• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 5. Hasil dan pembahasan

2. Pembahasan

2.1. Peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia

2.1.1 Peran Keluarga dalam Menciptakan Lingkungan yang Sehat Jiwa Bagi Lansia

Hasil penelitian didapatkan sebagian responden mengunakan peran keluarga yang menciptakan lingkungan yang sehat jiwa bagi lansia. Tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis di rumah karena ada 69 orang (90,8%) yang menjawab selalu melaksanakan tindakan tersebut, dan tidak satu orang pun yang menjawab tidak pernah melakukan tindakan tersebut. Keluarga adalah masyarakat terdekat dengan lansia yang selalu berada di rumah dengan lansia (Stanley, 2006), yang

memiliki fungsi cinta dan kasih didalam keluarga, dan mempunyai kewajiban untuk menciptakan lingkungan yang nyaman dirumah (Suprajitno, 2004).

Dari hasil penelitian juga menunjukkan sebagian besar responden yaitu 55 orang (72,4%) merupakan anak kandung dari lansia yang mencintai orang tuanya dan selalu berusaha menciptakan lingkungan yang nyaman dan harmonis dirumah. Hasil studi Tachman yang dikutip dalam (Adi 1999) terhadap perawatan orang lansia menunjukkan bahwa tempat yang baik bagi orang lansia adalah tempat tinggalnya sendiri dengan anggota keluarga lainnya. Perawatan yang dilakukan oleh anak sendiri diduga lebih memberikan rasa nyaman dan aman, karena mereka lebih toleran terhadapnya dibandingkan kerabat atau orang lain. Ini menunjukkan bahwa sistem nilai budaya yang menjunjung tinggi pengabdian terhadap orang tua, masih ada di masyarakat Indonesia.

Sementara peran yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia untuk mengembangkan hobinya yaitu hanya 44 orang (57,9%) yang melaksanakan tindakan tersebut. Disini peneliti berpendapat bahwa keluarga membatasi kegiatan lansia dan menganjurkan lansia untuk tidak banyak melakukan kegiatan diluar rumah, hal ini terkait dengan budaya dimasyarakat yang masih beranggapan bahwa lansia cukup banyak istirahat dirumah saja dan ditambah lagi mayoritas responden bekerja sehingga tidak cukup waktu untuk selalu memperhatikan kemampuan yang dimiliki lansia.

2.1.2 Peran Keluarga dalam mencintai menghargai dan mempercayai lansia

Hasil penelitian menunnjukkan bahwa responden juga menggunakan peran keluarga dalam mencintai menghargai dan mempercayai lansia. Ada 63 responden (82,9%) yang selalu memperhatikan kemampuan lansia dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari, tindakan ini yang paling sering dilakukan oleh keluarga, dan tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah memberikan kepercayaan pada lansia untuk melakukan pekerjaan sehari-hari sesuai dengan kemampuannya seperti mencuci piring, membersihkan rumah dan halaman, termasuk memasak dan lain-lain. Menurut peneliti hal ini dikarenakan budaya di dalam masyarakat yang menganggap bahwa lansia dibatasi untuk bekerja karena kemampuannya yang sudah menurun, lansia cukup istirahat saja dirumah.

2.1.3 Peran Keluarga untuk Saling Terbuka dan Tidak Diskriminasi pada Lansia

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa responden menggunakan peran keluarga untuk saling terbuka dan tidak diskriminasi pada lansia dengan baik. Tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah menganggap lansia sebagia anggota keluarga yang mempunyai hak dan kewajiban yang dsama dengan anggota keluarga lainnya yaitu ada 68 orang (89,5%) yang selalu melaksanakan tindakan tersebut. Hal ini terkait juga dengan sebagian besar responden adalah bersuku Batak, yang merupakan salah satu suku yang mempunyai tingkat solidaritas yang tinggi, memiliki rasa persaudaraan yang kuat dan sangat menghargai orang tua. Lansia juga merupakan kelompok sosial yang dihormati dan dihargai. Sikap dan

perlakuan terhadap lansia dinyatakan secara simbolik dalam upacara adat, perkawinan, maupun dalam acara keluarga (Swasono, 1989).

Tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia berpartisipasi dalam kegiatan di masyarakat sesuai keinginan dan kemampuannya yaitu hanya 55 orang (72,4%) yang menjawab selalu melaksanakan tindakan tersebut. Menurut peneliti hal ini dikarenakan budaya didalam masyarakat yang membatasi lansia untuk bekerja diluar rumah, banyak orang yang beranggapan bahwa untuk membuktikan bakti kepada orang tua yaitu dengan memberinya kesenangan dihari tua dengan tidak memperbolehkan lansia untuk bekerja, cukup istirahat dirumah saja. Selain itu juga masih sedikitnya peluang kerja yang layak untuk lansia, dan masih sedikit program pemerintah yang bertujuan untuk membantu lansia potensial dimasyarakat (Nugroho, 2000).

2.1.4Peran Keluarga dalam Memberi Pujian pada Lansia

Dari hasil penelitian didapatkan responden menggunakan peran keluarga dalam memberi pujian pada lansia dengan baik, hal ini terlihat ada 66 orang (86,8%) responden yang selalu menegur lansia dengan kata-kata yang baik dan sopan jika lansia melakukan kesalahan, dan ada 40 orang (52,6%) yang selalu memberi pujian pada lansia jika lansia melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiarsih (1999) bahwa memberi pujian pada lansia atas perbuatan baik yang telah dilakukannya dapat meningkatkan harga diri lansia. Sebaliknya memberi hukuman pada lansia membuat lansia merasa rendah diri, merasa tak dihargai dan berlanjut ke stress seterusnya depresi.

Disini peneliti melihat bahwa sebagian besar responden juga beragama Islam yaitu 56 orang (73,7%) seperti di dalam kitab suci Al-quran surat Al-Isra ayat 23 yang artinya “ hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka janganlah sekali-kali engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” Dengan tegas telah diatur dalam kitab suci Al-quran bahwa merupakan kewajiban untuk berkata baik kepada orang tua dan merupakan dosa besar berkata kasar dan melukai perasaan orang tua apalagi sampai melawan dan durhaka kepada orang tua yang sudah berusia lanjut.

2.1.5 Peran Keluarga dalam Menunjukan Empati serta Memberi Bantuan kepada Lansia yang Mengalami Perubahan Akibat Proses Menua

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa responden menggunakan peran keluarga dalam menunjukan empati serta memberi bantuan kepada lansia yang mengalami perubahan akibat proses menua dengan baik tindakan yang paling banyak dilakukan oleh keluarga adalah jika lansia mengeluh sakit keluarga akan membawa lansia ke perlayanan kesehtan dengan segera yaitu ada 70 orang (92,1%) yang selalu melaksanakan tindakan tersebut.

Disini peneliti melihat bahwa keluarga sudah semakin paham akan kebutuhan lansia dan proses penurunan kemampuan akibat bertambahnya usia, hal

ini terkait dengan mayoritas resposden berpendidikan sarjana atau sedang kuliah di perguruan tinggi, hal ini sesuai dengan pendapat Muzaham (1995) yang menyatakan bahwa pendidikan formal pada dasarnya akan memberikan kemampuan pada seseorang untuk berpikir rasional dan objektif dalam menghadapi masalah hidup dan akan berdampak timbulnya suatu proses pengembangan dan pematangan pribadi. Semakin tinggi tingkat pendidikan diharapkan semakin tinggi tingkat pengetahuannya.

