempertahankan RTH yang ada 2. Menambah jumlah

dan luasan RTH

1. Penyusunan masterplan RTH

2. Penyusunan DED bagi RTH yang sudah CPNS dan tenaga konsultan

individual 3. Aspek Pembiayaan 1. Ketersediaan

dana APBD masih terbatas 2. Keberpihakan

stake holder pada sektor ini masih minim

1. Mengoptimalkan sumber

pendanaan alternatif

2. Menyusun strategi untuk memperoleh

4. Aspek Peran Serta Masyarakat/Swasta

1. Peran serta masyarakat masih rendah 2. Belum ada

wadah legal formal

(28)

No Aspek PBL Permasalahan 5. Aspek Lingkungan

Permukiman bottom up dan top down

6.2.5. Analisis Kebutuhan Sektor Penataan Bangungan dan Lingkungan

No Jenis Pelayanan Dasar

Standar Pelayanan luasan RTH Publik

sebesar 20%

dari luas

wilayah

(29)

6.2.6. Usulan Kegiatan dan Pembiayaan Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-KAB/KOTA DETAIL LOKASI

APBN

DAK APBD

PROV.

APBD

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

2 Peraturan Penataan Bangunan DanLingkungan 2.1 Draft NSPK Pusat Bidang Penataan

Bangunan dan Lingkungan Penyusunan NSPK

Penyusunan RTBL Kab. Tapin Kaw.

Rantau 1 Laporan 2015 600,000 Penyusunan RTBL

Kab. Tapin Kaw. Binuang

Baru 1 Laporan 2015 600,000 Penyusunan RISPK Kab. Tapin Kab.

Tapin 1 Kawasan 2015 600,000 5 Bangunan Gedung Dan Fasilitasnya

5.1 Aksesibilitas Bangunan Gedung danLingkungan Pembangunan

Pembangunan Kelengkapan Aksesibilitas

Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 2015 300,000 100,000

Pembangunan Kelengkapan Aksesibilitas

Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 2016 200,000 100,000

Pembangunan Kelengkapan Aksesibilitas

Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 2017 200,000 100,000

Pembangunan Kelengkapan Aksesibilitas

Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 2018 200,000 100,000

Pembangunan Kelengkapan Aksesibilitas

Bangunan Gedung Kab. Tapin RSUDDatu

Sanggul 1 Kawasan 2017 200,000 50,000

(30)

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-KAB/KOTA DETAIL

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

6.1 Sarana dan prasarana PenanggulanganBahaya Kebakaran Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman ( Penanggulangan

Kebakaran ) Kab. Tapin 1 Paket 2015 400,000

Sarana dan Prasarana Dasar

Penanggulangan Kebakaran Kab. Tapin 1 Paket 2016 250,000 250,000

Hidran RTH Eks Pasar Lama Tahap 1 Kab. Tapin Eks Pasar

Lama 1 Kawasan 2017 3,000,000 100,000

Hidran RTH Eks Pasar Lama Tahap 2 Kab. Tapin EksPasar

Lama 1 Kawasan 2018 3,000,000 100,000

6.3 Sarana dan prasarana Penataan RuangTerbuka Hijau (RTH) Pembangunan Lainnya

Rencana Tindak Penataan RTH Kaw.Kota

Rantau 1 Kawasan 2015 1,500,000 500,000

Rencana Tindak Penataan RTH

Kaw. Eks Pasar Lama Rantau

1 Kawasan 2016 1,500,000 500,000

Rencana Tindak Penataan RTH

Kaw. Danau Buatan Kota Rantau

1 Kawasan 2017 1,500,000 500,000

(31)

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-KAB/KOTA DETAIL

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

Sarana dan Prasarana Taman Kota

Kawasan RTH Danau Buatan Tahap 1 Kab. Tapin

Danau

1 Kawasan 2015 1,500,000

Sarana dan Prasarana Taman Kota

Kawasan RTH Danau Buatan Tahap 2 Kab. Tapin

Danau

1 Kawasan 2016 600,000

Sarana dan Prasarana Taman Kota

Kawasan RTH Danau Buatan Tahap 3 Kab. Tapin

Danau

1 Kawasan 2017 250,000

Sarana dan Prasarana Taman Kota

Kawasan RTH Kab. Tapin

Kaw. Pasar

Lama 1 Kawasan 2016 1,000,000 500,000

Sarana dan Prasarana Taman Kota

Kawasan RTH Kab. Tapin KotaRantau 1 Kawasan 2017 1,000,000 500,000

6.4 Sarana dan prasarana PenataanLingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah

Tahap 1 Kab. Tapin

Kec.

(32)

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN TAHUN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-KAB/KOTA DETAIL LOKASI

APBN

DAK APBD

PROV.

APBD

KAB/KOTA PDAM SWASTA MASY CSR

Rp.

MURNI PLN HLN

Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman Tradisional/Bersejarah Tahap 2

Kab. Tapin Kec.Piani 1 Kawasan 2017 1,000,000 500,000 Sarana dan Prasarana Lingkungan

Permukiman Tradisional/Bersejarah

Tahap 3 Kab. Tapin

Kec.

