SKRIPSI
Oleh :
IMELDA E SIHOMBING NIM. 121021119
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul” Analisis
Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi
Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015 “ beserta seluruh
isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan
atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang
berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menaggung
resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya
pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain
terhadap keaslian karya saya ini.
Medan, April 2015 Yang membuat pernyataan
ii
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan di puskesmas karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak bisa dirawat lagi. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal yang dapat berakibat terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang.
Jenis penelitian dengan wawancara mendalam(indepth interview) terhadap tenaga kesehatan dan pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi di Puskesmas Medan Sunggal.
Hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi yaitu sarana fasilitas yang belum memadai dan memenuhi standar sarana prasarana puskesmas, rendah nya motivasi kinerja tenaga kesehatan untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik tentang tentang pentingnya mempertahankan gigi dengan menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari pencabutan gigi.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak Puskesmas Medan Sunggal dapat meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat dan UKGS akan pentingnya mempertahankan kesehatan gigi, melengkapi sarana fasilitas poligigi seperti pengadaan dental chairs yang baru, penambalan sinar, dan perawatan saluran akar. Perlu upaya meningkatkan motivasi kinerja tenaga kesehatan poligigi.
iii
anymore. The loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal diseases. This tooth loss can lead to disruption of the s peech function, mastication, and aesthetics. The people‘s awarennes of visiting dental clinic at health center in Medan Sunggal for tooth extractionis is practis, needn`t repeat visiting and low of knowledge extraction.
This research with in-deth interviews to health workers and patients in Medan Sunggal health center who came for tooth extrection. The goal of research to analysis determinan faktor the patients chosee for Tooth extraction in health center Medan Sunggal.
The result of the analysis of the servise implementasi exodontias patient that inadequate infrastructure of dental clinic health center. Lack of the efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center. Levels of knowledge and attitude of the patient Medan Sunggal health center, about maintaining, retaining to avoid extraction tooth were categorized as lack.
Based on the research results, suggested should the health center to improving the effeciency and UKGS about the importance maintaining, retaining teeth to people Medan Sunggal. Completing the facility means like dental chairs, filling instrumen lihgt cure and pulpa capping.The need for efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center.
iv
Nama : Imelda E Sihombing
Tempat/Tanggal Lahir : Medan 8 september 1988
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Kristen protestan
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat Rumah : Desa Munte
Kecamatan Munte
Kabupaten Karo
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. 1996-2002 : SD INPRES Selakkar. Kab.Karo
2. 2002-2005 : SMP Mulia Pratama, Medan
3. 2005-2008 : SMA Mulia Pratama, Medan
4. 2008-2011 : D-IIIKesehatan Gigi Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan
v
hikmat, pengajaran dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul“ Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan
Masyarakat.
Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini
penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku ketua Departemen Administrasi Dan Kebijakan
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara, selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus,
dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam
penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua
Penguji yang juga telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan
vi penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.kes, selaku Dosen Penguji II, yang
memberikan masukan, kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Isyatun Mardiahsyahri, SKM. M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik
yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM
USU.
7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah
memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.
8. Ibu drg. Zainirita selaku Kepala Poligigi Puskesmas Medan Sunggal dan Bapak
Ramli Brampu. SH selaku subag tata usaha yang telah memberikan data dan
mengizinkan penulis melakukan penelitian di Puskesmas Medan Sunggal.
9. Berbagai pihak di Puskesmas Medan Sunggal yang telah memberikan banyak
bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian
10.Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, Ayahanda Makmur Sihombing dan
Ibunda Rosmaria Purba, serta ketiga saudaraku Andri Voulsen, Wini Srirejeki dan
Mutiara Enjelina yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang,
doa serta dukungan baik moril maupun materil.
11.Teman-teman FKM USU Ekstensi 2012, terimakasih atas dukungan, motivasi,
vii terimakasih atas dukungannya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu
kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan
dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.
Medan, 2015
Penulis
viii
2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut ... 11
2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 12
2.4 Poligigi ... 14
2.5 Pencabutan Gigi ... 19
2.5.1 Indikatsi Pencabutan Gigi ... 20
2.5.2 Dampak Pencabutan Gigi ... 21
2.6 Perilaku dan Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Poligigi ... 25
ix
4.1.1 Geografi ... 33
4.1.2 Demografi ... 33
4.1.3 Sarana Kesehatan ... 34
4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal ... 35
4.1.5 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Medan Sunggal ... 35
4.2 Karakteristik Informan ... 36
4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Tenaga Kesehatan Poligigi ... 38
4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan dan Kemampuan Tenaga Kesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Poligigi ... 38
4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi ... 39
4.3.3 Pernyataan Jenis Pelayanan yang Tersedia di Poligigi ... 42
4.3.4 Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi yang Berkunjung di Poligigi ... 44
4.3.5 Pernyataan Informan Menanggapi Pasien yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan ... 45
4.3.6 Pernyataan Informan Tentang Alasan yang Dikemukakan Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut ... 46
4.3.7 Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Teraupetik Yang diberikan Pasca Cabut Gigi kepada Pasien ... 47
4.3.8 Pernyataan Informan Persepsi Pasien Tentang kesehatan 48
4.3.9 Pernyataan Informan Tentang Faktor Pengaruh Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan ... 50
x
4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Alasan Memilih Mencabut Gigi Daripada Mempertahankan Gigi yang Berlubang 54 4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Pasien terhadap
Menjaga Kesehatan Gigi ke Poligigi Puskesmas
Medan Sunggal ... 54 4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Indikasi Gigi yang Layak Dicabut ... 55 4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Saran atau
Pendapat Keluarga Sebelum Mencabut Gigi ... 56 4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Dampak Jangka
Panjang Setelah Pencabutan Gigi ... 57 4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Rujukan Perawatan Saluran