Sementara itu tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengusahakan membuat jadwal harian yang tetap, misalnya waktu untuk makan, mandi, istirahat dan lain-lain yaitu hanya 19 orang (25%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut. Menurut asumsi peneliti bahwa keluarga tidak terlalu memperhatikan kegiatan yang dilakukan oleh lansia dirumah dan tidak berusaha untuk mengaturnya, karena banyak lansia yang masih tetap sehat dan segar dihari tuanya sehingga mereka cenderung melakukan aktifitas dan tidak tergantung kepada orang lain atau keluarganya.

2.1.6 Peran Keluarga dalam Mengajak Lansia untuk Membina Hubungan dengan Anggota Masyarakat lainnya

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan keluarga melaksanakan peran keluarga dalam mengajak lansia untuk membina hubungan dengan anggota masyarakat lainnya dengan baik. Tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah mendukung lansia untuk mengikuti kegiatan keagamaan yaitu ada 73 orang (96,1%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut. Disini

peneliti berpendapat bahwa sebagian besar responden selalu aktif melaksanakan kegiatan keagamaan, terkait juga semakin lanjut usia maka semakin meningkat pula spiritualitas mereka, sehingga kegiatan keagamaan menjadi kebutuhan utama terkait dengan semakin dekatnya kematian.

Menurut (Luecknotte, 2000) keyakinan agama dan pengalaman spiritual merupakan bagian penting dalam memberikan warna bagi kehidupan lanjut usia. Transisi kehidupan seperti saat-saat terakhir dalam hidup dan kematian menantang seseorang untuk mendalami keyakinannya dan bertumbuh. Agama atau keyakinan spiritual dan pengalaman dapat menjadi instrumen dalam menolong lanjut usia dalam menghadapi takut.

Tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah menganjurkan lansia mengikuti kegiatan perkumpulan lansia seperti posyandu lansia, senam lansia dan kegiatan lansia lainnya yaitu hanya 46 orang (60,5%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut. Menurut asumsi peneliti bahwa kurang aktifnya posyandu lansia dikalangan masyarakat mengakibatkan banyak keluarga yang tidak tahu akan adanya kegiatan tersebut, meskipun ada dibeberapa tempat yang sudah membuat posyandu lansia tapi tidak berjalan dengan lancar, dan kegiatan yang dilakukan pun tidak jelas, sehingga keluarga tidak mengerti manfaat dari kegiatan tersebut. Kegiatan-kegiatan seperti senam lansia juga masih jarang dilakukan oleh lansia dimasyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Adi (1999) program pemerintah, seperti posyandu lansia yang memberikan pelayanan kesehatan seperti pengecekan kesehatan, penyuluhan menu sehat, olahraga lansia di dalam masyarakat sampai ke tingkat kelurahan,

menunjukkan perhatian pemerintah terhadap orang lansia. Namun belum semua elemen masyarakat yang dapat dicapai program tersebut.

2.1.7 Peran Keluarga dalam Menyediakan Waktu untuk Kebersamaan dengan Lansia: berekreasi dengan lansia

Hasil penelitian ini didapat keluarga melaksanakan peran keluarga dalam menyediakan waktu untuk kebersamaan dengan lansia: berekreasi dengan lansia dengan baik tindakan yang paling sering dilakukan oleh keluarga adalah meluangkan waktu untuk berkumpul dengan lansia dan anggota keluarganya yaitu ada 50 orang (65,8%) yang mengatakan selalu melakukan tindakan tersebut. Hal ini terkait dengan mayoritas responden bersuku Batak yaitu 37 orang (48,7%) dimana suku Batak merupakan salah satu suku yang mempunyai tingkat solidaritas yang tinggi serta memiliki rasa persaudaraan yang kuat, sehingga pertemuan keluarga merupakan suatu kebutuhan yang menjadi rutinitas didalam kehidupan.