(33)

6.2.7. Readiness Criteria Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-2 Peraturan Penataan BangunanDan Lingkungan 2.1 Draft NSPK Pusat Bidang

Penataan Bangunan dan Lingkungan

Penyusunan NSPK

Penyusunan RTBL Kab. Tapin Kaw.

Rantau 1 Laporan 600,000 2015 v v

Penyusunan RTBL

Kab. Tapin Kaw.Binuang

Baru 1 Laporan 600,000 2015 v

Penyusunan RISPK Kab. Tapin Kab. Tapin

1 Kawasan

600,000 2015 v

5 Bangunan Gedung DanFasilitasnya 5.1 Aksesibilitas Bangunan Gedungdan Lingkungan

Pembangunan

Pembangunan Kelengkapan

Aksesibilitas Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 300,000 100,000 2016 v Pembangunan Kelengkapan

Aksesibilitas Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 200,000 100,000 2017 v Pembangunan Kelengkapan

Aksesibilitas Bangunan Gedung Kab. Tapin 1 Paket 200,000 100,000 2018 v Pembangunan Kelengkapan

(34)

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-Aksesibilitas Bangunan Gedung Kab. Tapin

RSUD Datu

Sanggul 1 Kawasan 200,000 50,000 2018 v 6 Sarana Dan PrasranaLingkungan Permukiman

6.1 Sarana dan prasaranaPenanggulangan Bahaya Kebakaran

Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman ( Penanggulangan Kebakaran )

Kab. Tapin 1 Paket 400,000 2015 v

Sarana dan Prasarana Dasar

Penanggulangan Kebakaran Kab. Tapin 1 Paket 250,000 250,000 2016 v Hidran RTH Eks Pasar Lama

Tahap 1 Kab. Tapin

Eks Pasar

Lama 1 Kawasan 3,000,000 100,000 2017 v Hidran RTH Eks Pasar Lama

Tahap 2 Kab. Tapin

Eks Pasar

Lama 1 Kawasan 3,000,000 100,000 2018 v

6.3 Sarana dan prasarana PenataanRuang Terbuka Hijau (RTH) Pembangunan Lainnya

Rencana Tindak Penataan RTH Kaw.Kota

Rantau 1 Kawasan 1,500,000 500,000 2015 v Rencana Tindak Penataan RTH

Kaw. Eks

(35)

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-Rencana Tindak Penataan RTH

Kaw. Danau Buatan Kota Rantau

1 Kawasan 1,500,000 500,000 2017 v

v

Pembangunan

Sarana dan Prasarana Taman Kota Kawasan RTH Danau

Buatan Tahap 1 Kab. Tapin

Danau

1 Kawasan 1,500,000 2015 v

Sarana dan Prasarana Taman Kota Kawasan RTH Danau

Buatan Tahap 2 Kab. Tapin

Danau

1 Kawasan 600,000 2016 v

Sarana dan Prasarana Taman Kota Kawasan RTH Danau

Buatan Tahap 3 Kab. Tapin

Danau

1 Kawasan 250,000 2017 v

(36)

NO URAIAN KEGIATAN VOLUME SATUAN

SUMBER PENDANAAN x Rp.

1.000,-Kota Kawasan RTH Pasar

Lama

1,000,000 500,000 Sarana dan Prasarana Taman

Kota Kawasan RTH Kab. Tapin Kota

Rantau 1 Kawasan 1,000,000 500,000 2017 v 6.4 Sarana dan prasarana PenataanLingkungan Permukiman

Tradisional/Bersejarah Pembangunan Sarana dan Prasarana Lingkungan Permukiman

Tradisional/Bersejarah Tahap 1 Kab. Tapin Kec.

Piani 1 Kawasan 1,000,000 500,000 2016 v Sarana dan Prasarana

Lingkungan Permukiman

Tradisional/Bersejarah Tahap 2 Kab. Tapin Kec.

Piani 1 Kawasan 1,000,000 500,000 2017 v Sarana dan Prasarana

Lingkungan Permukiman

Tradisional/Bersejarah Tahap 3 Kab. Tapin Kec.

(37)

6.3. Rencana Program Investasi Sektor Pengembangan Air Minum 6.3.1. Arahan Kebijakan Sektor Pengembangan Air Minum

Penyelenggaraan pengembangan SPAM adalah kegiatan merencanakan, melaksanakan konstruksi, mengelola, memelihara, merehabilitasi, memantau, dan/atau mengevaluasi sistem fisik (teknik) dan non fisik penyediaan air minum. Penyelenggara pengembangan SPAM adalah badan usaha milik negara (BUMN)/ badan usaha milik daerah (BUMD), koperasi, badan usaha swasta, dan/atau kelompok masyarakat yang melakukan penyelenggaraan pengembangan system penyediaan air minum. Penyelenggaraan SPAM dapat melibatkan peran serta masyarakat dalam pengelolaan SPAM berupa pemeliharaan, perlindungan sumber air baku, penertiban sambungan liar, dan sosialisasi dalam penyelenggaraan SPAM.

