• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN GIGI DAN MULUT PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 TESIS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN GIGI DAN MULUT PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015 TESIS."

Copied!
144
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN GIGI DAN MULUT PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

TESIS

Oleh

IRMA SYAFRIANI Br SINAGA 137032002 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(2)

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN GIGI DAN MULUT PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

IRMA SYAFRIANI Br SINAGA 137032002 / IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2015

(3)

Judul Tesis : ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN GIGI DAN MULUT PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI

PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

Nama Mahasiswa : Irma Syafriani Br Sinaga Nomor Induk Mahasiswa : 137032002

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Dr. Juanita, S.E, M.Kes) (Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes

Ketua Anggota

)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)

Tanggal Lulus : 27 Oktober 2015

(4)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 27 Oktober 2015

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Juanita, S.E, M.Kes

Anggota : 1. Siti Khadijah Nasution, S.K.M, M.Kes 2. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes

3. dr. Heldy BZ, M.P.H

(5)

PERNYATAAN

ANALISIS PELAKSANAAN PELAYANAN GIGI DAN MULUT PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN)

DI PUSKESMAS KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2015

TESIS

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Nopember 2015 Penulis,

Irma Syafriani Br Sinaga 137032002/IKM

(6)

ABSTRAK

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang masih ditemukan fasilitas kesehatan (peralatan dan bahan habis pakai) yang belum lengkap seperti kondisi dental unit yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi masih belum bekerjasama dengan baik, serta pola komunikasi tenaga kesehatan yang masih kurang terhadap pasien.

Jenis Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan berjumlah 14 orang. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi berdasarkan Permenkes RI No 75 tahun 2014, ketersediaannya masih belum terpenuhi dan ada dalam kondisi rusak; kompetensi dokter gigi dan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan masih belum terkoordinasi dengan baik; sudah memiliki SIK dan SIP, namun perlu proses perpanjangan; belum pernah diadakan pendidikan/pelatihan; belum memiliki standar operational prosedur (SOP) dalam menangani pasien; untuk pola komunikasi petugas kesehatan kepada pasien belum sepenuhnya menunjukkan emphati terhadap keluhan pasien, khususnya lansia dan anak-anak. Proses pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN masih belum berjalan sesuai harapan, karena masih ada tindakan pelayanan seperti penambalan hanya sesekali dilakukan di poli gigi dan ada pemungutan biaya terhadap pelayanan scaling kepada pasien, yang tidak sesuai dengan manfaat yang ditawarkan oleh JKN.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang segera membenahi fasilitas kesehatan serta pendataan terhadap SIK dan SIP petugas. Perlu menjadi pertimbangan untuk perencanaan program ke depan yaitu mengadakan kegiatan pendidikan/pelatihan bagi petugas kesehatan poli gigi sebagai penyegaran kembali kompetensi petugas sesuai dengan perkembangan pengetahuan saat ini.

Melaksanakan pelayanan tanpa menambah beban biaya, jika merupakan manfaat bagi pasien JKN.

Kata Kunci : Pelayanan Gigi dan Mulut, Pasien JKN, Puskesmas

(7)

ABSTRACT

JKN (National Health Insurance) is organized by BPJS (Social Insurance Providing Agency). Puskesmas of Deli Serdang District still lacks of health facility (equipment and consumables) like broken and dysfunctional dental unit, lack of cooperation between dentists and dental nurses, and lack of communication between health care providers and patients.

The research used qualitative method with 14 informants. The data were gathered by conducting observation and in-depth interviews.

The result of the research showed that health facility, based on Permenkes No.75/2014, was inadequate and some were damaged; there was lack of coordination between dentists and dental nurses; it had had SIK and SIP although it still needed prolonged process; there was no education/training; there was no SOP (Operational Standard Procedure) in handling patients; there was insufficient empathy from the health care providers for patients’ complaint, especially the elderly patients’ and child patients’. It was also found that the process of the implementation of dental and oral care in JKN patients was inadequate and in scaling service patient were charged although it was not in accordance with JKN program.

It is recommended that the Health Service of Deli Serdang District improve the health facility and collect data on SIK and SIP personnel. Planning future program should be carried out such as education/training for health care providers at Dental Polyclinic in order to refresh their competence according the advancement in knowledge today. Without charging them for the benefit of JKN patients.

Keywords: Dental and Oral Care, JKN Patients, Puskesmas

(8)

KATA PENGANTAR

Terpujilah Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala kelimpahan kasih, karunia dan pernyertaanNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.

Penulis merasakan kebaikan Tuhan melalui semua orang yang telah diberikanNya dalam kehidupan penulis mulai dari masa menjalani perkuliahan, penelitian, sampai dengan penyusunan tesis ini. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Subhilhar, Ph.D selaku

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Pejabat Rektor Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Evawany Y Aritonang, M.Si. selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Dr. Juanita, S.E, M.Kes dan Siti Khadijah, S.K.M, M.Kes. selaku Komisi pembimbing, terima kasih untuk kesabaran dan kebaikan dalam membimbing penulis hingga selesainya tesis ini.

5. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes dan dr. Heldy BZ, M.P.H selaku Komisi penguji, terima kasih untuk waktu dan masukan yang begitu berarti dalam perbaikan tesis ini.

(9)

6. Dra. Ida Nurhayati, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi S2 IKM FKM USU.

7. Semua informan. Terima kasih untuk kerjasama yang baik dan telah membantu memberikan informasi yang sangat berarti bagi penulis.

8. Rapido P Gultom, ST, suami yang terkasih dan Rai Farrel V, Rai Gebriel C, Rai Misael T, Rai Imanuel S, anak - anakku yang tercinta. Terima kasih untuk dukungan dan telah menjadi semangat bagi penulis selama ini.

9. R Br. Purba selaku orang tua penulis serta K. Gultom dan T Br. Turnip selaku mertua. Terima kasih untuk semua doa, perjuangan dan kasih sayang yang telah diberikan kepada penulis.

10. Drg. Supriady, M.Kes dan semua teman-teman khususnya peminatan Administrasi dan Kebijakan Kesehatan (AKK) angkatan 2013. Terima kasih untuk bantuan dan motivasinya bagi penulis.

Penulis sadar bahwa tesis ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan masukan demi kesempurnaan tesis ini. Semoga tesis ini memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang untuk mensukseskan implementasi Kebijakan JKN di Poli Gigi dan Mulut Puskesmas.

Medan, Nopember 2015 Penulis

Irma Syafriani Br Sinaga 137032002/IKM

(10)

RIWAYAT HIDUP

Irma Syafriani Br Sinaga, lahir di Kabanjahe pada tanggal 13 Juni 1982, beragama Kristen Protestan dan berdomisili di Kecamatan Medan Selayang Kota Medan.

Menyelesaikan pendidikan sekolah dasar di SD Negeri No. 095551 P. Siantar pada tahun 1994, pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 1 P. Siantar pada tahun 1997, pendidikan menengah atas di SMU Swasta Assisi P. Siantar pada tahun 1997, pendidikan diploma kesehatan di Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Medan pada tahun 2003, pendidikan sarjana di Fakultas Kesehatan Masyarakat pada tahun 2007, dan pendidikan pasca-sarjana di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Minat Studi Administrasi dan Kebijakan Kesehatan, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara pada tahun 2015.

Bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Direktorat Poltekkes Kemenkes Medan mulai dari tahun 2005 sampai dengan sekarang.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Permasalahan ... 10

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 13

2.1. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan ... 13

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) ... 15

2.3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut ... 16

2.3.1. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 21

2.3.2. Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi ... 25

2.3.3. Alur Pelayanan di Poli Gigi Puskesmas ... 34

2.4. Faktor-faktor Mutu Pelayanan Kesehatan yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi ... 38

2.5. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 41

2.5.1. Prinsip Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 41

2.6. Manfaat Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut dalam Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) ... 43

2.7. Sumber Daya Manusia (SDM) ... 45

2.8. Pengertian Komunikasi ... 47

2.8.1. Prinsip Dasar Komunikasi ... 48

2.8.2. Unsur-unsur Komunikasi ... 48

2.8.3. Komunikasi Efektif dalam Hubungan Tenaga Kesehatan-Pasien ... 49

2.9. Landasan Teori ... 51

2.10. Kerangka Konsep ... 53

(12)

BAB 3. METODE PENELITIAN ... 54

3.1. Jenis Penelitian ... 54

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54

3.3. Sumber Informasi Penelitian ... 55

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 55

3.5. Definisi Istilah ... 56

3.6. Metode Analisis Data ... 57

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 61

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 61

4.1.1. Gambaran Geografis ... 61

4.2. Input…. ... 63

4.2.1. Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi ... 63

4.2.2. Kompetensi Dokter Gigi dan Perawat Gigi di Poli Gigi 73

4.2.3. Pola Komunikasi di Poli Gigi ... 77

4.3. Proses Kepatuhan Memenuhi Standar Pelayanan Gigi dan Mulut ... 81

4.4. Output Pelayanan Gigi dan Mulut Sesuai Standar Pelayanan .. 85

BAB 5. PEMBAHASAN ... 88

5.1. Masukan (Input) ... 88

5.1.1. Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi ... 88

5.1.2. Kompetensi Dokter Gigi dan Perawat Gigi ... 91

5.1.3. Pola Komunikasi di Poli Gigi ... 101

5.2. Proses (Process) ... 103

5.3. Keluaran (Output) ... 104

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 107

6.1. Kesimpulan ... 107

6.2. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111

LAMPIRAN ... 115

(13)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman

4.1. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 di Puskesmas Muliorejo ... 64 4.2. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun

2014 di Puskesmas Tanjung Morawa ... 69 4.3. Jumlah Pelayanan Gigi dan Mulut Puskesmas Tanjung Morawa dan

Puskesmas Muliorejo Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014 ... 87

(14)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

2.1. Model Implementasi Kebijakan Menurut David C. Korten ... 15 2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 53

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul Halaman

1. Pedoman Wawancara Mendalam ... 115

2. Daftar Tilik Observasi Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 119

3. Tabel Peralatan dan Bahan Habis Pakai di Puskesmas Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 ... 121

4. Lembar Persetujuan Informan ... 124

5. Surat Izin Penelitian ... 125

6. Surat Telah Selesai Penelitian Di Puskesmas Muliorejo ... 126

7. Surat Keterangan Selesai Penelitian Di Puskesmas Tanjung Morawa ... 127

(16)

ABSTRAK

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang masih ditemukan fasilitas kesehatan (peralatan dan bahan habis pakai) yang belum lengkap seperti kondisi dental unit yang rusak atau tidak berfungsi dengan baik, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi masih belum bekerjasama dengan baik, serta pola komunikasi tenaga kesehatan yang masih kurang terhadap pasien.

Jenis Penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dengan informan berjumlah 14 orang. Pengumpulan data dengan observasi dan wawancara mendalam.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi berdasarkan Permenkes RI No 75 tahun 2014, ketersediaannya masih belum terpenuhi dan ada dalam kondisi rusak; kompetensi dokter gigi dan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan masih belum terkoordinasi dengan baik; sudah memiliki SIK dan SIP, namun perlu proses perpanjangan; belum pernah diadakan pendidikan/pelatihan; belum memiliki standar operational prosedur (SOP) dalam menangani pasien; untuk pola komunikasi petugas kesehatan kepada pasien belum sepenuhnya menunjukkan emphati terhadap keluhan pasien, khususnya lansia dan anak-anak. Proses pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN masih belum berjalan sesuai harapan, karena masih ada tindakan pelayanan seperti penambalan hanya sesekali dilakukan di poli gigi dan ada pemungutan biaya terhadap pelayanan scaling kepada pasien, yang tidak sesuai dengan manfaat yang ditawarkan oleh JKN.

Diharapkan Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang segera membenahi fasilitas kesehatan serta pendataan terhadap SIK dan SIP petugas. Perlu menjadi pertimbangan untuk perencanaan program ke depan yaitu mengadakan kegiatan pendidikan/pelatihan bagi petugas kesehatan poli gigi sebagai penyegaran kembali kompetensi petugas sesuai dengan perkembangan pengetahuan saat ini.

Melaksanakan pelayanan tanpa menambah beban biaya, jika merupakan manfaat bagi pasien JKN.

Kata Kunci : Pelayanan Gigi dan Mulut, Pasien JKN, Puskesmas

(17)

ABSTRACT

JKN (National Health Insurance) is organized by BPJS (Social Insurance Providing Agency). Puskesmas of Deli Serdang District still lacks of health facility (equipment and consumables) like broken and dysfunctional dental unit, lack of cooperation between dentists and dental nurses, and lack of communication between health care providers and patients.

The research used qualitative method with 14 informants. The data were gathered by conducting observation and in-depth interviews.

The result of the research showed that health facility, based on Permenkes No.75/2014, was inadequate and some were damaged; there was lack of coordination between dentists and dental nurses; it had had SIK and SIP although it still needed prolonged process; there was no education/training; there was no SOP (Operational Standard Procedure) in handling patients; there was insufficient empathy from the health care providers for patients’ complaint, especially the elderly patients’ and child patients’. It was also found that the process of the implementation of dental and oral care in JKN patients was inadequate and in scaling service patient were charged although it was not in accordance with JKN program.

It is recommended that the Health Service of Deli Serdang District improve the health facility and collect data on SIK and SIP personnel. Planning future program should be carried out such as education/training for health care providers at Dental Polyclinic in order to refresh their competence according the advancement in knowledge today. Without charging them for the benefit of JKN patients.

