• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2. Tinjauan Kepustakaan

1. Perawatan Nifas

1.3 Perawatan Bayi Baru Lahir

Memandikan merupakan upaya yang dilakukan untuk menjaga agar tubuh bayi bersih, terasa segar dan mencegah kemungkinan adanya infeksi. Prinsip dalam memandikan bayi yang harus diperhatikan adalah menjaga jangan sampai bayi kedinginan serta kemasukkan air ke hidung, mulut, atau telinga yang dapat mengakibatkan aspirasi (Hidayat, 2008).

Hampir setiap ibu merasa takut memandikan bayinya. Namun yang terpenting saat memandikan bayi adalah berhati-hati dalam memposisikan bayi secara tepat. Jadwal mandi bayi tidak sebanyak orang dewasa jika telah dilakukan pembersihan yang baik di tempat-tempat tertentu saat menggantikan popok atau menyusui, sebenarnya bayi tidak perlu dimandikan setiap hari. Ibu hanya perlu membersihkan wajah, leher, dan bokong dengan handuk atau busa basah. Pada bayi yang belum merangkak atau turun dari tempat tidur, mandi 3 kali seminggu akan membuatnya bersih dan wangi. Jika memungkinkan ibu boleh memandikan bayi setiap hari terutama jika cuaca panas.

Tidak ada waktu yang tepat kapan bayi seharusnya dimandikan. Namun memandikan bayi sebelum tidur dapat membuatnya rileks sehingga memudahkan tidur. Hindari memandikan bayi sebelum atau setelah makan karena perut yang tertekan membuatnya muntah (Danuatmaja, 2003).

Adapun cara memandikan bayi yang benar menurut Darti, dkk (2009) yaitu:

a. Menyiapkan terlebih dahulu keperluan mandi, yaitu dengan membentangkan handuk mandi dan semua perlengkapan baju bayi serta alat-alat mandi seperti sabun dan sampo yang aman bagi bayi.

b. Menyiapkan air mandi dalam ember mandi kemudian mengukur suhu air mandi (29-360C) atau dapat menggunakan punggung tangan yaitu air terasa hangat. Tinggi air dari dasar ember mandi sekitar 5 cm dan menyisihkan air mandi satu gayung untuk membilas.

c. Membuka pakaian bayi seluruhnya dan menghindari bayi terpapar suhu dingin (bayi ditutup dengan kain bedung).

d. Mengambil kapas dan membasahinya dengan air hangat kemudian membersihkan mata dengan kapas tersebut (dapat dilakukan sebelum pakaian bayi dibuka). Gunakan kapas yang berbeda untuk setiap mata. Kemudian membersihkan hidung dan telinga bayi dengan kapas.

e. Membersihkan muka bayi dengan waslap basah, kemudian membasahi kepala, leher, dada, tangan, perut, bokong dan genetalia, setelah itu menyabuninya kecuali wajah.

f. Membersihkan genetalia wanita menggunakan bola kapas yang sudah direndam dengan air, buka labia mayora dengan jari kemudian bersihkan dengan bola kapas dari atas ke bawah. Sedangkan membersihkan genetalia pria yaitu membersihkan area genetalia bagian luar ketika mandi dengan usapan yang lembut, menggunakan sabun yang bertekstur lembut jika perlu.

g. Bayi dibawa ke ember dengan cara tangan kiri sampai pergelangan tangan ibu pada punggung dan belakang leher atau sampai pada ketiak bayi dengan cara empat jari di ketiak bayi sedangkan ibu jari memegang bahu bayi, tangan kanan memegang bokong bayi melalui kedua paha bayi atau kedua kaki bayi dipegang pada tungkai bawah.

h. Memasukkan bayi ke dalam ember mandi dengan hati-hati dengan posisi setengah duduk.

i. Membasuh kepala, muka kemudian seluruh tubuh bayi dengan air dengan menggunakan tangan kanan.

j. Untuk membersihkan daerah bagian belakang, telungkupkan bayi dengan dada bayi di atas tangan kanan, ibu jari di bahu bayi dan jari-jari lainnya di ketiak bayi.

k. Membasuh punggung sampai bokong dengan air, siram dengan air bersih. Kembalikan bayi dalam posisi telentang dan siram kembali dengan air bersih.

l. Mengangkat bayi dari ember mandi.

m. Meletakkan bayi di atas handuk mandi, kemudian keringkan dan menghindari bayi dari suhu dingin.