Akar Gigi Dapat Dipertahankan ... 57 4.4.9 Pernyataan Informan tentang Faktor yang Mempengaruhi
Pasien Tidak Memanfaatkan Pelayanan Poligigi Sebelumnya 4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah
Gigi Dicabut ... 59 4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Memakai Gigi Tiruan
Setelah Gigi Dicabut ... 60
BAB V PEMBAHASAN ... 63 5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan
Gigi Permanen di Poligig Puskesmas Medan Sunggal oleh Petugas Poligigi ... 63 5.1.1 Jumlah dan Kemampuan Tenaga Kesehatan Dalam
Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi oleh Tenaga Kesehatan ... 63 5.1.2 Sarana Fasilitas Poligigi Kesehatan Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ... 65 5.1.3 Kondisi Kesehatan Gigi Pasien yang Berkunjung di Poligigi
xi
5.1.6 Persepsi Pasien Tentang Pengetahuan terhadap Kesehatan Gigi oleh Tenaga Kesehatan ... 71 5.1.7 Faktor Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi
Tingginya Angka Pencabutan Oleh Tenaga Kesehatan ... 72 5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan
Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Pasien Poligigi ... 74 5.2.1 Keluhan, Alasan dan Pelayanan yang Diberikan oleh Tenaga
Kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ... 74 5.2.2 Tentang Pengetahuan Pasien terhadap Menjaga Kesehatan
Gigi ... 75 5.2.3 Pengetahuan Pasien terhadap Indikasi Gigi yang Harus dicabut 5.2.4 Dukungan dan Saran atau Pendapat Keluarga Sebelum
Mencabut Gigi ... 79 5.2.5 Pengetahuan Dampak Jangka Panjang Setelah
Pencabutan Gigi ... 80 5.2.6 Rujukan Perawatan Saluran Akar Gigi Agar Gigi Dapat
Dipertahankan ... 83 5.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pasien tidak Memanfaatkan
Pelayanan Poligigi selain Mencabut Gigi ... 84 5.2.8 Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah
Gigi Dicabut ... 85 5.2.9 Pemakaian Gigi Tiruan Setelah Gigi Dicabut ... 86
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 88 6.2 Saran ... 88
xii
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal
Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal
Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal
Tahun 2014 ... 36 Tabel 4.5 Karakteristik Informan ... 37 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan
Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Poligigi ... 38 Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Pembersihan Karang Gigi ... 39 Tabel 4.8 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana
Penambalan Gigi ... 40 Tabel 4.9 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Perawatan
Saluran Akar Gigi ... 41 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Jenis Pelayanan yang
Tersedia Poligigi ... 42 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan
Gigi Yang Berkunjung di Poligigi ... 44 Tabel 4.12 Matriks Pernyatan Informan Menanggapi Pasien yang Bersikeras
Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Alasan yang dikemukakan
Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut ... 46 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Terapeutik yang
Diberikan Pasca Cabut Gigi kepada Pasien ... 47 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Persepsi Pasien Tentang
Kesehatan Gigi ... 48 Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Faktor Pendidikan, Ekonomi,
Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Tabel 4.17 Matriks Pernyatan Informan Tentang Pengalaman Berkunjung ke
xiii
Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Pasien Menjaga Kesehatan Gigi ... 55 Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Indikasi
Gigi yang Harus Dicabut ... 56 Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Saran atau
Pendapat Keluarga Sebelum Mencabut Gigi ... 57 Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan Tentang Rujukan Perawatan Saluran
Akar Gigi Dapat Dipertahankan ... 57 Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Tentang Faktor yang Mempengaruhi
Pasien tidak Memanfaatkan Pelayanan Poligigi Selain
Mencabut gigi ... 58 Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah
Gigi Dicabut ... 59 Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan tentang Memakai Gigi Palsu setelah
xiv
Gambar 2.1 Determinan Perilaku Manusia ... 29
ii
Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan di puskesmas karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak bisa dirawat lagi. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal yang dapat berakibat terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang.
Jenis penelitian dengan wawancara mendalam(indepth interview) terhadap tenaga kesehatan dan pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi di Puskesmas Medan Sunggal.
Hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi yaitu sarana fasilitas yang belum memadai dan memenuhi standar sarana prasarana puskesmas, rendah nya motivasi kinerja tenaga kesehatan untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik tentang tentang pentingnya mempertahankan gigi dengan menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari pencabutan gigi.
Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak Puskesmas Medan Sunggal dapat meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat dan UKGS akan pentingnya mempertahankan kesehatan gigi, melengkapi sarana fasilitas poligigi seperti pengadaan dental chairs yang baru, penambalan sinar, dan perawatan saluran akar. Perlu upaya meningkatkan motivasi kinerja tenaga kesehatan poligigi.
iii
anymore. The loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal diseases. This tooth loss can lead to disruption of the s peech function, mastication, and aesthetics. The people‘s awarennes of visiting dental clinic at health center in Medan Sunggal for tooth extractionis is practis, needn`t repeat visiting and low of knowledge extraction.
This research with in-deth interviews to health workers and patients in Medan Sunggal health center who came for tooth extrection. The goal of research to analysis determinan faktor the patients chosee for Tooth extraction in health center Medan Sunggal.
The result of the analysis of the servise implementasi exodontias patient that inadequate infrastructure of dental clinic health center. Lack of the efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center. Levels of knowledge and attitude of the patient Medan Sunggal health center, about maintaining, retaining to avoid extraction tooth were categorized as lack.
Based on the research results, suggested should the health center to improving the effeciency and UKGS about the importance maintaining, retaining teeth to people Medan Sunggal. Completing the facility means like dental chairs, filling instrumen lihgt cure and pulpa capping.The need for efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan
kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar
terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan
umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang
menyeluru, terpadu dan merata yang dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh
masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.
Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua
komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan
masyarakat setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan
kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai
pentahapan.
Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan
fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara
menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan
di wilayah kerja (Depkes, 2007).
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih
dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: upaya kesehatan
sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya
kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya
kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, upaya pembinaan pengobatan
tradisional.
Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies
gigi dan penyakit periodontal. Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan
bahwa 63% penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif atau kerusakan pada gigi
yang belum ditangani. Lebih dari 50% pengunjung poligigi yang datang ke
puskesmas bertujuan untuk mencabutkan gigi, padahal di poligigi puskesmas tersedia
perawatan penambalan dan restorasi, perawatan saluran akar dan perawatan gigi
lainnya yang dapat dipilih untuk mempertahankan gigi lebih lama (Depkes, 2007).
Karies gigi aktif mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke 2013 secara
nasional. Dari semua kelompok umur baik masyarakat kota- pedesaan. Pengalaman
karies juga mengalami peningkatan secara nasional (67,2 menjadi 72,3) dan
kehilangan gigi (pencabutan). Dari data ini dapat diperkirakan terjadinya
peningkatan prevalensi akibat menurunnya kesadaran masyarakat untuk
mempertahankan jumlah gigi (Riskesdas 2013).
Penyakit gigi dan mulut meskipun masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia, namun pada umumnya masyarakat masih enggan berobat ke fasilitas
pelayanan kesehatan. Masyarakat berkunjung bila sudah mengalami sakit gigi dan
lubang gigi yang kronis, terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung yang
memanfaatkan jasa pelayanan di Puskesmas. Pemanfatan pelayanan kesehatan gigi
dan mulut tidak saja berupa pencabutan, seharusnya masyarakat berkunjumg minimal
6 bulan sekali (Depkes, 2007).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, kecamatan Medan Sunggal
memiliki 2 pukesmas yaitu Pukesmas Desa Lalang dan Pukesmas Medan Sunggal.
Jumlah penduduk kecamatan Medan Sunggal 67.797. Tenaga kesehatan Puskesmas
Medan Sunggal ini memiliki 2 dokter gigi dan 2 perawat gigi, dengan rata-rata
kunjungan 13/hari. Dapat dilihat pada tabel berikut.
1.1Tabel kunjugan Pasien Puskesmas Medan Sunggal
Melalui data tersebut diperoleh kunjungan pencabutan gigi permanen,
penambalan sementara, penambalan amalgam. Sisa kunjugan dari data diatas berupa
kunjugan ulang pasien, pemberian resep, cek up, pengambilan gigi palsu, konsultasi,
meminta pengklaiman dll.
Melalui data tersebut dapat dilihat bahwah hampir setengah dari jumlah
kunjugan pasien tiap tahunnya berupa tindakan pencabutan gigi permanen, tidak ada
kunjungan lain seperti pembersihan karang gigi dan penambalan gigi fissure silent
untuk mencengah lubang gigi terjadi. Menurut petugas kesehatan puskesmas
masyarakat kurang peduli akan kesehatan gigi sehingga datang berkunjung dalam
kondisi gigi harus dicabut.
Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu dokter gigi yang telah bertugas
sejak 1993, Puskesmas Medan Sunggal merupakan peringkat ke-3 berdasarkan
kunjugan pasien setelah Puskesmas Petisah dan Puskesmas Brayan. Menurut Dokter
tersebut pasien yang datang kebanyakan diberi pelayanan pencabutan gigi. Pasien
datang berkunjung bila kondisi gigi permanen sudah tinggal akar, diagnosa gangren
dan mobiliti akibat abses, serta pasien yang sakit gigi diberikan resep dan tambalan
sementara.
Dalam 2 tahun terakhir puskesmas tidak menerima penambalan amalgam
karena telah dilarang dan menjadi kebijakan Dinas kesehatan Kota Medan. Pasien
yang ingin melakukan pembersihan karang gigi dan perawatan saluran akar tidak
dapat dilayani karena prasarana tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit
kunjugan pasien hanya berupa pencabutan gigi dan juga dipengaruhi sikap
masyarakat yang tidak peduli dan mengerti mengenai karies gigi sehingga datang
dalam kondisi gigi sudah harus dicabut.
Berdasarkan hasil wawancara beberapa pasien yang pernah mencabut giginya,
mereka tidak tahu bahwa gigi berlubang masih bisa dipertahankan dengan
penambalan dan perawatan saluran akar. Mereka berpendapat bahwa puskesmas
tersebut hanya memiliki tambalan warna hitam ( amalgam) sehingga nilai estetikanya
kurang dan berbahaya bagi kesehatan, sementara bila menambal ke dokter gigi swasta
mahal. Pendapat lain bahwa gigi mereka yang berlubang bila rajin dibersihkan
dengan cara sikat gigi maka akan sembuh. Pasien tidak mengetahui bahwa lubang
gigi akan semakin besar dan dalam seiring waktu jika mereka tidak melakukan
pengobatan. Pasien datang berkunjung ke puskesmas sudah dalam kondisi sakit gigi
dan tinggal sisa akar gigi.
Kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kunjungan ke dokter gigi dan
pukesmas masih saja kurang. Dengan kata lain, kesadaran akan pencegahan pada
sakit gigi masih kurang terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Umumnya
pasien tidak memeriksakan gigi mereka karena alasan ekonomi atau sikap kepedulian
yang rendah, sehingga penyakit pulpa dan periodontal sudah berada dalam kondisi
lanjut. Kondisi ini masih dapat diobati melalui perawatan saluran akar tetapi
perawatan ini memerlukan beberapa kali kunjugan dan biaya relative mahal,
disamping itu kesanggupan kemampuan pukesmas menyediakan sarana untuk
Masyarakat hanya berpikir untuk segera mencabut gigi jika mengalami sakit
gigi. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi
ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang
menimbulkan sakit berulang (Puspitasari,2007).
Gigi berlubang dalam kurun waktu akan mengalami pelebaran lubang giginya
karena penyebaran bakteri dan menjangkit ke gigi lainnya oleh sebab itu tidak bisa
dibiarkan karena dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Dampak lanjut tak lansung
pada pengeluaran biaya pengobatan yang mahal apabila terjadi seperti peradangan di
seluruh tubuh karena infeksi, penyebaran infeksi ke jaringan lunak, infeksi ke dalam
tulang rahang gigi, infeksi ke otak, peradangan jantung, peradangan paru-paru.
