• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN LANSIA

DI KECAMATAN BANDAR HULUAN KABUPATEN

SIMALUNGUN

SKRIPSI

Oleh

MAYA LESTARI

111121060

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

Judul : Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

Nama Mahasiswa : Maya lestari

NIM : 111121060

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia tersebut. Perawatan keluarga yang diperlukan oleh lansia berupa perawatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang komprehensif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik accidental sampling yaitu terhadap keluarga yang memiliki lansia dengan jumlah 94 responden. Pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 31-45 tahun (51,1%), jenis kelamin responden adalah wanita (88,3%), agama responden adalah agama islam (72,3%), suku jawa (45,7%), pekerjaan responden adalah sebagai pegawai swasta/wiraswasta (42,6%), penghasilan keluarga Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 (40,4%), jumlah anggota keluarga > 5 orang (30,9%), dan hubungan responden dengan lansia sebagai anak (52,1%). Peran keluarga dalam perawatan lansia berada pada kategori baik yaitu 62 responden (66,0%), dan kategori cukup baik sebanyak 32 responden (34,0%). Hal ini dikarenakan kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga dan masyarakat dianggap sebagai sumber terkumpulnya kelebihan, kebijaksanaan dan kearifan sehingga lansia harus dihormati dan dihargai. Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga agar dapat memahami pentingnya perawatan terhadap lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

(4)

PRAKATA

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun”.

Peneliti menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari arahan, masukan, dukungan dan koreksi dari banyak pihak. Pada kesempatan ini peneliti

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Ayahanda dan Ibunda tercinta, Gimin dan Marinah Damanik yang telah mendidik, membesarkan, memberikan doa, kasih sayang, motivasi serta dukungan baik secara moral dan

materil.

Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Bapak Iwan Rusdi, S.Kp,

MNS, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, masukan, arahan dan motivasi yang berharga bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Kepada Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes , selaku Dekan Fakultas Keperawatan,

Ibu Erniyati, S.Kp, MNS. selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan, Ibu Cholina Trisa Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.KMB, selaku dosen pembimbing

akademik. Ucapan terima kasih juga kepada Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp, MNS sebagai penguji I dan Ibu Lufthiani, S.Kp,Ns, M.Kes selaku penguji II yang telah menyediakan waktu, masukan, arahan dan motivasi yang berharga. Bapak Camat

(5)

Kepada kakak dan adikku tercinta , Juliarni dan Zul herman yang selalu memberi semangat dan mendukung peneliti agar skripsi ini cepat selesai. Teman

teman seperjuangan tersayang, Adek, Imel, Tia, Tika, Miskah, Nazly, Vera, Widia, Ery, dan Endang terimakasih atas bantuan, semangat dan persahabatan yg telah diberikan selama ini. Tak lupa pada teman-teman sejawat Ekstensi Pagi

USU 2011, terima kasih atas bantuan dan semangatnya selama ini.

Akhir kata peneliti berharap skripsi ini dapat memberikan informasi demi

kemajuan pengetahuan, khususnya dalam dunia Keperawatan. Peneliti mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak, sehingga skripsi ini menjadi lebih baik bagi perkembangan ilmu pengetahuan Keperawatan.

Medan, Februari 2013

(6)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

1.2.Tujuan Penelitian ... 4

1.3.Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4.Manfaat Penelitian ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Lansia ... 6

2.1.1. Defenisi Lansia ... 6

2.1.2. Batasan-batasan Lansia ... 6

2.1.3. Teori-teori penuaan ... 7

2.1.4. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia…………10

2.1.5. Masalah fisik pada lansia ………..15

2.1.6. Dampak kemunduran ... 18

2.1.7. Tahapan dan Tugas perkembangan Lansia……….18

2.2. Keluarga ... 19

2.2.1. Defenisi Keluarga ... 19

2.2.2. Fungsi Keluarga ... 19

2.2.3. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan ... 21

2.3. Konsep Peran ... 23

2.3.1. Peran Keluarga ... 23

2.3.2. Perawatan keluarga terhadap lansia ... 25

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN 3.1. Kerangka Konseptual ... 31

3.2. Defenisi Konseptual…….……….32

3.3 Defenisi Operasional ... 32

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Desain Penelitian ... 33

4.2. Populasi,Sampel dan Sampling ... 33

4.2.1. Populasi ... 33

4.2.2. Sampel ... 33

(7)

4.5. Instrumen Penelitian ... 36

4.6. Uji Validitas ... 37

4.7. Uji Reabilitas ... 37

4.8. Pengumpulan Data ... 38

4.9. Analisa Data ... 39

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian ... 40

5.1.1. Data Demografi Responden... 40

5.1.2. Gambaran Peran keluarga dalam Perawatan Lansia ... 42

5.1.3. Kategori peran Keluarga dalam Perawatan Lansia ... 47

5.2. Pembahasan ... 48

5.2.1. Perawatan Fisik... 48

5.2.2. Perawatan Psikis ... 49

5.2.3. Perawatan Sosial ... 50

5.2.4. Perawatan Spiritual ... 51

5.2.5. Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia ... 52

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 56

6.2.1. Praktek Keperawatan ... 56

6.2.2. Pendidikan Keperawatan ... 57

6.2.3. Penelitian Keperawatan ... 57

6.2.4. Keluarga Lansia ... 57 Daftar Pustaka

Lampiran

1. Lembar Persetujuan Responden 2. Instrumen Penelitian

3. Lembar Bukti Bimbingan 4. Taksasi Dana

5. Jadwal Tentatif Penelitian 6. Surat Penelitian

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase

Karakteristik Responden...41 Tabel 5.2 Kategori peran keluarga dalam perawatan fisik lansia...43 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga

dalam Perawatan Fisik Lansia...43 Tabel 5.4 Kategori peran keluarga dalam perawatan psikis lansia...44 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga

dalam Perawatan Psikis Lansia...44 Tabel 5.6 Kategori peran keluarga dalam perawatan sosial lansia...45 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga

dalam Perawatan Sosial Lansia...45 Tabel 5.8 Kategori peran keluarga dalam perawatan spiritual lansia...46 Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran keluarga

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema Halaman

Skema 1 Kerangka Konseptual Penelitian Peran keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan

(10)

Judul : Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

Nama Mahasiswa : Maya lestari

NIM : 111121060

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2013

ABSTRAK

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu. Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia tersebut. Perawatan keluarga yang diperlukan oleh lansia berupa perawatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual yang komprehensif. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan tehnik accidental sampling yaitu terhadap keluarga yang memiliki lansia dengan jumlah 94 responden. Pengumpulan data penelitian ini dengan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mayoritas responden berusia 31-45 tahun (51,1%), jenis kelamin responden adalah wanita (88,3%), agama responden adalah agama islam (72,3%), suku jawa (45,7%), pekerjaan responden adalah sebagai pegawai swasta/wiraswasta (42,6%), penghasilan keluarga Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 (40,4%), jumlah anggota keluarga > 5 orang (30,9%), dan hubungan responden dengan lansia sebagai anak (52,1%). Peran keluarga dalam perawatan lansia berada pada kategori baik yaitu 62 responden (66,0%), dan kategori cukup baik sebanyak 32 responden (34,0%). Hal ini dikarenakan kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga dan masyarakat dianggap sebagai sumber terkumpulnya kelebihan, kebijaksanaan dan kearifan sehingga lansia harus dihormati dan dihargai. Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga agar dapat memahami pentingnya perawatan terhadap lansia, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.

(11)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60

tahun ke atas. Proses menua merupakan proses terus menerus (berlanjut) secara alamiah dan suatu hal yang yang wajar yang akan dialami semua makhluk hidup.

Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama cepatnya (Nugroho,2008). Lansia harus menyesuaikan terhadap perubahan fisik. Seiring terjadinya tua ditandai dengan adanya kemunduran biologis yang terlihat sebagai

gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain kulit mulai mengendur, timbul keriput, pendengaran dan penglihatan berkurang, mudah lelah dan gerakan menjadi

lamban (Maryam dkk,2008).

Keberadaan lansia ditandai dengan umur harapan hidup yang semakin meningkat dari tahun ke tahun. Hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan

pemeliharaan serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat, bahagia, berdaya guna, dan produktif. Usia lanjut dapat dikatakan usia

emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang berusia lanjut memerlukan tindakan perawatan, baik yang bersifat promotif maupun preventif, agar ia dapat menikmati masa usia emas serta menjadi usia

(12)

penyakit itu dapat dikelola dengan baik sehingga lansia mampu mandiri secara biopsikososial (Darmodjo et all,2006).

Saat ini, diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan mencapai 1,2 milyar. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2025 diproyeksikan mencapai

273 juta jiwa, dan hampir seperempat dari jumlah penduduk tersebut atau sekitar 62,4 juta jiwa tergolong sekelompok penduduk lanjut usia . Berdasarkan data Biro

Pusat Statistik bahwa Sumut menunjukkan jumlah penduduk lansia di atas 60 tahun terjadi peningkatan dari tahun ke tahun, 60 tahun ke atas mencapai 693.494 jiwa, atau 5,4% dari jumlah penduduk di Sumatera Utara (12.834.371 jiwa). Data

dari Biro Pusat Statistik pada tahun 2011 melaporkan bahwa jumlah lansia di Kabupaten Simalungun yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 24.971 jiwa

sedangkan lansia yg berjenis kelamin perempuan sebanyak 27.116 jiwa. Berdasarkan data yang didapat dari Kecamatan Bandar Huluan didapatkan jumlah lansia yang ada di Kecamatan Bandar Huluan adalah sebanyak 1.683 jiwa.

Tempat yang paling baik bagi lansia adalah tempat tinggalnya sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak dan atau

keluarga sendiri diduga memberikan rasa aman dan nyaman karena mereka lebih toleran terhadap lansia dibandingkan dengan orang lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia bisa terpenuhi dengan baik. Keluarga

(13)

kesehatan/keperawatan bagi dirinya dan orang lain dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera, perpisahan) akan

mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga (Ali,2010).

Peranan keluarga sebagai support system utama dalam merawat lansia antara lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan

status mental, mengantisipasi perubahan ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk,2008). Sedangkan

menurut Nugroho (2008), pendekatan yang dilakukan keluarga dalam melakukan perawatan terhadap lansia meliputi pendekatan fisik, psikis, sosial dan spiritual.

Menurut penelitian Efiani (2009) bahwa Perawatan Keluarga terhadap

Lansia di Kelurahan Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, perawatan keluarga terhadap lansia adalah suatu pelayanan yang berupa pelayanan fisik, psikis,

sosial, ekonomi dan spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada lansia. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa tidak ada perawatan keluarga yang buruk, sedangkan

perawatan keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 28 responden (66,0%), dan

responden dengan perawatan sangat baik sebanyak 8 responden (18,7%).

Berdasarkan hasil survei di Kecamatan Bandar Huluan didapatkan bahwa

mayoritas lansia adalah suku batak dan jawa. Pada umumnya lansia tinggal bersama anak dan saudaranya. Tetapi ada pula yang tinggal sendiri di rumahnya.

Masalah kesehatan yang dialami lansia di Kecamatan Bandar Huluan pada umumnya adalah rhematik dan hipertensi. Selain itu, pada saat kunjungan ke tempat pelayanan kesehatan seperti puskesmas pada umumnya didampingi oleh

keluarganya. Namun, ada pula lansia yang datang sendiri ke puskesmas. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan salah seorang lansia di Kecamatan

(14)

anak-anak dan keluarganya memperhatikannya baik. Keluarganya memperhatikan semua kebutuhan lansia tersebut misalnya dengan memberikan makanan,

memberinya uang untuk keperluannya dan memberikan perhatian bila beliau mengeluhkan keadaan kesehatannya. Beliau juga mengungkapkan dirinya merasa dihormati oleh keluarganya.

Berdasarkan keterangan diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengambarkan Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan

Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

1.3Pertanyaan Penelitian

Bagaimana Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar

Huluan Kabupaten Simalungun.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Manfaat penelitian ini ditujukan pada Pelayanan Keperawatan, Pendidikan Keperawatan, dan Penelitian Keperawatan yaitu:

1.4.1 Praktek Keperawatan

Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat meningkatkan pengetahuan perawat dalam melaksanakan praktek keperawatan sehingga dapat diaplikasikan

(15)

1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi suatu bahan pembelajaran bagi

mahasiswa khususnya keperawatan gerontik dan keluarga dalam pemberian materi pembelajaran perawatan terhadap lansia, sehingga informasi ini dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi lanjutan dan

(16)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Lansia

2.1.1 Defenisi lansia

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. World Health Organization (WHO) menetapkan 65 tahun sebagai

usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan seseorang telah disebut lanjut usia (WHO, 2010). Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk

memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita

(Nugroho,2008).

2.1.2 Batasan-batasan lansia

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) batasan umur lansia

meliputi usia pertengahan (middle age) antara usia 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahun, dan lanjut usia tua (old) antara usia 75-90 tahun,

usia sangat tua (very old) usia diatas 90 tahun. Menurut Depkes RI batasan lansia terbagi dalam empat kelompok yaitu pertengahan umur usia lanjut/virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan keperkasaan fisik dan kematangan

(17)

tahun keatas dan usia lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok yang berusia lebih dari 70 tahun atau kelompok usia lanjut yang hidup sendiri, terpencil, tinggal

di panti, menderita penyakit berat, atau cacat.

2.1.3 Teori-teori proses menua

Teori-teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan terjadi

biasanya dikelompokkan kedalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial (Stanley, M & Patricia, G,2007).

1. Teori biologis

Teori biologis mencoba menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.

Perubahan-perubahan dalam tubuh termasuk perubahan molekular dan seluler dalam sistem organ utama dan kemampuan tubuh untuk berfungsi secara adekuat

dan melawan penyakit (Stanley, M & Patricia, G,2007).

a. Teori genetika

Teori sebab-akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh

pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Menurut teori genetika, penuaan adalah suatu proses yang tidak sadar diwariskan

(18)

b. Teori wear-and-tear

Teori wear-and-tear (dipakai dan rusak) mengusulkan bahwa akumulais

sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu

jadwal (Stanley, M & Patricia, G,2007).

c. Teori imunitas

Teori imunitas menggambarkan suatu kemunduran dalam sistem imum ynag berhubungan dengan penuaan. Ketika orang bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami kemunduran, sehingga mereka lebih

rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi sistem imun, terjadilah peningkatan dalam respon

autoimun tubuh (Stanley, M & Patricia, G,2007).

2. Teori psikososial

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan

perilaku yang menyertai peningkatan usia.

a. Teori kepribadian

Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia (Stanley, M & Patricia, G 2007). Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang lanjut

(19)

Dengan demikian, pengalaman kehidupan seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lanjut usia (Nugroho,2008).

b. Teori tugas perkembangan

Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai

penuaan yang sukses. Erikson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan integritas.

Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia tersebut beresiko untuk disibukkan dengan rasa penyesalan atau putus asa (Stanley, M & Patricia, G,2007).

c. Teori disengagement

Teori disengagement (teori pemutusan hubungan), menggambarkan proses

penarikan diri oleh lansia dari peran masyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat diprediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang

tumbuh. Lansia dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. (Stanley, M &

(20)

2.1.4 Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia 1. Perubahan-perubahan fisik

a. Sel

Sel menjadi lebih sedikit jumlahnya, ukurannya menjadi lebih besar, berkurangnya jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan intraselular,

menurunnya proporsi protein di otak, otot, ginjal, darah dan hati, jumlah sel otak menurun, terganggunya mekanisme perbaikan sel, dan otak menjadi atrofis

beratnya berkurang 5-10% serta lekukan otak akan lebih dangkal dan melebar (Nugroho,2008).

b. Sistem persarafan

Berat otak menurun 10-20% ( sel saraf otak setiap orang akan berkurang setiap harinya), cepatnya menurun hubungan persarafan, respon dan waktu untuk

bereaksi lambat, khususnya dengan stress, mengecilnya saraf panca indera, penglihatn berkurang, pendengaran menghilang, saraf penciuman dan perasa mengecil, lebih sensitif terhadap perubahan suhu, dan rendahnya ketahanan

terhadap dingin, dan kurang sensitif terhadap sentuhan serta defisit memori (Nugroho,2008).

c. Sistem pendengaran

Ganguan pendengaran, hilangnya daya pendengaran, membran timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan serumen, fungsi

(21)

d. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sklerosis dan respons terhadap sinar menghilang,

kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi katarak jelas menyebabkan gangguan penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap kegelapan lebih lambat, susah melihat

dalam gelap, penurunan/hilangnya daya akomodasi dengan manifestasi presbiopia, seseorang sulit melihat dekat yang dipengaruhi berkurangnya

elastisitas lensa, lapang pandang menurun : luas pandangan berkurang, daya membedakan warna menurun terutama warna biru atau hijau pada skala (Nugroho,2008)

e. Sistem kardiovaskular

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, elastisitas dinding aorta

menurun, kemampuan jantung memompa darah menurun, curah jantung menurun, kehilangan elastisitas pembuluh darah, efektivitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang, perubahan posisi dari tidur ke duduk atau duduk ke berdiri

bisa menyebabkan tekanan darah menurun, kinerja jantung lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan darah meninggi akibat resistensi

pembuluh darah perifer meningkat (Nugroho,2008).

f. Sistem pengaturan suhu tubuh

Temperatur suhu tubuh menurun (hipotermia) secara fisiologis skibat

(22)

g. Sistem pernapasan

Otot pernapasan mengalami kelemahan akibat atrofi, kehilangan kekuatan

dan menjadi kaku, aktivitas silia menurun, paru kehilangan elastisitas, kapasitas residu yang meningkat, menarik napas lebih berat, kapasitas pernapasan maksimum menurun dengan kedalaman bernapas menurun, ukuran alveoli

melebar dan membesar secara progresif dan jumlah berkurang, berkurangnya elastisitas bronkus, refleks dan kemampuan untuk batuk berkurang, kemampuan

pegas dinding dada dan kekuatan otot pernapasan menurun (Nugroho,2008).

h. Sistem pencernaan

Kehilangan gigi akibat periodontal disease, kesehatan gigi dan gizi yang

buruk, indera pengecap menurun, adanya iritasi selaput lendir yang kronis, atrofi indera pengecap, hilangnya sensitivitas saraf pengecap di lidah, esophagus

melebar, sensitivitas rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik lamah dan biasanya timbul konstipasi, dan fungsi absorpsi melemah (Nugroho,2008).

i. Sistem reproduksi

Pada wanita vagina mengalami kontraktur dan mengecil, ovari menciut, uterus mengalami atrofi, atrofi payudara, atrofi vulva, selaput lendir vagina

menurundan sekresi menurun. Sedangkan pada pria testis masih dapat memproduksi spermatozoa meskipun ada penurunan secara berangsur-angsur,

(23)

j. Sistem genitourinaria

Nefron pada ginjal mengalami atrofi, aliran darah ke ginjal menurun

sehingga fungsi tubulus berkurang, kemampuan mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, BUN (blood urea nitrogen) meningkat, ilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat, keseimbangan elektrolit dan asam mudah

terganggu, jumlah darah yang difiltrasi oleh ginjal berkurang, otot vesika urinaria menjadi lemah dan kapasitasnya menurun, terjadi pembesaran prostat

(Nugroho,2008).

k. Sistem endokrin

Produksi hampir semua hormon menurun, aktivitas tiroid, BMR (basal

metabolic rate) dan daya pertukaran zat menurun, produksi aldosteron menurun, sekresi hormon kelamin menurun (Nugroho,2008).

l. Sistem integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan kulit cenderung kusam, kasar dan bersisik karena kehilangan proses keratinasi

serta perubahan ukuran dan bentuk sel epidermis, timbul bercak pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata, pada daerah sekitar mata timbul kerut-kerut halus, respon terhadap trauma menurun, mekanisme proteksi kulit menurun,

kulit kepala dan rambut menipis dan berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dan

(24)

m. Sistem muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, tulang mudah

mengalami demineralisasi, kekuatan dan stabilittas tulang menurun terutama vertebra, pergelangan dan paha sehingga insidens fraktur dan osteoporosis meningkat pada area tulang tersebut, kartilago permukaan sendi rusak dan aus,

gangguan gaya berjalan, kekakuan jaringan penghubung antar tulang, diskus invertebralis menipis dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi

kaku, tendon mengerut dan mengalami sklerosis, atrofi serabut sehingga gerak menjadi lamban, otot kram dan menjadi tremor, komposisi otot berubah sepanjang waktu, dan aliran darah ke otot berkurang (Nugroho,2008).

2. Perubahan psikososial

Lansia yang sehat secara psikososial dapat dilihat dari kemampuannya

beradaptasi terhadap kehilangan fisik, sosial dan emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup. Ketakutan menjadi tua dan tidak mampu produktif memunculkan gambaran yang negatif tentang proses menua.

Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan anggapan negatif ini, diimana lansia dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun

terhadap masyarakat dan memboroskan sumber daya ekonomi (Fatimah,2010).

Perubahan psikologis lansia dapat berupa merasa frustasi, kesepian, takut kehilangan kebebasan, takut manghadapi kematian, depresi dan kecemasan.

(25)

teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah meninggal dan mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang (Maryam dkk,2008).

2.1.5 Masalah Fisik pada Lansia

Adapun masalah fisik yang sering ditemukan pada lansia menurut Nugroho (2008) yaitu;

Mudah jatuh ; jatuh seringkali dialami oleh lanjut usia dan penyebabnya bisa multifaktor. Banyak faktor yang berperan di dalamnya, faktor intrinsik (dari dalam lanjut usia), gangguan jantung dan atau sirkulasi darah, gangguan sistem

susunan saraf, gangguan sistem anggota gerak, gangguan penglihatan dan pendengaran, gangguan psikologis dan gangguan gaya berjalan. Faktor lainnya yaitu faktor ekstrinsik, misalnya cahaya yang kurang terang, lingkungan yang

asing bagi lansia, lantai yang licin, obat-obatan yang diminum (diuretik, antidepresan, sedatif, dan lain-lain.

Mudah lelah ; biasanya disebabkan oleh faktor psikologis (perasaan bosan, keletihan atau depresi). Faktor lain gangguan organis, misalnya kekurangan vitamin, anemia, perubahan pada tulang (osteomalasia), gangguan

pencernaan, kelainan metabolisme, gangguan ginjal, dan gangguan peredaran darah. Dan juga disebabkan oleh karena pengaruh obat- obat, seperti obat

penenang, obat jantung dan obat yang melelahkan daya kerja otot.

