• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.6. Metode Analisis Data

Prinsip pokok teknik analisis kualitatif ialah mengolah dan menganalisa data-data terkumpul menjadi data-data yang sistematik, teratur, terstruktur dan mempunyai makna (Moleong, 2012).

Menurut Sugiyono (2010) analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Huberman dan Miles (1992) yang diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi (2009), menyebutkan proses analisis data dalam penelitian kualitatif berlangsung pada saat sebelum terjun ke lapangan, selama di lapangan dan setelah selesai di lapangan.

Dalam penelitian ini penulis akan menggunakan proses analisis data selama di lapangan. Analisis data kualitatif dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Pada saat wawancara peneliti sudah melakukan analisis terhadap jawaban yang di wawancarai. Bila jawaban informan setelah dianalisis terasa belum memuaskan maka peneliti akan melanjutkan pertanyaan lagi sampai tahap tertentu.

Langkah-langkah dalam analisis data secara interaktif adalah sebagai berikut : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi.

1. Reduksi data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan , pengabstrakan, dan transformasi data ”kasar’’ yang muncul dari catatan – catatan tertulis di lapangan.

2. Penyajian data

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian penyajian yang lebih baik merupakan suatu cara yang utama bagi analisis kualitatif yang valid. Penyajian data bisa dalam bentuk matriks, grafik, jaringan maupun bagan.

3. Penarikan kesimpulan/ verifikasi

Kesimpulan dalam penelitian ini dapat berupa suatu temuan baru yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan ini dapat berupa deskripsi atau gambaran hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori.

Dalam pengujian keabsahan data, metode penelitian kualitatif menggunakan istilah yang berbeda dengan penelitian kuantitatif (Sugiyono, 2010), dimana untuk uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji Kredibilitas (credible), Keteralihan (transferability), Keandalan (dependability, auditability) dan dapat Dikonfirmasi (Confirmability).

Uji Kredibilitas (credible) dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan cara Triangulasi yang diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu, dimana :

1. Triangulasi Sumber : dimana untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber yang selanjutnya dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari berbagai sumber data tersebut. Data yang

telah dianalisis oleh peneliti, menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan (member check) dengan sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik : dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber data yang sama namun dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan cara wawancara, lalu dicek kembali dengan cara observasi, dokumentasi yang ada atau dengan kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti harus melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain untuk memastikan data mana yang dianggap benar, atau mungkin semuanya benar dikarenakan sudut pandang yang berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu : data dikumpulkan dengan teknik wawancara pada pagi hari, diharapkan belum banyak masalah dan urusan akan memberikan data yang lebih valid sehingga akan lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan dengan cara berulang-ulang agar kepastian datanya bisa diperoleh.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Gambaran Geografis

Deli Serdang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di kawasan Pantai Timur Sumatera Utara yang secara geografis terletak pada posisi 2o 57o Lintang Utara - 3o 16o Lintang Selatan dan 98o 27o Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.497,72 km2

Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Selat Malaka , yang terdiri dari 22 Kecamatan dan 394 desa. Ketinggian wilayah berkisar 0 - 500 meter di atas permukaan laut dengan batas wilayah sebagai berikut :

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Karo dan Simalungun Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat dan Karo Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai

Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 22 Kecamatan dan memiliki 34 Puskesmas, diantaranya adalah Puskesmas Mulyorejo dan Puskesmas Tanjung Morawa.

1. Puskesmas Mulyorejo

merupakan puskesmas yang terletak di Jl. Pembangunan Km 12 Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang. Secara geografis letak wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo berbatasan langsung dengan 4 wilayah yaitu :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan desa Sumber Melati Diski

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kodya Medan

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan desa Mencirim (Medan Krio) Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak.

Wilayah kerja Puskesmas Mulyorejo memiliki luas sekitar 2.920 Ha dengan jumlah penduduk 145.735 dengan 29.491 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 7 desa yaitu Mulyorejo dengan jumlah penduduk 30.586, Kampung Lalang 13.293 penduduk, Purwodadi 20.764 penduduk, Puji Mulio 15.004 penduduk, Paya Geli 21.295 penduduk, Tanjung Gusta 21.110 penduduk dan Helvetia 23.683 penduduk.

