• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Keluarga Dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peran Keluarga Dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia Di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN KELUARGA DALAM MENINGKATKAN

KESEHATAN JIWA LANSIA DI KELURAHAN SIDOREJO

KECAMATAN MEDAN TEMBUNG

SKRIPSI

Oleh

Silvia Fithriyani

071101003

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Judul : Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Nama : Silvia Fithriyani Nim : 071101003

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Peran keluarga merupakan tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Data menunjukkan di Indonesia terjadi peningkatan yang konsisten jumlah lansia. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan diikuti dengan meningkatnya permasalah kesehatan seperti masalah kesehatan indera pendengaran dan penglihatan, kesehatan jiwa dan sebagainya. Salah satu resiko tinggi yang rentan terkena gangguan jiwa adalah lansia, hal ini disebabkan karena proses penuaan, fungsi fisik menurun, perubahan psikososial, finansial menurun, dan menurunnya nilai kekerabatan. Untuk itu peran keluarga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk melihat tingkat dan gambaran peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia yang dilakukan pada tanggal 16 Januari-17 Februari. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran keluarga. Jumlah populasi adalah 762 orang, dan sampel yang diambil sebanyak 76 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan cara convinience sampling. Hasil penelitian didapatkan 17 orang atau (22,4%) yang berperan cukup dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dan 59 orang atau (77,6%) yang berperan baik dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi tenteng peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dengan sampel yang lebih banyak dan representatif yaitu dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu dengan cara simple random sampling.

(3)

Title : The Role of Families in Improving Mental Health of Elderly Sidorejo Village Medan Tembung District

Name : Silvia Fithriyani Nim : 071101003 Faculty : Nursing Year : 2011

Abstrac

The role of the family is a specific behavior that is expected by someone in the family context. The data show an increase in Indonesia, a consistent number of elderly. Increased number of senior citizens will be followed by increasing health problems such as health problems senses of hearing and vision, mental health and so on. One of the high risk that mental disorders are susceptible to the elderly, this was due to aging, decreased physical function, psychosocial changes, financial decline, and the declining value of kinship. For the role of the family is needed in improving the mental health of the elderly. This research was descriptive which aims to see the picture of the level and family roles in improving the mental health of older adults conducted on January 16 to February 17. Data collection methods used are filling a questionnaire consisting of demographic data questionnaire and the questionnaire the role of the family. The population is 762 people, and samples taken as many as 76 respondents were selected using non probability sampling technique in a way convinience sampling. The study found 17 people or (22.4%) who plays enough in improving mental health and 59 elderly persons or (77.6%) that play a role both in improving the mental health of the elderly. For further research is expected to examine more deeply the role of family tenteng in improving mental health of older adults with a sample more representative by using probability sampling technique that is by simple random sampling.

(4)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan karunia, serta salam dan salawat kepada Rasulallah SAW beserta keluarga dan sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung” yang merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Selama proses penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, arahan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut membantu dalam penyelesaian skripsi ini, yaitu:

1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU. 2. Ibu Erniyati, S.Kep. MNS selaku Pembantu Dekan Satu Fakultas Keperawatan

USU dan sebagai penasehat akademik yang selalu memberikan bimbingan selama masa perkuliahan.

3. Bapak Iwan Rusdi, S,Kp. MNS selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan masukan yang berharga untuk penyelesaian skripsi ini. 4. Ibu Siti Zahara Nst, S.Kp. MNS dan Ibu Lutfiani, S.Kep Ns, selaku dosen

penguji skripsi.

(5)

6. Kepala Lurah dan kepala lingkungan kelurahan Sidorejo yang telah memberi izin penelitian dan informasi bagi penulis.

7. Teristimewa kepada orangtuaku tercinta, Papa Zubir,S.Pd dan mama Zasteri, yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil serta selalu mendoakan yang terbaik sehingga ananda bisa menyelesaikan skripsi ini. 8. Abang Toni dan Uni Desi serta ponakanku tersayang Yoza, Naufan yang selalu

memberikan perhatian, nasehat, doa dan dukungan kepada penulis.

9. Sahabat-sahabat terbaikku, Pelangi, Rahmi, Maya, Arif, Febri dan Pipit yang selalu membantu dan mendukung dalam perkuliahanku, terima kasih atas kritik, saran, dan segala canda tawa kalian semua.

10.Rekan - rekan Fakultas Keperawatan stambuk 2007,Amel, Istik, Novri, Marli, dan lain-lain yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu.

11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap, semoga Allah memberikan balasan atas segala bantuan yang telah diberikan hingga tersusunnya skripsi ini. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran sangat diharapkan untuk sempurnanya skripsi ini.

Akhirnya semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2011

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman judul ... i

Halaman pengesahan ... ii

Abstrak ... iii

Bab 2. Tinjauan putaka 1. Konsep keluarga ...5

1.1. Definisi keluarga ...5

1.2. Karakteritik keluarga ...5

1.3. Tipe keluarga ...6

1.4. Fungsi keluarga ...8

1.5. Peran keluarga ...9

1.6. Peran keluarga dalam meningkatkan keehatan jiwa lansia ...10

2. Konsep lansia ...13

2.1. Definisi lansia...13

2.2. Proses menua ...14

2.3. Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia ...14

2.4. Dampak perubahan dan kemunduran pada lansia ...17

3. Konsep kesehatan jiwa ...18

3.1. Definisi kesehatan jiwa ...18

3.2. Kriteria sehat jiwa ...19

3.3. Faktor-faktor predisposisi sehat-sakit jiwa ...20

3.4 Kesehatan jiwa lansia ...22

(7)

Bab 3. Kerangka penelitian

1. Kerangka konseptual ...25

2. Definisi konseptual...26

3. Definisi operasional ...26

Bab 4. Metodologi penelitian 1. Desain penelitian ...28

2. Populasi, sample dan teknik sampling ...28

2.1 Populasi ...28

2.2 Sampel ...28

2.3 Teknik sampling ...28

3. Lokasi dan waktu penelitian...29

4. Pertimbangan etik...29

5. Instrumen penelitian ...30

6. Uji validitas instrumen ...31

7. Uji reliabilitas instrumen ...32

7. Pengumpulan data ...32

8. Analisa data ... 33

Bab 5. Hasil dan pembahasan 1. Hasil penelitian... 34

1.1. Data demografi responden...34

1.2. Gambaran peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia ...36

1.3. Tingkat peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa Lansia ...42

2. Pembahasan ...43

2.1. Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia ...43

2.2. Tingkat peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa Lansia ...50

Bab 6. Kesimpulan dan Saran 1. Kesimpulan ...53

2. Saran ...53

2.1. Untuk pendidikan keperawatan ...53

2.2. Untuk praktek keperawatan ...54

(8)

Daftar pustaka ...55

Lampiran – lampiran 1. Inform consen...58

2. Kuesioner ...59

3. Jadwal tentatif penelitian...62

4. Surat izin penelitian...63

5. Lembar konsul ...68

6. Hasil data responden ...70

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel:

1. Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik demografi

Responden ...35 2. Distribusi frekuensi dan presentase Peran Keluarga dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat Jiwa Bagi Lansia ...36 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga dalam Mencintai, Menghargai dan Mempercayai Lansia ...37 4. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga untuk Saling

Terbuka dan Tidak Diskriminasi pada Lansia ...38 5. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Memberi

Pujian pada Lansia ...39 6. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Menunjukan empati serta member bantuan kepada lansia yang

mengalami perubahan akibat proses menua ...40 7. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga ddalam mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya ...41 8. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Menyediakan Waktu untuk Kebersamaan dengan Lansia: berekreasi dengan lansia ...42 9. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat peran keluarga dalam

(11)

Judul : Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia di Kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung

