• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015"

Copied!
116
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh :

IMELDA E SIHOMBING NIM. 121021119

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul” Analisis

Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi

Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015 “ beserta seluruh

isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan

atau pengutipan dengan cara- cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang

berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menaggung

resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya

pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain

terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, April 2015 Yang membuat pernyataan

(3)
(4)

ii

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan di puskesmas karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak bisa dirawat lagi. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal yang dapat berakibat terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang.

Jenis penelitian dengan wawancara mendalam(indepth interview) terhadap tenaga kesehatan dan pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi di Puskesmas Medan Sunggal.

Hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi yaitu sarana fasilitas yang belum memadai dan memenuhi standar sarana prasarana puskesmas, rendah nya motivasi kinerja tenaga kesehatan untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik tentang tentang pentingnya mempertahankan gigi dengan menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari pencabutan gigi.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak Puskesmas Medan Sunggal dapat meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat dan UKGS akan pentingnya mempertahankan kesehatan gigi, melengkapi sarana fasilitas poligigi seperti pengadaan dental chairs yang baru, penambalan sinar, dan perawatan saluran akar. Perlu upaya meningkatkan motivasi kinerja tenaga kesehatan poligigi.

(5)

iii

anymore. The loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal diseases. This tooth loss can lead to disruption of the s peech function, mastication, and aesthetics. The people‘s awarennes of visiting dental clinic at health center in Medan Sunggal for tooth extractionis is practis, needn`t repeat visiting and low of knowledge extraction.

This research with in-deth interviews to health workers and patients in Medan Sunggal health center who came for tooth extrection. The goal of research to analysis determinan faktor the patients chosee for Tooth extraction in health center Medan Sunggal.

The result of the analysis of the servise implementasi exodontias patient that inadequate infrastructure of dental clinic health center. Lack of the efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center. Levels of knowledge and attitude of the patient Medan Sunggal health center, about maintaining, retaining to avoid extraction tooth were categorized as lack.

Based on the research results, suggested should the health center to improving the effeciency and UKGS about the importance maintaining, retaining teeth to people Medan Sunggal. Completing the facility means like dental chairs, filling instrumen lihgt cure and pulpa capping.The need for efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center.

(6)

iv

Nama : Imelda E Sihombing

Tempat/Tanggal Lahir : Medan 8 september 1988

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen protestan

Status Perkawinan : Belum Kawin

Alamat Rumah : Desa Munte

Kecamatan Munte

Kabupaten Karo

RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1996-2002 : SD INPRES Selakkar. Kab.Karo

2. 2002-2005 : SMP Mulia Pratama, Medan

3. 2005-2008 : SMA Mulia Pratama, Medan

4. 2008-2011 : D-IIIKesehatan Gigi Politeknik Kesehatan

Kemenkes Medan

(7)

v

hikmat, pengajaran dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

yang berjudul“ Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Permanen Pasien Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2015”, guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan

Masyarakat.

Dalam penyusunan skripsi mulai dari awal hingga akhir selesainya skripsi ini

penulis banyak mendapat bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh

karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

2. Bapak dr. Heldy BZ, MPH selaku ketua Departemen Administrasi Dan Kebijakan

Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara, selaku Dosen Penguji I skripsi yang telah banyak meluangkan waktu, tulus,

dan sabar memberikan saran, dukungan, nasihat bimbingan serta arahan dalam

penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I sekaligus sebagai Ketua

Penguji yang juga telah banyak meluangkan waktu, tulus, dan sabar memberikan

(8)

vi penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Siti Khadijah Nasution, SKM, M.kes, selaku Dosen Penguji II, yang

memberikan masukan, kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Isyatun Mardiahsyahri, SKM. M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah banyak memberikan masukan kepada penulis selama kuliah di FKM

USU.

7. Seluruh Dosen dan Staf di FKM USU, terutama Departemen AKK yang telah

memberikan bekal ilmu selama penulis mengikuti pendidikan.

8. Ibu drg. Zainirita selaku Kepala Poligigi Puskesmas Medan Sunggal dan Bapak

Ramli Brampu. SH selaku subag tata usaha yang telah memberikan data dan

mengizinkan penulis melakukan penelitian di Puskesmas Medan Sunggal.

9. Berbagai pihak di Puskesmas Medan Sunggal yang telah memberikan banyak

bantuan dan kemudahan selama melakukan penelitian

10.Teristimewa untuk orang tuaku tercinta, Ayahanda Makmur Sihombing dan

Ibunda Rosmaria Purba, serta ketiga saudaraku Andri Voulsen, Wini Srirejeki dan

Mutiara Enjelina yang senantiasa tidak henti-hentinya memberikan kasih sayang,

doa serta dukungan baik moril maupun materil.

11.Teman-teman FKM USU Ekstensi 2012, terimakasih atas dukungan, motivasi,

(9)

vii terimakasih atas dukungannya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu

kritik dan saran membangun diharapakan untuk kesempurnaan skripsi ini. Semoga

skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak khususnya untuk menambah pengetahuan

dalam bidang kesehatan dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu.

Medan, 2015

Penulis

(10)

viii

2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut ... 11

2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas ... 12

2.4 Poligigi ... 14

2.5 Pencabutan Gigi ... 19

2.5.1 Indikatsi Pencabutan Gigi ... 20

2.5.2 Dampak Pencabutan Gigi ... 21

2.6 Perilaku dan Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Poligigi ... 25

(11)

ix

4.1.1 Geografi ... 33

4.1.2 Demografi ... 33

4.1.3 Sarana Kesehatan ... 34

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal ... 35

4.1.5 Sarana dan Prasarana di Puskesmas Medan Sunggal ... 35

4.2 Karakteristik Informan ... 36

4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Tenaga Kesehatan Poligigi ... 38

4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan dan Kemampuan Tenaga Kesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan Poligigi ... 38

4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi ... 39

4.3.3 Pernyataan Jenis Pelayanan yang Tersedia di Poligigi ... 42

4.3.4 Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan Gigi yang Berkunjung di Poligigi ... 44

4.3.5 Pernyataan Informan Menanggapi Pasien yang Bersikeras Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan ... 45

4.3.6 Pernyataan Informan Tentang Alasan yang Dikemukakan Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut ... 46

4.3.7 Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Teraupetik Yang diberikan Pasca Cabut Gigi kepada Pasien ... 47

4.3.8 Pernyataan Informan Persepsi Pasien Tentang kesehatan 48

4.3.9 Pernyataan Informan Tentang Faktor Pengaruh Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan ... 50

(12)

x

4.4.3 Pernyataan Informan Tentang Alasan Memilih Mencabut Gigi Daripada Mempertahankan Gigi yang Berlubang 54 4.4.4 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Pasien terhadap

Menjaga Kesehatan Gigi ke Poligigi Puskesmas

Medan Sunggal ... 54 4.4.5 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Indikasi Gigi yang Layak Dicabut ... 55 4.4.6 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Saran atau

Pendapat Keluarga Sebelum Mencabut Gigi ... 56 4.4.7 Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Dampak Jangka

Panjang Setelah Pencabutan Gigi ... 57 4.4.8 Pernyataan Informan Tentang Rujukan Perawatan Saluran

Akar Gigi Dapat Dipertahankan ... 57 4.4.9 Pernyataan Informan tentang Faktor yang Mempengaruhi

Pasien Tidak Memanfaatkan Pelayanan Poligigi Sebelumnya 4.4.10 Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah

Gigi Dicabut ... 59 4.4.11 Pernyataan Informan Tentang Memakai Gigi Tiruan

Setelah Gigi Dicabut ... 60

BAB V PEMBAHASAN ... 63 5.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan

Gigi Permanen di Poligig Puskesmas Medan Sunggal oleh Petugas Poligigi ... 63 5.1.1 Jumlah dan Kemampuan Tenaga Kesehatan Dalam

Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi oleh Tenaga Kesehatan ... 63 5.1.2 Sarana Fasilitas Poligigi Kesehatan Oleh Tenaga Kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ... 65 5.1.3 Kondisi Kesehatan Gigi Pasien yang Berkunjung di Poligigi