Penangulangan akibat gigi berlubang adalah penumpatan dan perawatan
saluran akar, namun lebih praktis dilakukan pencabutan walaupun masih sangat
memungkinkan untuk dipertahankan, hal ini tidak baik karena kehilangan gigi akan
menyebabkan penurunan efisiensi pengunyahan yang berhubungan erat dengan
masalah karies, penyakit periodontal, dan penyakit- penyakit lainnya (Uttu, 2010).
Pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa
tindakan preventif di poligigi Puskesmas Medan Sunggal masih kurang dimana
pelayanan puskesmas tersebut dominan pencabutan gigi permanen, tidak ada
kunjugan lain seperti penambalan, pembersihan karang gigi. Masyarakat mau
pencabutan dan sikap tidak kepedulian masyarakat tentang kesehatan gigi (Bina
Yankes DKK Medan, 2012).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Di Poligigi Puskesmas
Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2014.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, maka yang menjadi
permasalahan yang akan di bahas yaitu : Bagaimana analisis pelaksanaan pelayanan
pencabutan gigi permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal dilihat dari
ketersediaan dan kesiapan puskesmas melakukan pelayanan preventif dan
pengetahuan pasien akan kesehatan gigi dan dampak lanjut dari kehilangan gigi
akibat dicabut.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui analisis pelaksanaan pelayanan yang mempengaruhi
mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi : apakah
faktor dari individu (ekonomi, pengetahuan) atau faktor dari puskesmas ( sarana
prasarana, tenaga keseshatan, pelayanan yang tersedia, manejerial) segingga
diperoleh faktor pencetus mengapa tingginya kunjugan pasien yang memilih
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian.
Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Medan
Sunggal untuk lebih meningkatkan pelayanan preventif seperti menyediaan sarana
dan prasana poligigi sesuai standrat kesehatan puskesmas sehingga masyarakat mau
berkunjung dan memanfaatkan pelayanan poligigi
2. Manfaat Bagi Institusi Perguruan Tinggi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan serta dijadikan referensi
bagi mahasiswa lain dalam penelitian selanjutnya.
3. Sebagai pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu
Administrasi dan Kebijakan serta penemuan metodelogi baru dalam lingkup Ilmu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Puskesmas
Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah
kerja(Depkes, 2011). Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang
menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat
diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan
menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,
dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai
derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada
perorangan (Depkes, 2009).
2.1.1 Visi dan Misi Puskesmas
Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat.
Indikator utama yakni:
1. Lingkungan sehat
2. Perilaku sehat
3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu
Misi puskesmas, yaitu:
1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.
2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah
kerjanya.
3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat
berserta lingkungannya.
2.1.2 Fungsi puskesmas
Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut
serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar
berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang
diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya
pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan
perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :
1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif
dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar
diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja
puskesmas.
2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan
rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui
a. Penumpatan pit fissure dan aplikasi topical.
b. Kuratif : Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran
akar, terapi periodontal, pembuagan karang gigi, penyakit mulut dan
rujukan.
c. Pelayanan darurat dasar : mengurangi rasa sakit, pembersihan karang gigi,
penambalan sementara, restorasi penumpatan, perawatan saluran akar,
perawatan penyakit / kelainan jaringan mulut, dan menghilangan traumatik.
2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut
Tujuan upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas tujuan umum
dan khusus.Tujuan umum yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang
layak. Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka Organisasi
Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan target pencapaian tahun 2010 meliputi
peningkatan status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan masyarakat untuk
melakukan pencegahan. Sasaran WHO pada tahun 2010 terdiri dari 90% untuk umur
5 tahun bebas karies, angka DMF-T – 1 untuk anak umur 12 tahun, penduduk umur
18 tahun tidak ada gigi yang dicabut karena karies atau kelainan periodontal; sebesar
90% penduduk umur 35 - 44 tahun memiliki 20 gigi berfungsi, hanya 2% diantara
mereka tidak bergigi dan tidak lebih dari 0,1 sekstan mempunyai sakit gusi dalam .
Pada penduduk umur 65-74 tahun hanya 5% yang tidak bergigi, 75% diantaranya
memiliki 20 gigi berfungsi dan tidak lebih dari 0,5 sekstan dengan saku gusi dalam
Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu :
1. Meningkatkan keadaan, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara
diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini
mungkin.
2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat
(karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa
mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok
masyarakat yang rawan.
3. Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan yang berorientasi terhadap
kebutuhan pasien. Puskesmas dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan
pelayanan kesehatan, berusaha memberikan mutu pelayanan yang berkualitas yang
dapat memuaskan ( Depkes,2007).
2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas
Salah satu program pengembangan d puskesmas adalah program kesehatan gigi
dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya dibagi
menjadi 3 kegiatan:
1. Pembinaan / Pengembangan
Pembinaan/ pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya
pelihara diri, melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas
masyarakat dengan pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)
Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) adalah upaya
pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga terutama upaya kesehatan yang
bersifat promotif yaitu penyuluhan terpadu. Kegiatannya berupa upaya peningkatan,
pencegahan, dan pengobatan darurat dengan mengembangkan upaya pelayanan yang
bersumber pada peran aktif masyarakat melalui posyandu agar masyarakat mau
dirujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 2007).
2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan dilaksanakan pada :
Anak sekolah ( Usaha Kesehatan Gigi Sekolah )
Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan gigi di
lingkungan sekolah terutama Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu bentuk promosi
program kesehatan gigi mulut. Pelaksanaannya merupakan paket pelayanan asuhan
sistematik yang ditujukan terutama bagi semua anak sekolah tingkat SD, dalam
bentuk paket promotif, paket promotif-preventif, paket paripurna sehingga
diharapkan dalam pelaksanaan tersebut anak didik dapat di rujuk ke Puskesmas
(Depkes RI, 1993 dan ibu hamil/ menyusui, anak pra sekolah.