Keywords: Dental and Oral Care, JKN Patients, Puskesmas

(18)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan modal dasar bagi manusia agar dapat melaksanakan aktivitas hidup. Untuk mendapatkan pelayanan kesehatan adalah hak bagi setiap rakyat Indonesia yang dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) dalam pembukaan yang menyebutkan bahwa negara bertujuan untuk melindungi segenap Bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum. Pernyataan ini dituangkan pada pasal 28 H angka (1) UUD 1945 yang menyatakan ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”. Pada pasal 34 angka (3), ”Negara bertanggungjawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak”.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UUSJSN), yang disahkan di Indonesia ini mengamanatkan pada pemerintah untuk menerapkan jaminan sosial wajib bagi seluruh penduduk termasuk Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) melalui suatu Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Jaminan kesehatan nasional merupakan bagian terintegrasi dari sistem jaminan sosial nasional yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan Undang- Undang No.40 Tahun 2004 tentang SJSN dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan

(19)

dasar kesehatan masyarakat yang layak yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Hal ini juga sesuai dengan Deklarasi global tahun 2005 di Jenewa tentang penerapan Universal Coverage.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014, Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yaitu upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi : Pelayanan promosi kesehatan; Pelayanan kesehatan lingkungan; Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; Pelayanan gizi; dan Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit. Dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta kemampuan puskesmas, yaitu : Pelayanan kesehatan jiwa; Pelayanan kesehatan gigi masyarakat; Pelayanan kesehatan tradisional komplementer; Pelayanan kesehatan olahraga; Pelayanan kesehatan indera; Pelayanan kesehatan lansia; Pelayanan kesehatan kerja.

Sesuai Undang-Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial menetapkan Jaminan Sosial Nasional diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), yang terdiri atas BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan. Khusus untuk JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya sudah dimulai 1 Januari 2014.

(20)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun per orangan baik yang sakit maupun yang sehat. Upaya kesehatan gigi dan mulut ini dilaksanakan sesuai dengan pola pelayanan di puskesmas tersebut, yang bertujuan untuk mencapai keadaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimum dan secara khusus untuk menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi, memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan jaringan penyangganya, serta mengurangi akibat- akibat yang ditimbulkan oleh hal-hal yang merugikan kesehatan gigi (Depkes RI, 2009).

Menurut WHO kesehatan rongga mulut saling berhubungan dengan kesehatan umum, kesadaran menjaga kesehatan rongga mulut berperan penting dalam menentukan kesehatan rongga mulut seseorang/individu. Kesehatan rongga mulut adalah keadaan bebas dari nyeri wajah dan mulut, kanker oral dan tenggorokan, infeksi dan luka oral, penyakit periodontal, karies gigi, kehilangan gigi dan penyakit- penyakit serta gangguan oral lain yang membatasi kapasitas individu untuk menggigit, mengunyah, tersenyum, berbicara dan kesejahteraan psikososial.

Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang banyak menyerang masyarakat. Namun oleh karena sifat-sifat penyakit ini antara lain prosesnya lambat serta tidak mematikan maka penderita tidak memberikan perhatian yang memadai (Situmorang, 2001). Padahal kehilangan gigi juga berdampak pada penurunan fungsional, psikologis dan sosial dan mempunyai dampak negatif terhadap kualitas

(21)

hidup mencakup fungsi pengunyahan, penampilan, kemampuan berbicara dan percaya diri.

Kesehatan mulut adalah bagian penting dari kesehatan secara keseluruhan, sehingga akan memengaruhi status gizi serta berdampak pada kualitas hidup. Ini bisa menyebabkan masalah kesehatan lainnya seperti diabetes, penyakit jantung dan stroke serta prematur dan berat badan lahir rendah (BBLR). Gigi berlubang yang menyebabkan gigi sakit merupakan salah satu penyebab anak absen sekolah. Kondisi ini juga memengaruhi prestasi belajar mereka. Penelitian pasta gigi Pepsodent bersama dengan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia selama 2 bulan pada 984 anak di 3 SD Bekasi menemukan bahwa anak-anak dari kelompok umur 6-7 tahun yang memiliki lubang pada gigi tetap mereka, memperlihatkan jumlah hari absen selama 3 hari. Berdasarkan laporan Profil Kesehatan Gigi menunjukkan bahwa 62,4% penduduk merasa terganggu pekerjaannya atau murid sekolah tidak masuk sekolah dengan alasan karena sakit gigi, dengan nilai rata-rata tidak masuk sekolah karena sakit gigi adalah 3,86 hari. Di Srilanka, sekitar 53% anak usia 6 tahun pernah mengalami gangguan kesehatan gigi dan mulutnya, di Filipina, sakit gigi jadi alasan umum ketidakhadiran anak di sekolah. Sedangkan di negara maju seperti Amerika Serikat, diketahui lebih dari 51 juta jam sekolah hilang setiap tahunnya karena gangguan gigi. Kondisi ini menunjukkan bahwa penyakit gigi walaupun tidak menimbulkan kematian, tetapi dapat memengaruhi kualitas hidup atau menurunkan produktivitas kerja (Anggraeni, 2013).

(22)

Menurut Hathiwala (2015), karakteristik dari para remaja pelajar SMU Kabupaten Udupi India, ditemukan faktor-faktor yang memengaruhi keyakinan mereka untuk berobat ke pelayanan gigi adalah gender, pendapatan keluarga, pengalaman pada kunjungan gigi pertama dan dukungan sesama.

Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 2009, sebanyak 73% penduduk Indonesia mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut yakni menderita karies gigi. Menurut data Kemenkes RI (2009), sebanyak 89% anak Indonesia dibawah 12 tahun menderita karies gigi.

Survei Nasional Riskesdas 2013 melaporkan bahwa 25,9% penduduk Indonesia mengalami permasalahan gigi dan mulut, namun baru 31,1% yang menerima pelayanan kesehatan (perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional gigi). Ini berarti permintaan untuk berobat gigi sangat rendah. Data juga menunjukkan indeks DMF-T mencapai 4,6 yang mengindikasikan 460 kerusakan gigi pada 100 orang, dengan masalah umum yang dihadapi adalah gigi berlubang dan sebagian besar berakhir dengan pencabutan.

Sejak dioperasionalkan 1 Januari 2014, BPJS Kesehatan memiliki beragam permasalahan, banyak aspek yang belum matang dan menjadi persoalan. Masalah ini justru muncul pada unsur pengaplikasiannya, seperti di puskesmas pelayanan kesehatan primer, khususnya pada aspek rujukan, dan kepesertaan BPJS, banyak masyarakat yang belum tahu teknis mendapatkan pelayanan sesuai dengan aturan main BPJS.

(23)

Salah satu sarana yang dapat digunakan untuk pencapaian hasil pembangunan kesehatan di puskesmas adalah sarana poli gigi dan mulut. Dimana salah satu upaya pengembangan kesehatan puskesmas sendiri adalah upaya kesehatan gigi dan mulut.

Saat ini di era BPJS, ada 155 daftar diagnosa penyakit yang harus ditangani tuntas di fasilitas kesehatan layanan primer, salah satunya berhubungan dengan penyakit gigi dan mulut yaitu, Kandidiasis mulut, Ulcus mulut (aptosa, herpes) dan Parotitis (BPJS, 2014).

Puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama dalam melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut mempunyai Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan dan kompetensi meliputi 1. Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut (Upaya menghilangkan rasa sakit, Penanganan trauma sebelum pasien dirujuk), 2.

Pelayanan Pencegahan (Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan, Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan komunikasi informasi dan edukasi kepada kelompok tertentu melalui program UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) seperti UKGS, UKGM dan lain-lain, Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut; konseling kepada perorangan mengenai hygiene mulut; pembersihan karang gigi dan aplikasi fissure sealant), 3. Pelayanan medik gigi dan mulut dasar (Ekstraksi tanpa komplikasi, Restorasi tumpatan, Perawatan Saraf Gigi Konvensional, Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut, 4. Pelayanan rujukan (Depkes RI, 2009).