(13)

xi

5.1.6 Persepsi Pasien Tentang Pengetahuan terhadap Kesehatan Gigi oleh Tenaga Kesehatan ... 71 5.1.7 Faktor Pendidikan, Ekonomi, Pengetahuan yang Mempengaruhi

Tingginya Angka Pencabutan Oleh Tenaga Kesehatan ... 72 5.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan

Gigi Permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal oleh Pasien Poligigi ... 74 5.2.1 Keluhan, Alasan dan Pelayanan yang Diberikan oleh Tenaga

Kesehatan Puskesmas Medan Sunggal ... 74 5.2.2 Tentang Pengetahuan Pasien terhadap Menjaga Kesehatan

Gigi ... 75 5.2.3 Pengetahuan Pasien terhadap Indikasi Gigi yang Harus dicabut 5.2.4 Dukungan dan Saran atau Pendapat Keluarga Sebelum

Mencabut Gigi ... 79 5.2.5 Pengetahuan Dampak Jangka Panjang Setelah

Pencabutan Gigi ... 80 5.2.6 Rujukan Perawatan Saluran Akar Gigi Agar Gigi Dapat

Dipertahankan ... 83 5.2.7 Faktor yang Mempengaruhi Pasien tidak Memanfaatkan

Pelayanan Poligigi selain Mencabut Gigi ... 84 5.2.8 Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah

Gigi Dicabut ... 85 5.2.9 Pemakaian Gigi Tiruan Setelah Gigi Dicabut ... 86

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 6.1 Kesimpulan ... 88 6.2 Saran ... 88

(14)

xii

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal

Tahun 2014 ... 34 Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal

Tahun 2014 ... 35 Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal

Tahun 2014 ... 36 Tabel 4.5 Karakteristik Informan ... 37 Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan

Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Poligigi ... 38 Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Pembersihan Karang Gigi ... 39 Tabel 4.8 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Penambalan Gigi ... 40 Tabel 4.9 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana dan Prasarana Perawatan

Saluran Akar Gigi ... 41 Tabel 4.10 Matriks Pernyataan Informan Tentang Jenis Pelayanan yang

Tersedia Poligigi ... 42 Tabel 4.11 Matriks Pernyataan Informan Tentang Status Kondisi Kesehatan

Gigi Yang Berkunjung di Poligigi ... 44 Tabel 4.12 Matriks Pernyatan Informan Menanggapi Pasien yang Bersikeras

Untuk Mencabut Gigi Sedangkan Gigi Masih Dapat Dipertahankan Tabel 4.13 Matriks Pernyataan Informan Tentang Alasan yang dikemukakan

Pasien Saat Gigi Ingin Dicabut ... 46 Tabel 4.14 Matriks Pernyataan Informan Tentang Komunikasi Terapeutik yang

Diberikan Pasca Cabut Gigi kepada Pasien ... 47 Tabel 4.15 Matriks Pernyataan Informan Tentang Persepsi Pasien Tentang

Kesehatan Gigi ... 48 Tabel 4.16 Matriks Pernyataan Informan tentang Faktor Pendidikan, Ekonomi,

Pengetahuan yang Mempengaruhi Tingginya Angka Pencabutan Tabel 4.17 Matriks Pernyatan Informan Tentang Pengalaman Berkunjung ke

(15)

xiii

Tabel 4.20 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Pasien Menjaga Kesehatan Gigi ... 55 Tabel 4.21 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Indikasi

Gigi yang Harus Dicabut ... 56 Tabel 4.22 Matriks Pernyataan Informan Tentang Pengetahuan Saran atau

Pendapat Keluarga Sebelum Mencabut Gigi ... 57 Tabel 4.23 Matriks Pernyataan Informan Tentang Rujukan Perawatan Saluran

Akar Gigi Dapat Dipertahankan ... 57 Tabel 4.24 Matriks Pernyataan Informan Tentang Faktor yang Mempengaruhi

Pasien tidak Memanfaatkan Pelayanan Poligigi Selain

Mencabut gigi ... 58 Tabel 4.25 Matriks Pernyataan Informan Tentang Tanggapan Setelah

Gigi Dicabut ... 59 Tabel 4.26 Matriks Pernyataan Informan tentang Memakai Gigi Palsu setelah

(16)

xiv

Gambar 2.1 Determinan Perilaku Manusia ... 29

(17)

ii

Pencabutan gigi merupakan tindakan yang sering dilakukan di puskesmas karena kebanyakan pasien datang dengan keadaan gigi yang sudah tidak bisa dirawat lagi. Kehilangan gigi dapat disebabkan oleh berbagai penyakit seperti karies dan penyakit periodontal yang dapat berakibat terganggunya fungsi bicara, pengunyahan, dan estetika. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang menimbulkan sakit berulang.

Jenis penelitian dengan wawancara mendalam(indepth interview) terhadap tenaga kesehatan dan pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal. Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi di Puskesmas Medan Sunggal.

Hasil penelitian mengenai analisis pelaksanaan pelayanan pencabutan gigi yaitu sarana fasilitas yang belum memadai dan memenuhi standar sarana prasarana puskesmas, rendah nya motivasi kinerja tenaga kesehatan untuk memberdayakan sumber daya yang ada dan tingkat pengetahuan pasien yang kurang baik tentang tentang pentingnya mempertahankan gigi dengan menjaga kesehatan gigi agar terhindar dari pencabutan gigi.

Berdasarkan hasil penelitian, diharapkan pihak Puskesmas Medan Sunggal dapat meningkatkan pelaksanaan penyuluhan kepada masyarakat dan UKGS akan pentingnya mempertahankan kesehatan gigi, melengkapi sarana fasilitas poligigi seperti pengadaan dental chairs yang baru, penambalan sinar, dan perawatan saluran akar. Perlu upaya meningkatkan motivasi kinerja tenaga kesehatan poligigi.

(18)

iii

anymore. The loss of teeth can be caused by various diseases such as caries and periodontal diseases. This tooth loss can lead to disruption of the s peech function, mastication, and aesthetics. The people‘s awarennes of visiting dental clinic at health center in Medan Sunggal for tooth extractionis is practis, needn`t repeat visiting and low of knowledge extraction.

This research with in-deth interviews to health workers and patients in Medan Sunggal health center who came for tooth extrection. The goal of research to analysis determinan faktor the patients chosee for Tooth extraction in health center Medan Sunggal.

The result of the analysis of the servise implementasi exodontias patient that inadequate infrastructure of dental clinic health center. Lack of the efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center. Levels of knowledge and attitude of the patient Medan Sunggal health center, about maintaining, retaining to avoid extraction tooth were categorized as lack.

Based on the research results, suggested should the health center to improving the effeciency and UKGS about the importance maintaining, retaining teeth to people Medan Sunggal. Completing the facility means like dental chairs, filling instrumen lihgt cure and pulpa capping.The need for efforts to improve health workers in Medan Sunggal health center.

(19)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam Sistem Kesehatan Nasional disebutkan bahwa tujuan pembangunan

kesehatan adalah tercapainya kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar

terwujud derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan

umum. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut dilakukan upaya kesehatan yang

menyeluru, terpadu dan merata yang dapat diterima dan terjangkau oleh seluruh

masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat.

Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

komponen bangsa yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan

masyarakat setinggi-tingginya. Upaya untuk mencapai tujuan tersebut, pembangunan

kesehatan dilaksanakan secara terarah, berkesinambungan dan realistis sesuai

pentahapan.

Puskesmas (Pusat Kesehatan Masyarakat) adalah suatu organisasi kesehatan

fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga

membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara

menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat di wilayah kerjanya dalam bentuk

(20)

kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan

di wilayah kerja (Depkes, 2007).

Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan

berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang

disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih

dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada, yakni: upaya kesehatan

sekolah, upaya kesehatan olah raga, upaya perawatan kesehatan masyarakat, upaya

kesehatan kerja, upaya kesehatan gigi dan mulut, upaya kesehatan jiwa, upaya

kesehatan mata, upaya kesehatan usia lanjut, upaya pembinaan pengobatan

tradisional.