3. Pelayanan medik gigi dasar.
Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang
datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi: pengobatan,
pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun
2.4 Poligigi
Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di
poligigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi
untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional
yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat
meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan
penyembuhan terbatas (Depkes RI, 2007).
Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan
pelayanan sebagai berikut antara lain:
1. Pelayanan Administrasi / penerimaan
Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu
sebelum memasuki ruangan poli gigi.Bagian penerimaan pasien juga merupakan
wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang
puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas– petugas yang dapat
menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil.
2. Pelayanan tenaga medis / Dokter
Tenaga medis dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling
besardalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di puskesmas.
adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik baiknya
dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran gigi dan etik
yang berlaku serta dapat dipertanggung jawabkan.
3. Pelayanan tenaga para medis / perawat
Tenaga para medis/ perawat adalahorang yang lebih dekat hubungannya dengan
pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat
sebelum bertemu dengan dokter.
4. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di puskesmas.
Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang
diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa
seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,
pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan
operkulektomi.
5. Penyediaan sarana medis / non medis
Penyediaan sarana medis/non medis standar peralatan wajib disediakan di poli
gigi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana
medis dan sarana non medis. Sarana medis yang dibutuhkan dapat dilihat pada
Lampiran, sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit
atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor. Bila medis dan
non medis di poli gigi puskesmas sesuai dengan standar pelayanan, diharapkan dapat
6. Lingkungan pasien
Lingkungan pasien merupakan tempat atau ruagan dimana pasien menghabiskan
waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi
ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien.
Lingkungan yang terkait dengan pelayanan kesehatan di poligigi adalah konstruksi
bangunan dan disain ruang tunggu, bagian informasi dan ruang periksa (Depkes
2007).
2.5 Tugas/Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi dan Manajerial di Puskesmas 1. Tugas Dokter
a. Medis Teknis
i. Melaksanakanpelayanan medik gigi umum dan khusus
ii. Menerima rujukan kasus medik gigi dasar dan merujuk
kasus-kasus spesialistik
iii. Melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan
masyarakat (bila tidak ada perawat gigi)
b. Manajemen (makro)
Menyangkut masalah umum/ luas seperti dalam mengidentifikasikan,
merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan
gigi dan mulut di wilayahnya.
i. Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di
ii. Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan
pelayanan asuhan.
iii. Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tenis.
iv. Bertanggung jawab dalam pencatatan/ pelaporan tentang pelayanan
kesehatan gigi di wilayahnya.
2. Tugas Perawat Gigi
a. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut
i. Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi: pelayanan asuhan
sistematik (pada kelompok anak sekolah / UKGS, ibu hamil/ menyusui
dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat ).
ii. Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat
melakukan pelayanan medis gigi dasar.
b. Manajemen (mikro)
i. Mempersiapkan pelaksanaan evaluasiprogram pelayanan asuhan
kesehatan gigi dan mulut di sekolah
ii. Membina, mengkoordinasi, melatih protesa dalam bidang kesehatan gigi
dan mulut di posyandu
iii. Melaksanakan pencatatan/ pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi
3. Manajerial
Manajer mempunyai tugas membuat rencana, mengorganisasikan, mengarahkan
dan mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi. Di samping itu manajer yang baik juga
harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Pengertian pemimpin yaitu: orang yang
memiliki kekuasaan untuk menggerakkan, mengawasi dan membimbing bawahan
dengan kemampuan serta kecakapan sehingga mampu mempengaruhi bawahannya,
biasanya dengan kecakapan dan kelebihan yang dimilikinya menyebabkan seorang
pemimpin mendapat pengakuan dari masyarakat atau anggota organisasi untuk
menjalankan kepimpinan (Suganda, 2010)
Azwar (1999) mendefinisikan pengertian kepemimpinan dari sudut pandang
perspektif sebagai konsep manajemen yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja
keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok,
2. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam
mencapai tujuan umum,
3. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan
dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan
Untuk terselenggaranya upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan
masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh
manajemen puskesmas yang baik.Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan
yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif
Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban.
2.6 Pencabutan Gigi
Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana
pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga
merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan
jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan
selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Pencabutan
gigi adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma
minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh
dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi paska pencabutan masa yang
akan datang (Baliji, 2007).
Pencabutan gigi bukan alternatif terbaik setiap permasalahn gigi terjadi ,
banyak alternatif pemulihan kesehatan gigi yang tersedia untuk mempertahankan gigi
oleh sebab itu pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya jika semua alternatif
perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena kondisi diagnosa gigi yang
telah kronis, karena pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan
2.6.1 Indikasi Pencabutan Gigi
Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, beberapa di antaranya adalah sebagai
berikut:
1. Gigi yang mengalami karies besar.
Dimana tidak dilakukan penumpatan saat karies belum sampai jaringan pulpa, dan
tidak dilakukan perawatan saluran akar (edodontik) .
2. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth.
Keadaan tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu,
pencabutan gigi harus segera dilakukan. Juga merupakan predisposisi terjadinya
penyakit periodontal yang prematur pada gigi geligi permanen karena adanya
akumulasi dental plak dan kalkulus, serta akan menyebabkan trauma pada jaringan
lunak.
3. Penyakit periodontal yang parah
Yaitu apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang meluas ke apek gigi,
atau yang menyebabkan gigi goyang.
4. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal
Perlu dilakukan pencabutan apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan
endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.
5. Gigi dengan karies yang dalamGigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi
6. Gigi yang terletak pada garis fraktur
Gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi rahang yang mengalami fraktur
karena gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan fraktur.
7. Gigi impaksi
Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan misalnya pada
hidung, kepala, , atau rasa sakit pada wajah.