2. Puskesmas Tanjung Morawa

merupakan puskesmas yang terletak di Jl. Irian Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang, dengan luas tanah 450 meter. Secara geografis letak wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa berbatasan langsung dengan 4 wilayah yaitu :

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kecamatan Patumbak

Sebelah Timur : Berbatasan dengan Kecamatan Galang, Kecamatan Merbau, Kecamatan Lubuk Pakam

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kecamatan STM Hilir Sebelah Utara : Berbatasan dengan wilayah Puskesmas Dalu X

Wilayah kerja Puskesmas Tanjung Morawa memiliki luas wilayah 80.73 km2, jumlah penduduk 118.604 dengan 27.891 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari 16 desa.

4.2. Input

Terdapat 3 (tiga) komponen yang menjadi perhatian dalam penelitian ini, yaitu fasilitas kesehatan, kompetensi dokter gigi dan perawat gigi serta pola komunikasi dalam pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut pasien JKN di Puskesmas.

4.2.1. Fasilitas Kesehatan di Poli Gigi

Pelayanan yang baik akan terwujud kepada masyarakat apabila keadaan sarana dari fasilitas kesehatan sudah tersedia dengan keadaan cukup dimana ketersediaan sarana dan peralatan juga bahan habis pakai di dalam poli gigi puskesmas merupakan faktor penting untuk terlaksananya tindakan pelayanan kepada masyarakat. Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, memuat tentang peralatan, perlengkapan, bahan habis pakai yang seharusnya tersedia di ruangan poli gigi puskesmas. Hasil wawancara tentang sarana dan peralatan, bahan habis pakai di puskesmas Muliorejo adalah sebagai berikut :

”Ya, masih bisa dipergunakanlah. Ada juga yang perlu diperbaiki. Bahan habis pakai dan obat sudah terpenuhi dan tersedia”. (Kapus Muliorejo)

”Fasilitasnya sepertinya sudah memenuhi, ada beberapa alat yang merupakan milik pribadi dari dokter, misalnya scaler. Ada juga beberapa alat yang rusak Bahan habis pakai sudah cukup, tersedia. Untuk sterilisasi, satu di puskesmas ini dan bisa digunakan untuk semua ruang/poli dan digunakan kira – kira 2 kali seminggu, sterilisasi kering namanya.”(Dokter Gigi Puskesmas Muliorejo)

”Sudah memenuhi, ada yang rusak. Bahan habis pakai tercukupi, sebelum dan sesudah JKN sama saja. Memiliki sterilisasi kering, punya satu di puskesmas untuk digunakan bersama, dipakai dua kali seminggu.” (Dokter Gigi Puskesmas Muliorejo)

”Sepertinya sudah memenuhi, ada beberapa alat yang dulu ada, sekarang gak nampak, hilanglah itu. Ada alat – alat disini juga punya dokter. Bahan habis pakai boleh dikatakan sudah tercukupi lah, sebelum dan sesudah JKN, sama

aja, gak jauh beda lah dulu dengan sekarang. Untuk sterilisasi alat, punya satu di puskesmas dan itu untuk digunakan beberapa poli.” (Perawat Gigi Puskesmas Muliorejo)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan sudah terpenuhi seperti set kursi gigi elektronik, beberapa set tang pencabutan dewasa, skeler ultrasonik di dalam poli gigi puskesmas. Namun untuk melengkapi hasil wawancara tersebut, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di poli gigi dengan memakai pedoman daftar peralatan dan bahan habis pakai di poli gigi menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.1. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 di Puskesmas Muliorejo

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Keterangan Ada Tidak

Ada I. Set Kesehatan Gigi & Mulut

1

 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small)

 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium)

 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large)

 Double Ended Applier and Carver

Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)

Tabel 4.1. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)

Ekskavator Berujung Dua (Besar) Ekskavator Berujung Dua (Kecil) Gunting Operasi Gusi

Handpiece Contra Angle Handpiece Straight

Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari :

 Kursi

 Cuspidor Unit

 Meja Instrumen

 Foot Controller untuk Hand Piece

 Kompresor Oilless 1 PK Jarum exterpasi

Jarum K-File (15-40) Jarum K-File (45-80) Light Curing

Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed Micro Motor portable)

Pelindung Jari

Pemegang Matriks (Matrix Holder) Penahan Lidah

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)

Penumpat Plastis Periodontal Probe

Penumpat Semen Berujung Dua Pinset Gigi

Polishing Bur

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial)