Nama : Silvia Fithriyani Nim : 071101003

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep) Tahun : 2011

Abstrak

Peran keluarga merupakan tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Data menunjukkan di Indonesia terjadi peningkatan yang konsisten jumlah lansia. Peningkatan jumlah penduduk lansia akan diikuti dengan meningkatnya permasalah kesehatan seperti masalah kesehatan indera pendengaran dan penglihatan, kesehatan jiwa dan sebagainya. Salah satu resiko tinggi yang rentan terkena gangguan jiwa adalah lansia, hal ini disebabkan karena proses penuaan, fungsi fisik menurun, perubahan psikososial, finansial menurun, dan menurunnya nilai kekerabatan. Untuk itu peran keluarga sangat dibutuhkan dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk melihat tingkat dan gambaran peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia yang dilakukan pada tanggal 16 Januari-17 Februari. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian kuesioner yang terdiri dari kuesioner data demografi dan kuesioner peran keluarga. Jumlah populasi adalah 762 orang, dan sampel yang diambil sebanyak 76 responden yang dipilih dengan menggunakan teknik non probability sampling dengan cara convinience sampling. Hasil penelitian didapatkan 17 orang atau (22,4%) yang berperan cukup dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dan 59 orang atau (77,6%) yang berperan baik dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat mengkaji lebih dalam lagi tenteng peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dengan sampel yang lebih banyak dan representatif yaitu dengan menggunakan teknik probability sampling yaitu dengan cara simple random sampling.

(12)

Title : The Role of Families in Improving Mental Health of Elderly Sidorejo Village Medan Tembung District

Name : Silvia Fithriyani Nim : 071101003 Faculty : Nursing Year : 2011

Abstrac

The role of the family is a specific behavior that is expected by someone in the family context. The data show an increase in Indonesia, a consistent number of elderly. Increased number of senior citizens will be followed by increasing health problems such as health problems senses of hearing and vision, mental health and so on. One of the high risk that mental disorders are susceptible to the elderly, this was due to aging, decreased physical function, psychosocial changes, financial decline, and the declining value of kinship. For the role of the family is needed in improving the mental health of the elderly. This research was descriptive which aims to see the picture of the level and family roles in improving the mental health of older adults conducted on January 16 to February 17. Data collection methods used are filling a questionnaire consisting of demographic data questionnaire and the questionnaire the role of the family. The population is 762 people, and samples taken as many as 76 respondents were selected using non probability sampling technique in a way convinience sampling. The study found 17 people or (22.4%) who plays enough in improving mental health and 59 elderly persons or (77.6%) that play a role both in improving the mental health of the elderly. For further research is expected to examine more deeply the role of family tenteng in improving mental health of older adults with a sample more representative by using probability sampling technique that is by simple random sampling.

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Keberhasilan pembangunan dalam bidang kesehatan mengakibatkan meningkatnya usia harapan hidup, karena pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup termasuk usia lanjut (Wiarsiah,1999). Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia permulaan tua yang pada umumnya memiliki tanda-tanda terjadinya penurunan fungsi biologis, mental dan sosial.

Data menunjukkan di Indonesia terjadi peningkatan yang konsisten jumlah lansia. Pada tahun 2000 terdapat 14,4 juta lansia atau 7,18 %, tahun 2005 jumlah ini meningkat menjadi 17,6 juta atau 8,48 %. Pada tahun 2010 jumlah penduduk lanjut usia di Indonesia meningkat sebesar 24 juta jiwa atau 9,77 %, dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia meningkat mencapai 28,8 juta atau 11,31% dari total jumlah penduduk. (Depkes, 2008). Sedangkan di kota Medan jumlah lansia adalah 125.559 orang (Pemkomedan, 2008).

(14)

Perubahan menjadi tua adalah perubahan alami yang akan dilalui oleh setiap orang saat memasuki usia lanjut. Selama proses ini akan terjadi penurunan sejumlah sel-sel tubuh baik bentuk maupun jumlahnya, yang tentunya berpengaruh pada fungsi organ-organ tubuh lainnya. Perubahan juga terjadi dalam aspek sosial berupa kehilangan pekerjaan, pensiun, kehilangan pasangan dan terpisah dengan anak. Selain itu juga terjadi perubahan kejiwaan berupa daya ingat yang menurun, cepat lupa, mudah sedih, mudah tersinggung, mudah frustasi, merasa kesepian, dan takut kemandirian hilang (Nugroho,1999).

Selama ini program kesehatan hanya berfokus pada kesehatan fisik sementara kesehatan jiwa terabaikan (Depkes, 2005), survey masyarakat menunjukkan bahwa 10 persen penduduk di atas 65 tahun membutuhkan bantuan psikiatri, dan meningkat 25 persen pada penduduk di atas 75 tahun. Menurut Depkes (2005) kesehatan jiwa lansia adalah perasaan sehat dan bahagia yang dialami lansia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi pada diri sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan sehingga lansia dapat berpikir dan melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuan lansia.

(15)

langsung atau tidak langsung akan mempengaruhi kesehatan keluarga seperti masalah emosi, fisik, interpersonal, dan pekerjaan bagi anggota keluarga. Untuk itu peran keluarga sangat dibutuhkan untuk mencapai masa tua yang sukses (Wiarsih, 1999) .

Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Menurut Suliswati (2005), ada beberapa peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia yaitu menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi lansia, mencintai, menghargai dan mempercayai lansia, saling terbuka dan tidak deskriminasi pada lansia, memberi pujian pada lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya, dan menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia, berekreasi dengan lansia.

Kelurahan Sidorejo memiliki jumlah lansia yang cukup banyak, dari survey awal didapat jumlah lansia sebanyak 762 orang, dan dari pengamatan peneliti di kelurahan ini juga banyak lansia yang tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah saja. Selain itu kelurahan ini juga mudah terjangkau oleh peneliti dalam pengambilan sampel. Oleh karena itu peneliti merasa penting untuk melakukan penelitian tentang peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung.

2. Tujuan Penilitian

(16)

2.2 Untuk mengidentifikasi tingkat peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo.

3. Pertanyaan Penilitian

3.1 Bagaimana gambaran peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo.?

3.2 Bagaimana tingkat peran keluaga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo?

4. Manfaan Penlilitian

4.1 Pelayanan keperawatan

Penilitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi kepada petugas kesehatan di masyarakat tentang peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo, sehingga perawat dapat memberikan asuhan keperawatan yang optimal pada masyarakat, keluarga dan lansia.

4.2 Penilitian keperawatan

Penilitian ini diharapkan akan dapat memberikan informasi untuk penilitian yang akan datang dalam ruang lingkup yang sama.

4.3 Pendidikan keperawatan

(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Konsep Keluarga

1.1 Pengertian Keluarga

Menurut Departemen Kesehatan RI (1998) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Sedangkan menurut Friedman (1998) keluarga adalah dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu mempunyai peran masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga. Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera, keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya (suprajitno, 2004).

1.2 Karekteristik Keluarga

Menurut karakteristik keluarga terdiri dari :

a. Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan perkawinan, darah dan ikatan adopsi.

(18)

c. Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami-istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari.

d. Keluarga sama-sama menggunakan kultur yang sama, yaitu kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.

1.3 Tipe Keluarga

Menurut Sri Setyowati (2007) ada 2 tipe keluarga yaitu:

1. Tipe keluarga tradisional

a. Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri, dan anak (kandung atau angkat).

b. Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya: kakek, nenek, keponakan, paman, bibi.

c. Keluarga ”Dyad”, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami istri tanpa anak.

(19)

e. Single Adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa (misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja atau kuliah).

2. Tipe keluarga non tradisinal

a. The unmarriedteenege: keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari hubungan anak tanpa nikah.

b. The stepparent family: Keluarga dengan orang tua tiri.

c. Commune family: beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama, pengalaman yang sama: sosialisasi anak dengan melalui aktivitas kelompok atau membesarkan anak bersama.

d. The non marital heteroseksual cohibiting family: Keluarga yang hidup bersama dan berganti-ganti pasangan tanpa melalui pernikahan.

e. Gay and Lesbian family: Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagai suami – istri (marital partners).

f. Cohibiting couple: Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa alasan tertentu.