Penyakit gigi dan mulut yang banyak ditemukan pada masyarakat adalah karies

gigi dan penyakit periodontal. Survei Kesehatan Rumah Tangga menunjukkan

bahwa 63% penduduk Indonesia menderita karies gigi aktif atau kerusakan pada gigi

yang belum ditangani. Lebih dari 50% pengunjung poligigi yang datang ke

puskesmas bertujuan untuk mencabutkan gigi, padahal di poligigi puskesmas tersedia

perawatan penambalan dan restorasi, perawatan saluran akar dan perawatan gigi

lainnya yang dapat dipilih untuk mempertahankan gigi lebih lama (Depkes, 2007).

Karies gigi aktif mengalami peningkatan dari tahun 2007 ke 2013 secara

nasional. Dari semua kelompok umur baik masyarakat kota- pedesaan. Pengalaman

karies juga mengalami peningkatan secara nasional (67,2 menjadi 72,3) dan

(21)

kehilangan gigi (pencabutan). Dari data ini dapat diperkirakan terjadinya

peningkatan prevalensi akibat menurunnya kesadaran masyarakat untuk

mempertahankan jumlah gigi (Riskesdas 2013).

Penyakit gigi dan mulut meskipun masih menjadi masalah kesehatan di

Indonesia, namun pada umumnya masyarakat masih enggan berobat ke fasilitas

pelayanan kesehatan. Masyarakat berkunjung bila sudah mengalami sakit gigi dan

lubang gigi yang kronis, terlihat dari rendahnya jumlah pengunjung yang

memanfaatkan jasa pelayanan di Puskesmas. Pemanfatan pelayanan kesehatan gigi

dan mulut tidak saja berupa pencabutan, seharusnya masyarakat berkunjumg minimal

6 bulan sekali (Depkes, 2007).

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan, kecamatan Medan Sunggal

memiliki 2 pukesmas yaitu Pukesmas Desa Lalang dan Pukesmas Medan Sunggal.

Jumlah penduduk kecamatan Medan Sunggal 67.797. Tenaga kesehatan Puskesmas

Medan Sunggal ini memiliki 2 dokter gigi dan 2 perawat gigi, dengan rata-rata

kunjungan 13/hari. Dapat dilihat pada tabel berikut.

1.1Tabel kunjugan Pasien Puskesmas Medan Sunggal

(22)

Melalui data tersebut diperoleh kunjungan pencabutan gigi permanen,

penambalan sementara, penambalan amalgam. Sisa kunjugan dari data diatas berupa

kunjugan ulang pasien, pemberian resep, cek up, pengambilan gigi palsu, konsultasi,

meminta pengklaiman dll.

Melalui data tersebut dapat dilihat bahwah hampir setengah dari jumlah

kunjugan pasien tiap tahunnya berupa tindakan pencabutan gigi permanen, tidak ada

kunjungan lain seperti pembersihan karang gigi dan penambalan gigi fissure silent

untuk mencengah lubang gigi terjadi. Menurut petugas kesehatan puskesmas

masyarakat kurang peduli akan kesehatan gigi sehingga datang berkunjung dalam

kondisi gigi harus dicabut.

Berdasarkan hasil wawancara dari salah satu dokter gigi yang telah bertugas

sejak 1993, Puskesmas Medan Sunggal merupakan peringkat ke-3 berdasarkan

kunjugan pasien setelah Puskesmas Petisah dan Puskesmas Brayan. Menurut Dokter

tersebut pasien yang datang kebanyakan diberi pelayanan pencabutan gigi. Pasien

datang berkunjung bila kondisi gigi permanen sudah tinggal akar, diagnosa gangren

dan mobiliti akibat abses, serta pasien yang sakit gigi diberikan resep dan tambalan

sementara.

Dalam 2 tahun terakhir puskesmas tidak menerima penambalan amalgam

karena telah dilarang dan menjadi kebijakan Dinas kesehatan Kota Medan. Pasien

yang ingin melakukan pembersihan karang gigi dan perawatan saluran akar tidak

dapat dilayani karena prasarana tidak tersedia sehingga pasien dirujuk ke rumah sakit

(23)

kunjugan pasien hanya berupa pencabutan gigi dan juga dipengaruhi sikap

masyarakat yang tidak peduli dan mengerti mengenai karies gigi sehingga datang

dalam kondisi gigi sudah harus dicabut.

Berdasarkan hasil wawancara beberapa pasien yang pernah mencabut giginya,

mereka tidak tahu bahwa gigi berlubang masih bisa dipertahankan dengan

penambalan dan perawatan saluran akar. Mereka berpendapat bahwa puskesmas

tersebut hanya memiliki tambalan warna hitam ( amalgam) sehingga nilai estetikanya

kurang dan berbahaya bagi kesehatan, sementara bila menambal ke dokter gigi swasta

mahal. Pendapat lain bahwa gigi mereka yang berlubang bila rajin dibersihkan

dengan cara sikat gigi maka akan sembuh. Pasien tidak mengetahui bahwa lubang

gigi akan semakin besar dan dalam seiring waktu jika mereka tidak melakukan

pengobatan. Pasien datang berkunjung ke puskesmas sudah dalam kondisi sakit gigi

dan tinggal sisa akar gigi.

Kesadaran masyarakat tentang arti pentingnya kunjungan ke dokter gigi dan

pukesmas masih saja kurang. Dengan kata lain, kesadaran akan pencegahan pada

sakit gigi masih kurang terutama bagi masyarakat menengah kebawah. Umumnya

pasien tidak memeriksakan gigi mereka karena alasan ekonomi atau sikap kepedulian

yang rendah, sehingga penyakit pulpa dan periodontal sudah berada dalam kondisi

lanjut. Kondisi ini masih dapat diobati melalui perawatan saluran akar tetapi

perawatan ini memerlukan beberapa kali kunjugan dan biaya relative mahal,

disamping itu kesanggupan kemampuan pukesmas menyediakan sarana untuk

(24)

Masyarakat hanya berpikir untuk segera mencabut gigi jika mengalami sakit

gigi. Persepsi masyrakat yang paling sering sebagai alasan memilih pencabutan gigi

ialah praktis karena tidak perlu kunjugan berulang-ulang dan karena lubang gigi yang

menimbulkan sakit berulang (Puspitasari,2007).

Gigi berlubang dalam kurun waktu akan mengalami pelebaran lubang giginya

karena penyebaran bakteri dan menjangkit ke gigi lainnya oleh sebab itu tidak bisa

dibiarkan karena dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Dampak lanjut tak lansung

pada pengeluaran biaya pengobatan yang mahal apabila terjadi seperti peradangan di

seluruh tubuh karena infeksi, penyebaran infeksi ke jaringan lunak, infeksi ke dalam

tulang rahang gigi, infeksi ke otak, peradangan jantung, peradangan paru-paru.

Penangulangan akibat gigi berlubang adalah penumpatan dan perawatan

saluran akar, namun lebih praktis dilakukan pencabutan walaupun masih sangat

memungkinkan untuk dipertahankan, hal ini tidak baik karena kehilangan gigi akan

menyebabkan penurunan efisiensi pengunyahan yang berhubungan erat dengan

masalah karies, penyakit periodontal, dan penyakit- penyakit lainnya (Uttu, 2010).

Pemanfaatan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan gigi dan mulut berupa

tindakan preventif di poligigi Puskesmas Medan Sunggal masih kurang dimana

pelayanan puskesmas tersebut dominan pencabutan gigi permanen, tidak ada

kunjugan lain seperti penambalan, pembersihan karang gigi. Masyarakat mau

(25)

pencabutan dan sikap tidak kepedulian masyarakat tentang kesehatan gigi (Bina

Yankes DKK Medan, 2012).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai Analisis Pelaksanaan Pelayanan Pencabutan Gigi Di Poligigi Puskesmas

Medan Sunggal Kec. Medan Sunggal Tahun 2014.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dan latar belakang tersebut, maka yang menjadi

permasalahan yang akan di bahas yaitu : Bagaimana analisis pelaksanaan pelayanan

pencabutan gigi permanen di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal dilihat dari

ketersediaan dan kesiapan puskesmas melakukan pelayanan preventif dan

pengetahuan pasien akan kesehatan gigi dan dampak lanjut dari kehilangan gigi

akibat dicabut.