Tabel 4.1. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type

Chisel/Mesial) Skeler Ultrasonik Sonde Lengkung Sonde Lurus

Spatula Pengaduk Semen

Spatula Pengaduk Semen Ionomer Set Tang Pencabutan Dewasa (set) :

 Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah

 Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) Skalpel, Tangkai Pisau Operasi Tangkai kaca mulut

Tabel 4.1. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Baki Logam Tempat Alat Steril Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) Lampu Spiritus Isi 120 cc

Lemari peralatan

Lempeng Kaca Pengaduk Semen Needle Destroyer

Silinder Korentang Steril Sterilisator kering

Tempat Alkohol (Dappen Glas)

Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50x70mm)

Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm) Waskom Bengkok (Neirbeken)

(tidak milik poli gigi)

III. Bahan Habis Pakai 1

Betadine Solution atau Desinfektan lainnya

Sabun tangan atau antiseptic Kasa

Hasil observasi menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi belum terpenuhi dan ada beberapa alat kesehatan yang tidak berfungsi dengan baik atau rusak yang perlu diperbaiki. Berdasarkan pengamatan peneliti, yang dibantu melalui daftar tabel peralatan di puskesmas bahwa masih belum keseluruhan fasilitas terpenuhi, seperti ketersediaan sterilisasi yang merupakan milik puskesmas dan bukan

milik poli gigi sendiri dapat memengaruhi kondisi kebersihan alat, beberapa tang untuk pencabutan anak yang belum lengkap, spatula plastik yang rusak sehingga dapat memengaruhi tindakan penambalan pada pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hasil wawancara tentang sarana dan peralatan, bahan habis pakai di puskesmas Tanjung Morawa adalah sebagai berikut :

”Sarana dan prasarananya yang ada di poli gigi puskesmas ini, saya rasa sudah lengkap lah, nanti anda lihat lah. Kondisi nya sebelum dan sesudah JKN, hmmm.. pastinya saat ini diupayakan agar pasien bisa menerima layanan yang baik.” (Kapus Tj.Morawa)

”Fasilitasnya tidak memadai, tidak cukup, ya gak digunakan lah dengan baik, contohnya bor – nya, bor ya gak hidup atau kursinya naik – turun aja tidak bisa, airnya pun gitu, sedikit. Kan sudah diperbaiki beberapa kali, dah benar tapi rusak lagi. Kemarin pernah diperbaiki berapa kali tapi rusak lagi, gitu aja, sudah pernahlah dua kali tapi rusak lagi,sudah diperbaiki tapi rusak lagi, ini sudah 3 minggu air tidak lancar. Sedikitlah..sudah tercukupi tapi ada juga yang masih belum, tapi ya sudahlah bilang. Kalau dulu sih memang iya, sebelum apa, memang, dicukupi sih, kalau dulu sih maksudnya kita yang beli gitu tapi uangnya dikasi dari mereka tapi kalau sekarang semenjak adanya BPJS ini, JKN ini kan sudah langsung disediakan dari dinas ke apotik, kan memang lumayan, lumayan terpenuhi sih, sedikit demi sedikit lah,ya namanya..yaa. Kan sudah nampak sendiri kek gini, gak ada, pokoknya sudah dibilang , sudah nampak sendiri, gak ada, ya maksudnya atas kebijakan kami sendiri sterilisasinya kalau dari sini tidak ada sterilisasinya. Atau cairan lah setidaknya disediakan dari sini, tapi itupun kek ya gak ada ya kan, jadinya ya kami beli sendiri ” (Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Belum…yaitu lah misalnya alat sterilisasi belum ada, dental chair ya pun belum lengkap dan alat – alat giginya pun belum lengkap dan perlu ditambahi lah. Sekarang ini kondisinya ada yang tidak baik, ada cara nya misalnya lampu dental rusak ya kami pakai senter mengatasinya, ya gitulah caranya, lumayan juga memengaruhi pekerjaan. Bahan, ya sudah. Sebelum apa ini JKN ini, memang hari itu agak , agak kita sering juga menambah beli sendirilah gitu, ya kayak sarung tangan sudah dikasi tapi kalau dulu kami beli sendiri, iya, sudah agak lumayanlah gak kayak kami yang dulu, sekarang sudah dikasi.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Menurut saya gak tentulah, alat seperti dental ini, sudah rusak, tang gigi anak ada beberapa yang gak ada. Lampunya gak ada. Ya terganggu tapi namanya pasien mana mengerti. Hari itu ada masalah, air macet. Bahan habis pakai, kita mohonkan, dulu handshoen gak ada, sekarang sudah ada. Dulu sebelum JKN, beli sendiri, sekarang setelah JKN baru dari dinas. Sterilisasi di poli gigi gak ada.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan masih belum memadai, belum lengkap atau belum terpenuhi, dan ada dalam kondisi rusak seperti set kursi gigi elektronik, skeler ultrasonik, alat bor, lampu dental unit, kondisi air yang tidak baik, beberapa tang gigi anak yang tidak lengkap, tidak adanya sterilisasi di dalam poli gigi puskesmas. Untuk melengkapi hasil wawancara tersebut, peneliti juga melakukan pengamatan terhadap ketersediaan fasilitas kesehatan di poli gigi dengan memakai pedoman daftar peralatan dan bahan habis pakai di poli gigi menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014, dan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4.2. Peralatan dan Bahan Habis Pakai Menurut Permenkes RI No. 75 Tahun 2014 di Puskesmas Tanjung Morawa