(20)

h. Group network family: keluarga inti yang dibatasi set aturan atau nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama, pelayanan, dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

i. Foster family: keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.

g. Gang: sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang-orang muda yang mencari ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

1.4 Fungsi Keluarga

Secara umum fungsi keluarga menurut Friedman (1998) dalam Suprajitno (2004) adalah sebagai berikut:

1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.

(21)

berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4. fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan pengahsilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care function), yaitu fugsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memilki produktifitas tinggi. Fugsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di bidang kesehatan.

1.5 Peran Keluarga

(22)

Menururut Friedman (1998) keluarga memiliki peran-peran formal dan informal. Peran normal yang standar terdapat dalam keluarga seperi pencari nafkah, ibu rumah tangga, tukang perbaiki rumah, sopir, pengasuh anak, manajer keuangan, dan tukang masak. Nye dan Gecas (1976) telah mengidentifikasi enam peran dasar yang membentuk posisi sosial sebagia suami-ayah dan istri-ibu: yaitu peran sebagai provider (penyedia), peran sebagi pengatur rumah tangga, peran perawatan anak, peran sosialisasi anak, peran rekreasi, peran persaudaraan (kinship) (memelihara hubungan keluarga paternal dan maternal), peran terapetik, peran seksual.

Peran-peran informal mempunyai tuntutan yang berbeda, tidak terlalau didasarkan pada usia, jenis kelamin dan lebih didasarkan pada atribut-atribut personalitas/kepribadian anggota keluarga individual. Peran-peran informal ini tidak hanya menghasilkan stabilitas keluarga tetapi juga ada beberapa yang bersifat merusak kesejahteraan keluarga. Adapun peran informal keluarga antara lain sebagai pendorong yaitu memuji, setuju dengan menerima konstribusi dari orang lain, pengharmonisan, iniator-kontributor, pendamai, penghalang, dominator, penyalah, pengikut, pencari pengakuan, martir, keras hati, sahabat, kambing hitam keluarga, distraktor dan orang yang tidak relevan, koordinator keluarga, penghubung keluarga dan saksi.

1.6Peran Keluaga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia

(23)

1. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi lansia.

Lansia membutuhkan lingkungan fisik dan psikolois yang nyaman. Menciptakan lingkungan yang sehat jiwa adalah menciptakan suasana yang menyenangkan yaitu hubungan ynag harmonis (saling pengertian anatara generasi muda pada lansia) (Mubarak, 2006). Lingkungan yang sehat jiwa juga berarti lingkungan yang mendukung lansia untuk memaksimalkan kemampuannya, serta lingkungan yang mencintai dan menghargai lansia dan membantu lansia dalam menghadapi proses penuaannya. Menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman dapat juga dilakukan dengan cara menata ruangan dengan warna lembut, jika diperlukan ada musik yang lembut dan pelan (Wiarsih, 1999).

2. Mencintai, menghargai dan mempercayai lansia

Kemunduran yang dialami lansia membuat lansia menjadi rendah diri, untuk itu keluarga perlu memperhatikan dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia. Tunjukkan rasa cinta kepada lansia dengan berbicara secara teratur, kontak mata dan sentuhan serta menceritakan kehidupan masa lalu lansia yang menyenangkan serta bertutur kata yang tidak menyakiti perasaan lansia dan tunjukkan pula rasa hormat pada lansia. Mempercayai lansia dapat dilakukan dengan memberikan tanggung jaawab pada lansia untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan kemampuannya (Wiarsih, 1999).

3. Saling terbuka dan tidak diskriminasi kepada lansia

(24)

kondisi secara keterbatasannya. Memberikan peluang dan kesempatan untuk bekerja mencari nafkah atau melakukan kegiatan-kegiatan secara suka rela serta berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat sesuai keinginan dan kemampuannya. Melibatkan lansia dalam acara keluarga dan membina komunikasi saling terbuka dalam keluarga.

4. Memberi pujian pada lansia untuk segala perbuatannya yang baik daripada menghukumnya pada waktu membuat kesalahan.

Memberi pujian pada lansia atas perbuatan baik yang telah dilakukannya dapat meningkatkan harga diri lansia. Sebaliknya memberikan hukuman pada lansia membuat lansia merasa rendah diri, merasa tidak dihargai dan berlanjut ke stress seterusnya depresi.

5. Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada lansia yang mengalami perubahan akibat proses menua.

(25)

melakukan perawatan diri, misalnya makan, mandi dan sebagainya (Wiarsih, 1999).

6. Mengajak lansia untuk mebina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya. Pemeliharaan kondisi mental yang sehat dapat dilakukan dengan ikut serta dalam kegiatan yang produktif dan tetap ikut dalam kegiatan sosial masyarakat serta tidak menarik diri dari semua kegiatan (Depkes, 2005). Melibatkan dalam kegiatan masyarakat contohnya kegiatan perkumpulan lansia/karang werdha, dan berbagai kegiatan yang diadakan dilingkungan masyarakat baik yang bersifat keagamaan, sosial maupun kegiatan khusus yang ditujukan untuk lansia (posyandu lansia, senam lansia dan lain-lain).

7. Menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia seperti berekreasi dengan lansia untuk menghilangkan ketegangan dalam keluarga.

(26)

Rekreasi pada lansia juga berguna untuk menjaga kondisi fisiknya supaya tetap sehat dan bersemangat.

2. Konsep Lansia

2.1Definisi Lansia

Menurut Undang-Undang No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia menyatakan bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai 60 tahun keatas. Menurut Watson (2003) mengidentifikasi lanjut usia sebagai kelompok masyarakat yang mudah terserang kemunduran fisik dan mental. Sedangkan menurut Herlock (1999) Lansia atau usia tua adalah suatu periode penutup dalam rentang seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu ynag penuh manfaat.

2.2 Proses Menua

(27)

penglihatan mulai memburuk, gerakan lambat dan figure tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008).

2.3Perubahan-Perubahan yang terjadi pada Lanjut Usia

Constantinides (1994) dalam Nugroho (2008) mengatakan bahwa proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita. Selain itu Nugroho (2008) menyatakan terdapat banyak perubahan yang terjadi pada lanjut usia mencakup perubahan-perubahan fisik, mental, psikososial, dan perkembangan spiritual.

2.3.1 Perubahan-Perubahan Fisik

(28)

2.3.2 Perubahan-Perubahan Mental

Kuntjoro (2002) mengatakan bahwa pada lansia dapat timbul gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deterosiasi) yang progresif terutama aspek psikologis yang mendadak, misalnya bingung, panik, depresif, apatis dan sebagainya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan mental mencakup penurunan mental mencakup penurunan kondisi fisik, penurunan fungsi dan potensi seksual, perubahan aspek psikosial, perubahan dalam peran sosial di masyarakat.

1. Penurunan kondisi fisik seperti yang telah dijelaskan diatas.

2. Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lansia sering kali berhubungan dengan berbagai gangguan fisik seperti gangguan jantung, gangguan metabolisme, dan vaginitis, baru selesai operasi, kekurangan gizi, penggunaan obat-obat tertentu, faktor psikologis yang menyertai lansia seperti rasa tabu atau malu bila mempertahankan kehidupan seksual, sikap keluarga dan masyarakat yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi dan budaya, kelelahan atau kebosanan karena kurang variasi dalam kehidupannya, pasangan hidup telah meninggal, dan disfungsi seksual.

3. Perubahan aspek psikososial akan dijelaskan pada perubahan-perubahan psikosial.

(29)

kenyataannya sering diartikan sebaliknya, karena pensiun sering diartikan sebagai kehilangan penghasilan, kedudukan, jabatan, peran, kegiatan, status dan harga diri.