Nyeri dada ; biasanya disebabkan oleh penyakit jantung koroner yang dapat menyebabkan iskemia jantung (berkurangnya aliran darah ke jantung),

(26)

Sesak nafas pada kerja fisik ; biasanya disebabkan oleh kelemahan jantung, gangguan sistem saluran nafas, berat badan berlebihan, dan anemia.

Palpitasi ; biasanya disebabkan oleh gangguan irama jantung, keadaan umum badan yang lemah karena penyakit kronis, faktor- faktor psikologis dan lain-lain.

Edema kaki ; biasanya disebabkan oleh kaki yang lama digantung (edema gravitasi), gagal jantung, bendungan pada vena bagian bawah, kekurangan

vitamin B1, gangguan penyakit hati, penyakit ginjal dan kelumpuhan pada kaki. Nyeri pinggang atau punggung ; biasanya disebabkan oleh sendi- sendi atau susunan sendi pada tulang belakang, kelainan ginjal, dan gangguan pada otot-

otot badan.

Nyeri pada sendi pinggul ; biasanya disebabkan oleh gangguan sendi pinggul, kelainan tulang- tulang sendi, dan akibat kelainan pada saraf dari punggung bagian bawah yang terjepit.

Keluhan Pusing ; biasanya disebabkan oleh gangguan lokal misalnya vaskuler, migren, mata, glaukoma, sinusitis dan sakit gigi, penyakit sistemik yang menimbulkan hipodlikemia, penyakit sistemis dan faktor psikologis misalnya

perasaan cemas, depresi, kuramg tidur dan kekacauan pikiran.

Kesemutan pada anggota tubuh ; biasanya disebabkan oleh gangguan sirkulasi darah lokal, gangguan persarafan umum (gangguan pada kontrol) dan

gtangguan pada persarafan lokal pada bagian anggota tubuh.

(27)

gangguan pada saluran pencernaan sehingga penyerapan makanan terganggu, dan adanya faktor- faktor sosioekonomi (pensiun).

Susah menahan buang air kecil ; biasanya disebabkan oleh obat-oabat yang mengakibatkan sering berkemih, radang kandung kemih, radang saluran kemih, kelainan kontrol pada kandung kemih, kelainan persarafan pada kandung

kemih, dan faktor psikologis.

Sukar menahan buang air besar ; biasanya disebabkan oleh obat pencahar perut, keadaan diare, kelainan pada usus besar, dan kelainan pada ujung saluran pencernaan (pada rektum).

Gangguan pendengaran ; biasanya disebabka oleh kelainan degeneratif, ketulian pada lanjut usia seringkali dapat menyebabkan kekacauan mental, tinnitus, dan vertigo.

Gangguan tidur ; biasanya disebabkan oleh faktor ekstrinsik yaitu

lingkungan yang kurang tenang, dan faktor intrinsik yang bisa bersifat organik misalnya nyeri, gatal-gatal, dan penyakit tertentu yang membuat gelisah, dan yang bersifat psikologis misalnya depresi kecemasan dan iritabilitas.

Kekacauan mental akut ; biasanya disebabkan oleh keracunan, penyakit

infeksi dengan demam tinggi, alkohol, penyakit metabolisme, dehidrasi, gangguan

fungsi otak, gangguan fungsi hati, dan radang selaput otak (meningitis).

(28)

2.1.6 Dampak kemunduran

Perubahan dan kemunduran yang terjadi akan memberikan dampak

terhadap tingkah laku dan perasaan orang yang memasuki usia lanjut. Kemunduran fisik yang terjadi pada lansia memberikan kesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang, ini berarti

kehilangan daya tarik bagi diri lansia. Wanita biasanya lebih risau dan tertekan karena keadaan tersebut sebab biasanya wanita di puji karena kecantikan dan

keindahan fisiknya. Tetapi tidak berarti bahwa pria pada masa kini tidak mengalami hal tersebut. Pada pria yang mengalami proses menua tetap dirinya menarik bagi lawan jenisnya (Nugroho, 2008). Selain itu yang menjadi

permasalahan pada lansia di Indonesia meliputi ketergantungan, sistem nilai kekerabatan yang berubah, sumber pendapatan lansia yang menurun, dan masalah

kesehatan dan pemberdayaan pola hidup sehat, serta masalah psikologi dan kesehatan mental dan spiritual.

2.1.7 Tahapan dan tugas perkembangan lansia

Tahap ini dimulai ketika salah satu pasangan suami istri memasuki masa

pensiun sampai dengan salah satu pasangan meninggal dunia. Tugas bagi keluarga dalam tahapan ini adalah saling memberikan perhatian yang menyenangkan antara

pasangan, mempertahankan kesehatan masing-masing pasangan, merencanakan kegiatan untuk mengisi masa tua seperti berolahraga, berkebun, mengasuh cucu. Pada masa tua pasangan saling mengingatkan akan adanya kehidupan yang kekal

(29)

2.2 Keluarga

2.2.1 Defenisi Keluarga

Menurut Dep.Kes RI (1988) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling berketergantungan.

Sementara itu, Friedman (1998) menyatakan bahwa keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi

dan tinggal dalam satu rumah. Sedangkan Stuart (ICN,2001) menyatakan lima hal yang penting yang ada pada defenisi keluarga yaitu keluarga adalah suatu sistem atau unit, komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi

kewajiban di masa yang akan datang, fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi, dan sosialisasi untuk seluruh anggota

keluarga, anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin saja tidak ada hubungan dan tinggal terpisah, serta keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin saja tidak.

2.2.2 Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) adalah sebagai

berikut :

1. Fungsi afektif.

Berhubungan dengan fungsi internal keluarga yang merupakan dasar

(30)

keluarga mengembangkan gambaran diri yang positif, peran dijalankan dengan baik, dan penuh rasa kasih sayang.

2. Fungsi sosialisasi

Proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu menghasilkan interaksi sosial, dan individu tersebut melaksanakan perannya dalam lingkungan

sosial. Sosialisasi dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi dengan anggota keluarga dan belajar disiplin, norma

budaya, dan perilaku melalui interaksi dalam keluarga, sehingga individu mampu berperan didalam masyarakat.

3. Fungsi reproduksi

Fungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga berencana maka fungsi keluarga

ini sedikit terkontrol. Fungsi ini berguna untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. Fungsi ekonomi

Fungsi ekonomi adalah fungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu dalam

(31)

5. Fungsi perawatan keluarga

Fungsi keluarga untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dan

merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan, dan asuhan kesehatan/keperawatan. Kemampuan keluarga melakukan pemeliharaan kesehatan

mempengaruhi status kesehatan keluarga dan individu. Kemampuan keluarga melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga

yang dilaksanakan keluarga, yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.

2.2.3 Tugas keluarga dalam bidang kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan. Friedman (1981)

membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan yang harus dilakukan yaitu :

1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak

langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga

(32)

siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga maka segera dilakukan tindakan yang tepat agar

masalah kesehatan dapat dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga memiliki keterbatasan sebaiknya meminta bantuan kepada orang lain.

3. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda

Perawatan ini dapat dilakukan di rumah apabila keluarga memiliki kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tinddakan kelanjutan agar masalah yang lebih parah

tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga.

Rumah merupakan tempat berteduh, berlindung, dan bersosialisasi bagi anggota keluarga. Sehingga anggota keluarga akan memiliki waktu lebih banyak

berhubungan dengan lingkungan tempat tinggal. Oleh karena itu, kondisi rumah haruslah dapat menjadikan lambang ketenangan, keindahan, ketentraman, dan

dapat menunjang derajat kesehatan bagi anggota keluarga.

