• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.2 Pengetahuan, Sikap dan Perilaku

2.4.2 Perawatan oleh Dokter Gigi

2.4.2.1 Perawatan Gigi dan Jaringan Sekitarnya

Infraksi adalah fraktur inkomplit tanpa hilangnya substansi gigi dan garis fraktur berujung pada enamel dentinal junction. Garis infraksi akan terlihat jelas dengan menggunakan cahaya langsung dengan arah paralel terhadap sumbu panjang gigi. Perawatan khusus tidak diperlukan pada kasus ini dan pasien hanya disarankan untuk kontrol rutin untuk pemeriksaan gigi.(18)

B. Konkusi (Concussion)

Pada kasus ini biasanya tidak memerlukan tindakan perawatan. Kondisi gigi diperhatikan selama minimal 1 tahun. Instruksi pasien makan makanan lembut selama 1

minggu. Prognosis gigi tergantung pada pada kebersihan mulut yang baik. Anak harus menyikat dengan sikat lembut dan berkumur dengan klorheksidin 0,1% yang bermanfaat untuk mencegah akumulasi plak dan debris. Tidak ada follow-up. Kontrol klinis dan radiografi pada 4 minggu, 6-8 minggu dan 1 tahun.(35)

C. Subluksasi (Subluxation)

Pada gigi sulung dianjurkan membersihkan daerah luka dan orang tua di sarankan memberikan makanan lunak beberapa hari. Kegoyangan akan berkurang dalam 1-2 minggu.(35)

Pada gigi permanen, splin fleksibel dilakukan untuk menstabilkan gigi dan pasien mengggunakannya selama 2 minggu. Pasien diberikan intruksi agar makan makanan lembut selama 1 minggu. Penyembuhan yang baik setelah cedera pada gigi dan jaringan mulut yang tergantung pada kebersihan mulut yang baik. Menyikat dengan menggunakan sikat gigi lembut dan berkumur dengan klorheksidin 0,1% dianjurkan untuk mencegah akumulasi plak dan debris. Kontrol klinis dan radiografi pada 4 minggu, 6-8 minggu dan 1 tahun. Jika respon pulpa normal, tidak perlu dilakukan kontrol lebih lanjut.(35)

D. Extrusi (Extrusion)

Perawatan ekstruksi bagi gigi sulung adalah pencabutan. Prinsip perawatan gigi permanen adalah dilakukan reposisi dan fiksasi.

Langkah –langkah sebagai berikut :(18) - Lakukan anestesi lokal.

- Reposisi gigi dengan menggunakan jari dengan perlahan dan tekanan ringan sampai batas insisal sama dengan gigi kontralateral.

- Periksa posisi dengan membuat foto Röntgen. - Lakukan stabilisasi dengan menggunakan splin. - Pertahankan splin selama 2-3 minggu.

E. Luksasi lateral (Lateral luxation)

Pada gigi sulung, luksasi ke arah palatal akan menyebabkan akar bergeser ke arah bukal, sehingga tidak terjadi gangguan pada benih gigi permanen di bawahnya. Perawatan terbaik adalah dengan mengevaluasi gigi tersebut. Gigi akan kembali pada posisi semula dalam waktu 1-2 bulan oleh karena tekanan lidah. Luksasi mahkota ke arah

bukal pula lebih baik dilakukan pencabutan oleh karena akar akan mengarah ke palatal sehingga benih gigi permanen di bawahnya.

Pada gigi permanen terjadi luksasi ke arah palatal, bukal, mesial atau distal. Arah bukal merupakan keadaan yang paling sering terjadi. Pada beberapa kasus sering terjadi bony lock sehingga reposisi sulit dilakukan.(18)

F. Intrusi (Intrusion)

Pada gigi sulung yang mengalami intrusi ke arah palatal, perawatan terbaik adalah ekstraksi. Apabila intrusi ke arah bukal dilakukan evaluasi karena gigi akan erupsi kembali ke arah semula. Orang tua dianjurkan untuk membersihkan daerah trauma dengan menggunakan cairan khlorhexidin 0,1%. Daerah trauma rawan terjadi infeksi terutama pada 2-3 minggu pertama selama proses erupsi. Apabila tanda-tanda inflamasi terlihat pada periode ini maka perawatan terbaik adalah ekstraksi. Waktu yang diperlukan untuk erupsi kembali umumnya antara 2-6 bulan. Bila erupsi kembali gagal terjadi akan timbul ankilosis dan pada kasus ini ektraksi adalah pilihan yang terbaik.