5. Perubahan dalam peran sosial di masyarakat, lansia sebaiknya selalu diajak untuk melakukan aktivitas dan memiliki peranan di masyarakat, selama yang bersangkutan masih sanggup, agar tidak merasa terasing atau diasingkan. Karena jika keterasingan terjadi akan semakin menolak untuk berkomunikasi dengan orang lain dn kadang-kadang terus muncul perilaku regresi seperti mudah menangis, mengurung diri, dan merengek-rengek bila bertemu dengan orang lain.

2.3.3 Perubahan-Perubahan Psikososial

Menurut Nugroho (2008) pada lansia yang dulunya bekerja dan mengalami pensiun akan mengalami kehilnagn finansial, status, teman, dan kegiatan. Seorang lansia juga merasakan atau sadar akan kematian, mengalami penyakit kronis dan ketidakmampuan, terjadi rangkaian dari kehilangan, serta hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik.

(30)

berhubungan dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi, yang berakibat lansia menjadi kurang cekatan.

Dengan adanya penurunan kedua fungsi tersebut, lansia akan mengalami perubahan-perubahan psikososial yang berkaitan dengan keadaan kepribadian lansia. Beberapa perubahan tersebut dapat dibedakan berdasarkan 5 tipe kepribadian lansia yaitu sebagai berikut:

a. Tipe kepribadian konstruktif (Construction personality), biasanya tipe ini tidak banyak mengalami gejolak, tenang dan mantap sampai sangat tua.

b. Tipe kepribadian mandiri (Independent personality), pada tipe ini ada kecenderungan mengalami post power sindrome, apalagi jika pada masa lansia tidak diisi dengan kegiatan yang dapat memberikan otonomi pada dirinya. c. Tipe kepribadian bermusuhan (Hostility personality), pada tipe ini setelah

memasuki lansia tetap merasa tidak puas dengan kehidupannya, banyak keinginan yang kadang-kadang tidak diperhitungkan secara seksama sehingga menyebabkan kondisi ekonominya menjadi morat-marit.

d. Tipe kepribadian kritik diri (Self Hate personality), pada lansia tipe ini umumnya terlihat sengsara, karena perilakunya sendiri sulit dibantu orang lain atau cenderung membuat susah dirinya.

2.4 Dampak Perubahan dan Kemunduran pada Lansia

(31)

Kemunduran fisik yang terjadi pada lansia memberikan kesimpulan bahwa kecantikan atau ketampanan yang mereka miliki mulai hilang, ini berarti kehilangan daya tarik bagi diri lansia (Nugroho, 2008).

Selain itu yang menjadi permasalahan pada lansia di Indonesia meliputi ketergantungan, sistem nilai kekerabatan yang berubah, sumber pendapatan lansia yang menurun, dan masalah kesehatan dan pemberdayaan pola hidup sehat, serta masalah psikologi dan kesehatan mental dan spiritual. Pada lansia permasalahan psikologis terutama muncul bila lansia tidak berhasil menemukan jalan keluar masalah yang timbul akibat dari proses menua. Rasa tersisih, tidak dibutuhkan lagi, ketidakikhlasan menerima kenyataan baru seperti penyakit yang tidak kunjung sembuh, kematian pasangan, merupakan sebagian kecil dari keseluruhan perasaan tidak enak yang harus dihadapi lansia. Perubahan-perubahan yang terjadi hendaknya dapat diantisipasi dan diketahui sejak dini sebagai dari persiapan masa tua dan hidup di masa tua. Mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha Esa, biasanya merupakan gejala menjadi tua yang amat wajar. Keimanan dan ketakwaan kepada Tuhan yang Maha Esa merupakan benteng yang ampuh untuk melindungi diri dari ancaman di masa tua (Harna, 2007).

3. Konsep Kesehatan Jiwa

3.1Definisi Kesehatan Jiwa

(32)

fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai sifat-sifat yang harmonis (serasi) dan memperhatikan semua segi-segi dalam kehidupan manusia dan dalam hubungannya dengan manusia lain. Jadi dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah bagian integral dari kesehtan dan merupakan kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, mental, dan sosial individu secara optimal, dan yang selaras dengan perkembangan orang lain (Suliswati, 2005). Menurut fadhilah Supari (2005) kesehatn jiwa adalah perasaan sehat dan bahagia mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, serta mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain dan senang menjadi bagian dari suatu kelompok.

3.2Kriteria Sehat Jiwa:

Kriteria Sehat Jiwa Menurut WHO dalam Rusmun (2001) adalah: a. Dapat menyesuaikan diri secara kostruktif pada kenyataan. b. Memperoleh kepuasan dari usahanya.

c. Merasa lebih puas memberi daripada menerima.

d. Hubungan antar manusia, saling menolong dan memuaskan

e. Menerima kekecewaan sebagai pelajaran, untuk memperbaiki yang akan datang.

f. Mengarahkan rasa bermusuhan pada penyelesaian yang kreatif dan kostruktif.

(33)

Kriteria Sehat Jiwa Menrut Abraham Maslow dalam Rasmun (2001) adalah: a. Memilik persepsi yang akurat terhadap realitas.

b. Menerima diri sendiri, orang lain, dan lingkungan. c. Spontan, sederhana dan wajar.

Kriteria Sehat Jiwa Menurut Maria Jahoda dalam Iyus, Yosep (2008) adalah: a. Sikap positif terhadap diri sendiri.

b. Tumbuh kembang dan aktualisasi diri. c. Integrasi (keseimbangan/keutuhan). d. Otonomi

e. Persepsi realitas

f. Environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan).

(34)

3.3Faktor-Faktor Predisposisi Sehat-sakit Jiwa

3.3.1Biologis

a. Latar belakang genetika.

Penulusuran gen-gen yang menyebabkan penyakit jiwa merupakan hal yang sulit dilakukan hingga saat ini, satu-satunya gen yang mempunyai hubungan dengan beberapa penyakit mental yang menyebabkan perkembangan penyakit alzeimer pada sekitar 10% orang dengan kelainan ini. Informasi terakhir tentang penyebaran penyakit mental terutama berdasarkan atas penyelidikan tentang sifat keturunan manusia. Ada tiga jenis kajian tentang hal ini: kajian adopsi, yang membandingkan sifat antar anggota keluarga biologis dengan anggota keluarga adopsi atau kelompok kontrol lain.

b. Status gizi.

Berhubungan dengan perkembangan dan pertumbuhan awal dari jaringan otak yang tidak sempurna meskipun tidak secara jelas disebutkan sebagai penyebab langsung gangguan psikiatrik.

c. Sensitifitas biologi.

Psikomunologi merupakan bidang yang relatif baru yang menggali pengaruh psikologis terhadap pengendali sistem syaraf dari responsif imun. Bukti-bukti pendukung bahwa stressor psikososial dapat mengganggu respon imun yang bersifat sementara, tetapi peran otoimun terhadap gangguan psikiatri tidak jelas terbukti. Namun demikian stress diakui sebagai kunci penting untuk memahami perkembangan dan perjalanan berbagai penyakit (Rasmun, 2001).

(35)

a. Intelegensia kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai untuk mengurangi tegangan menuju keseimbangan kontinum.

b. Kemampuan bahasa, individu dapat mengurangi ketegangan psikis dengan kemampuannya menguraikan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan. c. Pengalaman masa lalu, bagi individu kesehatan dapat dihubungkan dengan

pengalaman masa lalu yang menyenangkan ataupun menyakitkan misalnya peristiwa kehilangan.

d. Konsep diri, bagaimana kesesuaian pandang/persepsi terhadap diri, yang meliputi gambaran diri, peran diri, ideal diri, harga diri, dan identitas diri. e. Motivasi, bagaimana motivasi diri dalam menghadapi tantangan dan dinamika

hidup apakah motivasi tinggi-motivasi rendah.

f. Faktor lainnya yang memengaruhi sehat sakit mental adalah: sosio kultural, usia, pendidikan, penghasilan, pekerjaan, kedudukan sosial, dan latar belakang budaya (Rasmun,2001).

3.4Kesehatan Jiwa Lansia

(36)

3.5Masalah Umum Kesehatan Jiwa Lansia

3.5.1Gangguan Proses Pikir a. Daya ingat menurun.