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga dan lembaga kesehatan (pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

(33)

masalah yang dialami anggota keluarganya, sehingga keluarga dapat bebas dari segala macam penyakit.

2.3 Konsep peran

Menurut Nugroho (2008) peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normative dari seorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi

harapan-harapan. Peran merujuk kepada beberapa set perilaku yang kurang lebih bersifat homogen, yang didefinisikan dan diharapkan secara normatif dari

seseorang peran dalam situasi sosial tertentu. 2.3.1 Peran Keluarga

Menurut Setiadi (2008) peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang

diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang

berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu yang ada di dalam keluarga tersebut. Peranan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau

pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai

anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual.

Menurut Mubarak, dkk (2009) terdapat dua peran yang mempengaruhi

(34)

1. Peran formal

Peran formal keluarga adalah peran-peran keluarga terkait sejumlah

perilaku yang kurang lebih bersifat homogen. Keluarga membagi peran secara merata kepada para anggotanya seperti cara masyarakat membagi peran-perannya menurut pentingnya pelaksanaan peran bagi berfungsinya suatu sistem. Peran

dasar yang membentuk posisi sosial sebagai suami-ayah dan istri-ibu antara lain sebagai provider atau penyedia, pengatur rumah tangga perawat anak baik sehat

maupun sakit, sosialisasi anak, rekreasi, memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal, peran terpeutik (memenuhi kebutuhan afektif dari pasangan), dan peran sosial.

Menurut Setiadi (2008) setiap anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran ayah yang sebagai pemimpin keluarga yang mempunyai peran

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung atau pengayom, pemberi rasa aman bagi setiap anggota keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Peran ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga dan juga sebagai anggota masyarakat kelompok sosial tertentu. Sedangkan peran anak sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual. 2. Peran Informal keluarga

Peran-peran informal bersifat implisit, biasanya tidak tampak, hanya untuk

memenuhi kebutuhan-kebutuhan emosional individu atau untuk menjaga keseimbangan dalam keluarga. Peran adaptif antara lain pendorong memiliki arti

(35)

mereka merasa bahwa pemikiran mereka penting dan bernilai untuk di dengarkan, pengharmonisan yaitu berperan menengahi perbedaan yang terdapat diantara para

anggota, penghibur, dan menyatukan kembali perbedaan pendapat, inisiator-kontributor yang mengemukakan dan mengajukan ide-ide baru atau cara-cara mengingat masalah-masalah atau tujuan-tujuan kelompok, pendamai berarti jika

terjadi konflik dalam keluarga maka konflik dapat diselesaikan dengan jalan musyawarah atau damai, pencari nafkah yaitu peran yang dijalankan oleh orang

tua dalam memenuhi kebutuhan, baik material maupun non material anggota keluarganya.

2.3.2 Perawatan keluarga terhadap lansia

Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara

lain menjaga atau merawat lansia, mempertahankan dan meningkatkan status mental, mengantisipasi perubahan sosial ekonomi, serta memberikan motivasi dan memfasilitasi kebutuhan spiritual bagi lansia (Maryam dkk,2008).

Keluarga mengupayakan pembinaan secara fisik yang ditujukan kepada lansia dengan mempertimbangkan faktor usia dan kondisi fisik yang secara

perorangan berbeda. Hidup bertempat tinggal dengan keluarga merupakan kebiasaan umum bila seorang lanjut usia ditinggal oleh suami /istrinya, atau sebelum ini terjadi. Umumnya memanglah keluarga yang mengurus para lanjut

usia di rumahnya (juga di negara-negara Asia lain), terutama hal ini dilakukan oleh anak perempuan (Darmojo et all, 2006). Perawatan diri lansia dibagi atas

(36)

umumnya usia lanjut memerlukan bantuan keluarga untuk meningkatkan kualitas hidup dan menjalani hari tua yang menyenangkan. Perawatan lanjut usia di rumah

bertujuan memberikan perawatan sebaik mungkin tanpa mengganggu atau mengurangi kemandirian lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan, walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu

dibantu (Nugroho, 2008).

Keluarga merupakan orang terdekat dari lansia yang mengalami gangguan

kesehatan/dalam keadaan sakit. Keluarga juga merupakan salah satu indikator dalam masyarakat, apakah masyarakat tersebut sehat atau sakit. Berdasarkan program Bina Keluarga Lansia (BKL) terdapat 17 peran keluarga terhadap lansia

yaitu menghormati dan menghargai orang tua, bersikap sabar dan bijaksana terhadap perilaku lansia, memberikan kasih sayang, menyediakan waktu, serta

perhatian, jangan menganggap sebagai beban, memberikan kesempatan untuk tinggal bersama, mintalah nasehat mereka pada peristiwa-peristiwa penting, mengajaknya dalam acara keluarga, dengan memberi perhatian yang baik pada

orang tua, kelak anak-anak kita akan bersikap sama terhadap kita, membantu mencukupi kebutuhannya, berilah dorongan untuk tetap mengikuti

kegiatan-kegiatan diluar rumah termasuk pengembangan hobi, membantu mengatur keuangan, mengupayakan transport untuk kegiatannya, memeriksakan kesehatan secara teratur, memberi dorongan untuk tetap hidup sehat, mencegah terjadinya

kecelakaan baik didalam maupun diluar rumah, merujuk lansia yang sakit ke tempat pelayanan kesehatan, dan memelihara kesehatan lansia.

(37)

keadaan optimal atau produktif, mempertahankan dan meningkatkan status mental pada lansia, mengantisipasi adanya perubahan social dan ekonomi pada lansia,

dan memotivasi dan memfasilitasikan lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual dengan demikian dapat meningkatkan ketakwaan lansia kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sedangkan sikap keluarga dan masyarakat terhadap lansia yaitu:

adanya kecenderungan berpersepsi negatif, diharapkan mempunyai persepsi positif pada lansia karena merupakan peristiwa alamiah dimana tiap-tiap individu

akan mengalaminya, membangun kebutuhan untuk dicintai aktualisasi dari lanjut usia, dan enciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan yang harmonis (saling pengertian antara generasi muda dan generasi lansia).

Menurut DepKes RI (2005) menyatakan bahwa peran keluarga dalam pembinaan lansia antara lain memberikan dorongan, kemudahan, fasilitas bagi

lansia untuk menggunakan kemampuan dan keterampilannya serta kearifan yang dimiliki, mengembangkan kehidupan beragama, pengembangan psikis/mental, dan pembinaan sosial ekonomi dan budaya.

Sementara iu, menurut Setiti (2007) menyatakan peran keluarga dalam merawat lanjut usia di rumah, adapun perawatan yang dapat diberikan oleh

keluarga kepada lanjut usia yaitu ;

Perawatan Fisik. Secara umum keluarga melayani makan tiga kali sehari. Namun ada juga yang hanya dua kali sehari, yaitu siang dan sore saja. Makanan

yang disajikan sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang menyajikan nasi, sayur dan lauk. Ada juga yang ditambah dengan buah. Tetapi ada yang hanya nasi

(38)

sendiri, sementara keluarga menambahkan pakaian kesukaan mereka. Secara umum keluarga membelikan satu kali setahun. Bagi yang tidak mampu biasanya

diberi oleh keluarga jauh atau masyarakat. Pelayanan di bidang papan, keluarga menyediakan sesuai dengan kemampuan mereka. Kondisi ekonomi yang terbatas, berakibat kondisi rumah seadanya. Pelayanan di bidang kesehatan, keluarga tidak

selamanya mampu malayani untuk berobat secara medis. Kadang mereka hanya memberikan obat dari warung atau obat ramuan tradisional setempat/ ke dukun.