Beberapa peraturan perundangan yang menjadi dasar dalam pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM) antara lain:

1) Undang-Undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

Pada pasal 40 mengamanatan bahwa pemenuhan kebutuhan air baku untuk air minum rumah tangga dilakukan dengan pengembangan sistem penyediaan air minum (SPAM). Untuk pengembangan sistem penyediaan air minum menjadi tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

2) Undang-Undang No. 17 Tahun 2007 tentang Rencana Program Jangka Panjang (RPJP) Tahun 2005-2025

Perundangan ini mengamanatkan bahwa kondisi sarana dan prasarana masih rendah aksesibilitas, kualitas, maupun cakupan pelayanan.

3) Peraturan Pemerintah No. 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

(38)

4) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum

Peraturan ini mengamanatkan bahwa dalam rangka peningkatan pelayanan/ penyediaan air minum perlu dilakukan pengembangan SPAM yang bertujuan untuk membangun, memperluas, dan/atau meningkatkan sistem fisik dan non fisik daam kesatuan yang utuh untuk melaksanakan penyediaan air minum kepada masyarakat menuju keadaan yang lebih baik dan sejahtera.

5) Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 14/PRT/M/2010 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Pekerjaan Umum dan Tata Ruang

Peraturan ini menjelaskan bahwa tersedianya akses air minum yang aman melalui Sistem Penyediaan Air Minum dengan jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan terlindungi dengan kebutuhan pokok minimal 60 liter/orang/hari.

SPAM dapat dilakukan melalui sistem jaringan perpipaan dan/atau bukan jaringan perpipaan. SPAM dengan jaringan perpipaan dapat meliputi unit air baku, unit produksi, unit distribusi, unit pelayanan, dan unit pengelolaan. Sedangkan SPAM bukan jaringan perpipaan dapat meliputi sumur dangkal, sumur pompa tangan, bak penampungan air hujan, terminal air, mobil tangki air, instalasi air kemasan, atau bangunan perlindungan mata air. Pengembangan SPAM menjadi kewenangan/ tanggung jawab Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk menjamin hak setiap orang dalam mendapatkan air minum bagi kebutuhan pokok minimal sehari-hari guna memenuhi kehidupan yang sehat, bersih, dan produktif sesuai dengan peraturan perundangundangan, seperti yang diamanatkan dalam PP No. 16 Tahun 2005.

Pemerintah dalam hal ini adalah Direktorat Pengembangan Air Minum, Ditjen Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum yang mempunyai tugas melaksanakan sebagian tugas pokok Direktorat Jenderal Cipta Karya di bidang perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan produk pengaturan, pembinaan dan pengawasan serta fasilitasi dibidang pengembangan sistem penyediaan air minum. Adapunfungsinya antara lain mencakup:

(39)

• Pembinaan teknik, pengawasan teknik dan fasilitasi pengembangan sistem penyediaan air minum termasuk penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial;

• Pengembangan investasi untuk sistem penyediaan air minum;

• Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pembinaan kelembagaan dan peran serta masyarakat di bidang air minum.

Arahan kebijakan Pengembangan Air Minum di Kabupaten Tapin difokuskan untuk :

1) Peningkatan kualitas dan kuantitas pelayanan air bersih jaringan pipa ditunjang program pelatihan manajemen O&P terarah.

2) Meningkatkan peran serta masyarakat, KPS membentuk koperasi a.m. dan melatih dan mengembangakan sistem perpipaan SIPAS di perdesaan dan perkampungan kumuh perkotaan.

3) Mengakselerasi peningkatkan cakupan pelayanan (service coverage area) bagi konsumen domestik sehingga dapat berkonsentrasi pada upaya pemenuhan kebutuhan air sektor niaga-industri yang potensial.

4) Memelihara kelestarian sumber-sumber air baku guna menjaga keseimbangan pasokan air baku yang akan diolah

5) Melaksanakan sosialisasi, penyuluhan dan kampanye air bersih dan PHBS (perilakuhidup bersih dan Sehat) ke segenap lapisan masyarakat termasuk ke sekolah.

6) Sesuai strategi dan arah pengembangan wilayah maka kebijakan dan program pengembangan sistem penyediaan air minum daerah mulai tahap-1 sampai tahap-4 akan difokuskan pada 3 simpul atau pusat kegiatan ekonomi regional yaitu : (a) Kota Rantau-Kec. Tapin Utara dsk (b) Kota Binuang-Hatungun dsk (c) Margasari.

(40)

6.3.2. Isu Strategis Sektor Pengembangan Air Minum

Isu Strategis Sektor Pengembangan Air Minum di Kabupaten Tapin meliputi: 1) Akses penduduk terhadap air minum masih rendah

2) Rumah tangga (RT) yang menggunakan air bersih masih rendah

3) Belum meratanya pelayanan air minum perpipaan terutama di kawasan perdesaan dan lainnya.