(24)

Rendahnya kesadaran masyarakat terhadap kesehatan gigi dan mulut dewasa ini menyebabkan jumlah kunjungan pasien di unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut juga masih rendah. Untuk meningkatkan motivasi dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan gigi dan mulut, penyedia pelayanan kesehatan termasuk puskesmas harus memiliki standar yang terukur sebagai penyedia pelayanan kesehatan. Puskesmas harus melalui proses kredensialing dengan standar yang telah ditetapkan, sehingga kapasitas puskesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan sesuai dengan standar (Depkes RI, 2009).

Pelayanan gigi dan mulut di puskesmas sebelum JKN memang sudah bermasalah, misalnya, fasilitas sarana dan prasarananya yang belum memadai, bahan untuk perawatan gigi yang mahal, juga kondisi dokter gigi yg belum tersedia (meskipun perawat gigi sudah ada) di beberapa puskesmas. Kondisi ini menunjukkan angka pencabutan yang tinggi dibanding penambalan gigi, serta kurangnya minat masyarakat dalam pemanfaatan layanan poli gigi yang juga dipengaruhi oleh kesadaran serta pengetahuan yang kurang tentang pemeliharaan kesehatan gigi.

Pelaksanaan program JKN saat ini memberikan manfaat bagi masyarakat terhadap penerimaan jasa layanan di fasilitas kesehatan (baik yang dibayar oleh pemerintah, dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja, dibayar oleh peserta yang bersangkutan). Pada masa JKN setiap puskesmas diharuskan memberikan pelayanan sesuai standar, baik itu ketersediaan tenaga kesehatan, kemampuan memanfaatkan dan memakai alat yang ada dalam memberikan pelayanan yang efektif, menjalin komunikasi yang ramah kepada pasien. Pelayanan yang baik dipengaruhi oleh

(25)

kemampuan untuk melakukan diagnosa dini, pengobatan segera dan tepat, rujukan yang cepat dimana perawatan ini akan memengaruhi minat masyarakat. Artinya perlu ada komunikasi yang baik antara tenaga kesehatan dengan pasien dalam proses pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Beberapa masyarakat, ada juga yang belum mengetahui tentang apa yang menjadi haknya dalam menerima pelayanan kesehatan misalnya di layanan poli gigi dan mulut puskesmas. Ada beberapa kasus yang dijamin oleh BPJS di FKTP pada pelayanan poli gigi, sehingga pada masa JKN ini, setiap masyarakat mendapatkan haknya sesuai paket yang ditetapkan [seperti : administrasi pelayanan, terdiri atas biaya pendaftaran pasien dan biaya administrasi lain yang terjadi selama proses perawatan atau pelayanan kesehatan lain;

pemeriksaan, pengobatan, dan konsultasi medis; premedikasi; kegawatdaruratan oro- dental; pencabutan gigi sulung (topikal, infiltrasi); pencabutan gigi permanen tanpa penyulit; obat pasca ekstraksi; tumpatan komposit/GIC; skeling gigi (1x dalam setahun).

Seorang tenaga kesehatan berhak melakukan pengobatan sesuai dengan kompetensinya dan bila seorang tenaga kesehatan melakukan pekerjaan tanpa kewenangan, dapat dianggap melanggar salah satu standar profesi tenaga kesehatan.

Dalam melaksanakan pelayanan, dilapangan masih ada ditemukan khususnya perawat gigi di puskesmas masih banyak yang melakukan tindakan perawatan diluar wewenangnya yaitu mengerjakan tindakan perawatan seperti yang dilakukan oleh dokter gigi, atau sebaliknya, sehingga akan melanggar standar profesi. Dalam hal ini tentunya kegiatan pendidikan dan pelatihan dokter gigi dan perawat gigi perlu

(26)

diadakan untuk me-refresh atau merangsang kemampuan tenaga kesehatan dalam melaksanakan tugasnya.

Pola komunikasi antara tenaga kesehatan dan pasien perlu dibangun untuk menumbuhkan hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Pemberian informasi ataupun penyuluhan kepada pasien jarang secara utuh diberikan, tenaga kesehatan lebih fokus pada upaya pencegahan, serta keadaan yang tidak komunikatif dari petugas telah menciptakan pola komunikasi yang kurang baik terhadap pasien.

Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang sebagai salah satu wadah untuk pembangunan kesehatan di Sumatera Utara turut berkomitmen untuk menyukseskan penyelenggaraan JKN di Puskesmas (sebagai FKTP BPJS) dengan jumlah 34 puskesmas di 22 kecamatan. Dengan jumlah kunjungan pasien berobat gigi pada tahun 2014 sebesar 18.202 orang (Data kesakitan/ LB1 Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang).

Berdasarkan survei pendahuluan, data kunjungan pasien tahun 2014 ke pelayanan poli gigi di 2 (dua) Puskesmas yang menjadi lokus penelitian, yaitu di Puskesmas Muliorejo, sebesar 2.337 (1,6%) kunjungan dari 145.735 penduduk, dan di Puskesmas Tanjung Morawa, sebesar 3.052 (2,57%) kunjungan dari 118.604 penduduk (Laporan catatan kunjungan pasien poli gigi puskesmas, 2014). Dengan

(27)

demikian terlihat bahwa jumlah pasien yang berkunjung ke poli gigi dan mulut puskesmas masih rendah, belum mencapai target nasional atau standar stratifikasi puskesmas untuk kesehatan gigi dan mulut yang telah ditetapkan yaitu 4% dari jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas.

Berdasarkan observasi dan wawancara awal di puskesmas, masih kurangnya ketersediaan bahan habis pakai, kemudian alat yang tersedia tidak seluruhnya lengkap seperti dental unit dengan kondisi rusak ringan bahkan ada yang rusak berat / tidak berfungsi dengan baik, pengawasan dan pemeliharaan peralatan yang masih kurang berjalan dengan baik, pekerjaan yang masih kurang koordinasi, pola komunikasi tenaga kesehatan dalam pemberian informasi/promotif pada pasien yang masih kurang, masih rendahnya pengetahuan dari masyarakat/pasien tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan juga tentang manfaat yang didapat di pelayanan gigi karena sosialisasinya yang masih kurang di puskesmas.

Berdasarkan uraian di atas penulis merasa perlu melakukan penelitian mengenai bagaimana pelaksanaan pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada pasien JKN di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Permasalahan

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

(28)

1. Bagaimana ketersediaan input (meliputi fasilitas kesehatan, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi serta pola komunikasi) dalam pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang

2. Bagaimana proses kepatuhan pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang

3. Bagaimana output pelayanan gigi dan mulut pasien JKN sesuai standar di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran ketersediaan input (meliputi fasilitas kesehatan, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi serta pola komunikasi) terhadap pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang

2. Mengetahui proses kepatuhan dalam pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang

3. Mengetahui output pelayanan gigi dan mulut pasien JKN sesuai standar di Puskesmas Kabupaten Deli Serdang

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut dalam

(29)

penyempurnaan implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan penyelenggaraannya.

2. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori serta menjadi salah satu sumber bacaan bagi para peneliti dimasa yang akan datang.

(30)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Grindle (1980) dalam Winarno (2002), menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.

Sedangkan Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980) menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran. Pengertian Implementasi atau pelaksanaan, merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

Menurut pendapat Abdullah dalam Nugroho (2012), implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun

(31)

operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak menurut Nugroho (2012), yaitu :

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan.

c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan perspektif proses implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau sebaliknya (Winarno, 2002).

Pencapaian keberhasilan suatu program kebijakan sangat tergantung dari para aktor yang mempunyai peranan di dalam kebijakan. Oleh karena ini dalam menentukan keberhasilan suatu program maka model kesesuaian Korten merupakan bentuk yang ideal untuk mencapai keberhasilan suatu program kebijakan.

(32)

Keberhasilan suatu program juga akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara hasil program dengan kebutuhan sasaran, syarat tugas pekerjaan program dengan kemampuan organisasi pelaksana dengan sarana pengungkapan kebutuhan sasaran (Antonius, 2000).

Gambar 2.1. Model Implementasi Kebijakan Menurut David C. Korten

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 mendefenisikan Puskesmas adalah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,

Kompetensi Putusan Tuntutan

Kebutuhan

PROGRAM

PEMANFAAT ORGANISASI

Tugas Out put

(33)

kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 (Pasal 35), Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi : upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi : Pelayanan promosi kesehatan; Pelayanan kesehatan lingkungan; Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; Pelayanan gizi; dan Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Disamping upaya kesehatan esensial tersebut di atas, pelayanan kesehatan di puskesmas juga melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta kemampuan puskesmas, yaitu : Pelayanan kesehatan jiwa; Pelayanan kesehatan gigi masyarakat; Pelayanan kesehatan tradisional komplementer; Pelayanan kesehatan olahraga; Pelayanan kesehatan indera; Pelayanan kesehatan lansia; Pelayanan kesehatan kerja.

2.3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas secara umum bertujuan untuk mencapai keadaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimum sedangkan

(34)

secara khusus untuk menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi, memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan jaringan penyangganya, serta mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hal-hal yang merugikan kesehatan gigi (Tampubolon, 2011).

Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu ditata kembali dan ditingkatkan upaya pelayanannya sehingga diperoleh suatu pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, aman, bermanfaat, bermutu, berkesinambungan dan dapat dipertanggungjawabkan (Depkes RI, 2009).

Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, untuk mendukung kegiatan pelayanan gigi dan mulut supaya berjalan dengan baik, maka perlu disediakan peralatan di ruangan kesehatan gigi dan mulut yaitu :

A. Set kesehatan gigi dan mulut :

1. Atraumatic Restorative Treatment (ART) : Enamel Access Cutter, Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small), Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium), Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large), Double Ended Applier and Carver, Spatula Plastik, Hatchet, Batu Asah

2. Bein Lurus Besar 3. Bein Lurus Kecil

4. Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)

(35)

5. Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)

6. Ekskavator Berujung Dua (Besar) 7. Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 8. Gunting Operasi Gusi

9. Handpiece Contra Angle 10. Handpiece Straight

11. Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai

12. Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

13. Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari : Kursi, Cuspidor Unit, Meja Instrumen, Foot Controller untuk Hand Piece, Kompresor Oilless 1 PK 14. Jarum exterpasi

15. Jarum K-File (15-40) 16. Jarum K-File (45-80) 17. Light Curing

18. Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed Micro Motor portable)

19. Pelindung Jari

20. Pemegang Matriks (Matrix Holder) 21. Penahan Lidah

22. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal) 23. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)

(36)

24. Penumpat Plastis 25. Periodontal Probe

26. Penumpat Semen Berujung Dua 27. Pinset Gigi

28. Polishing Bur

29. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial) 30. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial) 31. Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

32. Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial) 33. Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial) 34. Skeler Ultrasonik

35. Sonde Lengkung 36. Sonde Lurus

37. Spatula Pengaduk Semen

38. Spatula Pengaduk Semen Ionomer

39. Set Tang Pencabutan Dewasa (set) : Tang gigi anterior rahang atas dewasa, Tang gigi premolar rahang, Tang gigi molar kanan rahang atas, Tang gigi molar kiri rahang atas, Tang molar 3 rahang atas, Tang sisa akar gigi anterior rahang, Tang sisa akar gigi posterior rahang, Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah, Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri, Tang gigi molar 3 rahang bawah, Tang sisa akar rahang bawah

(37)

40. Set Tang pencabutan gigi anak : Tang gigi anterior rahang atas, Tang molar rahang atas, Tang molar susu rahang atas, Tang sisa akar rahang atas, Tang gigi anterior rahang bawah, Tang molar rahang bawah, Tang sisa akar rahang bawah

41. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 42. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 43. Skalpel, Tangkai Pisau Operasi 44. Tangkai kaca mulut

B. Perlengkapan : Baki Logam Tempat Alat Steril, Korentang, Penjepit Sponge (Foerster), Lampu Spiritus Isi 120 cc, Lemari peralatan, Lempeng Kaca Pengaduk Semen, Needle Destroyer, Silinder Korentang Steril, Sterilisator kering, Tempat Alkohol (Dappen Glas), Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50x70mm), Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm), Waskom Bengkok (Neirbeken)

C. Bahan habis pakai : Betadine Solution atau Desinfektan lainnya, Sabun tangan atau antiseptic, Kasa , Benang Silk, Chromik Catgut, Alkohol, Kapas, Masker, Sarung tangan

D. Meubelair : Kursi Kerja, Lemari arsip, Meja Tulis ½ biro

E. Pencatatan dan pelaporan : Buku register pelayanan, Kartu rekam medis, Formulir informed consent, Formulir rujukan, Surat keterangan sakit, Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan.

(38)

2.3.1. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Standar ini digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas (Depkes RI, 2009).

1. Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas ditujukan kepada keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya dan dapat dilaksanakan di gedung Puskesmas dan luar gedung seperti di sekolah, Posyandu dan lain-lain.

1. Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut a. Upaya menghilangkan rasa sakit

b. Penanganan trauma sebelum pasien dirujuk 2. Pelayanan Pencegahan

a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan

b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan komunikasi informasi dan edukasi kepada kelompok tertentu melalui program UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) seperti UKGS, UKGM

c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut, konseling kepada perorangan mengenai hygiene mulut, pembersihan karang gigi dan aplikasi fissure sealant

(39)

3. Pelayanan medik gigi dan mulut dasar a. Ekstraksi tanpa komplikasi

b. Restorasi tumpatan

c. Perawatan Saraf Gigi Konvensional

d. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut e. Menghilangkan traumatik oklusi

f. Protesa lepasan

g. Odontektomi M3 klas 1A h. Pelayanan rujukan

2. Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan

a. Rekam Medik

Rekam Medik menjelaskan keterangan / informasi yang akurat dan lengkap tentang :

• Identitas pasien

• Tanggal & waktu

• Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit

• Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik

• Diagnosis

• Rencana penatalaksanaan

• Pengobatan dan/atau tindakan

(40)

• Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

• Odontogram klinik

• Persetujuan tindakan medik dental (untuk yang berisiko tinggi)

• Rujukan bila diperlukan

Dengan acuan SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), 1. Persetujuan tindakan medik

Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya yang sah secara hukum, atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut, sekurang-kurangnya mencakup :

- Diagnosis dan tata cara tindakan medik - Tujuan tindakan medik yang akan dilakukan - Alternatif tindakan lain dan risikonya

- Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan - Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

2. Pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung Puskesmas

2. Pelaporan

a. Laporan Bulanan

Setiap puskesmas harus membuat laporan menggunakan LB1 dan LB4 ke Dinas Kesehatan Kab./Kota, dan Suku Dinas bersamaan dengan laporan kegiatan Puskesmas lainnya

(41)

b. Laporan Tahunan

Pelaporan mengenai sumber daya (sarana, prasarana, tenaga) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersamaan dengan laporan kegiatan Puskesmas lainnya

3. Dokumen Terkait

a. Kartu Rekam medik dan Odontogram b. Formulir Persetujuan Tindakan Medik c. Formulir laporan Puskesmas

d. Formulir rujukan

e. Pedoman UKGS dan UKGMD f. Standar Prosedur Operasional g. Kartu inventaris ruangan

Menurut Kepmenkes No.HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi, ini merupakan suatu pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. Kasus yang ditangani di fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP) antara lain ; Karies dini/Karies email tanpa kavitas, Karies email/Karies dentin/Karies sementum/akar, Karies terhenti/ arrested caries, Demineralisasi Permukaan Halus/aproksimal, Fraktur Mahkota Gigi Yang Tidak Mengenai Pulpa, Dentin hipersensitif, Atrisi, Abrasi, Erosi, Karies Mencapai Pulpa Vital Gigi Sulung, Periodontitis Kronis dengan kehilangan jaringan periodontal ringan-sedang, Gingivitis akibat Plak Mikrobial, Primary Herpetic Gingivostomatitis, Oral Hygiene

(42)

Buruk, Stomatitis Aftosa, Angular Cheilitis, Pulpitis Reversibel, Nekrosis pulpa (Akar tunggal, akar jamak yang lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak terhalang), Nekrosis pulpa gigi tinggal akar (gigi sisa sudah tidak mendukung untuk dilakukan tumpatan), Pulpitis Irreversibel, Iritasi Pulpa Gigi Tetap Muda, Hyperemia Pulpa Gigi Tetap Muda, Nyeri Orofasial,Persistensi Gigi Sulung, Akar Gigi Tertinggal, Lesi Traumatik, Abses Periapeks, Abses Periodontal.

2.3.2. Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2006), tentang Standard Kompetensi Dokter Gigi, yang menjadi kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh dokter gigi di Indonesia , yaitu :

1. Etik dan jurisprudensi

1. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukum yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi secara profesional :

Menerapkan etika kedokteran gigi secara profesional, Menjaga kerahasiaan profesi dalam hubungannya dengan teman sejawat, staf dan pasien, Membedakan hak dan kewajiban dokter dan pasien.

2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kode etik : Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang manusiawi dan komprehensif, Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling menghargai dengan pasien, pendamping pasien dan sejawat, Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri untuk kepentingan rujukan.

(43)

3. Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi : Membedakan tanggung jawab administratif, pelanggaran etik, disiplin dan hukum yang diberlakukan bagi profesi Kedokteran Gigi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, Memahami peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi di Indonesia, Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi.

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif

1. Menganalisis secara kritis kesahihan informasi : Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk mencari informasi yang sahih secara profesional dari berbagai sumber, Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk menilai informasi yang sahih secara profesional dari berbagai sumber.

2. Mengelola Informasi kesehatan secara ilmiah, efektif, sistematis dan komprehensif.

3. Berfikir kritis dan alternatif dalam mengambil keputusan.

4. Menggunakan Pendekatan evidence based dentistry dalam pengelolaan kesehatan gigi dan mulut : Menapis sumber rujukan yang sahih untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, Menggunakan informasi kesehatan secara profesional untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

(44)

3. Komunikasi

Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung jawab baik secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga atau pendamping pasien serta masyarakat, teman sejawat dan profesi kesehatan lain yang terkait : Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang setara, Bersikap empati terhadap pasien akan keluhan kesehatan gigi dan mulut yang mereka kemukakan, Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat dan atau penyelenggara kesehatan lain jika diperlukan sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku, Berdialog dengan teman sejawat, praktisi kesehatan, dan praktisi lain terkait.

4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

Mengelola dan menghargai pasien dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras melalui kerjasama dengan pasien dan berbagai pihak terkait untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu : Memahami adanya keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal usul pasien, Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya, Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut.

5. Ilmu kedokteran dasar

Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber keilmuan dan berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik kedokteran gigi.

(45)

6. Ilmu kedokteran klinik

Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai pertimbangan dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis.

7. Ilmu kedokteran gigi dasar

Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar mencakup: Biologi Oral, Bio- Material dan Teknologi Kedokteran Gigi untuk menunjang keterampilan preklinik dan klinik, serta penelitian bidang kedokteran gigi.

8. Ilmu kedokteran gigi klinik

Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yg efektif dan efisien : Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, Menghubungkan berbagai tatalaksana kedokteran gigi klinik untuk membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognatik.

9. Pemeriksaan pasien

1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi kondisi medik pasien : Mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau gangguan sistem stomatognatik, Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem stomatognatik dengan memperhatikan kondisi umum, Menentukan pemeriksaan penunjang laboratoris yang dibutuhkan.

(46)

2. Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara profesional : Menerapkan sikap saling menghargai dan saling percaya melalui komunikasi yang efektif dan efisien dengan pasien dan/atau pendamping pasien, Menganalisis perilaku pasien yang memerlukan perawatan khusus secara profesional, Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial-ekonomi pasien berkaitan dengan penatalaksanaan lebih lanjut, Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar dalam melaksanakan perawatan gigi dan mulut.

10. Diagnosis

Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien : Membuat rekam medik secara akurat dan Komprehensif, Mengelola rekam medik sebagai dokumen legal dengan baik, Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi berdasarkan catatan medik yang tertulis pada rekam medik, Menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis kerja berdasarkan analisis hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan klinis, temuan laboratoris, temuan radiografis, dan temuan alat bantu yang lain, Memastikan lokasi, perluasan, etiologi karies dan kelainan periodontal serta kerusakannya, Membedakan antara pulpa yang sehat dan tidak sehat, Membedakan antara jaringan periodontal yang sehat dan tidak sehat, Memastikan penyimpangan dalam proses tumbuh kembang yang mengakibatkan maloklusi, Menjelaskan kondisi, kelainan, penyakit dan fungsi kelenjar saliva, Menjelaskan gambaran klinis proses penyakit pada mukosa mulut akibat inflamasi, gangguan imunologi, metabolit

(47)

dan neoplastik, Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang memerlukan tindakan rehabilitatif, Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang memerlukan perawatan, Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial, Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien dengan adanya kelainan oromaksilofasial, Membedakan kelainan dental, skeletal atau fasial yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang, fungsi dan estetik, Memastikan adanya manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut, Menganalisis dan menentukan derajat risiko penyakit rongga mulut dalam segala usia guna menetapkan prognosis, Memastikan kelainan kongenital dan herediter dalam rongga mulut.