Bagi yang memiliki kartu miskin, masih harus menghadapi kendala yaitu biaya transportasi yang mahal, prosedur yang berbelit dan pelayan yang tidak nyaman.

Perawatan psikis. Biasanya lanjut usia ditemani anggota keluarga yang mengerti dan memahami mereka yang keadaan perilakunya berubah seperti kekanak-kanakan, rewel, mudah tersinggung dan lain-lain. lanjut usia ditemani

untuk ngobrol, didengar nasehatnya dan keluhannya.

Perawatan sosial. Keluarga berusaha menemani berbicara, mendengarkan nasehatnya, memberikan kabar orang di lingkungannya dan berita secara umum.

Pada sisi lain, lanjut usia diantar cucu atau anggota keluarga lain untuk bertemu dengan teman sebaya, juga dengan teman sekelompok. Lanjut usia juga diberikan

kegiatan bersama kelompoknya yaitu kelompok keagamaan, olah raga, pengajian, yasinan, arisan, kelompok silaturahmi, kelompok adat dan lain-lain.

Perawatan Ekonomi. Perawatan ekonomi dilakukan keluarga dengan memenuhi kebutuhan dasar hidup lanjut usia. Bagi yang masih potensial, diberikan kesempatan untuk bekerja bersama keluarga. Melakukan kegiatan

(39)

potensial, keluarga memberikan uang, bahan mentah atau memberikan makanan siap saji.

Perawatan Spiritual. Pelayanan spiritual dilakukan oleh keluarga dengan menyediakan sarana dan peralatan ibadah. Menjauhkan anak-anak dan melarang agar tidak ribut. Keluarga menemani saat beribadah di rumah, di mesjid atau di

majelis taklim.

Menurut Nugroho (2008) pendekatan perawatan lansia yaitu meliputi:

Pendekatan fisik. Kemunduran kondisi fisik akibat proses ketuaan dapat mempengaruhi ketahanan tubuh terhadap gangguan atau serangan infeksi dari luar. Untuk lansia yang masih aktif dapat diberikan bimbingan mengenai

kebersihan mulut dan gigi, kebersihan kulit dan badan, kebersihan rambut dan kuku, kebersihan tempat tidur serta posisi tidurnya, hal makanan, cara memakan

obat dan cara pindah dari tempat tidur ke kursi atau sebaliknya. Adapun komponen pendekatan fisik yang lebih mendasar adalah memperhatikan dan membantu para lanjut usia untuk bernafas dengan lancar, makan (termasuk

memilih dan menentukan makanan), minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk, merubah posisi tiduran, beristirahat,

kebersihan tubuh, memakai dan menukar pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan.

Pendekatan psikis. Pada dasarnya lansia membutuhkan rasa aman dan cinta kasih dari lingkungannya. Untuk itu kelurga harus menciptakan suasana yang aman, tidak gaduh, membiarkan mereka melakukan kegiatan dalam batas

(40)

rasa rendah diri, rasa keterbatasan sebagai akibat dari ketidakmampuan fisik, dan kelainan yang dideritanya. Hal ini perlu dilakukan karena perubahan psikologi

terjadi bersama semakin lanjutnya usia. Perubahan-perubahan ini meliputi gejala-gejala, seperti menurunnya daya ingat untuk peristiwa yang baru terjadi, berkurangnya kegairahan atau keinginan, peningkatan kewaspadaan, perubahan

pola tidur dengan suatu kecenderungan untuk tiduran di waktu siang, dan pergeseran libido. Keluarga harus sabar mendengarkan cerita-cerita dari masa

lampau yang membosankan, jangan mentertawakan atau memarahi lansia bila lupa atau melakukan kesalahan.

Pendekatan sosial. Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya keluarga dalam pendekatan sosial. Memberi kesempatan untuk berkumpul bersama dengan sesama lansia berarti menciptakan

sosialisasi mereka. Keluarga memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada para lansia untuk mengadakan komunikasi dan melakukan rekreasi, misal jalan pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang

untuk mengetahui dunia luar, seperti menonton televisi, mendengarkan radio, atau membaca surat kabar atau majalah.

Pendekatan spiritual. Keluarga harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya. Keluarga bisa memberikan kesempatan pada lansia untuk melaksanakan

ibadahnya, atau secara langsung memberikan bimbingan rohani dengan menganjurkan melaksanakan ibadahnya seperti membaca kitab atau membantu

(41)

Peran keluarga dalam perawatan lansia :

• Perawatan fisik • Perawatan psikis • Perawatan sosial • Perawatan spiritual

Keluarga dengan lansia

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konsep ini bertujuan untuk menggambarkan Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

Adapun peran keluarga dalam perawatan lansia dapat diketahui berdasarkan 4 cara perawatan keluarga terhadap lansia yaitu perawatan fisik, perawatan psikis,

perawatan sosial, dan perawatan spiritual.

Skema 1.

Kerangka konseptual penelitian Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

Keterangan:

: variabel yang diteliti

(42)

3.2 Defenisi konseptual

Peran keluarga adalah suatu kegiatan, tindakan atau tingkah laku spesifik

yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. 3.3 Defenisi Operasional

Peran keluarga dalam perawatan fisik lansia adalah suatu kegiatan atau

tindakan yang dilakukan keluarga dalam memberikan perawatan kepada lansia yang meliputi kebutuhan fisik lansia, seperti tindakan memberi makan dan

minum, membantu lansia mandi, berjalan, eliminasi, duduk, pakaian, kebersihan mulut dan gigi, olahraga dan istirahat.

Peran keluarga dalam perawatan psikis lansia adalah suatu kegiatan atau

tindakan yang dilakukan keluarga dalam memberikan perawatan kepada lansia yang meliputi kebutuhan psikis lansia, seperti menjaga lansia agar terhindar dari

stress serta didengarkan nasehat dan keluhannya.

Peran keluarga dalam perawatan sosial lansia adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan keluarga dalam memberikan perawatan kepada lansia

yang meliputi kebutuhan sosial lansia, seperti membantu lansia dalam kegiatan berkelompok dengan teman sebaya, berkumpul dengan keluarga atau orang-orang yang ada di sekitarnya.

Peran keluarga dalam perawatan spiritual lansia adalah suatu kegiatan atau tindakan yang dilakukan keluarga dalam memberikan perawatan kepada lansia

(43)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan merupakan penelitian deskriptif yaitu untuk menggambarkan peran keluarga dalam perawatan lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

4.2.Populasi, Sampel, dan Sampling 4.2.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mempunyai lansia yang berumur 60 tahun ke atas yang berada di kecamatan Bandar Huluan

Kabupaten Simalungun. Pada tahun 2010, jumlah lansia yang berada di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun sebanyak 1.683 jiwa.

4.2.2. Sampel

Menurut Setiadi (2007) apabila populasi dalam penelitian kurang dari 10.000, maka formula yang digunakan sebagai berikut :

n = N 1+ N (d)2 n = 1.683

1+ 1.683 (10%)

n = 94,39

(44)

Keterangan :

n : Besar sampel

N : Besar populasi

d : Tingkat kepercayaan

Jadi, jumlah sampel yang akan diteliti sebanyak 94 orang.

Adapun kriteria sampel dari penelitian ini adalah :

• Keluarga yang memiliki lansia dan menetap dalam satu rumah

• Keluarga yang merawat lansia

• Keluarga dengan lansia yang bersedia menjadi responden

4.2.3 Sampling

Pada penelitian ini sampling yang digunakan adalah Accidental Sampling

yaitu siapa saja yang bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan kriteria sampel dapat digunakan sebagai sampel (Setiadi,2007). Penggunaan tehnik pengambilan sampel ini dikarenakan peneliti tidak memiliki sample frame atau data yang jelas

tentang responden seperti nama, umur, jenis kelamin maupun alamat responden sehingga peneliti tidak dapat melakukan random terhadap populasi penelitian.