Disebabakan oleh gagnguan organik otak atau depresi. Dengan bertambahnya usia, kurangnya daya ingat terhadap kejadian baru lebih sering terjadi dibandingkan daya ingat untuk kejadian lama. Banyak faktor mempengaruhi perubahan daya ingat, diantaranya: sress atau krisis, depresi, perasaan tidak dihargai, kurangnya perhatian pada kejadian baru, gangguan cerebrovaskuler yang mempengaruhi fungsi cerebral, penyimpangan sensori atau isolasi sosial. Gangguan daya ingat untuk kejadian baru kemungkinan akibat dari menurunnya fugsi penglihatan dan pendengaran. Tanda-tandanya: sering mengulang pembicaraan, lupa meletakkan sesuatu, tidak dapat mengingat nama, tempat, dan waktu.

b. Kebingungan.

Kebingungan digunakan untuk menggambarkan perilaku lansia termasuk kurang perhatian dan menurunya daya ingat, bicara kurang sesuai, kurang mampu melakukan aktifitas sehari-hari. Penyebab: kondisi fisik dan kejiwaan terutama proses pikir. Tanda-tandanya, diantaranya kurang mampu melakukan perhitungan sederhana.

c. Curiga.

(37)

tertentu (contoh: oleh keluarga, teman, dan tetangga), takut terhadap waktu-waktu tertentu, misalnya malam hari, takut pada lingkungan baru misalnya rumah, ruangan, atau lingkungan yang menyebabkan rasa takut dan cemas (Wiarsih, 1999).

3.5.2Gangguan Perasaan

Perasaan kehilangan yang berlebih. Terjadi terutama jika kehilangan orang-orang yang berarti. Tanda-tandanya lansia dengan reaksi kehilangan: kehilangan berat badan atau nafsu makan, merasa kelelahan, acuh tak acuh, merasa tak mampu melakukan aktifitas, merasa kesepian, sedih dan mudah tersinggung (Wiarsih, 1999).

3.5.3Gangguan Fisik/Somatik Tanpa Penyebab yang Jelas a. Gangguan pola hidup.

Penyebabnya: kurang olagraga, terbatasnya pergerakan, efek samping obat-obatan. Tanda-tandanya: sering terbangun saat tidur, tidak dapat tidur, kurang tidur, gelisah.

b. Gangguan makan dan minum.

Penyebab: nafsu makan menurun, lupa makan, rasa kecap berkurang. Tanda-tandanya: tidak merasakan nikmatnya makan dan minum (Wiarsih,1999). 3.5.4Gangguan Perilaku

a. Isolasi sosial.

(38)

berhubungan dengan orang lain. Tandanya: jarang melakukan kontak sosial, malas melakukan kegiatan rutinitas atau aktifitas sehari-hari.

b. Kurangnya perawatan diri.

(39)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual pada penelitian ini didasarkan pada teori yang diuraikan oleh Suliswati (2005) dimana peran keluarga sesuai dengan fungsi keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia agar lansia bahagia serta mampu mengatasi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri, dapat menyesuiakan diri terhadap perubahan yang terjadi. Sehingga peran keluarga dalam kesehatan jiwa lansia sangat diperlukan.

Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia:

1. Menciptakan lingkungan yang sehat bagi jiwa lansia 2. Mencintai, menghargai dan mempercayai lansia 3. Saling terbuka dan tidak diskriminasi

4. Memberi pujian bagi lansia

5. Menunjukkan empati serta memberi bantuan kepada lansia yang mengalami perubahan akibat proses menua

6. Mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya

7. Menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan

Kesehatan

(40)

Skema 1. Kerangka konseptual peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo.

2. Definisi Konseptual

Peran adalah sesuatu yang diharapkan secara normatif dari seseorang dalam situasi sosial tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan (Friedman, 1998). Peran keluarga adalah tingkah laku spesifik yang diharapkan oleh seseorang dalam konteks keluarga. Jadi peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyrakat (Setiadi, 2008).

3. Definisi Operasional

Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di Sidorejo adalah semua hal yang dilakukan oleh anggota keluarga seperti:

a. Untuk menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi lansia dilakukan dengan menciptakan lingkungan yang nyaman, aman dan harmonis serta mendukung kemampuan dan hobi lansia.

(41)

b. Mencintai, menghargai dan mempercayai lansia yaitu dengan cara memperhatikan dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari serta berbicara dengan teratur pada lansia. Kemunduran yang dialami lansia membuat lansia menjadi rendah diri, untuk itu keluarga perlu memperhatikan dan menghargai kekuatan dan kemampuan lansia.

c. Saling terbuka dan tidak diskriminasi kepada lansia seperti menganggap lansia sebagai anggota keluarga yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anggota keluarga lainnya, dan membina komunikasi terbuka dengan lansia.

Tidak diskriminasi maksudnya tidak mengucilkan atau mengkotakkan lansia tetapi tetap mengaangap sebagai bagian integral dari satu anggota keluarga dan masyarakat yang hak dan kewajibannya dinilai atas dasar kemampuan dan kondisi secara keterbatasannya.

d. Memberi pujian kepada lansia, seperti ketika lansia melakukan pekerjaan dengan baik, dan menegur lansia dengan kata-kata yang baik dan sopan jika lansia melakukan kesalahan.

(42)

f. Mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya, seperti mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan keagamaan dan sosial di masyarakat.

g. Menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia: seperti berekreasi dan mengajak lansia berkumpul dengan anggota keluarga lainnya.

(43)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif. Melalui metode ini peneliti ingin melihat gambaran dan tingkat peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo.

2. Populasi sampel dan teknik sampling

2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah keluarga dari lansia yang tinggal di kelurahan Sidorejo. Dari hasil survey awal di kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung didapat jumlah populasi nya adalah 762 orang.

2.2 Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki populasi. Jumlah sampel yang diambil 10-20% tergantung pada kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana. Berdasarkan hal tersebut diatas maka peneliti mengambil 10% dari jumlah lansia yang ada di kelurahan Sidorejo sehingga diperoleh 76 orang.

2.3 Teknik Sampling

(44)

yang dijadikan sampel karena kebetulan dijumpai ditempat dan waktu secara bersamaan pada saat pengumpulan data. Namun peneliti mempunyai kriteria tertentu dalam menetapkan subjek penelitian, adapun kriteria tersebut adalah: keluarga yang menjadi responden adalah keluarga yang tinggal serumah dan ikut merawat lansia, bersedia menjadi responden dan dapat berbahasa Indonesia.

3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan di kelurahan Sidorejo. Dengan alasan peneliti memilih tempat ini karena kelurahan Sidorejo memiliki jumlah lansia yang cukup banyak. Dari pengamatan peneliti di kelurahan ini juga banyak lansia yang tidak bekerja dan hanya tinggal dirumah saja. Kelurahan ini juga terjangkau oleh peneliti dalam pengambilan sampel. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 16 Januari-17 Februari 2011.

4. Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti dinyatakan lulus dalam ujian proposal. Penelitian selanjutnya dilakukan setelah mendapat persetujuan dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara selanjutnya mengirim surat permohonan untuk mendapat izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan. Srat izin dari Badan Penelitian dan Pengembangan Kota Medan dikirim ke Kecamatan Medan Tembung, setelah mendapat izin dari Kecamatan Medan Tembung peneliti mengirimkan surat tersebut ke kelurahan Sidorejo.

(45)

tujuan dan prosedur penelitian yang akan dilakukan kepada calon responden. Selanjutnya peneliti akan menanyakan kesediaan untuk menjadi responden.

5. Insrtumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang disusun dari tinjauan pustaka. Pada bagian awal instrument peneliti berisi data demografi responden yang meliputi umur, jenis kelamin, agama, suku, tingkat pendidikan, pekerjaan, penghasilan, hubungan kekerabatan dengan lansia. Instrumen kedua berisi kuesioner untuk mengukur peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Kuesioner ini dibuat sendiri oleh peneliti dan sebelum digunakan dikonsulkan dengan dosen pembimbing skripsi dan akan diuji validitas dan reabilitasnya terlebih dahulu.