11. Rencana perawatan

1. Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien : Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan mulut, Merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan dan kecemasan pasien yang berkaitan dengan pelaksanaan perawatan, Merencanakan pelayanan preventif berdasarkan analisis risiko penyakit, Merencanakan perawatan dengan memperhatikan kondisi sistemik pasien, Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan rasional berdasarkan diagnosis, Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan pilihan, ketidak nyamanan dan resiko perawatan untuk mendapat persetujuan melakukan perawatan, Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu yang

(48)

dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan perkiraan biaya perawatan, Bekerjasama dengan profesi lain untuk merencanakan perawatan yang akurat.

2. Menentukan rujukan yang sesuai : Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien, Mampu melakukan rujukan kepada yang lebih kompeten sesuai dengan bidang terkait.

12. Pengelolaan sakit dan kecemasan

Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati : Meresepkan obat obatan secara benar dan rasional, Mengatasi rasa sakit, rasa takut dan ansietas dengan pendekatan farmakologik dan non farmakologik, Menggunakan anastesi lokal untuk mengendalikan rasa sakit (control of pain) untuk prosedur restorasi dan beda.

13. Tindakan medik kedokteran gigi

1. Melakukan perawatan konservasi gigi sulung dan permanen yang sederhana 2. Melakukan perawatan penyakit/kelainan periodontal

3. Melakukan perawatan ortodonsia pada pasien anak dan dewasa

4. Melakukan perawatan bedah sederhana pada jaringan keras dan lunak 5. Melakukan perawatan non-bedah pada lesi jaringan lunak mulut

6. Melakukan perawatan kelainan sendi temporoman dibular dan oklusi dental 7. Melakukan perawatan postodontik pada pasien anak dan dewasa

8. Mengelola kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi

9. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima

(49)

14. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat 1. Mendiagnosis masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

2. Melakukan upaya promotif dan preventif pada masyarakat : Mengkomunikasikan program kesehatan gigi dan mulut masyarakat : Menerapkan strategi promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut masyarakat, Menganalisis program kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang telah dilaksanakan.

3. Mengupayakan teknologi informasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Bekerja dalam tim serta membuat jejaring kerja (networking) yang efektif dan efisien dalam usaha menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

15. Manajemen perilaku

Memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang kedokteran gigi : Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu, keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Memotivasi perilaku hidup sehat individu, keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Mampu menjabarkan upaya mengubah kebiasaan masyarakat dari berorientasi kuratif menjadi preventif.

16. Manajemen praktik dan lingkungan kerja

1. Menata manajemen praktik serta tatalaksana lingkungan kerja praktik kedokteran gigi.

2. Menata lingkungan kerja kedokteran gigi secara ergonomik dan prinsip keselamatan kerja.

(50)

3. Menerapkan prinsip dasar pengelolaan praktik dan hubungannya dengan aspek sosial : Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab secara lisan maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat.

Tugas dan wewenang tenaga kesehatan gigi menurut Depkes 2009, yaitu : 1. Tugas Dokter Gigi Spesialis ;

a. Melaksanakan pelayanan spesialistik b. Menerima rujukan kasus medik spesialistik

c. Memberikan rujukan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dalam rangka meningkatkan mutu penilaian pelayanan spesialistik

2. Tugas Dokter Gigi a. Medis Tehnis :

1) melaksanakan pelayanan medik gigi ; umum dan khusus

2) menerima rujukan kasus-kasus medik gigi dasar dan merujuk kasus-kasus spesialistik

3) melaksanakan pelayanan asuhan baik asuhan sistematik maupun asuhan masyarakat

b. Manajemen (Makro)

1) menyangkut masalah umum/luas seperti dalam mengidentifikasikan, merencanakan, memecahkan masalah, mengevaluasi program kesehatan gigi dan mulut di wilayahnya

2) mengkoordinir, memonitor keseluruhan program kesehatan gigi di Puskesmas

(51)

3) mengkoordinasi, menggerakkan perawat gigi dalam melaksanakan pelayanan asuhan

4) membimbing dan mengawasi perawat gigi dalam bidang medis tehnis

5) bertanggungjawab dalam pencatatan/pelaporan tentang kesehatan gigi di wilayahnya

3. Tugas Perawat Gigi

a. Pelayanan kesehatan gigi/mulut

1) Pelayanan asuhan kesehatan gigi/mulut meliputi ; pelayanan asuhan sistematik (pada kelompok anak sekolah/UKGS, ibu hamil/menyusui dan anak pra sekolah dan pelayanan asuhan kesehatan masyarakat)

2) Berdasarkan pendelegasian dari dokter gigi, bila diperlukan bisa melakukan pelayanan medis gigi dasar

b. Manajemen (Makro)

1) Mempersiapkan pelaksanaan evaluasi program pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di sekolah

2) Membina, mengkoordinasi, melatih dalam bidang kesehatan gigi dan mulut di Posyandu

3) Melaksanakan pencatatan/pelaporan pelayanan asuhan kesehatan gigi dan mulut di klinik gigi (Depkes RI, 2009).

2.3.3. Alur Pelayanan di Poli Gigi Puskesmas

Salah satu jenis pelayanan kesehatan yang diselenggarakan di puskesmas untuk memenuhi kebutuhan masyarakat khususnya dibidang perawatan adalah

(52)

pelayanan poli gigi yang merupakan pelayanan rawat jalan yaitu pasien berkunjung ke poli gigi untuk memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada waktu dan jam yang telah ditentukan.

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada masyarakat, keluarga maupun perorangan baik yang sakit maupun yang sehat meliputi : peningkatan kesehatan gigi dan mulut, pencegahan penyakit gigi dan penyembuhan terbatas (Tampubolon, 2011).

Pada saat pasien berkunjung ke poli gigi puskesmas, maka pasien akan mendapatkan pelayanan sebagai berikut antara lain :

1) Pelayanan administrasi/penerimaan

Merupakan tempat pasien mendaftarkan diri dan memperoleh kartu sebelum memasuki ruangan poli gigi. Bagian penerimaan pasien juga merupakan wajah dari suatu puskesmas serta merupakan tempat dimana kesan pertama tentang puskesmas yang ditemui pasien, untuk itu diperlukan petugas – petugas yang dapat menggunakan prosedur kerja dengan baik, ramah, sopan, simpatik dan terampil.

2) Pelayanan tenaga medis/dokter gigi

Tenaga medis/dokter gigi merupakan unsur yang memberikan pengaruh paling besar dalam menentukan kualitas dari pelayanan yang diberikan pada pasien di puskesmas. Dokter juga dapat dianggap sebagai jantung puskesmas. Fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan medik kepada pasien dengan mutu

(53)

sebaik-baiknya dengan menggunkan tata cara dan teknik berdasarkan ilmu kedokteran.