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui analisis pelaksanaan pelayanan yang mempengaruhi

mengapa masyarakat lebih memilih melakukan tindakan pencabutan gigi : apakah

faktor dari individu (ekonomi, pengetahuan) atau faktor dari puskesmas ( sarana

prasarana, tenaga keseshatan, pelayanan yang tersedia, manejerial) segingga

diperoleh faktor pencetus mengapa tingginya kunjugan pasien yang memilih

(26)

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Bagi Tempat Penelitian.

Dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Medan

Sunggal untuk lebih meningkatkan pelayanan preventif seperti menyediaan sarana

dan prasana poligigi sesuai standrat kesehatan puskesmas sehingga masyarakat mau

berkunjung dan memanfaatkan pelayanan poligigi

2. Manfaat Bagi Institusi Perguruan Tinggi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai bahan masukan serta dijadikan referensi

bagi mahasiswa lain dalam penelitian selanjutnya.

3. Sebagai pengembangan khasanah ilmu pengetahuan, khususnya di bidang Ilmu

Administrasi dan Kebijakan serta penemuan metodelogi baru dalam lingkup Ilmu

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis dinas kabupaten/kota yang

bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di suatau wilayah

kerja(Depkes, 2011). Puskesmas adalah kesatuan organisasi fungsional yang

menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata dapat

diterima dan terjangkau oleh masyarakat dengan peran serta aktif masyarakat dan

menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna,

dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat luas guna mencapai

derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada

perorangan (Depkes, 2009).

2.1.1 Visi dan Misi Puskesmas

Visi puskesmas adalah tercapainya kecamatan sehat menuju Indonesia sehat.

Indikator utama yakni:

1. Lingkungan sehat

2. Perilaku sehat

3. Cakupan pelayanan kesehatan yang bermutu

(28)

Misi puskesmas, yaitu:

1. Menggerakkan pembangunan berwawasan kesehatan di wilayah kerjanya.

2. Mendorong kemandirian hidup sehat bagi keluarga dan masyarakat di wilayah

kerjanya.

3. Memelihara dan meningkatkan mutu, pemerataan dan keterjangkauan

pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.

4. Memelihara dan meningkatkan kesehatan perorangan, keluarga dan masyarakat

berserta lingkungannya.

2.1.2 Fungsi puskesmas

Puskesmas diharapkan dapat bertindak sebagai motivator, fasilitator dan turut

serta memantau terselenggaranya proses pembangunan di wilayah kerjanya agar

berdampak positif terhadap kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya. Hasil yang

diharapkan dalam menjalankan fungsi ini antara lain adalah terselenggaranya

pembangunan di luar bidang kesehatan yang mendukung terciptanya lingkungan dan

perilaku sehat. Upaya pelayanan yang diselenggarakan meliputi :

1. Pelayanan kesehatan masyarakat yang lebih mengutamakan pelayanan promotif

dan preventif, dengan kelompok masyarakat serta sebagian besar

diselenggarakan bersama masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah kerja

puskesmas.

2. Pelayanan medik dasar yang lebih mengutamakan pelayanan,kuratif dan

rehabilitatif dengan pendekatan individu dan keluarga pada umumnya melalui

(29)

a. Penumpatan pit fissure dan aplikasi topical.

b. Kuratif : Pencabutan tanpa komplikasi, penumpatan gigi, perawatan saluran

akar, terapi periodontal, pembuagan karang gigi, penyakit mulut dan

rujukan.

c. Pelayanan darurat dasar : mengurangi rasa sakit, pembersihan karang gigi,

penambalan sementara, restorasi penumpatan, perawatan saluran akar,

perawatan penyakit / kelainan jaringan mulut, dan menghilangan traumatik.

2.2 Puskesmas dan Upaya Kesehatan Gigi Mulut

Tujuan upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas terdiri atas tujuan umum

dan khusus.Tujuan umum yaitu tercapainya derajat kesehatan gigi masyarakat yang

layak. Untuk mencapai kesehatan gigi masyarakat yang layak maka Organisasi

Kesehatan Sedunia (WHO) menetapkan target pencapaian tahun 2010 meliputi

peningkatan status kesehatan gigi dan mulut dan kemampuan masyarakat untuk

melakukan pencegahan. Sasaran WHO pada tahun 2010 terdiri dari 90% untuk umur

5 tahun bebas karies, angka DMF-T – 1 untuk anak umur 12 tahun, penduduk umur

18 tahun tidak ada gigi yang dicabut karena karies atau kelainan periodontal; sebesar

90% penduduk umur 35 - 44 tahun memiliki 20 gigi berfungsi, hanya 2% diantara

mereka tidak bergigi dan tidak lebih dari 0,1 sekstan mempunyai sakit gusi dalam .

Pada penduduk umur 65-74 tahun hanya 5% yang tidak bergigi, 75% diantaranya

memiliki 20 gigi berfungsi dan tidak lebih dari 0,5 sekstan dengan saku gusi dalam

(30)

Tujuan khusus upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas yaitu :

1. Meningkatkan keadaan, sikap dan perilaku masyarakat dalam kemampuan pelihara

diri (self care) di bidang kesehatan gigi dan mulut serta mencari pengobatan sedini

mungkin.

2. Menurunnya prevalensi penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat

(karies dan periodontitis) dengan upaya perlindungan atau pencegahan tanpa

mengabaikan upaya penyembuhan dan pemulihan terutama pada kelompok

masyarakat yang rawan.

3. Puskesmas adalah salah satu unit pelayanan kesehatan yang berorientasi terhadap

kebutuhan pasien. Puskesmas dalam upaya pemenuhan kebutuhan pasien akan

pelayanan kesehatan, berusaha memberikan mutu pelayanan yang berkualitas yang

dapat memuaskan ( Depkes,2007).

2.3 Program Kesehatan Gigi dan Mulut di Puskesmas

Salah satu program pengembangan d puskesmas adalah program kesehatan gigi

dan mulut. Program kesehatan gigi dan mulut di puskesmas pada dasarnya dibagi

menjadi 3 kegiatan:

1. Pembinaan / Pengembangan

Pembinaan/ pengembangan kemampuan dan peran serta masyarakat dalam upaya

pelihara diri, melalui pengembangan upaya kesehatan yang bersumber pada aktivitas

masyarakat dengan pendekatan Pendidikan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD)

(31)

Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD) adalah upaya

pelayanan kesehatan gigi pada masyarakat/keluarga terutama upaya kesehatan yang

bersifat promotif yaitu penyuluhan terpadu. Kegiatannya berupa upaya peningkatan,

pencegahan, dan pengobatan darurat dengan mengembangkan upaya pelayanan yang

bersumber pada peran aktif masyarakat melalui posyandu agar masyarakat mau

dirujuk ke Puskesmas (Depkes RI, 2007).

2. Pelayanan asuhan pada kelompok rawan dilaksanakan pada :

Anak sekolah ( Usaha Kesehatan Gigi Sekolah )

Kegiatan Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) adalah upaya kesehatan gigi di

lingkungan sekolah terutama Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu bentuk promosi

program kesehatan gigi mulut. Pelaksanaannya merupakan paket pelayanan asuhan

sistematik yang ditujukan terutama bagi semua anak sekolah tingkat SD, dalam

bentuk paket promotif, paket promotif-preventif, paket paripurna sehingga

diharapkan dalam pelaksanaan tersebut anak didik dapat di rujuk ke Puskesmas

(Depkes RI, 1993 dan ibu hamil/ menyusui, anak pra sekolah.