1.3.2 Merawat Tali Pusat

Perawatan tali pusat merupakan tindakan yang bertujuan merawat tali pusat pada bayi baru lahir agar tetap kering dan mencegah terjadinya infeksi (Hidayat, 2008).

Tali pusat merupakan sisa terakhir ikatan ibu dengan bayi dari dalam rahim. Menjelang kesembuhannya, tali pusat akan berubah warna menjadi hitam.

Bagian ini akan lepas dengan sendirinya antara satu sampai empat minggu. Untuk mempercepat penyembuhan dan menghindari infeksi, jagalah agar tali pusat tetap kering dan terkena udara. Berikut beberapa hal penting perawatan tali pusat :

a. Sebelum tali pusat terlepas, jangan memandikan bayi dengan merendamnya dan jangan membasuh tali pusat sekali pun dengan lap basah.

b. Cuci tangan bersih-bersih.

c. Ambil kapas bulat yang telah diolesi alkohol 70%, bersihkan sisa tali pusat terutama pangkalnya (yang menempel pada perut), dan lakukanlah dengan hati-hati terutama jika pusat masih berwarna merah.

d. Rendam perban atau kasa steril dalam alkohol 70%, lalu bungkus sisa tali pusat. Seluruh permukaan hingga pangkal harus tertutup perban.

e. Lilitan perban jangan terlalu ketat agar bayi tidak kesakitan.

f. Kenakan gurita bayi untuk menahan agar bungkusan perban tetap pada tempatnya.

g. Jika area ini bernanah dan berwarna merah, maka ibu bisa segera menghubungi dokter (Danuatmaja, 2003).

1.3.3 Membersihkan Alat Kelamin

Membersihkan alat kelamin pada bayi laki-laki harus hati-hati. Gunakan sabun dan air lalu gunakan kapas basah untuk membersihkan penis dan lipatan-lipatannya. Jangan memaksa menarik kulit luar dan membersihkan bagian dalam penis dengan menyemprotkan anti septik, karena ini sangat berbahaya. Kecuali ketika kulit luar sudah terpisah dari glan, ibu bisa menarik dan membersihkan bagian bawahnya. Dengan kapas baru, bersihkan anus dan bagian bokong dari

arah anus keluar lalu keringkan dengan tisu lembut. Jangan buru-buru memakai popok, tetapi biarkan terkena udara sejenak dan lipatan kulit serta bokong boleh diolesi krim.

Sedangkan untuk membersihkan alat kelamin bayi perempuan gunakan sabun dan air. Lalu gunakan gulungan kapas untuk membersihkan bagian bawah kelamin. Lakukan dari arah depan ke belakang, tidak perlu membersihkan bagian dalam vagina. Dengan kapas baru bersihkan anus dan bagian bokong dari arah anus keluar. Terakhir keringkan dengan tisu lembut, dan jangan terburu-buru memakai popok tetapi biarkan terkena udara sejenak. Lipatan kulit dan bokong boleh diolesi krim (Danuatmaja, 2003).

1.3.4 Perawatan pada Mata, Hidung dan Telinga Bayi

Mata, hidung dan telinga adalah bagian tubuh bayi yang sensitif. Merawat dan membersihkannya perlu perlakuan khusus. Untuk telinga basuhlah bagian luar dengan lap atau kapas, jangan memasukkan benda apapun ke lubang telinga termasuk catton bud atau jari karena akibatnya sangat berbahaya. Telinga mempunyai daya pembersih sendiri. Jika kotoran bayi tampak menumpuk sebaiknya ibu mengkonsultasikannya kepada dokter anak.

Bagian hidung pun mempunyai mekanisme membersihkan sendiri. Jika ada cairan atau kotoran keluar, bersihkan hanya bagian luar saja. Gunakan catton bud atau tisu yang digulung kecil. Jika menggunakan jari pastikan jari ibu benar-benar bersih. Jika hidung bayi mengeluarkan lendir sangat banyak karena pilek, sedotlah keluar dengan penyedot hidung bayi atau letakkan bayi dalam posisi tengkurap untuk mengeluarkan cairan tersebut.

Untuk membersihkan mata gunakan kapas yang dibasahi air hangat, pilihlah kapas paling lembut. Jangan memaksa mengeluarkan kotoran di mata jika sulit. Jika sudah dibersihkan, pastikan mata bayi bersih dari sisa kapas (Danuatmaja, 2003).