8. Tujuan ortodontik
Untuk tujuan perawatan ortodontik beberapa gigi premolar atau molar permanen
harus dicabut (pencabutan terapeutik). Serial extraction juga merupakan salah satu
wujud tindakan yang bijaksana ketika beberapa gigi sulung dicabu tuntuk
memberikan ruang yang cukup bagi erupsi gigi permanen, namun puskesmas tidak
melakukan pencabutan apabala pasien tidak memiliki rujukan dari dokter ortho yang
menagani perawatan gigi pasien tersebut
9. Tujuan prostetik
Pencabutan satu atau dua gigi dibenarkan jika dilakukan untuk menunjang desain atau
stabilitas protesa agar lebih baik.
10. Sebelum perawatan radioterapi
Pada pasien yang harus menjalani terapi radiasi untuk tumor ganas sebaiknya
dilakukan pencabutanpada gigi yang mempunyai prognosis buruk dan yang rawan
11. Pencabutan profilaksis
Prosedur ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan medis pada pasien dengan
demam yang persisten (menetap) atau dengan suatu bentu karthritis dan iritis.
Tindakan ini membutuhan pencabutan semua gigi non-vital serta yang diragukan
kevitalannya dalam upaya untuk menghilangkan semua fokal infeksi atau yang
berpotensi menjadi fokal infeksi.
12. Sisa akar
Sisa akar harus dicabutsegera setelah ditemukan. Meskipun bagian kecil dari akar ini
dapat dibiarkan begitu saja dalam soket selama tidak menimbulkan masalah, namun
seiring berjalannya waktu dapat menjadi berbahaya sehingga harus segera dicabut.
2.6.2 Dampak pencabutan gigi
Setelah pencabutan gigi untuk jangka panjang akan menimbulkan gangguan
yang pada gigi geligi yang belum tanggal. Seringkali pasien beranggapan bila telah
mencabut gigi maka permasalahan gigi selesai padahal sangat dianjurkan gigi yang
telah dicabut harus diganti dengan gigi tiruan (protesa), hal ini tentu saja memerlukan
biaya yang lebih mahal daripada pencengahan mencabut gigi dan biaya preventif
seperti melakukan penumpatan gigi , pembersihan karang gigi, fissure silent (Bartlett,
Adapun dampak jangka panjang setelah pencabutan gigi menurut Bartlett,
2003 antara lain:
1. Migrasi dan rotasi gigi .
Hilangya keharmonisan pada gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring,
berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi normalnya untuk
menerima beban saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakaan struktur
periodontal (jaringan pendukung gigi). Gigi miring juga lebih sulit dibersihkan
sehingga aktivitas karies meningkat.
2. Erupsi Berlebihan
Bila gigi sudah tidak memiliki antogonis lagi, maka akan terjadi erupsi (tumbuhnya
gigi kerarah luar) berlebih. Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai
pertumbuhan tulang alveolar (tulang disekitar gigi). Bila terjadi tanpa pertumbuhan
alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai
turun (ekstrusi). Bila disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan
menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari anda akan dibuatkan gigi tiruan penuh.
3. Penurunan efisiensi kunyah.
Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan
merasakan betapa efisiensi kunyah nya menurun.
4. Gangguan pada penguyahan. Kebiasaan menguyah yang buruk, penutupan
berlebih (over closser), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi
5. Beban berlebih pada jaringan pendukung.
Bila sudah kehilangan sebagian gigi tetap, maka gigi yang masih ada akan menerima
tekanan kunyah lebih besar sehingga terjadi beban lebih pada gigigeligi tersebut,
mengakibatkan kerusakan membran periodontal (jaringan pendukung gigi) dan lama
kelamaan menyebabkan gigi semakin goyang.
6.Kelainan bicara.
Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara,
suara vokal bisa menjadi tidak jelas dan terdegar sangau, karena gigi bagian depan
termasuk bagian fungsi fonetik.
7. Mengurangi estetika wajah.
Tentu saja, senyum dengan gigi depan yang hilang tidak seindah senyum dengan gigi
lengkap dan sehat.
8. Terganggunya Kebersihan mulut.
Migrai dan rotasi gigi menyebabkan kehilangan kontak dengan tetangganya demikian
pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar
ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah terselip makanan. Kebersihan mulut akan
terganggu sehingga mudah terjadinya akumulasi plak serta karies.
9. Atrisi (Terkikisnya email gigi).
Pada kasus tertentu membran periodontal masih dapat menerima beban kunyah,
namun menyebabkan terkikisnya email gigi- gigi yang masih tersisa, disebut atrisi
10. Efek terhadap jaringan lunak mulut.
Bila ada gigi yang hilang, dan dalam waktu yang lama tidak diganti, ruang yang akan
ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah,akan menyebabkan
kesukaran adaptasi terhadap gigi tiruan, karena terdesaknya kembali jaringan lunak
tadi dari tempat yang ditempati protesa.
2.7 Perilaku Dan Faktor Yang Memengaruhi Kunjungan Poligigi
Perilaku manusia adalah hasil segala macam pengalaman serta interaksi
manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan
tindakan. Prilaku merupakan respon / reaksi seorang individu dengan lingkungannya,
khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta
tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 1993).
Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan
tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan
masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka
peluang hubungan yang harmonis antara pemberijasa dan konsumen, memberikan
dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk
rekomendasi promosi dari mulut ke mulut yang menguntungkan pemberi jasa (Peter
et al, 2000).
Kunjugan pasien adalah pemanfaatan penggunaan fasilitas kesehatan yang
disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas
tersebut. Tingkat kunjugan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan
perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sebagai tingkat kepuasan
pasien dalam penyelanggaraan pelayanan kesehatan.Kunjungan juga berarti adanya
kepercayaan pasien terhadap organisasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk
memenuhi kebutuhanya. Besarnya tingkat kunjugan pasien ke fasilitas pelayanan
kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu yaitu harian, mingguan , bulanan, tahunan
(Idawani, 2001).
Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas
dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor
yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam
Notoatmodjo (2005), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :
1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)
Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar
atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,
keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau
kelompok untuk bertindak.