(46)

Penilain peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dilihat dari hasil skor yang didapat adalah tidak pernah dilakukan (Skor 1), kadang-kadang dilakukan (skor 2), dan selalu dilakukan (Skor 3). Total skor yang diperoleh terendah 1 dan tertinggi 75, semakin tinggi skor maka semakin baik peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia. Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dikategorikan berdasarkan rumus statistilk menurut Sudjana (1992), yaitu:

Rentang

P =

Banyak kelas

Dimana P menyatakan panjang kelas dengan rentang 75 dan 3 kategori untuk peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia yaitu baik, cukup, dan kurang maka didapatkan panjang kelas sebesar 3. Maka kategori peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia adalah sebagia berikut: ≤25 adalah kurang, 26-50 adalah cukup, dan 51-75 adalah baik.

6. Uji Validitas Instrumen

(47)

kemudian dikoreksi. Setelah dikoreksi pertanyaan yang tidak valid diganti sesuai dengan hasil diskusi dengan penguji validitas.

7. Uji Reliabilitas Instrumen

Untuk mengetahui kepercayaan (reliabilitas) instrumen dilakukan uji reliabilitas instrumen sehingga dapat digunakan untuk penelitian berikutnya dalam ruang lingkup yang sama. Instrumen yang reliabel akan dapat menghasilkan data yang dapat dipercaya atau benar sesuai kenyataannya sehingga walaupun data diambil berulang-ulang, hasilnya akan tetap sama. Uji reliabilitas dilakukan terhadap keseluruhan hasil penelitian yang sesuai dengan kriteria penelitian. Hasil yang didapatkan di analisa melalui program komputerisasi dengan menggunakan formula cronbach’s alpha pada setiap item kuesioner peran keluarga dalam

meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung yang diharapkan hasil koefisien lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995).

Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung terhadap 10 orang adalah 0,843. Jadi kuesioner yang digunakan sudah reliable.

8. Pengumpulan Data

(48)

yang dilakukan peneliti adalah dengan cara mengunjungi rumah-rumah penduduk di kelurahan Sidorejo dan jika ada keluarga yang mempunyai anggota keluarga yang sudah lansia, dan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti maka peneliti akan menjadikan keluarga tersebut sebagai responden.

9. Analisa Data.

Setelah semua data dikumpul, kemudian peneliti memastikan bahwa semua jawaban telah diisi. Dilanjutkan dengan analisa data melalui beberapa tahap yang dimulai dengan editing untuk memeriksa data, kemudian data yang sesuai diberi kode untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya data diolah dengan program komputerisasi SPSS.

(49)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Hasil penelitian

Pada bab ini dibahas tentang hasil penelitian yang telah dilakukan selama satu bulan yaitu dari bulan 16 Januari-17 Februari 2011 dengan jumlah responden sebanyak 76 orang. Penyajian analisa data dalam penelitian ini diuraikan berdasarkan deskripsi data demografi dan data peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung. Penyajian analisa data tersebut sekaligus memberikan gambaran dan menentukan tingkat peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia di kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung.

1.1Data Demografi Responden

(50)

yaitu 55 orang (72,4%).Tabel 1. Distribusi Frekuensi dan Persentase

Rp. 1.000.000-2.000.0000 39 51,3

>Rp. 2.000.000 19 25,0

Hubungan kekerabatan dengan lansia

(51)

1.2.Gambaran Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia di kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung

1.2.1 Peran Keluarga dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat Jiwa Bagi

Lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang responden keluarga lansia yang berada kelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung yang menggambarkan peran keluarga dalam menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi lansia, tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis di rumah karena ada 69 orang (90,8%) yang menjawab selalu melaksanakan tindakan tersebut, dan tidak satu orang pun yang menjawab tidak pernah melakukan tindakan tersebut. Sementara peran yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia untuk mengembangkan hobinya yaitu hanya 44 orang (57,9%) yang melaksanakan tindakan tersebut.

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan presentase Peran Keluarga dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat Jiwa Bagi Lansia (n=76)

Pernyataan SL KK TD

n(%) n(%) n(%)

1.Keluarga menciptakan lingkungan 69(90,8) 7(9,2) 0 yang nyaman dan harmonis di rumah

2.Keluarga mendukung lansia dalam 44(57,9) 27(35,3) 5(6,6) mengembangkan hobinya

3.Keluarga menata ruangan di rumah dengan memperhatikan keamanan dan

(52)

1.2.2. Peran Keluarga dalam Mencintai, Menghargai dan Mempercayai

lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang responden keluarga lansia yang berada dikelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung yang menggambarkan peran keluarga dalam mencintai menghargai dan mempercayai lansia ada 63 responden (82,9%) yang selalu memperhatikan kemampuan lansia dalam melaksanankan aktivitas sehari-hari, tindakan ini yang paling sering dilakukan oleh keluarga. Sementara itu tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah memberikan kepercayaan pada lansia untuk melakukan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya seperti mencuci piring, membersihkan rumah dan halaman,memasak dan lain-lain yaitu hanya 32 orang (42,1%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga dalam Mencintai, Menghargai dan Mempercayai Lansia (n=76)

Pernyataan SL KK TD

n(%) n(%) n(%)

4. Saya memperhatikan kemampuan lansia 63(82,9) 11(14,5) 2(2,6) dalam melaksanakan aktifitas sehari-hari

5. Saya mengucapkan terima kasih kepada 44(57,9) 29(38,2) 3(3,9) pekerjaan rumah

6. Saya berbicara dengan lansia secara 56(73,7) 19(25) 1(1,3) Teratur dengan kontak mata dan

sentuhan serta dengan suara yang jelas

7. Saya memberikan kepercayaaan 32(42,1) 34(44,7) 10(13,2) lansia untuk melakukan pekerjaan

(53)

1.2.3 Peran Keluarga untuk Slaing Terbuka dan Tidak Diskriminasi pada

Lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang responden keluarga lansia yang berada dikelurahan Sidorejo, Kecamatan Medan Tembung yang menggambarkan peran keluarga untuk saling terbuka dan tidak diskriminasi pada lansia, tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah menganggap lansia sebagai anggota keluarga yang mempunyai hak dan kewajiban yang sama dengan anggota keluarga lainnya yaitu ada 68 orang (89,5%) yang selalu melaksanakan tindakan tersebut. Tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat sesuai dengan keinginan dan kemampuannya yaitu hanya 55 orang (58,7%) yang menjawab selalu melaksanakan tindakan tersebut

Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga untuk Saling Terbuka dan Tidak Diskriminasi pada Lansia (n=76)

Pernyataan SL KK TD

n(%) n(%) n(%)

8. Keluarga menganggap lansia sebagai 68(89,5) 7(9,2) 1(1,3) anggota keluarga yang mempunyai hak

dan kewajibanyang sama dengan anggota keluarga lainnya

9. Keluarga mendukung lansia berpatisipasi 55(58,7) 19(25) 2(2,6) dalam kegiatan di masyarakat sesuai

keinginan dan kemampuannya

10. Keluarga melibatkan lansia dalam 61(80,3) 15(19,7) 0 acara keluarga

(54)

1.2.4 Peran Keluarga dalam Memberi Pujian pada Lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang responden keluarga lansia yang berada dikelurahan Sidorejo Kecamatan Medan Tembung yang menggambarkan peran keluarga dalam memberi pujian pada lansia ada 66 orang (86,8%) yang selalu menegur lansia dengan kata-kata yang baik dan sopan jika lansia melakukan kesalahan dan ada 40 orang (52,6%) yang memberikan pujian pada lansia ketika lansia melakukan pekerjaan dengan baik.

Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Memberi Pujian pada Lansia (N=76)

Pernyataan SL KK TD

n(%) n(%) n(%) 12. Keluarga memberi pujian pada 40(52,6) 33(43,4) 3(3,9) lansia Jika lansia melakukan pekerjaan

dengan baik

13. Jika lansia melakukan kesalahan 66(86,8) 7(9,2) 3(3,9) keluarga menegurnya dengan kata-kata

yang baik dan sopan

1.2.5 Peran Keluarga dalam Menunjukan Empati serta Memberi Bantuan

kepada Lansia yang Mengalami Perubahan Akibat Proses Menua

(55)

membawa lansia ke pelayanan kesehatan terdekat dengan segera yaitu ada 70 orang (92,1%) yang selalu melaksanakan tindakan tersebut, sementara itu tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengusahakan membuat jadwal harian yang tetap, misalnya waktu untuk makan, mandi, istirahat dll yaitu hanya 19 orang (25, %) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut.

Tabel 6. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Menunjukan empati serta member bantuan kepada lansia yang mengalami perubahan akibat proses menua (n=76)

Pernyataan SL KK TD

14. Keluarga mendengar keluhan-keluhan 60(78,9) 16(21,1) 0 lansia dengan penuh perhatian

15. Keluarga mengajak lansia untuk 36(39,1) 39(51,3) 1(1,3) menceritakan pengalaman masa lalunya

yang mengesankan dirinya

16.Keluarga membantu menyiapkan 39(51,3) 32(42,1) 5(6,6) makanan dan minuman yang

meningkatkan selera makan lansia

17. Jika lansia membutuhan bantuan 60(78,9) 14(18,4) 2(2,6) dalam melakukan perawatan diri,

misalnya makan,mandi, berdandan dsb keluarga akan bersedia membantu

18. Keluarga membuat jadwal 19(25) 36(47,4) 21(27,6) Harian yang tetap, misalnya waktu

untuk makan, mandi,istirahat dll

19. Keluarga membantu lansia 29(38,2) 30(39,5) 17(22,4) mengingat waktu dan tanggal dengan

memasang jam dinding dan kelender dengan tulisan yang jelas dan benar

20. Jika lansia mengeluh sakit leluarga 70(92,1) 5(6,6) 1(1,3) akan membawa lansia ke pelayanan

(56)

1.2.5 Peran Keluarga dalam Mengajak Lansia untuk Membina Hubungan

dengan Anggota Masyarakat lainnya

Penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang responden keluarga lansia yang berada dikelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung yang menggambarkan peran keluarga dalam mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya, tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan keagamaan yaitu ada 73 orang (96,1%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut, dan tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah menganjurkan lansia mengikuti kegiatan perkumpulan lansia seperti posyandu lansia, senam lansia dan kegiatan lansia lainnya yaitu hanya 29 orang (38,2%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut.

Tabel 7. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga ddalam mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya (n=76)

Pernyataan SL KK TD

n(%) n(%) n(%)

21. Keluarga mendukung lansia untuk 73(96,1) 3(3,9) 0 mengikuti kegiatan keagamaan

22. Keluarga mengajak lansia untuk 29(38,2) 45(59,2) 2(2,6) menghadiri undangan acara pernikahan,

syukuran, dll dilingkungan masyarakat

23. Keluarga menganjurkan lansia 46(60,5) 16(21,1) 14(18,4) mengikuti kegiatan perkumpulan lansia

(57)

1.2.6 Peran Keluarga dalam Menyediakan Waktu untuk Kebersamaan

dengan Lansia: berekreasi dengan lansia

Penelitian yang dilakukan terhadap 76 orang responden keluarga lansia yang berada dikelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung yang menggambarkan peran keluarga dalam menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia: berekreasi dengan lansia yaitu tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah keluarga meluangkan waktu untuk berkumpul dengan lansia dan anggota keluarga lainnya ada 50 orang (65,8%) yang mengatakan selalu melakukan tindakan tersebut. Tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengajak lansia untuk rekreasi atau jalan-jalan yaitu hanya 20 orang (26,3%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut.

Tabel 8. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Menyediakan Waktu untuk Kebersamaan dengan Lansia: berekreasi dengan lansia (n=76)

Pernyataan SL KK TD

n(%) n(%) n(%)

24. keluarga meluangkan waktu untuk 50(65,8) 26(34,2) 0 berkumpul dengan lansia dan anggota

keluarga lainnya

25. Keluarga mengajak lansia untuk 20(26,3) 45(59,2) 11(14,5) rekreasi atau jalan-jalan

1.3 Tingkat Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia

(58)

hanya 17 orang (22,4%) yang mempunyai peran yang cukup dalam meningkatkan kesehatan jiwa, sementara itu tidak ada satu responden pun yang kurang berperan dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia terbukti tidak ada responden yang mempunyai skor total kecil dari 25. Untuk itu dapat disimpulkan peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dikelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung adalah baik.

Tabel 9. Distribusi frekuensi dan persentase tingkat peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia (n=76)

Pernyataan frekuensi persentase(%)

1. Peran kurang (skor total <25) 0 0 2. Peran cukup (skor total 26-50) 17 22,4 3. Peran baik (skor total 51-75) 59 77,6

2. Pembahasan

2.1Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia

2.1.1 Peran Keluarga dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat Jiwa Bagi

Lansia

(59)

memiliki fungsi cinta dan kasih didalam keluarga, dan mempunyai kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dirumah (Suprajitno, 2004).

Dari hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden yaitu 55 orang (72,4%) merupakan anak kandung dari lansia yang mencintai orang tuanya dan selalu berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis dirumah. Hasil studi Tachman yang dikutip dalam (Adi 1999) terhadap perawatan orang lansia menunjukkan bahwa tempat yang baik bagi orang lansia adalah tempat tinggalnya sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga lebih memberikan rasa nyaman dan aman, karena mereka lebih toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain. Ini menunjukkan bahwa sistem nilai budaya yang menjunjung tinggi pengabdian terhadap orang tua, masih ada di masyarakat Indonesia.

(60)

2.1.2 Peran Keluarga dalam mencintai menghargai dan mempercayai lansia

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa responden juga menggunakan peran keluarga dalam mencintai menghargai dan mempercayai lansia. Ada 63 responden (82,9%) yang selalu memperhatikan kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, tindakan ini yang paling sering dilakukan oleh keluarga, dan tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah memberikan kepercayaan pada lansia untuk melakukan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya seperti mencuci piring, membersihkan rumah dan halaman, termasuk memasak dan lain-lain. Menurut peneliti hal ini dikarenakan budaya di dalam masyarakat yang menganggap bahwa lansia dibatasi untuk bekerja karena kemampuannya yang sudah menurun, lansia cukup istirahat saja dirumah.

2.1.3 Peran Keluarga untuk Saling Terbuka dan Tidak Diskriminasi pada

Lansia

(61)

perlakuan terhadap lansia dinyatakan secara simbolik dalam upacara adat, perkawinan, maupun dalam acara keluarga (Swasono, 1989).

Tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat sesuai keinginan dan kemampuannya yaitu hanya 55 orang (72,4%) yang menjawab selalu melaksanakan tindakan tersebut. Menurut peneliti hal ini dikarenakan budaya didalam masyarakat yang membatasi lansia untuk bekerja diluar rumah, banyak orang yang beranggapan bahwa untuk membuktikan bakti kepada orang tua yaitu dengan memberinya kesenangan dihari tua dengan tidak memperbolehkan lansia untuk bekerja, cukup istirahat dirumah saja. Selain itu juga masih sedikitnya peluang kerja yang layak untuk lansia, dan masih sedikit program pemerintah yang bertujuan untuk membantu lansia potensial dimasyarakat (Nugroho, 2000).