3. Pelayanan medik gigi dasar.

Pelayanan medik gigi dasar di puskesmas dilaksanakan terhadap masyarakat yang

datang mencari pengobatan maupun yang dirujuk. Pelayanan meliputi: pengobatan,

pemulihan, pencegahan khusus, di samping penyuluhan secara individu maupun

(32)

2.4 Poligigi

Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya di bidang perawatan adalah pelayanan di

poligigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi

untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam tertentu.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional

yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada

masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat

meliputi: peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan

penyembuhan terbatas (Depkes RI, 2007).

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, pasien akan mendapatkan

pelayanan sebagai berikut antara lain:

1. Pelayanan Administrasi / penerimaan

Bagian ini merupakan tempat dimana pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu

sebelum memasuki ruangan poli gigi.Bagian penerimaan pasien juga merupakan

wajah suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang

puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas– petugas yang dapat

menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil.

2. Pelayanan tenaga medis / Dokter

Tenaga medis dokter merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling

besardalam menentukan kualitas pelayanan yang diberikan pada pasien di puskesmas.

(33)

adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu sebaik baiknya

dengan menggunakan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran gigi dan etik

yang berlaku serta dapat dipertanggung jawabkan.

3. Pelayanan tenaga para medis / perawat

Tenaga para medis/ perawat adalahorang yang lebih dekat hubungannya dengan

pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat

sebelum bertemu dengan dokter.

4. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang diberikan di puskesmas.

Menurut Pedoman Kerja Puskesmas (1999), pelayanan medik gigi dasar yang

diberikan di puskesmas adalah tumpatan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan pulpa

seperti tumpatan sementara, pencabutan gigi tetap dan gigi sulung, pengobatan,

pembersihan karang gigi, tindakan bedah ringan seperti insisi abses dan

operkulektomi.

5. Penyediaan sarana medis / non medis

Penyediaan sarana medis/non medis standar peralatan wajib disediakan di poli

gigi puskesmas untuk melaksanakan pelayanan kesehatan gigi terdiri atas sarana

medis dan sarana non medis. Sarana medis yang dibutuhkan dapat dilihat pada

Lampiran, sedangkan sarana non medis yang diperlukan di poli gigi yaitu dental unit

atau dental chair, lemari alat, meja alat, sterilisator dan kompresor. Bila medis dan

non medis di poli gigi puskesmas sesuai dengan standar pelayanan, diharapkan dapat

(34)

6. Lingkungan pasien

Lingkungan pasien merupakan tempat atau ruagan dimana pasien menghabiskan

waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi

ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien.

Lingkungan yang terkait dengan pelayanan kesehatan di poligigi adalah konstruksi

bangunan dan disain ruang tunggu, bagian informasi dan ruang periksa (Depkes

2007).

2.5 Tugas/Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi dan Manajerial di Puskesmas 1. Tugas Dokter

a. Medis Teknis

i. Melaksanakanpelayanan medik gigi umum dan khusus

ii. Menerima rujukan kasus medik gigi dasar dan merujuk

kasus-kasus spesialistik

iii. Melaksanakan pelayanan baik asuhan sistematik maupun asuhan

masyarakat (bila tidak ada perawat gigi)

b. Manajemen (makro)

Menyangkut masalah umum/ luas seperti dalam mengidentifikasikan,

merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan

gigi dan mulut di wilayahnya.

i. Mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di

(35)

ii. Mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan

pelayanan asuhan.

iii. Membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tenis.

iv. Bertanggung jawab dalam pencatatan/ pelaporan tentang pelayanan

kesehatan gigi di wilayahnya.

2. Tugas Perawat Gigi

a. Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

i. Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi: pelayanan asuhan

sistematik (pada kelompok anak sekolah / UKGS, ibu hamil/ menyusui

dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat ).

ii. Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan dapat

melakukan pelayanan medis gigi dasar.

b. Manajemen (mikro)

i. Mempersiapkan pelaksanaan evaluasiprogram pelayanan asuhan

kesehatan gigi dan mulut di sekolah

ii. Membina, mengkoordinasi, melatih protesa dalam bidang kesehatan gigi

dan mulut di posyandu

iii. Melaksanakan pencatatan/ pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi

(36)

3. Manajerial

Manajer mempunyai tugas membuat rencana, mengorganisasikan, mengarahkan

dan mengawasi kegiatan-kegiatan organisasi. Di samping itu manajer yang baik juga

harus mempunyai jiwa kepemimpinan. Pengertian pemimpin yaitu: orang yang

memiliki kekuasaan untuk menggerakkan, mengawasi dan membimbing bawahan

dengan kemampuan serta kecakapan sehingga mampu mempengaruhi bawahannya,

biasanya dengan kecakapan dan kelebihan yang dimilikinya menyebabkan seorang

pemimpin mendapat pengakuan dari masyarakat atau anggota organisasi untuk

menjalankan kepimpinan (Suganda, 2010)

Azwar (1999) mendefinisikan pengertian kepemimpinan dari sudut pandang

perspektif sebagai konsep manajemen yang dirumuskan sebagai berikut :

1. Kepemimpinan adalah kegiatan dalam mempengaruhi orang lain untuk bekerja

keras dengan penuh kemauan untuk tujuan kelompok,

2. Kepemimpinan adalah kegiatan mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam

mencapai tujuan umum,

3. Kepemimpinan sebagai pengaruh antar pribadi yang terjadi pada suatu keadaan

dan diarahkan melalui proses komunikasi ke arah tercapainya sesuatu tujuan

Untuk terselenggaranya upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan

masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh

manajemen puskesmas yang baik.Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan

yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif

(37)

Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni perencanaan, pelaksanaan

dan pengendalian serta pengawasan dan pertanggung jawaban.

2.6 Pencabutan Gigi

Pencabutan gigi merupakan suatu proses pengeluaran gigi dari alveolus, dimana

pada gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga

merupakan suatu tindakan pembedahan yang melibatkan jaringan bergerak dan

jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh bibir dan pipi, dan

selanjutnya dihubungkan atau disatukan oleh gerakan lidah dan rahang. Pencabutan

gigi adalah pencabutan gigi dengan satu gigi utuh atau akar gigi dengan trauma

minimal terhadap jaringan pendukung gigi sehingga bekas pencabutan dapat sembuh

dengan sempurna dan tidak menimbulkan komplikasi paska pencabutan masa yang

akan datang (Baliji, 2007).

Pencabutan gigi bukan alternatif terbaik setiap permasalahn gigi terjadi ,

banyak alternatif pemulihan kesehatan gigi yang tersedia untuk mempertahankan gigi

oleh sebab itu pencabutan gigi seharusnya dilakukan hanya jika semua alternatif

perawatan tidak memungkinkan untuk dilakukan karena kondisi diagnosa gigi yang

telah kronis, karena pencabutan gigi bersifat irreversible dan terkadang menimbulkan

(38)

2.6.1 Indikasi Pencabutan Gigi

Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, beberapa di antaranya adalah sebagai

berikut:

1. Gigi yang mengalami karies besar.

Dimana tidak dilakukan penumpatan saat karies belum sampai jaringan pulpa, dan

tidak dilakukan perawatan saluran akar (edodontik) .

2. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth.

Keadaan tersebut dapat menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu,

pencabutan gigi harus segera dilakukan. Juga merupakan predisposisi terjadinya

penyakit periodontal yang prematur pada gigi geligi permanen karena adanya

akumulasi dental plak dan kalkulus, serta akan menyebabkan trauma pada jaringan

lunak.

3. Penyakit periodontal yang parah

Yaitu apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang meluas ke apek gigi,

atau yang menyebabkan gigi goyang.

4. Gigi yang fraktur dan gigi yang menyebabkan abses periapikal

Perlu dilakukan pencabutan apabila sudah tidak dapat dilakukan perawatan

endodontik atau bila pasien menolak perawatan endodontik.

5. Gigi dengan karies yang dalamGigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi

(39)

6. Gigi yang terletak pada garis fraktur

Gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi rahang yang mengalami fraktur

karena gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan fraktur.

7. Gigi impaksi

Gigi impaksi harus dicabut jika menyebabkan gangguan-gangguan misalnya pada

hidung, kepala, , atau rasa sakit pada wajah.