3) Pelayanan tenaga para medis/perawat

Tenaga para medis/perawat adalah orang yang lebih dekat hubungannya dengan pasien karena pada umumnya pasien lebih sering berkomunikasi dengan perawat sebelum bertemu dengan dokter gigi.

4) Penyediaan sarana medis/non medis

Sarana medis yang diperlukan di poli gigi yaitu : alat-alat diagnosa (misalnya, kaca mulut, sonde, pinset dan ekscavator), alat-alat pencabutan gigi (misalnya, tang ekstrasi, cryer, bein ekstrasi), bahan-bahan penambalan gigi (misalnya, amalgam, zinc semen, phospat semen), bahan – bahan perawatan saluran akar (gutta percha dan endomethazone). Sarana non medis yang diperlukan di poli gigi antara lain, kursi pasien/dental chair, gelas kumur, lampu pemeriksaan, selain itu diperlukan juga lemari obat, lemari alat, sterilisator.

5) Lingkungan pasien

Merupakan tempat di mana pasien menghabiskan waktunya selama memperoleh pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang meliputi ruangan, keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kemudahan bagi pasien. Lingkungan pasien ini meliputi kontruksi bangunan dan disain ruang tunggu dan ruang periksa (Tampubolon, 2011).

Standar operasional prosedur (sop) pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas ditetapkan sebagai panduan dalam pelayanan Poli Gigi, dalam rangka ;

(54)

meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut, menurunkan angka kesakitan gigi, meningkatkan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut yang kegiatannya diperuntukkan kepada penanganan seluruh pasien gigi yang berkunjung ke Puskemas.

Uraian prosedurnya yaitu :

1. Pasien datang dari loket pendaftaran dengan membawa rekam medik atau status pasien

2. Petugas menerima rekam medis dan nomor urut antrian 3. Petugas memanggil pasien sesuai dengan nomor urut antrian

4. Petugas mencocokkan identitas pasien dengan rekam medis, bila tidak sesuai di konfirmasi ke sub unit pendaftaran

5. Petugas mempersilahkan pasien duduk di dental unit

6. Dokter gigi / perawat gigi melakukan anamnese pasien untuk menegakkan diagnosa

7. Dokter gigi / perawat gigi mempertimbangkan perlu atau tidak dilakukan pemeriksaan penunjang (laboratorium, RO Foto)

8. Dokter gigi / perawat gigi rencana perawatan dengan pertimbangan perlu atau tidak dilakukan rujukan kepelayanan yang lebih tinggi

9. Dokter gigi / perawat gigi melakukan tindakan perawatan

10. Dokter gigi / perawat gigi memberikan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada pasien

(55)

11. Dokter gigi / perawat gigi mendokumentasikan tindakan dan pengobatan yang diberikan pada pasien ke rekam medik pasien dan memberikan resep pada pasien gigi

12. Petugas membersihkan dan mensterilkan alat alat yang telah digunakan 13. Petugas mencatat status pasien atau rekam medik ke buku register poli gigi

2.4. Faktor-faktor Mutu Pelayanan Kesehatan yang Memengaruhi Jumlah Kunjungan Pasien di Poli Gigi

Kunjungan pasien sangat berpengaruh dari sumber daya manusia, motivasi pasien, ketersediaan alat dan bahan, tarif dan lokasi/jarak.

1. Sumber daya manusia

Sumber daya manusia yang berkualitas yaitu petugas kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi) harus memiliki kemampuan non teknik yakni sikap, perilaku serta mengadakan pendekatan sehingga menimbulkan kepercayaan pasien kepada petugas kesehatan dengan perawatan yang akan diberikan kepada pasien saat berkunjung.

Keberhasilan suatu pelayanan kesehatan ditentukan oleh sumber daya manusia yang ada di lembaga/poli gigi tersebut, baik dokter gigi maupun perawat gigi, sehingga mampu memberikan pelayanan yang terbaik demi kepuasan pasien yang datang berkunjung ke poli gigi.

Salah satu upaya yang dilakukan dalam peningkatan sumber daya manusia adalah kemampuan dan keterampilan yang dimiliki petugas kesehatan gigi dalam hal ini dokter gigi dan perawat gigi.

(56)

2. Motivasi pasien

Kesadaran masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut secara rutin masih rendah, kondisi ini dapat dilihat dari kunjungan pasien gigi di poli gigi adalah biasanya penderita karies gigi (gigi berlubang) yang parah, mereka baru berobat ke poli gigi atau dokter gigi ketika gigi berlubang sudah menyiksa dan mengganggu fungsi tubuh lainnya. Keberhasilan perawatan sangat dipengaruhi oleh sikap, perilaku dan motivasi pasien. Motivasi pasien sangat memengaruhi kunjungan pasien di poli gigi. Oleh karena itu, motivasi akan sangat berpengaruh terhadap perubahan perilaku seseorang.

3. Ketersediaan alat dan bahan

Poli gigi merupakan tempat untuk melaksanakan tindakan baik promotif, preventif dan kuratif sederhana dalam pelayanan asuhan kepada masyarakat yang membutuhkannya. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan pelayanan kepada pasien secara efisien dengan memanfaatkan peralatan dan bahan obat-obatan yang esensial.

Dengan menyediakan peralatan yang sesuai dengan standar peralatan teknologi saat ini sehingga menjamin kelancaran kegiatan di poli gigi dalam melayani pasien.

Ketersediaan alat dan bahan merupakan faktor pendukung dalam proses pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien saat berkunjung. Kelengkapan sarana dan prasarana itu sangat menunjang dan mendukung operasional pelayanan kesehatan dan cukup berpengaruh terhadap minat dan kunjungan pasien. Peralatan yang digunakan disertai dengan kemampuan yang dimiliki adalah tepat sehingga tujuan yang ingin dicapai dengan hasil yang memuaskan. Peralatan, bahan dan obat-

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun sudah lama berusaha, kedua Mitra ini belum pernah mendapat binaan dari instansi terkait, belum pernah mendapat pinjaman modal lunak, belum mempunyai sertifikat

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur kepemilikan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia,

Isi kandungan ayat tersebut adalah ... semua manusia harus mengingat Allah dalam setiap perbuatan B. semua manusia harus istiqamah dalam beribadah kepada allah

Apabila Saham Baru yang ditawarkan dalam PUT VII ini tidak seluruhnya diambil atau dibeli oleh pemegang saham atau pemegang bukti HMETD, maka sisanya akan dialokasikan kepada

This research aimed to determine whether the environmental performance and Good Corporate Governance (GCG) mechanisms, such as managerial ownership, institutional ownership,

3 Tahun 2014 tentang kawasan tanpa rokok di kantor DPRD Kota Medan dan di lingkungan Dinas Pendidikan Kota Medan serta untuk menganalisis bentuk- bentuk fungsi dari

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian Analisis Perbandingan Keuntungan Usaha Docking Kapal Perikanan Berdasarkan Sistem Pembayaran : Studi Kasus Along Jaya Batang

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Diet Rendah Purin Terhadap Kepatuhan Penderita Asam Urat Adapun skripsi ini bukan milik