4) peningkatkan jumlah dan cakupan pelayanan air bersih

5) Meningkatnya kebutuhan air terutama oleh sektor swasta, di lain sisi tidak meratanya penyebaran sumberdaya air, dan menurunnya ketersediaan air. 6) Sumber air baku yang terbatas sebarannya sehingga membutuhkan investasi

yang besar untuk pengembangan pelayanan ketersediaan air bersih. Rencana Pengembangan SPAM

KABUPATEN TAPIN

Unit Kota Rantau, Tapin Utara, Bungur, Lokpaikat

Integrasi Margasari Cindelaras Utara-Selatan

Unit Batu Hapu dan Kota Binuang

Program Jangka Pendek (Th. 2006 – 2007)

Integrasi Sistem Batu Hapu – Binuang, CDLS-Margasari Kota Rantau

1. Perencanaan zona dstb: a.Desa Margasari dan

integrasi CDLS-CDLU b.Desa perluasan

Binuang-Batu Hapu c.Intergrasi sistem

Rantau-Bakarangan 2. Tambah IPA alternatif

Pemb. Jangka Menengah (Th. 2008 – 2011)

Pembangunan Bendung S. Tapin atau

IPA alt. S.Muning

Daerah Pelayanan :

1. Desa Margasari dan integrasi CDLS-CDLU &

desa-desa di DAS Rutas 2. Seluruh desa perluasan

Binuang-Batu Hapu 3. Intergrasi sistem

Rantau-Bakarangan

4. Seluruh desa Kec Piani 5. Seluruh desa KecBungur 6. Seluruh desa Kec Lokpkt 7. Memaksimalkan pelayanan Kec.

Tapin Selatan dan Tengah 8. Kawasan Industri-niaga

P. Jangka Panjang (Th. 2016– 2030)

Penambahan Kap. Waduk Multi Guna:

(41)

7) Banyak sebaran kawasan permukiman perdesaan yang membutuhkan penanganan system jaringan yang terpisah

8) Potensi konflik pemanfaatan air baku antara pemanfaatan untuk irigasi Dan air minum

6.3.3. Kondisi Eksisting Sektor Pengembangan Air Minum A. Mata Air

Di Kalimantan Selatan, mata air dengan debit yang relatif besar umumnya dijumpai pada daerah perbukitan endapan vulkanik muda atau disekitar kaki G. Meratus di wilayah Timur Kabupaten Tapin. Di sebelah barat mata air potensial terletak di Kabupaten Barito Kuala (Prop. Kalimantan Tengah) yang berlokasi di dataran tinggi hulu satuan wilayah sungai (DAS) Sungai Barito. Di dalam wilayah administrasi Kabupaten Tapin mata air banyak dijumpai pada daerah yang didominasi formasi Tanjung, Anggota batu Kora, Pudak dan terutama sekali formasi Berai yang teridentifikai mulai dari dataran tinggi Kec. Piani membujur ke Barat Daya dan kearah Selatan dari utara Kecamatan Salam Babaris sampai DAS Mengkuak di kec. Binuang.

Potensi mata air di wilayah perencanaan hanya tersebar pada punggung dan lereng pegunungan Meratus yang termasuk kedalam wilayah Kec. Piani Kab. Tapin. Titik mata air ini ditemukan di beberapa wilayah desa dilereng Gn. Piani antara lain adalah Desa Batu Ampar, Desa Pipitak Jaya dengan debit relatif kecil (untuk skala pelayanan Kota) yaitu berkisar antara 2–5 lt/dt. Mata air kecil seperti ini hendaknya dikelola oleh PDAM dengan membentuk koperasi pengelola tingkat desa. Aliran mata air seperti ini biasanya terganggu pada saat bendungan dikonstruksi. Baru setelah bendung Piani selesai dikonstruksi debit dan kecepatan aliran akan bertambah besar serta mungkin pula akan berpindah atau tergeser letaknya dari lokasi semula.

B. Air Permukaan

(42)

teridentifikasi cukup potensial sebagai sumber air baku karena selain memiliki karakteristik perenial, sungai-sungai ini juga memiliki kapasitas yang cukup besar sehingga dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan daerah.

1) Sungai Tapin

Sungai Tapin merupakan sungai yang melintasi sebagian besar wilayah Kabupaten Tapin, dengan hulu berada di wilayah pegunungan meratus yaitu salah satu daerah pegunungan yang berada di wilayah Kalimantan. Sungai ini melintang dari arah Timur menerus ke pusat Ibu Kota Kab. Tapin (Rantau) dan lanjut ke wilayah utara dan lanjut ke arah Barat (Kec. Candi Laras Selatan) lalu bertemu dengan Sungai Negara di wilayah Kec.Candi Laras Selatan. Aliran Sungai Tapin diiringi oleh beberapa anak sungai disekitarnya yang merupakan anak Sungai Tapin. Sampai Batas Kec. Tapin Utara atau Kota Rantau sekurangnya terdapat 14 (empat Belas) Sungai yaitu Sungai Hayangan, Mengerlayu, Batung, Bunija, Talikur, Bingur, Tajau, Lampinit, Sandar, Rangas, Rayangan, Rangdit dan Sungai Salak. Sementara pada bagian hilirnya (Kec. Bakarangan), Sungai Tapin bertemu dengan Sungai Amandit. Sungai ini berhulu di di wilayah Simpur Kabupaten Hulu Sungai Selatan. Dari titik pertemuan ini, sungai Tapin menerus ke arah Barat dan bertemu dengan sungai lain (Sungai Munig) di wilayah Pabaungan Hulu Kec. Candi Laras Selatan.