8. Tujuan ortodontik

Untuk tujuan perawatan ortodontik beberapa gigi premolar atau molar permanen

harus dicabut (pencabutan terapeutik). Serial extraction juga merupakan salah satu

wujud tindakan yang bijaksana ketika beberapa gigi sulung dicabu tuntuk

memberikan ruang yang cukup bagi erupsi gigi permanen, namun puskesmas tidak

melakukan pencabutan apabala pasien tidak memiliki rujukan dari dokter ortho yang

menagani perawatan gigi pasien tersebut

9. Tujuan prostetik

Pencabutan satu atau dua gigi dibenarkan jika dilakukan untuk menunjang desain atau

stabilitas protesa agar lebih baik.

10. Sebelum perawatan radioterapi

Pada pasien yang harus menjalani terapi radiasi untuk tumor ganas sebaiknya

dilakukan pencabutanpada gigi yang mempunyai prognosis buruk dan yang rawan

(40)

11. Pencabutan profilaksis

Prosedur ini dilakukan setelah melalui pemeriksaan medis pada pasien dengan

demam yang persisten (menetap) atau dengan suatu bentu karthritis dan iritis.

Tindakan ini membutuhan pencabutan semua gigi non-vital serta yang diragukan

kevitalannya dalam upaya untuk menghilangkan semua fokal infeksi atau yang

berpotensi menjadi fokal infeksi.

12. Sisa akar

Sisa akar harus dicabutsegera setelah ditemukan. Meskipun bagian kecil dari akar ini

dapat dibiarkan begitu saja dalam soket selama tidak menimbulkan masalah, namun

seiring berjalannya waktu dapat menjadi berbahaya sehingga harus segera dicabut.

2.6.2 Dampak pencabutan gigi

Setelah pencabutan gigi untuk jangka panjang akan menimbulkan gangguan

yang pada gigi geligi yang belum tanggal. Seringkali pasien beranggapan bila telah

mencabut gigi maka permasalahan gigi selesai padahal sangat dianjurkan gigi yang

telah dicabut harus diganti dengan gigi tiruan (protesa), hal ini tentu saja memerlukan

biaya yang lebih mahal daripada pencengahan mencabut gigi dan biaya preventif

seperti melakukan penumpatan gigi , pembersihan karang gigi, fissure silent (Bartlett,

(41)

Adapun dampak jangka panjang setelah pencabutan gigi menurut Bartlett,

2003 antara lain:

1. Migrasi dan rotasi gigi .

Hilangya keharmonisan pada gigi dapat menyebabkan pergeseran, miring,

berputarnya gigi. Karena gigi ini tidak lagi menempati posisi normalnya untuk

menerima beban saat pengunyahan, maka akan mengakibatkan kerusakaan struktur

periodontal (jaringan pendukung gigi). Gigi miring juga lebih sulit dibersihkan

sehingga aktivitas karies meningkat.

2. Erupsi Berlebihan

Bila gigi sudah tidak memiliki antogonis lagi, maka akan terjadi erupsi (tumbuhnya

gigi kerarah luar) berlebih. Erupsi berlebih dapat terjadi tanpa atau disertai

pertumbuhan tulang alveolar (tulang disekitar gigi). Bila terjadi tanpa pertumbuhan

alveolar, maka struktur periodontal akan mengalami kemunduran sehingga gigi mulai

turun (ekstrusi). Bila disertai pertumbuhan tulang alveolar berlebih, maka akan

menimbulkan kesulitan jika pada suatu hari anda akan dibuatkan gigi tiruan penuh.

3. Penurunan efisiensi kunyah.

Mereka yang sudah kehilangan cukup banyak gigi, apalagi yang belakang akan

merasakan betapa efisiensi kunyah nya menurun.

4. Gangguan pada penguyahan. Kebiasaan menguyah yang buruk, penutupan

berlebih (over closser), hubungan rahang yang eksentrik akibat kehilangan gigi

(42)

5. Beban berlebih pada jaringan pendukung.

Bila sudah kehilangan sebagian gigi tetap, maka gigi yang masih ada akan menerima

tekanan kunyah lebih besar sehingga terjadi beban lebih pada gigigeligi tersebut,

mengakibatkan kerusakan membran periodontal (jaringan pendukung gigi) dan lama

kelamaan menyebabkan gigi semakin goyang.

6.Kelainan bicara.

Kehilangan gigi depan atas dan bawah sering kali menyebabkan kelainan bicara,

suara vokal bisa menjadi tidak jelas dan terdegar sangau, karena gigi bagian depan

termasuk bagian fungsi fonetik.

7. Mengurangi estetika wajah.

Tentu saja, senyum dengan gigi depan yang hilang tidak seindah senyum dengan gigi

lengkap dan sehat.

8. Terganggunya Kebersihan mulut.

Migrai dan rotasi gigi menyebabkan kehilangan kontak dengan tetangganya demikian

pula gigi yang kehilangan lawan gigitnya. Adanya ruang interproksimal tidak wajar

ini, mengakibatkan celah antar gigi mudah terselip makanan. Kebersihan mulut akan

terganggu sehingga mudah terjadinya akumulasi plak serta karies.

9. Atrisi (Terkikisnya email gigi).

Pada kasus tertentu membran periodontal masih dapat menerima beban kunyah,

namun menyebabkan terkikisnya email gigi- gigi yang masih tersisa, disebut atrisi

(43)

10. Efek terhadap jaringan lunak mulut.

Bila ada gigi yang hilang, dan dalam waktu yang lama tidak diganti, ruang yang akan

ditinggalkannya akan ditempati jaringan lunak pipi dan lidah,akan menyebabkan

kesukaran adaptasi terhadap gigi tiruan, karena terdesaknya kembali jaringan lunak

tadi dari tempat yang ditempati protesa.

2.7 Perilaku Dan Faktor Yang Memengaruhi Kunjungan Poligigi

Perilaku manusia adalah hasil segala macam pengalaman serta interaksi

manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan

tindakan. Prilaku merupakan respon / reaksi seorang individu dengan lingkungannya,

khususnya yang menyangkut pengetahuan dan sikap tentang kesehatan serta

tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan (Sarwono, 1993).

Pelayanan kesehatan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan dan

tuntutan pemakai jasa pelayanan kesehatan akan meningkatkan penerimaan

masyarakat terhadap pelayanan kesehatan. Pelanggan yang puas akan membuka

peluang hubungan yang harmonis antara pemberijasa dan konsumen, memberikan

dasar yang baik bagi kunjungan ulang, loyalitas pelanggan dan membentuk

rekomendasi promosi dari mulut ke mulut yang menguntungkan pemberi jasa (Peter

et al, 2000).

Kunjugan pasien adalah pemanfaatan penggunaan fasilitas kesehatan yang

disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan rumah oleh petugas

(44)

tersebut. Tingkat kunjugan ulang dalam jasa pelayanan kesehatan ditunjukkan dengan

perilaku kunjungan pasien ke unit pelayanan kesehatan sebagai tingkat kepuasan

pasien dalam penyelanggaraan pelayanan kesehatan.Kunjungan juga berarti adanya

kepercayaan pasien terhadap organisasi penyelenggaraan pelayanan kesehatan untuk

memenuhi kebutuhanya. Besarnya tingkat kunjugan pasien ke fasilitas pelayanan

kesehatan dapat dilihat dari dimensi waktu yaitu harian, mingguan , bulanan, tahunan

(Idawani, 2001).

Keputusan konsumen untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan tidak terlepas

dari faktor perilaku yang dimiliki oleh masing-masing individu. Adapun faktor-faktor

yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Green dalam

Notoatmodjo (2005), yang dibedakan dalam tiga faktor yaitu :

1. Faktor predisposisi (Predisposing factors)

Faktor ini merupakan faktor anteseden terhadap perilaku yang menjadi dasar

atau motivasi bagi perilaku. Termasuk dalam faktor ini adalah pengetahuan, sikap,

keyakinan, nilai dan persepsi yang berkenaan dengan motivasi seseorang atau

kelompok untuk bertindak.