(45)

4.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

pada bulan Oktober-Desember 2012. Adapun alasan peneliti melakukan penelitian di lokasi ini karena di Kecamatan Bandar Huluan merupakan daerah dengan jumlah lansia yang cukup besar sehingga memudahkan dalam mendapatkan

sampel yang memadai sesuai kriteria sampel penelitian. Selain itu, di Kecamatan Bandar Huluan tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang peran keluarga

dalam perawatan lansia.

4.4. Pertimbangan Etik

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Peran serta responden dalam penelitian ini

bersifat sukarela. Dalam penelitian ini disertakan sebuah surat persetujuan penelitian (Informed Consent) yang diberikan kepada keluarga yang merawat lansia yang bersedia menjadi sabagai responden penelitian untuk dibaca dan dapat

membantunya mengambil keputusan. Surat persetujuan diberikan kepada responden yang akan ditandatangani sebagai bukti kesediaan menjadi responden.

Dalam hal ini responden berhak untuk menolak terlibat dalam penelitian ini. Semua responden akan dilindungi dari kerugian materil, nama baik dan resiko yang timbul akibat penelitian ini. Untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti

tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar instrumen. Kerahasiaan informasi responden dijamin oleh peneliti, dan hanya kelompok data tertentu saja

(46)

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

kuesioner dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka dan kerangka konsep. Pada kuesioner peran keluarga terhadap lansia pada bagian pertama dari instrumen penelitian berisi data demografi lansia yang meliputi usia, jenis

kelamin, agama, suku, pekerjaan responden, penghasilan perbulan responden, jumlah anggota keluarga dan hubungan responden dengan lansia.

Kedua, kuesioner tentang peksanaan peran keluarga dalam perawatan lansia yang terdiri dari 20 penyataan (1-20) dengan berdasarkan pada skala likert tiga poin (1-3) dengan jawaban “Tidak pernah=1”, “Jarang=2”, dan “Selalu=3”.

Kuesioner ini terdiri dari lima pernyataan tentang peran keluarga dalam perawatan fisik lansia (nomor 1-5), lima pertanyaan tentang peran keluarga dalam perawatan

psikis lansia (nomor 6-10), lima pernyataan tentang peran keluarga dalam perawatan sosial lansia (nomor 11-15), dan lima pernyataan tentang peran keluarga dalam perawatan spiritual lansia (nomor 16-20).

Semakin tinggi jumlah skor yang didapat, maka menunjukkan semakin baik peran keluarga dalam perawatan lansia. Total skor untuk masing-masing

perawatan yaitu perawatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual adalah skor tertinggi = 15 dan terendah = 5. Sedangkan total skor untuk peran keluarga dalam perawatan lansia diperoleh skor tertinggi = 60 dan terendah = 20.

Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) adalah : P = Rentang

(47)

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang 10 dan 3 kategori kelas untuk menilai peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu baik, cukup baik,

dan kurang baik maka di dapat P= 3. Maka peran keluarga dalam perawatan lansia pada perawatan fisik, psikis, sosial, dan spiritual dikategorikan sebagai berikut : Baik = 13-15, Cukup baik = 9-12, dan Kurang baik =5-8.

Sedangkan pada peran keluarga dalam perawatan lansia diperoleh rentang 40 dan 3 kategori kelas untuk menilai peran keluarga dalam perawatan lansia

yaitu baik, cukup baik, dan kurang baik maka di dapat P= 13 . Dengan nilai terendah 20 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka peran keluarga dalam perawatan lansia di kategorikan sebagai berikut : Baik = 48-60, Cukup baik

= 34-47, dan Kurang baik =20-33.

4.6 Uji Validitas

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam,2009). Uji validitas instrumen dilakukan oleh staff ahli Keperawatan Keluarga yaitu dosen di Departemen

Keperawatan Jiwa dan Komunitas.

4.7Uji Reliabilitas

Menurut Nursalam (2009) Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali –

kali dalam waktu yang berlainan. Instrumen dilakukan uji reliabilitas dengan

(48)

reliabilitasnya diatas 0.70. Instrumen penelitian tentang peran keluarga akan dilakukan uji reliabilitas oleh peneliti kepada 20 responden. Hasil dalam Uji

reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,768. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kuesioner peran keluarga dalam perawatan lansia yang digunakan dalam penelitian ini adalah reliabel.

4.8 Pengumpulan data

Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan cara mengajukan permohonan penelitian kepada Dekan Fakultas Keperawatan USU dan Camat di

Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Setelah mendapatkan izin

pelaksanaan penelitian, peneliti kemudian melaksanakan pengumpulan data dengan cara mendatangi responden satu persatu kekediamannya. Setelah itu peneliti menjelaskan kepada calon responden mengenai tujuan penelitian, meminta persetujuan calon responden untuk menjadi responden dengan menandatangani

informed consent, apabila keluarga menyatakan tidak bersedia maka peneliti tidak menjadikannya sebagai responden penelitian. Akan tetapi dalam penelitian

ini tidak ada keluarga yang tidak bersedia menjadi responden penelitian. Setelah itu peneliti mengidentifikasi peran keluarga dengan menggunakan kuesioner, sewaktu pengisian kuesioner responden dibantu oleh peneliti apabila ada

pernyataan yang tidak jelas maka responden dapat langsung menanyakannya kepada peneliti, dan kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang telah

(49)

4.9 Analisa Data

Analisa data dilakukan apabila semua data telah terkumpul. Apabila semua

kuesioner telah terkumpul maka peneliti memeriksa apakah jumlah kuesioner telah lengkap dan semua pernyataan telah diisi oleh responden dengan lengkap. Kemudian peneliti memberikan kode atau tanda pada jawaban responden

berbentuk angka pada masing-masing jawaban. Tahap selanjutnya peneliti memasukkan data yang telah dikumpulkan ke dalam master tabel atau database

komputer, yaitu dengan menggunakan sistem komputerisasi. Kemudian mengecek kembali data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.Pengolahan data yang telah terkumpul dianalisis secara statistik deskriptif dan disajikan dalam

(50)

BAB 5

HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diperoleh melalui pengumpulan data terhadap 94

responden yaitu keluarga yang memiliki lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun dari tanggal 10 Oktober sampai dengan 1 Desember 2012.

Penyajian data meliputi karakteristik responden dan kuesioner peran keluarga dalam perawatan lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun.

5.1.1 Data Demografi Responden

Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan karakteristik responden sebanyak 48 responden (51,1%) berusia 31-45 tahun. Mayoritas jenis kelamin

responden adalah wanita sebanyak 83 responden (88,3%). Sebagian besar agama responden adalah agama islam sebanyak 68 responden (72,3%), bersuku jawa yaitu 43 responden (45,7%). Pekerjaan responden rata-rata adalah sebagai

pegawai swasta/wiraswasta dengan jumlah 40 responden (42,6%), dengan rata-rata penghasilan keluarga berkisar antara Rp 1.000.000-Rp 3.000.000 sebanyak 38

(51)

Hasil penelitian ini dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=94)

(52)

5.1.2 Gambaran Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan Bandar Huluan Kabupaten Simalungun

a. Perawatan Fisik

Penelitian yang dilakukan terhadap 94 responden keluarga lansia yang 6 Penghasilan Perbulan Responden

< Rp.500.000

7 Jumlah Anggota Keluarga 2 orang

(53)

peran keluarga dalam perawatan fisik lansia yang berada pada kategori baik sebanyak 43 responden (45,7%), cukup baik sebanyak 50 responden (53,2%), dan

kurang baik sebanyak 1 responden (1,1%).