1.3.5 Merawat Kulit dan Kuku

Kulit bayi baru lahir rentan terhadap iritasi dari bahan kimia yang ada dalam pakaian baru, dan sisa sabun atau deterjen yang menempel pada pakaian yang sudah dicuci. Jika kulitnya sangat kering, ibu dapat mengoleskan sedikit losion bayi pada tempat-tempat yang kering.

Perawatan untuk kuku adalah dengan memotongnya. Ibu dapat menggunakan gunting kuku khusus untuk bayi atau gunting kecil berujung tumpul. Waktu yang baik untuk memotong kuku adalah setelah mandi jika bayi berbaring dengan tenang, tetapi akan lebih mudah bila ibu melakukannya ketika bayi sedang tidur. Memotong kuku pada bayi bertujuan agar bayi tidak melukai dirinya sendiri dengan kuku yang panjang. Pada minggu-minggu awal kuku bayi tumbuh dengan cepat sehingga ibu harus memotongnya dua kali seminggu. Tetapi, kuku jari kaki tumbuh jauh lebih lambat sehingga ibu dapat memotongnya sekali atau dua kali sebulan (Shelov, 2005)

1.3.6 Mengganti Popok

Pada bulan pertama, ibu akan sering mengganti popok hingga terkadang satu jam sekali. Meskipun merepotkan, penggantian popok sesering mungkin berguna untuk menghindari gatal-gatal dan merah pada kulit bayi yang masih peka. Sedikitnya gantilah popok bayi setiap kali bayi selesai buang air.

Jika menggunakan popok sekali pakai atau diapers, basahnya diapers jangan digunakan sebagai ukuran. Diapers bermutu biasanya menginformasikan cara jika tiba saat mengganti, misalnya perubahan warna diapers. Ibu tidak perlu membangunkan bayi yang sedang tidur untuk mengganti popoknya, kecuali jika terlalu basah dan tidak nyaman bagi bayi atau jika bayi buang air besar (Danuatmaja, 2003).

1.3.7 Pemberian Makanan dan Minuman Bayi

Ibu dapat menyusui bayinya sesegera mungkin setelah dilahirkan. Hari-hari pertama, biasanya ASI belum keluar sehingga bayi cukup disusukan 4-5 menit untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan puting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari 4-5 bayi boleh disusukan selama 10 menit (Soetjiningsih, 1997). Ada berbagai macam posisi menyusui, yaitu dengan tehnik seperti memegang bola, seperti mengayun, dengan berbaring miring atau di atas pangkuan. Yang biasa dilakukan adalah dengan duduk dan berbaring (Soetjiningsih, 1997). Hendaklah menyusui bayi dilakukan dalam lingkungan yang tenang dan sepi. Lingkungan semacam ini akan mambantu ibu merasa rileks. Untuk menyusui yang pertama kali, ibu biasanya melakukannya dengan seseorang yang dapat membimbingnya dalam merawat bayi termasuk menyusui. Orang yang dapat membantunya terutama adalah orang yang berpengaruh besar dalam kehidupannya atau yang disegani, seperti suami, keluarga/kerabat terdekat atau kelompok ibu pendukung ASI dan dokter/tenaga kesehatan. Hendaknya saat menyusui ibu dalam posisi yang nyaman yaitu dengan punggung tersangga dengan baik. Gunakan bantal untuk menopang ibu dan bayi (Simkin, 2008).

Menyusui bayi dilakukan dengan cara mendekatkan bayi ke arah ibu dan memalingkan seluruh tubuh bayi sehingga menghadap ke dada ibu. Pastikan bahwa kepala bayi berada dalam satu garis dengan tubuhnya dan tidak berpaling kesatu sisi. Posisikan bayi sehingga bibir atasnya setara dengan ketinggian puting ibu, kemudian ibu dapat merangsang bayi untuk membuka mulutnya dengan mengusapkan puting payudara ke bibir atasnya. Ketika mulutnya membuka lebar, segera, kemudian geser ke payudara ibu. Ibu perlu memperhatikan dan memastikan agar bayi memasukkan sebagian besar payudara ke dalam mulutnya bukan hanya puting saja, sehingga mulut bayi harus membuka dengan lebar (Nolan, 2004).

Dokumen terkait