(43)

berdampak pada fluktuasi debit air sungai yang mencolok antara musim penghujan dengan musim kemarau.

Sampai saat ini, sungai tapin dimanfaakan oleh masyarakat atau penduduk disepanjang alirannya sebagai sumber air bersih antara lain untuk kebutuhan sanitasi (mandi dan cuci). Dalam sektor pelayanan publik, Sungai tapin juga dimanfaatkan sebagai sumber air baku PDAM antara lain untuk IKK Bungur dan BNA (Basic Need Aproach) Rantau.

Dengan mengamati perkembangan wilayah di Kalimantan Selatan Pada Umumnya, pemerintah merencanakan akan membanguan suatu bendungan sebagai sarana pertanian (irigasi) maupun pembangkit tenaga listrik. Bendungan tersebut akan membendung aliran sungai Tapin terutama di wilayah hulu (Kec. Piani) Desa Pipitak Jaya. Walau masih dalam tahap awal (perencanaan awal), pemerintah telah mengalokasikan tanah seluas 1.000 Ha di wilayah ini guna mendukung terwujudnya perencanaan yang telah disepakati lebih lanjut dalam mendukung aktifitas masyarakat wilayah Kabupaten Tapin dan Kalimantan Selatan.

Dengan adanya bendungan ini, maka pengambilan air baku dari bendungan merupakan suatu langkah yang patut kita perhitungkan sebagai alternatif pemilihan sumber air baku dalam memenuhi kebutuhan akan air bersih di Kabupaten Tapin. Alternatif ini dimungkinkan apabila debit yang tersedia masih mencukupi dalam arti tidak mengurangi fungsi dari bendungan yang akan dibangun. Sementara dari sisi teknis keuntungan dari pengambilan sumber air baku ini adalah :

• Ketinggian lokasi bendungan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah permukiman atau pusat perkotaan. Dengan beda tinggi keduanya mencapai ± 200 m dari sisi teknis sangat baik sekali sehingga air dapat dialirkan secara gravitasi yang sangat menguntungkan dari sisi operasional pembiayaan (tanpa penggunaan pompa distribusi).

(44)

2) Sungai Muning

Berbeda dengan sungai Tapin, Sungai muning berhulu bukan di daerah pegunungan sungai ini merupakan saluran induk dari daerah tangkapan air hujan yang sangat luas dan di beberapa titik dimungkinkan adanya sumber air artesis yang masuk dalam aliran sungai Muning. Sungai ini berhulu di wilayah Kec. Binuang dan Tapin Selatan yang mengalir ke arah utara melintasi wilayah Kec. Tapin Selatan, Tapin Tengah untuk bertemu atau bersatu dengan Sungai Tapin di Kecamatan Candi Laras Selatan (sungai rutas). Terdapat beberapa anak sungi atau sungai-sungai kecil yang masuk ke aliran Sungai Muning natara lain yaitu ; Sungai Batu, Antasan Sungai Puting, Hanyar, Bakung, Embul Pulomambang, Hiyung, Pagatan dan Sungai Bakung Pemanfaatan Sungai Muning sampai saat ini adalah disamping sebagai sarana transportasi dimanfaatkan sebagai sarana MCK oleh masyarakat sekitar. Kaitannya dengan Penyediaan Air Minum, Sungai muning juga dimanfaatkan oleh PDAM dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dengan sistem perpipaan melalui IPA IKK Tapin tengah yang berada di Tambaruntung.

3) Sungai Nagara

Sungai Negara merupakan sungai yang relatif panjang dan besar menurut data dari PDAM Kab. Tapin Debit minimum sungai Negara adalah sebesar 1.000 lt/dt, sungai ini masuk melintasi wilayah Kab. Tapin dari arah Kab. Hulu Sungai Selatan tepatnya di wilayah Kec. Candi Laras Utara. Hulu sungai ini apabila dirunut berawal di wilayah Kab. Tabalong Prov. Kalimantan Selatan mengalir menyusur ke arah selatan melalui Kab. Hulu Sungai Tengah, Hulu Sungai Selatan, lalu melintasi ke wilayah Kab. Tapin. Wilayah perencanaan yang dialiri sungai ini adalah kecamatan Candi Laras Selatan serta Candi Laras Utara. Sungai Negara ini merupakan muara dari sungai tapin. Titik pertemuan keduanya berada di daerah Margasari Kec. Candi Laras Selatan. Sepanjang aliran yang melintas di wilayah Kab. Tapin terdapat beberapa sungai-sungai kecil atau anak sungai antara lain adalah ; Sungai Rawana, Babundung, Balanti, Beringin Ramabah dan lain-lain.

(45)

belum terjangkau oleh sarana transportasi darat sementara masyarakat yang lain memanfaatkan aliran sungan Negara sebagai sarana MCK terutama masyarakat yang tinggal di daerah sempadan maupun sekitar aliran sungai. Pemanfaatan lain dari Sungai Negara adalah sebagai air baku PDAM Kab. Tapin terutama IKK Candi Laras Selatan dan IKK Candi Laras Utara dengan debit pengambilan masing-masing sebesar 5 lt/dt.

