• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 1. PENDAHULUAN

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat menjadi masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Deli Serdang dan Puskesmas berkenaan dengan pelaksanaan pelayanan gigi dan mulut dalam

penyempurnaan implementasi Kebijakan Jaminan Kesehatan Nasional sehingga dapat dijadikan pertimbangan dalam perbaikan penyelenggaraannya.

2. Hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan dan pengembangan teori serta menjadi salah satu sumber bacaan bagi para peneliti dimasa yang akan datang.

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan

Pelaksanaan merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai tujuan yang diharapkan.

Grindle (1980) dalam Winarno (2002), menyatakan implementasi merupakan proses umum tindakan administratif yang dapat diteliti pada tingkat program tertentu.

Sedangkan Van Meter dan Horn menyatakan bahwa implementasi kebijakan merupakan tindakan yang dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan. Grindle (1980) menambahkan bahwa proses implementasi baru akan dimulai apabila tujuan dan sasaran telah ditetapkan, program kegiatan telah tersusun dan dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasaran. Pengertian Implementasi atau pelaksanaan, merupakan aktifitas atau usaha-usaha yang dilaksanakan untuk melaksanakan semua rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan dilengkapi segala kebutuhan, alat-alat yang diperlukan, siapa yang melaksanakan, dimana tempat pelaksanaannya mulai dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan.

Menurut pendapat Abdullah dalam Nugroho (2012), implementasi adalah suatu proses rangkaian kegiatan tindak lanjut setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah yang strategis maupun

operasional atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

Selain itu dalam proses implementasi sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur yang penting dan mutlak menurut Nugroho (2012), yaitu :

a. Adanya program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan.

b. Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan manfaat dari program perubahan dan peningkatan.

c. Unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan yang bertanggungjawab dalam pengelolaan pelaksana dan pengawasan dari proses implementasi tersebut.

Keberhasilan kebijakan atau program juga dikaji berdasarkan perspektif proses implementasi dan perspektif hasil. Pada perspektif proses, program pemerintah dikatakan berhasil jika pelaksanaannya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan pelaksanaan yang dibuat oleh pembuat program yang mencakup antara lain cara pelaksanaan, agen pelaksana, kelompok sasaran dan manfaat program. Sedangkan pada perspektif hasil, program dapat dinilai berhasil manakala program membawa dampak seperti yang diinginkan. Suatu program mungkin saja berhasil dilihat dari sudut proses, tetapi boleh jadi gagal ditinjau dari dampak yang dihasilkan, atau sebaliknya (Winarno, 2002).

Pencapaian keberhasilan suatu program kebijakan sangat tergantung dari para aktor yang mempunyai peranan di dalam kebijakan. Oleh karena ini dalam menentukan keberhasilan suatu program maka model kesesuaian Korten merupakan bentuk yang ideal untuk mencapai keberhasilan suatu program kebijakan.

Keberhasilan suatu program juga akan terjadi jika terdapat kesesuaian antara hasil program dengan kebutuhan sasaran, syarat tugas pekerjaan program dengan kemampuan organisasi pelaksana dengan sarana pengungkapan kebutuhan sasaran (Antonius, 2000).

Gambar 2.1. Model Implementasi Kebijakan Menurut David C. Korten

2.2. Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas)

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 mendefenisikan Puskesmas adalah sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran,

Kompetensi Putusan Tuntutan

Kebutuhan

PROGRAM

PEMANFAAT ORGANISASI

Tugas Out put

kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 75 Tahun 2014 (Pasal 35), Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi : upaya kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial meliputi : Pelayanan promosi kesehatan; Pelayanan kesehatan lingkungan; Pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana; Pelayanan gizi; dan Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Disamping upaya kesehatan esensial tersebut di atas, pelayanan kesehatan di puskesmas juga melaksanakan upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang ditetapkan berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta kemampuan puskesmas, yaitu : Pelayanan kesehatan jiwa; Pelayanan kesehatan gigi masyarakat; Pelayanan kesehatan tradisional komplementer; Pelayanan kesehatan olahraga; Pelayanan kesehatan indera; Pelayanan kesehatan lansia; Pelayanan kesehatan kerja.

2.3. Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut

Upaya kesehatan gigi dan mulut di puskesmas secara umum bertujuan untuk mencapai keadaan kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang optimum sedangkan

secara khusus untuk menambah kesadaran masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi, memberikan perlindungan khusus untuk memperkuat gigi dan jaringan penyangganya, serta mengurangi akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hal-hal yang merugikan kesehatan gigi (Tampubolon, 2011).