2.1.4Peran Keluarga dalam Memberi Pujian pada Lansia

(62)

Disini peneliti melihat bahwa sebagian besar responden juga beragama Islam yaitu 56 orang (73,7%) seperti di dalam kitab suci Al-quran surat Al-Isra ayat 23 yang artinya “ hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” Dengan tegas telah diatur dalam kitab suci Al-quran bahwa merupakan kewajiban untuk berkata baik kepada orang tua dan merupakan dosa besar berkata kasar dan melukai perasaan orang tua apalagi sampai melawan dan durhaka kepada orang tua yang sudah berusia lanjut.

2.1.5 Peran Keluarga dalam Menunjukan Empati serta Memberi Bantuan

kepada Lansia yang Mengalami Perubahan Akibat Proses Menua

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden menggunakan peran keluarga dalam menunjukan empati serta memberi bantuan kepada lansia yang mengalami perubahan akibat proses menua dengan baik tindakan yang paling banyak dilakukan oleh keluarga adalah jika lansia mengeluh sakit keluarga akan membawa lansia ke perlayanan kesehtan dengan segera yaitu ada 70 orang (92,1%) yang selalu melaksanakan tindakan tersebut.

(63)

ini terkait dengan mayoritas resposden berpendidikan sarjana atau sedang kuliah di perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan pada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup dan akan berdampak timbulnya suatu proses pengembangan dan pematangan pribadi. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan semakin tinggi tingkat pengetahuannya.

Sementara itu tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengusahakan membuat jadwal harian yang tetap, misalnya waktu untuk makan, mandi, istirahat dan lain-lain yaitu hanya 19 orang (25%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut. Menurut asumsi peneliti bahwa keluarga tidak terlalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh lansia dirumah dan tidak berusaha untuk mengaturnya, karena banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar dihari tuanya sehingga mereka cenderung melakukan aktifitas dan tidak tergantung kepada orang lain atau keluarganya.

2.1.6 Peran Keluarga dalam Mengajak Lansia untuk Membina Hubungan

dengan Anggota Masyarakat lainnya

(64)

peneliti berpendapat bahwa sebagian besar responden selalu aktif melaksanakan kegiatan keagamaan, terkait juga semakin lanjut usia maka semakin meningkat pula spiritualitas mereka, sehingga kegiatan keagamaan menjadi kebutuhan utama terkait dengan semakin dekatnya kematian.

Menurut (Luecknotte, 2000) keyakinan agama dan pengalaman spiritual merupakan bagian penting dalam memberikan warna bagi kehidupan lanjut usia. Transisi kehidupan seperti saat-saat terakhir dalam hidup dan kematian menantang seseorang untuk mendalami keyakinannya dan bertumbuh. Agama atau keyakinan spiritual dan pengalaman dapat menjadi instrumen dalam menolong lanjut usia dalam menghadapi takut.

(65)

menunjukkan perhatian pemerintah terhadap orang lansia. Namun belum semua elemen masyarakat yang dapat dicapai program tersebut.

2.1.7 Peran Keluarga dalam Menyediakan Waktu untuk Kebersamaan

dengan Lansia: berekreasi dengan lansia

Hasil penelitian ini didapat keluarga melaksanakan peran keluarga dalam menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia: berekreasi dengan lansia dengan baik tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah meluangkan waktu untuk berkumpul dengan lansia dan anggota keluarganya yaitu ada 50 orang (65,8%) yang mengatakan selalu melakukan tindakan tersebut. Hal ini terkait dengan mayoritas responden bersuku Batak yaitu 37 orang (48,7%) dimana suku Batak merupakan salah satu suku yang mempunyai tingkat solidaritas yang tinggi serta memiliki rasa persaudaraan yang kuat, sehingga pertemuan keluarga merupakan suatu kebutuhan yang menjadi rutinitas didalam kehidupan.

(66)

2.2Tingkat Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia

Hasil penelitian dari 76 responden didapat 59 orang (77,6%) yang mempunyai peran yang baik (skor total 51-75) dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia, dan hanya 17 orang (22,4%) yang mempunyai peran yang cukup (skor total antara 26-50) dalam meningkatkan kesehatan jiwa, sementara itu tidak ada satu responden pun yang kurang berperan dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia terbukti tidak ada responden yang mempunyai skor total kecil dari 25. Untuk itu dapat disimpulkan peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dikelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung adalah baik. Hal ini sesuai seperti yang diungkapkan oleh Friedman (1998) yang menyatakan bahwa peran dapat dipengaruhi oleh pengetahuan. Dimana semakin tinggi pengetahuan seseorang akan meningkatkan peran dan pengetahuan terkait dengan pendidikan yang didapat oleh keluarga. Mayoritas responden adalah berpendidikan sarjana dan SMA yaitu sebanyak 27 orang (35,5%), sementara itu yang berpendidikan sarjana 37 orang (48,7%0.

(67)

seseorang juga akan lebih cepat dalam melakukan keputusan dalam kesehatan. Begitu juga dengan tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi peran seseorang, semakin besar tingkat pendapatan maka semakin besar peran dalam keluarga (Friedman, 1998) hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penghasilan keluarga diantara Rp 1.000.000-Rp.2.000.000. yaitu sebanyak 39 orang atau 51,3%.

Menurut Swasono (1989) berbagai kehidupan kebudayaan menetapkan lansia dan peranan serta fungsi sosialnya menuntut nilai-nilai, anggapan dan ukuran yang berbeda-beda, namun demikian secara universal terdapat pandangan bahwa seorang lansia dianggap sebagai sumber terkumpulnya kebijaksanaan dan kearifan. Dengan demikian penduduk lansia dianggap memiliki kelebihan, keahlian tertentu dan dengan pengalaman yang demikian luas sehingga mereka harus dihormati. Sikap dan perlakuan terhadap lansia dinyatakan secara simbolik dalam upacara perkawinan, acara keluarga, upacara adat maupun dalam aktivitas sehari-hari.

Gambar

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan presentase Peran Keluarga dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat Jiwa Bagi Lansia (n=76)
Tabel 3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga dalam Mencintai, Menghargai dan Mempercayai Lansia  (n=76)
Tabel 4. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga untuk Saling Terbuka dan Tidak Diskriminasi pada Lansia (n=76)
Tabel 5. Distribusi frekuensi dan persentase Peran Keluarga dalam Memberi Pujian pada Lansia (N=76)
+5

Referensi

Dokumen terkait

ﻲﻟو ﻚـﻳ يﺮﻴﮔدﺎـﻳ ياﺮـﺑ ﻲﻧورد كﺮﺤﻣ ﻚﻳ نوﺪﺑ ﻪﻛ دﺮﺸﻓ يﺎﭘ ،رﺎﮕﻧا ﻦﻳا ﺮﺑ ﻲﻟﻮـﻃ ،ﺪـﻳﺪﺟ نﺎـﺑز ﻲﻤﻧ ﺶﻧاد ﻪﻛ ﺪﺸﻛ ﻪﺑ دﻮﺧ ﻞﻴﻣ زﻮﻣآ ﻒـﻗﻮﺘﻣ يﺮﻴﮔدﺎـﻳ ﺪـﻨﻳاﺮﻓ و هدﺮـﺑ لاﺆـﺳ ﺮـﻳز ار يﺮﻴﮔدﺎـﻳ ﻲﻣ

[r]

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Yang dimaksud dengan “kepatutan dan kewajaran”, adalah kebijakan Perseroan, yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan Perseroan, dan potensi risiko yang mengakibatkan

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa xilanase amobil mengalami penurunan aktivitas menjadi 23.97%, memiliki pH dan suhu optimum pada 6.0 dan 40 o C, memiliki stabilitas pada

Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa lansia yang diserahkan keluarga ka panti wredha menggunakan koping adaptif dan koping maladaptif dalam merespon sesuatu

1) Untuk mengetahui dan menganalisis input pestisida terhadap besarnya produksi padi sawah di Desa Kebonagung, Kecamatan Imogiri, Kabupaten Bantul, Propinsi D.I Yogyakarta. 2)

[r]

The main objectives of this study were to evaluate risk factors contributing to muscle fatigue; to analyze muscle activity while performing MMH tasks using Design of