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Atraumatic Restorative Treatment (ART):

 Enamel Access Cutter

 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small)

 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium)

 Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large)

 Double Ended Applier and Carver

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)

Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)

Ekskavator Berujung Dua (Besar) Ekskavator Berujung Dua (Kecil) Gunting Operasi Gusi

Handpiece Contra Angle Handpiece Straight

Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari :

 Kursi

 Cuspidor Unit

 Meja Instrumen

 Foot Controller untuk Hand Piece

 Kompresor Oilless 1 PK Jarum exterpasi

Jarum K-File (15-40) Jarum K-File (45-80) Light Curing

Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed Micro Motor portable)

Pelindung Jari

Pemegang Matriks (Matrix Holder) Penahan Lidah

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal)

Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)

Penumpat Plastis Periodontal Probe

Penumpat Semen Berujung Dua Pinset Gigi

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial)

Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial)

Skeler Ultrasonik Sonde Lengkung Sonde Lurus

Spatula Pengaduk Semen

Spatula Pengaduk Semen Ionomer Set Tang Pencabutan Dewasa (set) :

 Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah

 Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) Skalpel, Tangkai Pisau Operasi Tangkai kaca mulut

Tabel 4.2. (Lanjutan)

No Jenis Peralatan

Ketersediaan

Baki Logam Tempat Alat Steril Korentang, Penjepit Sponge (Foerster) Lampu Spiritus Isi 120 cc

Lemari peralatan

Lempeng Kaca Pengaduk Semen Needle Destroyer

Silinder Korentang Steril Sterilisator kering

Tempat Alkohol (Dappen Glas)

Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50x70mm)

Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm) Waskom Bengkok (Neirbeken)

Betadine Solution atau Desinfektan lainnya

Sabun tangan atau antiseptic Kasa

Hasil observasi menunjukkan bahwa fasilitas kesehatan di poli gigi belum terpenuhi atau tidak memadai dan masih ada ditemukan beberapa alat kesehatan yang tidak berfungsi dengan baik atau rusak yang perlu diperbaiki, seperti set kursi gigi elektronik, lampu dental gigi, belum memiliki alat sterilisasi, alat cabut gigi untuk anak-anak yang belum lengkap. Berdasarkan pengamatan peneliti, fasilitas kesehatan

di puskesmas masih belum terpenuhi, kondisi air yang tidak baik menyebabkan aktivitas pelayanan menjadi lambat, kondisi dental chair yang rusak membuat ketidaknyamanan bekerja bagi petugas, hal ini tentunya memengaruhi kegiatan untuk pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hasil wawancara tentang peran kepala puskesmas dalam upaya penyediaan fasilitas kesehatan (peralatan, bahan habis pakai) yang mendukung pelayanan poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

”Tentang peran saya untuk dukungan ke poli gigi, yaa setiap kerusakan tetap kita laporkan permintaan ke dinas”. Untuk bahan habis pakai kita sepertinya sudah tercukupi, kan itu sudah ditentukan, sebelum dan sesudah JKN, ya tidak begitu berbeda, tetap mengikuti aturan yang ditentukan” (Kapus Tj.Morawa)

”Alat yang rusak kita usulkan untuk dilakukan perbaikan. Ya perhatianlah ya kan, ditanya apa kira-kira masalah di poli gigi. Apakah alatnya, pelayanan ke pasiennya, pasiennya puas apa engggak, datang ke puskesmas ini, ke poli gigi ada masalah apa enggak... Menerima keluhan” (Kapus Muliorejo)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kepala puskesmas tetap berusaha memberikan perhatian kepada pelayanan poli gigi yang ditujukan bagi masyarakat, yaitu dengan menindaklanjuti laporan ataupun usulan ke dinas tentang permintaan perbaikan alat yang rusak, pemenuhan bahan habis pakai yang dibutuhkan di poli gigi.