C. Danau \Rawa \ Waduk

Danau adalah ceruk atau cekungan pada permukaan bumi yang berisi air. Secara alami danau merupakan daerah bertopografi cekung akibat proses erosi ataupun depresi proses geologi yang selanjutnya diisi oleh air. Areal cekungan seperti ini di Kalimantan Selatan umumnya lebih landai sehingga di permukaan sering berrawa. Di daerah perencanaan terbilang kerap dijumpai rawa dan/atau danau yang hanya terisi air pada musim penghujan, namun cukup banyak rawa yang selalu terisi air sepanjang tahun.

Danau Binuang merupakan rawa yang cukup besar teridentifikasi di wilayah paling selatan. Karena kualitas airnya relatif cukup baik, jenis air permukaaan ini (danau atau rawa besar/kecil) acapkali dimanfaatkan sebagai sumber air baku. Sumber air baku dapat berasal dari bangunan sadap (intake) air sungai, mata air pada tepi danau atau daerah sekitarnya, air tanah (dangkal/dalam) atau mungkin pula bersumber dari air hujan. Waduk adalah danau buatan manusia, misalnya dengan cara membendung suatu daerah pengairan sungai (DAS). Volume air yang tertampung disana dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti PLTA, pengairan, dan sebagai sumber air baku dari instalasi penjernihan air minum. Pada rawa alami genangan umumnya terpencar dalam skala lebih kecil, berbentuk lahan basah yang merupakan daerah cadangan banjir, umumnya hanya terisi air pada musim penghujan.

D. Potensi Sumber Air Baku 1) Cekungan Tapin

(46)

Barat sampai DAS Barito di Kabupaten Barito Kuala. Kondisi air tanah dalam di cekungan ini diprakirakan cukup besar pada kedalaman 35 s.d. 150 m dibawah permukaan tanah.

Model Cekungan Tapin antara Pegunungan Barito dan Meratus Secara administratif, cekungan ini tersebar pada beberapa daerah, yaitu Kabupaten Banjar, Kabupaten HSS, Kabupaten Pasir, Kota Kandangan , sebagian kecil Kota Martapura, Kabupaten Tapin, dan Kabupaten Barito Kuala.

Berdasarkan peta geologi Amuntai Banjarmasin Prop. Kalsel daerah studi secara hidrogeologi dapat dibagi berdasarkan keterdapatan air tanah dalam rongga antar butir atau rekahan batuan sebagai berikut, yaitu :

a) Akuifer Yang Terdapat Dalam Rongga Antar Butir

• Wilayah Akuifer Produktif Tinggi dengan Penyebaran Luas

Pada wilayah ini air tanah terdapat pada pori-pori antar butir dari endapan aluvial. Wilayah ini dijumpai disekitar Kota Margasari, Kec. Candi Laras Utara, dan Kec. Piani sebelah utara

• Wilayah Akuifer Produktif Sedang dengan Penyebaran Agak Luas Pada wilayah ini air tanah terdapat pada endapan aluvium dan celah endapan vulkanik tak terpisahkan. Wilayah ini dijumpai pada bagian Utara-Selatan dan Pusat Kota Binuang.

b) Setempat Akuifer Produktif Sedang

(47)

bentuk penyebaran mengelilingi puncak atau lereng pengunungan Meratus dan Hulu DAS Barito. Namun sulit dijumpai mata air pada hamparan cekungan geologi yang topografinya relatif landai di pusat wilayah Kabupaten di antaranya.

Batuan yang terdapat disekitar DAS Muning dari muda ketua adalah sbb : • Endapan Aluvial

Terdiri dari endapan aluvialsungai. Endapan aluvial sungai umumnya dibentuk oleh, pasir, kerikil, lanau, dan lempung.

• Endapan Talus

Endapan talus berupa bahan material hasil erosi batuan vulkanik muda, Vulkanik tua serta batuan sedimen lainnya. Lapisan pembawa air berupa tufa pasir yang merupakan bagian dari endapan vulkanik muda. Zona pemunculan mata air di wilayah Cekungan Barito Meratus diperlihatkan pada Gambar 3-7 .

Siklus Hidrogeologi di wilayah proyek

E. Zonasi Sumber Air Baku Potensial

(48)

Aliran Sungai Mangkauk dimanfaatkan IPA Binuang dan Batu Hapu, Sungai Tapin menjadi sumber air baku IPA BNA Rantau dan IPA Bakarangan, Sungai Muning menjadi air baku IPA Tapin Tengah, Sungai Nagara air baku IPA Candi Laras Selatan dan Candi Laras Utara dan seterusnya sebagaimana ditunjukkan pada Tabel dibawah ini.