Tabel 5.2 Kategori peran keluarga dalam perawatan fisik lansia

No Kategori (f) (%)

1 Baik 43 45,7

2 Cukup baik 50 53,2

3 Kurang baik 1 1,1

Pernyataan yang paling sering dilakukan adalah membersihkan lantai

kamar mandi agar lansia tidak jatuh sebanyak 66 responden (70,2%). Sementara itu, tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengingatkan

lansia untuk berolahraga yaitu hanya 26 responden (27,7%).

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase peran keluarga dalam perawatan fisik lansia. 1. Menyiapkan makanan yang bernutrisi

untuk lansia

0 36(38,3) 58(61,7)

2. Mengingatkan lansia untuk istirahat / tidur 9(9,6) 53(56,4) 32(34,0) 3. Membersihkan lantai kamar mandi agar

lansia tidak jatuh

0 28(29,8) 66(70,2)

4. Mengingatkan lansia untuk berolahraga. 20(21,3) 48(51,1) 26(27,7) 5. Memeriksakan kesehatan lansia secara

teratur

(54)

b. Perawatan Psikis

Hasil penelitian terhadap peran keluarga dalam melakukan perawatan

psikis terhadap lansia menggambarkan bahwa peran keluarga yang berada pada kategori baik sebanyak 63 responden (67,0%), cukup baik sebanyak 31 responden (33,0%), dan tidak ada satupun responden yang memiliki peran yang kurang baik

pada lansia.

Tabel 5.4 Kategori peran keluarga dalam perawatan psikis lansia

No Kategori (f) (%)

1 Baik 63 67,0

2 Cukup baik 31 33,0

3 Kurang baik 0 0

Tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara maupun tingkah laku yaitu sebanyak 80 responden (85,1%). Sedangkan tindakan yang sedikit dilakukan oleh keluarga

yaitu menemani lansia untuk mengobrol sebanyak 54 responden (57,4%).

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase peran keluarga dalam perawatan psikis lansia.

No Pernyataan TP 1 Menemani lansia untuk mengobrol 3(3,2) 37(39,9) 54(57,4) 2 Mendengarkan keluhan lansia 0 36(38,3) 58(61,7) 3 Menjaga perasaan lansia baik dalam

berbicara maupun tingkah laku

0 14(14,9) 80(85,1)

4 Melibatkan lansia dalam musyawarah keluarga

(55)

c. Perawatan Sosial

Pada peran perawatan sosial keluarga terhadap lansia menunjukkan bahwa

responden berada pada kategori baik sebanyak 48 responden (51,1%), cukup baik sebanyak 44 responden (46,8%), dan kurang baik sebanyak 2 responden (2,1%).

Tabel 5.6 Kategori peran keluarga dalam perawatan sosial lansia

No Kategori (f) (%)

1 Baik 48 51,1

2 Cukup baik 44 46,8

3 Kurang baik 2 2,1

Pernyataan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah mengantar lansia berkunjung kerumah kerabat sebanyak 59 responden (62,8%) dan

memberikan kabar orang-orang yang ada dilingkungannya sebanyak 59 responden (62,8%). Sementara itu, tindakan memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol adalah tindakan yang paling sedikit dilakukan yaitu

sebanyak 41 responden (43,6%).

Tabel 5.7 Distribusi frekuensi dan persentase peran keluarga dalam perawatan sosial lansia 1 Memfasilitasi lansia berkumpul

dengan teman sebayanya untuk mengobrol

3(3,2) 50(53,2) 41(43,6)

2 Memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll.)

6(6,4) 45(47,9) 43(45,7)

3 Mengantar lansia berkunjung ke rumah kerabat yang lain

(56)

4 Memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal jalan-jalan, menonton televisi/ mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain)

0 42(44,7)

Lanjutan tabel 5.7

52(55,3)

5 Memberikan kabar orang-orang yang ada di lingkungannya

0 35(37,2) 59(62,8)

d. Perawatan Spiritual

Hasil penelitian menunjukkan peran keluarga dalam perawatan spiritual lansia menunjukkan bahwa peran keluarga dalam perawatan spiritual lansia yang

berada pada kategori baik sebanyak 55 responden (58,5%), cukup baik sebanyak 34 responden (36,2%), dan kurang baik sebanyak 5 responden (5,3%).

Tabel 5.8 Kategori peran keluarga dalam perawatan spiritual lansia

No Kategori (f) (%)

1 Baik 55 58,5

2 Cukup baik 34 36,2

3 Kurang baik 5 5,3

Pernyataan yang paling banyak dilakukan oleh keluarga terhadap lansia

adalah menjaga ketenangan lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah sebanyak 70 responden (74,5%). Sementara itu, tindakan menemani lansia saat mengerjakan ibadah adalah tindakan yang paling sedikit dilakukan yaitu sebanyak 25

(57)

Tabel 5.9 Distribusi frekuensi dan persentase peran keluarga dalam 1 Mengingatkan lansia untuk beribadah 17(18,1) 30(31,9) 47(50,0) 2 Menyiapkan alat-alat ibadah lansia 0 29(30,9) 65(69,1) 3 Membersihkan perlengkapan ibadah

lansia

1(1,1) 25(26,6) 68(72,3)

4 Menjaga ketenangan lingkungan saat lansia mengerjakan ibadah

1(1,1) 23(24,5) 70(74,5)

5 Menemani lansia pada saat

mengerjakan ibadah

23(24,5) 46(48,9) 25(26,6)

5.1.3 Kategori Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia

Berdasarkan hasil penelitian dari 94 responden, kategori peran keluarga

dalam perawatan lansia di Kecamatan Bandar Huluan kabupaten Simalungun, terlihat bahwa sebagian besar keluarga termasuk dalam kategori peran baik 62 responden (66,0%) dengan skor kuesioner 48-60, kategori peran cukup sebanyak

32 responden (34,0%) dengan skor kuesioner 34-47. Sementara itu, tidak ada satu responden pun yang memiliki peran yang kurang baik dalam melakukan

perawatan terhadap lansia. Hal ini terbukti dengan tidak ada responden yang mempunyai total skor 20-33.

Tabel 6.0 Kategori peran keluarga dalam perawatan lansia

No Kategori (f) (%)

1 Peran keluarga baik (48-60) 62 66,0

2 Peran keluarga cukup (34-47) 32 34,0

Gambar

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik responden (n=94)
Tabel 5.2 Kategori peran keluarga dalam perawatan fisik lansia
Tabel 5.4 Kategori peran keluarga dalam perawatan psikis lansia
Tabel 5.6 Kategori peran keluarga dalam perawatan sosial lansia
+3

Referensi

Dokumen terkait

Peran keluarga dalam perawatan lansia yaitu memotifasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritual dengan meningkatkan ketaqwaan lansia terhadap Tuhan Yang Maha

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan pada 12 keluarga di wilayah kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kecamatan Percut Sei Tuan menunjukkan bahwa masih rendahnya peran

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan

Peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu yaitu baik. sebanyak 30 responden (96,8%), selebihnya peran keluarga cukup sebanyak

Kuesioner Peran Keluarga Dalam Memenuhi Kebutuhan Spiritual Lansia Di Desa Buluh Duri Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai. Berikanlah tanda checklist (  ) pada pilihan

Hasil penelitian didapatkan peran keluarga dalam pemeriksaan kesehatan lansia dengan kategori baik 88,30%, peran keluarga dalam pemenuhan nutrisi lansia dengan kategori baik 98,94%,