2 Faktor pemungkin (Enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang

memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk dalam faktor

pemungkin adalah ketrampilan, sumber daya pribadi dan komunitas. Seperti

tersedianya pelayanan kesehatan termasuk alat-alat penambalan sewarna gigi,

(45)

3.Faktor penguat (Reinforcing factors)

Faktor penguat adalah faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan

memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tentu saja tergantung pada tujuan

dan jenis program. Faktor ini terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan

atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

Konsumen akan memutuskan menggunakan atau memanfaatkan sarana pelayanan

kesehatan berdasarkan perilaku dan faktor -faktor yang memengaruhinya. Proses

penggunaan atau pemanfaatan sarana kesehatan oleh masyarakat atau konsumen

selanjutnya dijelaskan oleh Anderson dalam Notoatmodjo (2005), yang menyatakan

bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan atau memanfaatkan sarana

pelayanan tergantung pada sikap orang itu sendiri.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kunjungan pasien ke poli gigi adalah (a)

Faktor Internal/Organisasi (sumber daya manusia,kebijakan tarif, pemasaran, jenis

pelayanan gigi yang komprehensif; (b) Faktor Eksternal/ Masyarakat(jarak dan

lokasi, sosial ekonomi); (c) Faktor Pesaing/Lingkungan (dokter gigi swasta); (d)

FaktorPelanggan (kepuasan pelanggan, kemampuan dan kemauan bayar

pelang(Kiswaluyo dan Yani, 2009).

Menurut Notoatmodjo (2003) respon seseorang bila sakit adalah sebagai

berikut:

1. Tidak bertindak apa-apa, alasannya kondisi yang demikian tidak mengganggu

(46)

2. Tindakan mengobati sendiri, selain tidak mengganggu aktifitas juga orang tersebut

sudah percaya pada diri sendiri.

3. Mencari pengobatan ke fasilitas-fasilitas pengobatan tradisional

4. Mencari pengobatan dengan membeli obat di warung-warung obat. Obat yang

didapatkan biasanya tidak memakai resep dokter.

5. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diadakan oleh

pemerintah atau lembaga-lembaga kesehatan swasta yang dikatagorikan kepada balai

pengobatan, dan rumah sakit.

6. Mencari pengobatan ke fasilitas pengobatan modern yang diselenggarakan oleh

praktek swasta

Notoatmodjo (2003), menyatakan bahwa faktor faktor yang membedakan

respons terhadap stimulus yang berbeda disebut juga determinan perilaku, yang dapat

dibedakan menjadi dua yakni :

a. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik individu yang bersangkutan

yang bersifat bawaan, misalnya : tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis

kelamin, dan lain-lain.

b. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi,

politik.Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang

mewarnai perilaku seseorang. Menurut WHO (World Health Organization dalam

Notoatmodjo, 2005) alasan seseorang berperilaku tertentu adalah karena

pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan, dan penilaian seseorang

(47)

Fokus Penelitian dari kerangka pikir adalah sebagai berikut :

1. Input adalah segala sesuatu yang mendukung berjalanya suatu program yang

meliput sumber manusia daya, sarana prasarana, biaya opasional dan pengetahuan

(48)

2. Proses adalah semua proram kegiatan poligigi yang bersifat preventif, kuratif,

pelayanan medis dasar untuk memenuhi kebutuhan akan pelayanan kesehatan gigi .

Proses dilhiat dari kunjugan pasien yang memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi

selain pencabutan dan sebelum pada tahap gigi harus dicabut atas permintaan pasien

atau diagnosa.

3. Output adalah hasil akhir kegiatan pelayanan dari proses yaitu status kesehatan

(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif dengan wawancara

mendalam yang bertujuan menganalisis hubungan antara faktor sebab dengan

kejadian penyakit atau gangguan kesehatan yang terjadi sebelum/ setelah waktu

pengamatan yang dilakukan dengan menganalisis data yang meliputi input, proses,

output yang saling mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain.

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Puskesmas Medan Sunggal, Kec Sunggal. Alasan

dipilih lokasih ini adalah karena tingginya angka pencabutan gigi. Penelitian

dilaksanakan pada bulan September 2014 sampai dengan selesai.

3.3 Informan

Informan dalam penelitian ini adalah tenaga kesehatan gigi di Poligigi

Puskesmas Medan Sunggal yang terdiri dari 2 dokter gigi, 2 perawat gigi dan pasien

yang datang berkunjung ke poligigi untuk melakukan pencabutan gigi permanen.

Besar sampel yang diambil berdasarkan jawaban dari kuesioner yang diberikan

bilamana jawaban dari pasien sudah kebanyakan sama maka sampel berhenti sampai

(50)

3.4 Teknik Pengumpulan

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan wawancara

mendalam (indepth interview) terhadap informan yaitu peneliti melakukan

wawancara berdasarkan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya

kepada tenaga kesehatan dan pasien yang melakukan pencabutan gigi permanen.

Mencatat dan mengobservasi sebelum/sesudah pasien di periksa dokter. Menganalisis

diagnosa dan tindakan pelayanan yang diberikan dokter giginya. Data juga diperoleh

dari catatan laporan puskesmas mengenai jumlah kasus pemanfaataan pelayanan

kesehatan gigi dan data dari pihak puskesmas berupa rekam medis sebagai status

riwayat kesehatan gigi pasien poligigi Puskesmas Medan Sunggal.

3.5 Instrumen Dalam Pengambilan Data

Instrumen yang dingunakan dalam penelitian ini berupa alat tulis, buku catatan

dan alat dokumentasi keadaan.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bersifat kualitatif. Pada saat wawancara,

peneliti melakukan analisis terhadap jawaban dari informan dan mengobservasi

kondisi pasien sebelum dan sesudah diberikan pelayanan dipoligigi Puskesmas

Medan Sunggal. Metode analisis data penelitian dilakukan dengan merangkum dan

memilih hal-hal yang penting berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan

kemudian data disajikan dalam bentuk uraian pembahasan mengenai sebab- akibat

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 4.1.1 Geografi

Puskesmas Medan Sunggal merupakan puskesmas non-rawat inap yang terletak

di Jl. TB Simatupang no.251, Kelurahan Sunggal, Kecamatan Medan Sunggal, Kota

Medan dengan batas- batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kelurahan Kampung Lalang.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Asam Kumbang.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Deli Serdang.

- Sebelah Timur berbatasan dengan Tanjung Rejo.

4.1.2 Demografi

Jumlah penduduk dalam wilayah kerja Puskesmas Medan Sunggal sebanyak

61.797 jiwa (17.771KK), yang terdiri dari 30.927 laki- laki dan 13.816 perempuan.

Sebagian besar penduduk Kecamatan Medan Sunggal mempunyai pekerjaan

wiraswasta yaitu sebanyak 13.153 jiwa, buruh yaitu sebanyak 10.775 jiwa, pensiunan

sebanyak 20.750 jiwa, berdagang sebanyak 10.497, lainnya sebanyak 9775 jiwa, PNS

(52)

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di

apotek 8 buah, praktek bidan 5 buah

Tabel 4.2 Jumlah Sarana Kesehatan di Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2014

No Sarana Kesehatan Jumlah

1 Rumah sakit swasta 1

2 Puskesmas 2

3 Praktek dokter perorangan 21

4 Posyandu 40

5 Klinik bidan 5

6 Apotek 8

Total 77

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa sarana kesehatan yang ada di Kecamatan

Medan Sunggal mayoritas adalah posyandu yaitu sebanyak 40, praktek dokter

perorangan sebayak 21, apotek sebayak 1 dan yang terakhir pada rumah sakit

(53)

4.1.4 Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan sunggal

Tenaga kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal sebanyak 38 orang. Untuk

lebih jelas dapat terlihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014 No Jenis Ketenagaan Jumlah

4.1.5 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sungal

Untuk prasaran kelancaran tugas pelayanan terhadap masyarakat diPuskesmas

Medan Sunggal disediakan 1 buah kendaraan roda empat dan 4 buah kendaraan roda

satu. Dan sarana yang tersedia di Puskesmas Medan Sunggal dapat dilihat pada tabel

(54)

Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014

10 Kamar mandi untuk pengunjung 2

11 Kamar mandi Petugas 2

Sumber : Puskesmas Medan Sunggal 2014 4.2 Karakteristik Informan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang

telah dipersiapkan sebelumnya terhadap informan yang dijadikan narasumber

penelitian. Jumlah informan dalam penelitian ini adalah sebayak 8 orang, yang terdiri

dari 4 petugas kesehatan puskesmas poligigi dan 4 orang pasien yang melakukan

pencabutan gigi permanen.