Perawatan intrusi adalah sebagai berikut:

Reposisi segera melalui tindakan pembedahan merupakan tindakan berisikokarena dapat menyebabkan resorpsi akar eksternal dan hilangnya jaringanpendukung marginal. Reposisi secara bedah hendaknya dihindari apabila gigimasuk ke dalam dasar hidung atau keluar dari jaringan lunak vestibulum.

Beberapa kasus gigi intrusi dapat dikembalikan ke posisi semula melalui perwatan ortodontik dan erupsi kembali secara spontan. Pemilihan teknik perawatanbergantung pada tingkat keparahan intrusi dan kemungkinan terjadinya resorpsieksternal. Perawatan endodontik dapat mulai dilakukan setelah 2-3 minggukemudian. Apabila erupsi kembali spontan dirasakan cukup memakan waktu lama makadipertimbangkan untuk dilakukan dengan menggunakan alat-alat ortodontik.(18)

G. Avulsi (Avulsion)

Pada gigi sulung yang mengalami avulsi, replantasi merupakan kontraindikasioleh karena koagulum yang terbentuk akan mengganggu benih gigi permanen.

Cara-cara replantasi gigi di ruang praktek:(18) - Lakukan anestesi lokal.

- Bilas gigi perlahan-lahan dengan NaCl fisiologis menggunakan syringe. - Soket diirigasi menggunakan cairan NaCl fisiologis.

- Letakkan gigi perlahan-lahan dengan tekanan jari.

- Apabila fragmen tulang alveolar menghalangi replantasi maka lepaskan kembali gigi dan tempatkan pada NaCl fisiologis. Kembalikan tulang pada posisinya dan ulangi kembali replantasi.

- Pembuatan foto Röntgen dilakukan untuk pemeriksaan posisi, apakah posisi sudahbenar.

- Stabilisasi gigi menggunakan splint. Berikan antibiotika selama 4-5 hari. - Pemberian profilaksis tetanus bila gigi avulsi telah berkontak dengansesuatu. - Pasien diinstruksikan untuk berkumur menggunakan klorheksidin 0,1% sehari 2 kali selama 1 minggu.

- Lepaskan splint setelah 1-2 minggu.

- Perawatan saluran akar dipertimbangkan bila adanya kelainan pada pulpa. Pertimbangan perawatan saluran akar pada gigi yang mengalami avulsi :(18)

- Perawatan saluran akar dapat dilakukan setelah 7-10 hari kemudian atau setelah splin dilepas.

- Saluran akar diisi pasta kalsium hidroksida untuk sementara.

- Pada gigi dengan foramen apikal yang masih terbuka kemungkinan akan terjadi revaskularisasi pada pulpa sehingga perawatan saluran akar hendak ditundakan.

- Apabila pada foto Röntgen terlihat tanda-tanda nekrosis pulpa dan adanya gambaran radiolusen di daerah apikal dengan atau tanpa disertai resorpsi akar eksternal maka perawatan saluran akar harus segera dilakukan.

- Pada gigi dengan apeks belum tertutup dianjurkan untuk dilakukan pembuatan foto Röntgen setiap 2 minggu sekali sampai terlihat pulpa tidak nekrosis dan penutupan apeks terjadi.

H. Fraktur enamel (Enamel fracture)

Pada gigi sulung, penambalan dengan menggunakan semen glass ionomer atau kompomer. Pada gigi permanen, fraktur ini akan tampak sedikit bagian enamel hilang. Tidak semua fraktur enamel dilakukan penambalan oleh karena pada beberapa kasus

batas sudut fraktur memberikan gambaran yang baik sehingga hanya dilakukan penyesuaian pada gigi kontralateral agar tampak simetris.(18)

I. Faktur enamel-dentin(Enamel-dentin fracture)

Penambalan dengan menggunakan semen glass ionomer atau kompomer pada trauma gigi sulung. Fraktur enamel-dentin akan mengakibatkan terbukanya tubuli dentin sehingga dapat masuknya toksin bakteri yang berakibat inflamasi pulpa sehingga perlu dilakukan beberapa tindakan agar nekrosis pulpa tidak terjadi.(18)

J. Fraktur enamel-dentin pulpa(Enamel-dentin-pulp fracture)

Pada anak dengan gigi sulung yang mempunyai apeks terbuka, sangat penting untuk mempertahankan vitalitas pulpa dengan pulpa kapping atau pulpotomi parsial dalam rangka untuk mengamankan perkembangan akar lebih lanjut.Perawatan ini juga merupakan terapi pilihan pada pasien dengan apeks tertutup. Komponen kalsium hidroksida dan MTA adalah bahan yang cocok untuk prosedur tersebut.

