• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Konsep Peran

2.3.2. Perawatan keluarga terhadap lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk,2008).

Keluarga mengupayakan pembinaan secara fisik yang ditujukan kepada lansia dengan mempertimbangkan faktor usia dan kondisi fisik yang secara perorangan berbeda. Hidup bertempat tinggal dengan keluarga merupakan kebiasaan umum bila seorang lanjut usia ditinggal oleh suami /istrinya, atau sebelum ini terjadi. Umumnya memanglah keluarga yang mengurus para lanjut usia di rumahnya (juga di negara-negara Asia lain), terutama hal ini dilakukan oleh anak perempuan (Darmojo et all, 2006). Perawatan diri lansia dibagi atas kebersihan perorangan dan kebersihan lingkungan. Dengan meningkatnya usia, terjadi pula penurunan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pada

umumnya usia lanjut memerlukan bantuan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang menyenangkan. Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2008).

Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat, apakah masyarakat tersebut sehat atau sakit. Berdasarkan program Bina Keluarga Lansia (BKL) terdapat 17 peran keluarga terhadap lansia yaitu menghormati dan menghargai orang tua, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, mintalah nasehat mereka pada peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara keluarga, dengan memberi perhatian yang baik pada orang tua, kelak anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita, membantu mencukupi kebutuhannya, berilah dorongan untuk tetap mengikuti kegiatan- kegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengatur keuangan, mengupayakan transport untuk kegiatannya, memeriksakan kesehatan secara teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup sehat, mencegah terjadinya kecelakaan baik didalam maupun diluar rumah, merujuk lansia yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan, dan memelihara kesehatan lansia.

keadaan optimal atau produktif, mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia, mengantisipasi adanya perubahan social dan ekonomi pada lansia, dan memotivasi dan memfasilitasikan lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia yaitu: adanya kecenderungan berpersepsi negatif, diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu akan mengalaminya, membangun kebutuhan untuk dicintai aktualisasi dari lanjut usia, dan enciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia).

Menurut DepKes RI (2005) menyatakan bahwa peran keluarga dalam pembinaan lansia antara lain memberikan dorongan, kemudahan, fasilitas bagi lansia untuk menggunakan kemampuan dan keterampilannya serta kearifan yang dimiliki, mengembangkan kehidupan beragama, pengembangan psikis/mental, dan pembinaan sosial ekonomi dan budaya.

Sementara iu, menurut Setiti (2007) menyatakan peran keluarga dalam merawat lanjut usia di rumah, adapun perawatan yang dapat diberikan oleh keluarga kepada lanjut usia yaitu ;

Perawatan Fisik. Secara umum keluarga melayani makan tiga kali sehari. Namun ada juga yang hanya dua kali sehari, yaitu siang dan sore saja. Makanan yang disajikan sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menyajikan nasi, sayur dan lauk. Ada juga yang ditambah dengan buah. Tetapi ada yang hanya nasi dan lauk atau sayur. Keterbatasan ekonomi membuat mereka makan seadanya. Pelayanan sandang, bagi lanjut usia yang masih potensial biasanya membeli

sendiri, sementara keluarga menambahkan pakaian kesukaan mereka. Secara umum keluarga membelikan satu kali setahun. Bagi yang tidak mampu biasanya diberi oleh keluarga jauh atau masyarakat. Pelayanan di bidang papan, keluarga menyediakan sesuai dengan kemampuan mereka. Kondisi ekonomi yang terbatas, berakibat kondisi rumah seadanya. Pelayanan di bidang kesehatan, keluarga tidak selamanya mampu malayani untuk berobat secara medis. Kadang mereka hanya memberikan obat dari warung atau obat ramuan tradisional setempat/ ke dukun. Bagi yang memiliki kartu miskin, masih harus menghadapi kendala yaitu biaya transportasi yang mahal, prosedur yang berbelit dan pelayan yang tidak nyaman.

Perawatan psikis. Biasanya lanjut usia ditemani anggota keluarga yang mengerti dan memahami mereka yang keadaan perilakunya berubah seperti kekanak-kanakan, rewel, mudah tersinggung dan lain-lain. lanjut usia ditemani untuk ngobrol, didengar nasehatnya dan keluhannya.

Perawatan sosial. Keluarga berusaha menemani berbicara, mendengarkan nasehatnya, memberikan kabar orang di lingkungannya dan berita secara umum. Pada sisi lain, lanjut usia diantar cucu atau anggota keluarga lain untuk bertemu dengan teman sebaya, juga dengan teman sekelompok. Lanjut usia juga diberikan kegiatan bersama kelompoknya yaitu kelompok keagamaan, olah raga, pengajian, yasinan, arisan, kelompok silaturahmi, kelompok adat dan lain-lain.

Perawatan Ekonomi. Perawatan ekonomi dilakukan keluarga dengan memenuhi kebutuhan dasar hidup lanjut usia. Bagi yang masih potensial, diberikan kesempatan untuk bekerja bersama keluarga. Melakukan kegiatan keterampilan untuk memperoleh penghasilan. Bagi lanjut usia yang sudah tidak

potensial, keluarga memberikan uang, bahan mentah atau memberikan makanan siap saji.

Perawatan Spiritual. Pelayanan spiritual dilakukan oleh keluarga dengan menyediakan sarana dan peralatan ibadah. Menjauhkan anak-anak dan melarang agar tidak ribut. Keluarga menemani saat beribadah di rumah, di mesjid atau di majelis taklim.

Menurut Nugroho (2008) pendekatan perawatan lansia yaitu meliputi: Pendekatan fisik. Kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk memilih dan menentukan makanan), minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.

Pendekatan psikis. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya. Untuk itu kelurga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas kemampuan dan hobi yang dimilikinya. Keluarga harus dapat membangun semangat dan kreasi lansia dalam memecahkan dan mengurangi rasa putus asa,

rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi terjadi bersama semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala- gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido. Keluarga harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi lansia bila lupa atau melakukan kesalahan.

Pendekatan sosial. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar atau majalah.

Pendekatan spiritual. Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada lansia untuk melaksanakan ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu lansia dalam menunaikan kewajiban terhadap agama yang dianutnya.

Peran keluarga dalam perawatan lansia : • Perawatan fisik • Perawatan psikis • Perawatan sosial • Perawatan spiritual

Keluarga dengan lansia

Dokumen terkait