2 Faktor pemungkin (Enabling factors)
Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor
pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti
tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat penambalan sewarna gigi,
3.Faktor penguat (Reinforcing factors)
Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan
memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan
dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan
atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.
Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor -faktor yang memengaruhinya. Proses
penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen
selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan
bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sarana
pelayanan tergantung pada sikap orang itu sendiri.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke poli gigi adalah (a)
Faktor Internal/Organisasi (sumber daya manusia,kebijakan tarif, pemasaran, jenis
pelayanan gigi yang komprehensif; (b) Faktor Eksternal/ Masyarakat(jarak dan
lokasi, sosial ekonomi); (c) Faktor Pesaing/Lingkungan (dokter gigi swasta); (d)
FaktorPelanggan (kepuasan pelanggan, kemampuan dan kemauan bayar
pelang(Kiswaluyo dan Yani, 2009).
Menurut Notoatmodjo (2003) respon seseorang bila sakit adalah sebagai
berikut:
1. Tidak bertindak apa-apa, alasannya kondisi yang demikian tidak mengganggu
2. Tindakan mengobati sendiri, selain tidak mengganggu aktifitas juga orang tersebut
sudah percaya pada diri sendiri.
3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional
4. Mencari pengobatan dengan membeli obat di warung-warung obat. Obat yang
didapatkan biasanya tidak memakai resep dokter.
5. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh
pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikatagorikan kepada balai
pengobatan, dan rumah sakit.
6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh
praktek swasta
Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor faktor yang membedakan
respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat
dibedakan menjadi dua yakni :
a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan
yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis
kelamin, dan lain-lain.
b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,
politik.Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang
mewarnai perilaku seseorang. Menurut WHO (World Health Organization dalam
Notoatmodjo, 2005) alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena
pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang
Fokus Penelitian dari kerangka pikir adalah sebagai berikut :
1. Input adalah segala sesuatu yang mendukung berjalanya suatu program yang
meliput sumber manusia daya, sarana prasarana, biaya opasional dan pengetahuan
2. Proses adalah semua proram kegiatan poligigi yang bersifat preventif, kuratif,
pelayanan medis dasar untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi .
Proses dilhiat dari kunjugan pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi
selain pencabutan dan sebelum pada tahap gigi harus dicabut atas permintaan pasien
atau diagnosa.
3. Output adalah hasil akhir kegiatan pelayanan dari proses yaitu status kesehatan
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan wawancara
mendalam yang bertujuan menganalisis hubungan antara faktor sebab dengan
kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi sebelum/ setelah waktu
pengamatan yang dilakukan dengan menganalisis data yang meliputi input, proses,
output yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain.
3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Puskesmas Medan Sunggal, Kec Sunggal. Alasan
dipilih lokasih ini adalah karena tingginya angka pencabutan gigi. Penelitian
dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan selesai.
3.3 Informan
Informan dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan gigi di Poligigi
Puskesmas Medan Sunggal yang terdiri dari 2 dokter gigi, 2 perawat gigi dan pasien
yang datang berkunjung ke poligigi untuk melakukan pencabutan gigi permanen.
Besar sampel yang diambil berdasarkan jawaban dari kuesioner yang diberikan
bilamana jawaban dari pasien sudah kebanyakan sama maka sampel berhenti sampai
3.4 Teknik Pengumpulan
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara
mendalam (indepth interview) terhadap informan yaitu peneliti melakukan
wawancara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya
kepada tenaga kesehatan dan pasien yang melakukan pencabutan gigi permanen.
Mencatat dan mengobservasi sebelum/sesudah pasien di periksa dokter. Menganalisis
diagnosa dan tindakan pelayanan yang diberikan dokter giginya. Data juga diperoleh
dari catatan laporan puskesmas mengenai jumlah kasus pemanfaataan pelayanan
kesehatan gigi dan data dari pihak puskesmas berupa rekam medis sebagai status
riwayat kesehatan gigi pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal.
3.5 Instrumen Dalam Pengambilan Data
Instrumen yang dingunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, buku catatan
dan alat dokumentasi keadaan.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Pada saat wawancara,
peneliti melakukan analisis terhadap jawaban dari informan dan mengobservasi
kondisi pasien sebelum dan sesudah diberikan pelayanan dipoligigi Puskesmas
Medan Sunggal. Metode analisis data penelitian dilakukan dengan merangkum dan
memilih hal-hal yang penting berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
kemudian data disajikan dalam bentuk uraian pembahasan mengenai sebab- akibat
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi
Puskesmas Medan Sunggal merupakan puskesmas non-rawat inap yang terletak
di Jl. TB Simatupang no.251, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota
Medan dengan batas- batas sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Lalang.
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Asam Kumbang.
- Sebelah Barat berbatasan dengan Deli Serdang.
- Sebelah Timur berbatasan dengan Tanjung Rejo.
4.1.2 Demografi
Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal sebanyak
61.797 jiwa (17.771KK), yang terdiri dari 30.927 laki- laki dan 13.816 perempuan.
Sebagian besar penduduk Kecamatan Medan Sunggal mempunyai pekerjaan
wiraswasta yaitu sebanyak 13.153 jiwa, buruh yaitu sebanyak 10.775 jiwa, pensiunan
sebanyak 20.750 jiwa, berdagang sebanyak 10.497, lainnya sebanyak 9775 jiwa, PNS
Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di
apotek 8 buah, praktek bidan 5 buah
Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014
No Sarana Kesehatan Jumlah
1 Rumah sakit swasta 1
2 Puskesmas 2
3 Praktek dokter perorangan 21
4 Posyandu 40
5 Klinik bidan 5
6 Apotek 8
Total 77
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Kecamatan
Medan Sunggal mayoritas adalah posyandu yaitu sebanyak 40, praktek dokter
perorangan sebayak 21, apotek sebayak 1 dan yang terakhir pada rumah sakit
4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan sunggal
Tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal sebanyak 38 orang. Untuk
lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3.
Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014 No Jenis Ketenagaan Jumlah
4.1.5 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sungal
Untuk prasaran kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat diPuskesmas
Medan Sunggal disediakan 1 buah kendaraan roda empat dan 4 buah kendaraan roda
satu. Dan sarana yang tersedia di Puskesmas Medan Sunggal dapat dilihat pada tabel
Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014
10 Kamar mandi untuk pengunjung 2
11 Kamar mandi Petugas 2
Sumber : Puskesmas Medan Sunggal 2014 4.2 Karakteristik Informan
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang
telah dipersiapkan sebelumnya terhadap informan yang dijadikan narasumber
penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebayak 8 orang, yang terdiri
dari 4 petugas kesehatan puskesmas poligigi dan 4 orang pasien yang melakukan
pencabutan gigi permanen.
Untuk informan pasien yang berkunjung ke poligigi, sebelum diberikan
pelayanan kesehatan gigi oleh tenaga kesehatan, maka peneliti mengambil data input
status kesehatan dari rekam medis dan melakukan wawancara. Setelah pasien
tersebut diberikan pelayanan dari tenaga kesehatan poligigi lalu peneliti melakukan
kembali wawancara guna memperlengkap informasi.
Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat
Tabel 4.5 Karakteristik Informan
No Informan Jenis
Kelamin
Umur (Tahun)
Pendidikan Keterangan
1 Drg. Zainirita Perempuan 57 S1 Dokter Gigi
2 Drg.Trinovianti perempuan 34 S1 Dokter Gigi
3 Florenrenova Perempuan 30 D3 Perawat Gigi
4 Tety Trihardina Siregar
Perempuan 29 D3 Perawat Gigi
5 Safari Laki-laki 30 SMK Pasien
6 Pandiang Sitompul
Laki-laki 45 S1 Pasien
7 Riska anggraini Perempuan 25 D3 Pasien
8 Marsida Siregar Perempuan 54 SMA Pasien
Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini
adalah 8 informan yang terdiri dari 1 informan dokter gigi yang berusia 57 tahun
dengan pendidikan S1 yang telah bertugas sejak tahun 1993, 1 informan dokter gigi
yang berusia 34 tahun dengan pendidikan S1 yang bertugas sejak tahun 2012, 2
perawat gigi dengan pendidikan D3 kesehatan gigi, dan 4 orang pasien dengan latar
4.3 Analisis Pelaksanaan Pelayanan Exodontia Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Oleh Tenaga Kesehatan Poligigi
4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan kemampuan TenagaKesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi
Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi
Informan Pernyataan
Informan 1 Tenaga kesehatan dipoligigi sudah cukup, tidak menghambat dalam memberikan pelayanan terbaik. Bahkan untuk 2015 akan ada 1 dokter gigi yang mulai bertugas. Kami disini tim dengan tahu tugas masing– masing. Pencabutan gigi permanen selalu pihak dokter yang melaksanakanya. Dari kemampuan fasilitas, dari dulu sudah dikonsulkan pengadaan kursi paien (dental chairs) baru tetapi sampai saat ini belum tersedia.
Informan 2 Cukup, selama ini tenaga kesehatan poligigi sudah maksimal dalam jumlah tenaga kesehatan, tidak ada hambatan yang berarti dan kemampuan skill tiap- tiap tenaga kesehatan juga cukup baik.
Informan 3 Sudah cukup, kami tidak ada hambatan memberikan pelayanan yang baik bila dilihat dari jumlah tenaganya, kemampuan dokternya juga cukup baik karena pengalaman sudah banyak, kami bekerja sesuai kode etik masing- masing. Informan 4 Cukup lah SDMnya, tidak ada hambatan dalam memberikan
pelayanan dan kemampuan juga baik. Dokternya juga cukup pintar, apalagi seperti dokter Rita kan sudah lama di poligigi ini jadi pengalaman sudah banyak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan berpendapat bahwa
tenaga kesehatan di poligigi sudah cukup dan kemampuan tiap tenaga cukup baik.
Selama ini mereka tidak memiliki hamabatan dikarenakan kekurangan tenaga di
poligigi. Faktor tenaga kesehatan di poligigi tidak menjadi hambatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dikarena kecukupan tenaga
kesehatan dan bekerja sesuai kode etik masing- masing tenaganya. Menurut informan
giginya sudah cukup baik dengan pengalaman yang sudah ada, jadi bukan menjadi
hambatan dalam memberikan pelayanan yang maksimal
4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi
Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pembersihan Karang Gigi
Informan Pernyataan
Informan 1 Tidak ada, sudah lama disini tidak menerima pasien pembersihan karang gigi karena, karena kami hanya memiliki sistem manual tapi itu sudah tak layak pakai dan karatan. Yaa kami rujuk saja ke rumah sakit kelas B.
Informan 2 Tidak ada, pasien sering kecewa karena kami tidak dapat melayani pembersihan karang, dirujuk saja lah ke rumah sakit. Informan 3 Tidak ada. kami mau gimana lagi kalo memang alat kami tidak
ada.
Informan 4 Ada tapi tidak layak pakai, jadi sama saja artinya tidak. Biasanya dokter merujuk pasien bila diperlukan.
Berdasarkan pernyataan semua informan diatas dapat dilihat, bahwa tindakan
pembersihan karang gigi tidak dapat dilakukan sebagai tindakan preventif
pencegahan gigi berlubang karena ketersedian sarana fasilitas yang tidak memadai
yaitu sistem manual dan alat sudah karatan. Apabila ada pasien yang ingin
membersihkan karang, maka dokter giginya merujuk ke rumah sakit hal ini membuat
pasien sering kecewa.
Ketersediaan sarana dan prasarana pembersihan karang gigi berkaitan dengan
pencabutan yang diakibat kan gingivitis yaitu perandangan gusi. Karang gigi yang
diabaikan dan menutup hampir 1/3 dari gusi maka lama kelaman akan merusak gusi
dan menyebabkan infeksi sehingga terjadi peradangan gusi seperti mudah berdarah,