Tindakan yang paling sedikit dilakukan oleh keluarga adalah mengajak lansia untuk rekreasi atau jalan-jalan yaitu hanya 20 orang (26,3%) yang mengatakan selalu melaksanakan tindakan tersebut. Hal ini terkait dengan mayoritas responden bekerja sebagai wiraswasta yaitu 25 orang (32,9%) sehingga tidak mempunyai jadwal kerja yang tetap oleh karena itu responden mayoritas menjawab kadang-kadang melaksanakan tindakan tersebut jika ada waktu luang dan kondisi fisik lansia memungkinkan.

2.2Tingkat Peran Keluarga dalam Meningkatkan Kesehatan Jiwa Lansia

Hasil penelitian dari 76 responden didapat 59 orang (77,6%) yang mempunyai peran yang baik (skor total 51-75) dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia, dan hanya 17 orang (22,4%) yang mempunyai peran yang cukup (skor total antara 26-50) dalam meningkatkan kesehatan jiwa, sementara itu tidak ada satu responden pun yang kurang berperan dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia terbukti tidak ada responden yang mempunyai skor total kecil dari 25. Untuk itu dapat disimpulkan peran keluarga dalam meningkatkan kesehatan jiwa lansia dikelurahan Sidorejo kecamatan Medan Tembung adalah baik. Hal ini sesuai seperti yang diungkapkan oleh Friedman (1998) yang menyatakan bahwa peran dapat dipengaruhi oleh pengetahuan. Dimana semakin tinggi pengetahuan seseorang akan meningkatkan peran dan pengetahuan terkait dengan pendidikan yang didapat oleh keluarga. Mayoritas responden adalah berpendidikan sarjana dan SMA yaitu sebanyak 27 orang (35,5%), sementara itu yang berpendidikan sarjana 37 orang (48,7%0.

Pekerjaan yang baik akan menimbulkan suatu interaksi dengan orang lain sehingga informasi bertambah sesuai dengan jenis pekerjaan, dan hal ini akan meningkatkan peran mereka didalam kesehatan (Friedman, 1998). Pada responden banyak yang sudah bekerja baik itu wiraswasta 25 orang, pegawai negeri 12orang, yang banyak mendapatkan informasi dari orang lain yang berinteraksi dengan mereka. Pendidikan dari responden banyak yang baik sehingga kemudahan dalam berkomunikasi dan menerima informasi akan menambah peran mereka dalam keluarga terutama dalam bidang kesehatan. Dengan cara berfikir yang baik maka

seseorang juga akan lebih cepat dalam melakukan keputusan dalam kesehatan. Begitu juga dengan tingkat pendapatan yang akan mempengaruhi peran seseorang, semakin besar tingkat pendapatan maka semakin besar peran dalam keluarga (Friedman, 1998) hasil penelitian juga menunjukkan bahwa penghasilan keluarga diantara Rp 1.000.000-Rp.2.000.000. yaitu sebanyak 39 orang atau 51,3%.

Menurut Swasono (1989) berbagai kehidupan kebudayaan menetapkan lansia dan peranan serta fungsi sosialnya menuntut nilai-nilai, anggapan dan ukuran yang berbeda-beda, namun demikian secara universal terdapat pandangan bahwa seorang lansia dianggap sebagai sumber terkumpulnya kebijaksanaan dan kearifan. Dengan demikian penduduk lansia dianggap memiliki kelebihan, keahlian tertentu dan dengan pengalaman yang demikian luas sehingga mereka harus dihormati. Sikap dan perlakuan terhadap lansia dinyatakan secara simbolik dalam upacara perkawinan, acara keluarga, upacara adat maupun dalam aktivitas sehari-hari.

Kedudukan dan peranan lansia dalam keluarga dan masyarakat dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan dihargai apalagi dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat menjadikan lansia secara psikologis lebih sehat secara mental. Perasaan diterima oleh orang lain akan mempengaruhi tanggapan mereka dalam memasuki hari tua, dan berpengaruh pula kepada derajat kesehatan lansia. Tuntunan agama dan nilai luhur menempatkan Lanjut Usia dihormati, dihargai dan dibahagiakan dalam kehidupan keluarga.

Dokumen terkait