4.2.2. Kompetensi Dokter Gigi dan Perawat Gigi di Poli Gigi

Kompetensi dokter gigi dan perawat gigi adalah mencakup kemampuan tenaga kesehatan (dokter gigi dan perawat gigi) untuk melakukan atau menyiapkan kegiatan tertentu yang bersifat kompleks/komprehensif dalam melayani masyarakat

di poli gigi puskesmas sesuai kewenangannya mencakup layanan promotif, preventif, kuratif dan rehabiltatif, sehingga tercapai apa yang menjadi harapan dari pasien.

Setiap tenaga kesehatan memiliki tugas dan tanggungjawab terhadap profesinya di tempat dia bekerja, masing – masing memiliki tugas dan wewenangnya khususnya petugas kesehatan poli gigi puskesmas.

Hasil wawancara tentang wewenang petugas kesehatan dalam menangani pelayanan di poli gigi puskesmas adalah sebagai berikut :

”Mencabut gigi anak-anak yaa, bantu bersihkan alat, untuk penambalan saya kerjakan.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pencabutan gigi semua bisa tapi dengan diawasi dokter, membersihkan alat lah.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pencabutan gigi dewasa maupun anak –anak, penambalan, pembersihan karang gigi/scaling, tapi untuk scaling saya gak diberi pegang oleh dokter yang satu, karena dia takut alatnya nanti rusak, beri resep atau pengobatan, buat tampon.”(Perawat gigi Puskesmas Muliorejo)

”Kadang kek ginilah mengobati, mau juga kalau gak ada saya ya kan, ya membersihkan alat, juga menangani pasien sekali-kali bisa, suntik mau juga sekali-kali karena Ibu ini kan sudah lama, sudah ada Ibu ini 20 tahun disini tapi ada saya disini, kadang ibu ini menensi, kan kami menensi dulu, ya semualah ya ganti-gantianlah kami disini.”(Dokter Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Saya, pencabutan untuk anak – anak, pengobatan bisa juga, pemberian obat misalnya gigi yang bengkak, abses, mengerjakan incisi tapi sebenarnya itu pekerjaan dokter”. (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Nyuci alat, membersihkan alat, membersihkan ruangan, pembersihan karang gigi, menyuntik gigi yang mau.”(Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil wawancara di atas menunjukkan bahwa untuk beberapa tindakan pelayanan kepada pasien diberikan kepada perawat gigi untuk mengerjakannya

dengan pengawasan atau diawasi oleh dokter gigi. Namun sebaliknya berdasarkan pengamatan peneliti, saat melakukan tindakan pencabutan gigi dewasa (bukan sisa akar gigi/radix), dilakukan oleh perawat gigi, itu tanpa pengawasan dari dokter gigi.

Berdasarkan observasi juga terlihat kondisi dokter gigi dan perawat gigi sama-sama melakukan tindakan pelayanan ke pasien yang berbeda yaitu dokter gigi melakukan penambalan di dental unit dan perawat gigi di kursi kerja melakukan pencabutan gigi dewasa (molar tiga) tanpa pengawasan dokter gigi. Untuk scaling, dokter gigi tidak mengijinkan perawat membantunya, jadi kurangnya kerjasama. Selain itu dalam menjalankan tindakan ataupun memberikan pelayanan kepada masyarakat, di poli gigi Puskesmas Muliorejo tidak didukung dengan adanya standar prosedur (SOP), dan ini berbeda dengan poli gigi Puskesmas Tanjung Morawa.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu faktor yang penting bagi implementasi program JKN. Suatu keahlian dan kemampuan dari tenaga kesehatan sangat diperlukan (kompeten dan kecakapan profesi) untuk menjalankan pelayanan program yang dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pelatihan atau sosialisasi dari instansi.

Hasil wawancara tentang penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan bagi

Hasil wawancara tentang penyelenggaraan pendidikan atau pelatihan bagi