Data kapasitas terpasang sebesar 167,5 l/d ini diperoleh Konsultan dari PDAM pada waktu berlangsungnya rapat pendahuluan. Dalam Lokakarya/Konsinyasi Publik-1 dilaporkan PDAM bahwa sudah mulai dibangun 3 unit IPA baru, masing-masing :

a. IPA baru 50 l/d di lokasi IPA BNA Rantau; sumber air baku S.Tapin b. IPA baru 10 l/d di Lokasi IPA Bakarangan; sumber air baku S.Tapin c. IPA paket baru 20 l/d di lokasi IPA Hatungun, sumber S, Mangkaok

tabel

pemanfaatan Air Baku Eksisting

No Sumber Air

Baku

Debit Pengaliran

Minimum m3/d

SPAM

Eksisting

dibangun

Tahun

Q Terpasang

l/d

1 Sungai Tapin 0,400 BNA Rantau 1982-1983 90

2 Sungai Tapin 0,400 IPA

Bakarangan

1996-1997 10

3 Sungai

Binuang

0,050 IPA Binuang 1988 20

4 Sungai

Muning

0,800 IKK Taping

Tengah

0,040 IKK Tapin

Selatan

1993-1994 10

7 Sungai

Nagara-Rutas

1,200 IPA Candi

Laras Selatan

1993-1994 5

8 Sungai

Nagara

1,200 IPA Candi

Laras Utara

1993-1994 5

Kapasitas Pengolahan Eksisting 162,5

(49)

Tabel

Kapasitas Produksi PDAM Tapin Akhir tahun 2010 No Sumber Air

Baku

Debit Pengaliran

Minimum m3/d

SPAM Eksisting dibangun

Tahun

Q

Terpasang

l/d

1 Sungai Tapin 0,400 BNA Rantau 1982-1983 90+50

2 Sungai Tapin 0,400 IPA Bakarangan 1996-1997 10+10

3 Sungai

Binuang

0,050 IPA Binuang 1988 20

4 Sungai

Muning

0,800 IKK Taping Tengah 1993-1994 7,5

5 Sungai

Mangkauk

0,500 IKK Batu Hapu 1995-1997 10+20

6 Sungai

Tatakan

0,040 IKK Tapin Selatan 1993-1994 10

7 Sungai

0,200 IPA Salam Babaris 2009 10

Kapasitas Pengolahan Eksisting 247,5

Sumber: RISPAM Kab. Tapin 2010

(50)

sepenuhnya (100%- 24 jam per hari). Pada beberapa lokasi IPA tersedia genset, namun ada yang jarang dioperasikan karena dianggap bising oleh penduduk yang bermukim di sekitar lokasi genset tersebut. Hanya beberapa lokasi IPA yang gensetnya dapat dioperasikan secara aman tanpa mengganggu masyarakat sekitar.

Menyadari hal kurang kondusif ini timbul gagasan untuk membangun sebuah bendung serba guna di Kecamatan Piani sebelah Utara. Dari data PSDA dan Balai Wilayah Sungai kalimantan II dan Bapeda Kab. Tapin diketahui bahwa sejak tahun 2003 telah ada rencana untuk membangun sarana bendung, tepatnya di Desa Pipitak Jaya. Rencana utama pembangunan bendung dimaksudkan untuk menunjang revitalisasi sektor pertanian dalam hal ini adalah intensifikasi pengairan daerah persawahan di Kec. Bungur seluas 5070 Ha. Pada tahun 2010 yaitu pada saat kegiatan Lokakarya pelaporan progress perancangan master plan ini disusun Bupati Kab Tapin secara prinsip telah menekankan penambahan rencana pemanfaatan bendung yaitu untuk menunjang kepentingan pembangunan PLTA dan sebagai sumber air baku PDAM selai irigasi. Mengingat potensinya yang cukup besar, rencana pembangunan bendung ini layak dipertimbangkan sebagai salah satu sumber air baku prioritas dalam pengembangan sistem penyediaan air minum Kota Rantau jangka panjang.

F. Kondisi SPAM Eksisting

1) Aspek Teknis

a. Kinerja pelayanan

Melihat cakupan pelayanan eksisting dibandingkan dengan kapasitas SPAM terpasang yang ada sekarang ini, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja pelayanan PDAM Kab. Tapin sementara ini belum maksimal dikaitkan dengan masih terdapatnya banyak kendala serta keterbatasan operasional yang kedepan harus diantisipasi secara sistematis. Hal yang dianggap paling vital antara lain adalah: (i) relatif masih tingginya angka kehilangan air serta (ii) tingginya kapasitas idle yang belum termanfaatkan.

(51)

secara teknis seharusnya mampu memasok lebih dari dua kali lipat dari prestasi kinerja PDAM sekarang ini; yaitu sebanyak 21.168 KK. Selisihnya menjadi kapasitas yang belum termanfaatkan atau idle capacity yang otomatis menjadikan kinerja PDAM sangat rendah atau tidak efisien. Terlebih lagi setelah menerima bantuan 4 unit IPA baru di penghujung tahun 2010. Dampaknya kedepan beban manajerial PDAM dengan sendirinya akan menjadi lebih berat lagi dengan bertambahnya kapasitas produksi ± 50% dari kapasitas terpasang yang ada sekarang. Apabila aspek managerial skill ini diabaikan, maka dalam kurun waktu 1-2 tahun mendatang prestasi kinerja PDAM Kab Tapin dikhawatirkan dapat kembali melorot atau bahkan mungkin saja lebih parah dari 3 tahun silam (2006).