Untuk informan pasien yang berkunjung ke poligigi, sebelum diberikan

pelayanan kesehatan gigi oleh tenaga kesehatan, maka peneliti mengambil data input

status kesehatan dari rekam medis dan melakukan wawancara. Setelah pasien

tersebut diberikan pelayanan dari tenaga kesehatan poligigi lalu peneliti melakukan

kembali wawancara guna memperlengkap informasi.

Karakteristik dari masing-masing informan pada penelitian ini, dapat dilihat

(55)

Tabel 4.5 Karakteristik Informan

No Informan Jenis

Kelamin

Umur (Tahun)

Pendidikan Keterangan

1 Drg. Zainirita Perempuan 57 S1 Dokter Gigi

2 Drg.Trinovianti perempuan 34 S1 Dokter Gigi

3 Florenrenova Perempuan 30 D3 Perawat Gigi

4 Tety Trihardina Siregar

Perempuan 29 D3 Perawat Gigi

5 Safari Laki-laki 30 SMK Pasien

6 Pandiang Sitompul

Laki-laki 45 S1 Pasien

7 Riska anggraini Perempuan 25 D3 Pasien

8 Marsida Siregar Perempuan 54 SMA Pasien

Dari tabel diatas dapat terlihat bahwa jumlah informan dalam penelitian ini

adalah 8 informan yang terdiri dari 1 informan dokter gigi yang berusia 57 tahun

dengan pendidikan S1 yang telah bertugas sejak tahun 1993, 1 informan dokter gigi

yang berusia 34 tahun dengan pendidikan S1 yang bertugas sejak tahun 2012, 2

perawat gigi dengan pendidikan D3 kesehatan gigi, dan 4 orang pasien dengan latar

(56)

4.3 Analisis Pelaksanaan Pelayanan Exodontia Di Poligigi Puskesmas Medan Sunggal Oleh Tenaga Kesehatan Poligigi

4.3.1 Pernyataan Informan Tentang Jumlah dan kemampuan TenagaKesehatan Dalam Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi

Tabel 4.6 Matriks Pernyataan Informan Tentang Kemampuan dan Kecukupan Tenaga Memberikan Pelayanan Kesehatan di Poligigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Tenaga kesehatan dipoligigi sudah cukup, tidak menghambat dalam memberikan pelayanan terbaik. Bahkan untuk 2015 akan ada 1 dokter gigi yang mulai bertugas. Kami disini tim dengan tahu tugas masing– masing. Pencabutan gigi permanen selalu pihak dokter yang melaksanakanya. Dari kemampuan fasilitas, dari dulu sudah dikonsulkan pengadaan kursi paien (dental chairs) baru tetapi sampai saat ini belum tersedia.

Informan 2 Cukup, selama ini tenaga kesehatan poligigi sudah maksimal dalam jumlah tenaga kesehatan, tidak ada hambatan yang berarti dan kemampuan skill tiap- tiap tenaga kesehatan juga cukup baik.

Informan 3 Sudah cukup, kami tidak ada hambatan memberikan pelayanan yang baik bila dilihat dari jumlah tenaganya, kemampuan dokternya juga cukup baik karena pengalaman sudah banyak, kami bekerja sesuai kode etik masing- masing. Informan 4 Cukup lah SDMnya, tidak ada hambatan dalam memberikan

pelayanan dan kemampuan juga baik. Dokternya juga cukup pintar, apalagi seperti dokter Rita kan sudah lama di poligigi ini jadi pengalaman sudah banyak.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua informan berpendapat bahwa

tenaga kesehatan di poligigi sudah cukup dan kemampuan tiap tenaga cukup baik.

Selama ini mereka tidak memiliki hamabatan dikarenakan kekurangan tenaga di

poligigi. Faktor tenaga kesehatan di poligigi tidak menjadi hambatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan yang maksimal dikarena kecukupan tenaga

kesehatan dan bekerja sesuai kode etik masing- masing tenaganya. Menurut informan

(57)

giginya sudah cukup baik dengan pengalaman yang sudah ada, jadi bukan menjadi

hambatan dalam memberikan pelayanan yang maksimal

4.3.2 Pernyataan Informan Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Untuk Pelayanan Poligigi

Tabel 4.7 Matriks Tentang Ketersediaan Sarana Dan Prasarana Pembersihan Karang Gigi

Informan Pernyataan

Informan 1 Tidak ada, sudah lama disini tidak menerima pasien pembersihan karang gigi karena, karena kami hanya memiliki sistem manual tapi itu sudah tak layak pakai dan karatan. Yaa kami rujuk saja ke rumah sakit kelas B.

Informan 2 Tidak ada, pasien sering kecewa karena kami tidak dapat melayani pembersihan karang, dirujuk saja lah ke rumah sakit. Informan 3 Tidak ada. kami mau gimana lagi kalo memang alat kami tidak

ada.

Informan 4 Ada tapi tidak layak pakai, jadi sama saja artinya tidak. Biasanya dokter merujuk pasien bila diperlukan.

Berdasarkan pernyataan semua informan diatas dapat dilihat, bahwa tindakan

pembersihan karang gigi tidak dapat dilakukan sebagai tindakan preventif

pencegahan gigi berlubang karena ketersedian sarana fasilitas yang tidak memadai

yaitu sistem manual dan alat sudah karatan. Apabila ada pasien yang ingin

membersihkan karang, maka dokter giginya merujuk ke rumah sakit hal ini membuat

pasien sering kecewa.

Ketersediaan sarana dan prasarana pembersihan karang gigi berkaitan dengan

pencabutan yang diakibat kan gingivitis yaitu perandangan gusi. Karang gigi yang

diabaikan dan menutup hampir 1/3 dari gusi maka lama kelaman akan merusak gusi

dan menyebabkan infeksi sehingga terjadi peradangan gusi seperti mudah berdarah,

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan/Pekerjaan di
Tabel 4.3 Jumlah Tenaga Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014
Tabel 4.4 Sarana Dan Prasarana Kesehatan di Puskesmas Medan Sunggal 2014
Tabel 4.5 Karakteristik Informan

Referensi

Dokumen terkait

Pelayanan dokter gigi di poliklinik gigi rumah sakit adalah kesempurnaan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar

Dapat disimpulkan bahwa Puskesmas Segedong dalam memberikan pelayanan secara berkesinambungan belum optimal karna sering muncul di Puskemas Segedong sarana, prasarana

Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang masih ditemukan fasilitas kesehatan (peralatan dan bahan habis pakai) yang belum lengkap seperti kondisi dental unit yang rusak atau

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi berdasarkan Permenkes RI No 75 tahun 2014, ketersediaannya masih belum terpenuhi dan ada dalam kondisi

Utara dengan dukungan sarana dan prasarana serta fasilitas yang memadai sehingga menghasilkan pelayanan kesehatan yang berkualitas sedangkan pemilihan fokus

Bagian pertama untuk menilai Implementasi Standar Pelayanan Kefarmasian di Puskesmas; yang menjadi variabel bebas adalah SDM, sarana dan prasarana, pengelolaan obat dan bahan

pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi di poli gigi Puskesmas Medan

Hasil: Kendala dalam pelaksanaan SPM-BK pada penderita hipertensi di Puskesmas yaitu sarana dan prasarana yang belum memadai, tenaga kesehatan yang kurang terlatih, pencatatan dan