Pada anak dengan gigi permanen yang mempunyai apeks tertutup dan terkait trauma luksasi dengan adanya perubahan posisi, perawatan saluran akar biasanya merupakan pengobatan pilihan.Tindakan lanjut seperti kontrol berkala yang meliputi pemeriksaan klinis dan radiografi pada 6-8 minggu dan 1 tahun perlu dilakukan.(35)

K. Fraktur mahkota-akar (Crown-root fracture)

Perawatan terbaik bagi gigi sulung adalah ekstraksi, karena umumnya kamar pulpa akan terbuka dan keberhasilan kurang memuaskan. Perawatan fraktur mahkota akar dilakukan pada gigi yang masih biasa dilakukan restorasi. Bila bagian akar masih cukup panjang maka dapatdilakukan prosedur seperti di bawah ini:

- Menghilangkan fragmen dan melekatkan gingiva kembali. Fragmen mahkota dibuang dan gingiva dibiarkan untuk melekat pada dentin yang terbuka. Setelah beberapa minggu gigi dapat direstorasi sampai batas gingiva.

- Menghilangkan fragmen dan melakukan exsposure surgery pada fraktur subgingiva. Setelah fragmen mahkota dibuang maka fraktur subgingiva hendaknya dilebarkan melalui tindakan gingivektomi dan atau alveolektomi. Bila gusi telah terlihat menutup maka gigi direstorasi dengan post retained crown.

- Pada mulanya dilakukan dengan stabilisasi fragmen mahkota pada gigi sebelahnya. Kunjungan berikutnya dilakukan ekstirpasi pulpa dan pengisian saluran akar. Bila telah selesai maka fragmen mahkota dibuang dan dilakukan ekstrusi kira-kira 0,5 mm agar tidak terjadi relaps. Setelah itu dilakukan gingivektomi pada permukaan bukal dan gigi siap untuk direstorasi.

- Menghilangkan fragmen dan surgical extrusion

Fragmen mahkota dilepaskan kemudian dengan menggunakan bein dan tang ekstraksi gigi kembalikan ke posis sejajar dengan garisinsisal. Stabilisasi fragmen akar dilakukan dengan melakukan penjahitan atau splin non rigid.Kemudian lakukan ekstirpasi pulpa tanpa diisi dengan gutta perca setelah itu tutupdengan tambalan sementara. Setelah 4 minggu perawatan endodontik diselesaikandan kira-kira 4-5 minggu kemudian lakukan restorasi tetap.(18)

L. Fraktur akar (Root fracture)

Gigi yang mengalami fraktur akar umumnya akan terjadi ekstrusi fragmenmahkota atau bergesernya mahkota ke arah palatal, oleh karena itu makaperawatan yang dilakukan harus meliputi reposisi fragmen mahkota segera danstabilisasi.(18)

M. Fraktur alveolar(Alveolar fracture)

Perawatan yang dilakukan adalah manual reposisi atau dengan reposisi menggunakan tang bagi segmen yang mengalami disposisi. Kemudian, segmen distabilkan dengan splin selama 4 minggu. Perawatan selanjutnya adalah melepaskan splin dan kontrol berkala dengan radiografi setelah 4 minggu. Pemeriksaan kontrol berkala dilakukan setelah 6-8 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan selama 5 tahun.(35)

N. Fraktur rahang (Jaw fracture)

Perawatan yang dilakukan adalah dengan reposisi manual atau reposisi dengan menggunakan tang bagi segmen yang mengalami disposisi. Tulang yang patah distabilkan dengan menggunakan splin untuk imobilisasi intermaksila selama 4 minggu. Pengobatan alternatiflain dengan reposisi secara bedah dan dilakukan stabilisasi dengan menggunakan plating (reduksi terbuka). Pada kasus ini splin intermaksilaris dapat dihindari. Perawatan selanjutnya adalah melepaskan splin dan kontrol berkala dilakukan

dengan radiografi setelah 4 minggu.Pemeriksaan kontrol klinis dan radiografi setelah 6-8 minggu, 4 bulan, 6 bulan, 1 tahun dan selama 5 tahun.(35)

Dokumen terkait