Sehubungan dengan kenyataan ini maka upaya antisipatif yang perlu dilakukan sejak sekarang adalah berupaya meningkatkan kapabilitas teknis SDM serta kapasitas manajerial pengelola sehingga mampu mencapai tingkat profesionalisme yang dikehendaki terutama dalam bidang:

a. Manajemen O&P

b. Teknologi kimia air dan laboratorium lingkungan c. Manajemen bengkel meter air dan perpipaan

d. Manajemen zonasi daerah pelayanan tercakup didalamnya pemetaan jaringan (as built drawing), penurunan NRW dan kebocoran.

2) Aspek Non Teknis Penunjang

(52)

Sasaran ini memang tidak mudah dicapai khususnya untuk PDAM Kab. Tapin yang kualitas mangerialnya masih sedikit tertinggal dibanding kinerja PDAM wilayah lain di Provinsi Kalimantan Selatan. Keterampilan dalam aspek non teknis sama pentingnya dengan pengetahuan teknis; mengingat profesionalisme menuntut managerial skill yang memadai pada semua bidang terkait. Beberapa hal penting yang perlu segera dibenahi diantara lainnya:

• Pelatihan SIM-PAM dan akuntansi dan tertib pelaporan Keuangan • Kinerja SIMPAM bidang keuangan serta infrastruktur manajerialnya

sehingga mampu menurunkan periode penagihan (Average Collection Period).

• Mengamankan kondisi finansial eksisting untuk meraih sasaran jangka menengah minimal sesuai RPJMN dan idealnya sesuai KSNP-SPAM. Mampu mencapai KSNP 2014 berarti telah memenuhi target MDG’s 2015

• Terlebih dahulu kapabilitas teknis SDM penunjang perlu ditingkatkan terutama managerial skill pejabat taktis operasionalnya.Untuk ini perlu disiapkan program mendesak (tahun 2011-2012) untuk meningkatkan keterampilan teknis dan kapasitas manajemen O&P-nya.

• Berupaya meningkatkan peran serta swasta (KPS) dalam bid penyediaan air minum sesuai kebutuhan, misalnya melalui pembentukan koperasi pemakai air di perdesaan dan semi perkotaan. • Mendaya gunakan seluruh sumber daya, bersaing dengan PDAM

Kab-Kota Provinsi lain melalui penyiapan 8 kriteria kesiapan daerah (readiness criteria), diantara lainnya keberadaan master plan air minum ini serta berupaya memberikan usulan RPI2JM-Memorandum Program solusi terbaik.

(53)

6.3.4. Permasalahan dan Tantangan Sektor Pengembangan Air Minum A. Permasalahan Pengembangan SPAM

No Aspek Pengelolaan

Air Minum Permasalahan

Tindakan

Yang Sudah

Dilakukan

Yang Sedang

Dilakukan

A. Kelembagaan

1. Organisasi SPAM

2. Tata Laksana (SOP,

koordinasi, dll)

3. SDM

B. Teknis Operasional

1. Sumber air baku

2. Bangunan intake

3. IPA

4.. Reservoir dan

Pompa Distribusi

5. jaringan Transmisi

6. jaringan Distribusi

7. Sambungan rumah

8. Meter Pelanggan

C. Pembiayaan

1. Sumber-sumber

pembiayaan

2. Tarif Retribusi

3. Mekanisme

Penarikan Retribusi

4. Realisasi

Penerimaan

Retribusi

D. Peran Serta

Masyarakat

1. Penyuluhan

2. Kemampuan

Membayar retribusi

Gambar

Gambar 6.2 Lingkup Tugas PBL
Tabel 2.1 : Tahapan Pengembangan Air Limbah Domestik Kabupaten Tapin
Tabel 3.2.4 : Sistem pengelolaan air limbah yang ada di Kabupaten/Kota Tapin
Tabel 3.2.5 : Sebaran sarana air bersih dan sarana air limbah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rayon 5 Medan adalah: (a) Secara umum guru menyusun silabus pembelajaran keterampilan yang dijelaskan oleh kepala sekolah sangat baik, (b) Secara umum guru menyusun RPP keterampilan

Perintah untuk pemberian ukuran pada garis yang berbentuk lingkaran dan akan Perintah untuk pemberian ukuran pada garis yang berbentuk lingkaran dan akan tampak symbol diameter..

Berdasarkan hasil refleksi penelitian yang dilakukan pada siklus I pada siswa kelas V SDN 1 Mebongo telah ditunjukan bahwa dari 20 siswa yang dibagi dalam lima kelompok

Dengan demikian jenis kayu meranti merah dapat dibuat kayu lapis yang memiliki nilai emisi formaldehida rendah dengan perekat urea formaldehida dan bahan penangkap berupa

Tepat dibawah grafik terdapat tabel yang menampilkan rata-rata data CPU Load dan juga terdapat tabel yang menampilkan data CPU Load berdasarkan waktu dengan interval 1

[r]

1) The individual focus; adalah perilaku seseorang yang membantu individu yang lain seperti membantu rekan kerja mengurangi resiko, menyelesaikan tugas yang berat dan

Berdasarkan hasil analisis korelasi rank spearman terdapat hubungan yang signifikasi antara pengetahuan gizi seimbang dengan pola makan pada siswadengan nilai