Terselenggaranya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas perlu ditata kembali dan ditingkatkan upaya pelayanannya sehingga diperoleh suatu pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang berkualitas, aman, bermanfaat, bermutu, berkesinambungan dan dapat dipertanggungjawabkan (Depkes RI, 2009).

Menurut Permenkes RI No. 75 tahun 2014 tentang puskesmas, untuk mendukung kegiatan pelayanan gigi dan mulut supaya berjalan dengan baik, maka perlu disediakan peralatan di ruangan kesehatan gigi dan mulut yaitu :

A. Set kesehatan gigi dan mulut :

1. Atraumatic Restorative Treatment (ART) : Enamel Access Cutter, Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Kecil (Spoon Excavator Small), Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Sedang (Spoon Excavator Medium), Eksavator Berbentuk Sendok Ukuran Besar (Spoon Excavator Large), Double Ended Applier and Carver, Spatula Plastik, Hatchet, Batu Asah

2. Bein Lurus Besar 3. Bein Lurus Kecil

4. Bor Intan (Diamond Bur Assorted) untuk Air Jet Hand Piece (Kecepatan Tinggi) (round, inverted dan fissure)

5. Bor Intan Kontra Angle Hand Piece Conventional (Kecepatan Rendah) (round, inverted dan fissure)

6. Ekskavator Berujung Dua (Besar) 7. Ekskavator Berujung Dua (Kecil) 8. Gunting Operasi Gusi

9. Handpiece Contra Angle 10. Handpiece Straight

11. Kaca Mulut Datar No.4 Tanpa Tangkai

12. Klem/Pemegang Jarum Jahit (Mathieu Standar)

13. Set Kursi Gigi Elektrik yang terdiri dari : Kursi, Cuspidor Unit, Meja Instrumen, Foot Controller untuk Hand Piece, Kompresor Oilless 1 PK 14. Jarum exterpasi

15. Jarum K-File (15-40) 16. Jarum K-File (45-80) 17. Light Curing

18. Mikromotor dengan Straight dan Contra Angle Hand Piece (Low Speed Micro Motor portable)

19. Pelindung Jari

20. Pemegang Matriks (Matrix Holder) 21. Penahan Lidah

22. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Distal) 23. Pengungkit Akar Gigi Kanan Mesial (Cryer Mesial)

24. Penumpat Plastis 25. Periodontal Probe

26. Penumpat Semen Berujung Dua 27. Pinset Gigi

28. Polishing Bur

29. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kiri (Type Chisel/Mesial) 30. Skeler Standar , Bentuk Cangkul Kanan (Type Chisel/Mesial) 31. Skeler Standar, Bentuk Tombak (Type Hook)

32. Skeler Standar, Black Kiri dan Kanan (Type Chisel/Mesial) 33. Skeler Standar, Black Kiri dan Kiri (Type Chisel/Mesial) 34. Skeler Ultrasonik

35. Sonde Lengkung 36. Sonde Lurus

37. Spatula Pengaduk Semen

38. Spatula Pengaduk Semen Ionomer

39. Set Tang Pencabutan Dewasa (set) : Tang gigi anterior rahang atas dewasa, Tang gigi premolar rahang, Tang gigi molar kanan rahang atas, Tang gigi molar kiri rahang atas, Tang molar 3 rahang atas, Tang sisa akar gigi anterior rahang, Tang sisa akar gigi posterior rahang, Tang gigi anterior dan premolar rahang bawah, Tang gigi molar rahang bawah kanan/kiri, Tang gigi molar 3 rahang bawah, Tang sisa akar rahang bawah

40. Set Tang pencabutan gigi anak : Tang gigi anterior rahang atas, Tang molar rahang atas, Tang molar susu rahang atas, Tang sisa akar rahang atas, Tang gigi anterior rahang bawah, Tang molar rahang bawah, Tang sisa akar rahang bawah

41. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Besar) 42. Skalpel, Mata Pisau Bedah (Kecil) 43. Skalpel, Tangkai Pisau Operasi 44. Tangkai kaca mulut

B. Perlengkapan : Baki Logam Tempat Alat Steril, Korentang, Penjepit Sponge (Foerster), Lampu Spiritus Isi 120 cc, Lemari peralatan, Lempeng Kaca Pengaduk Semen, Needle Destroyer, Silinder Korentang Steril, Sterilisator kering, Tempat Alkohol (Dappen Glas), Toples Kapas Logam dengan Pegas dan Tutup (50x70mm), Toples Pembuangan Kapas (50 x75 mm), Waskom Bengkok (Neirbeken)

C. Bahan habis pakai : Betadine Solution atau Desinfektan lainnya, Sabun tangan atau antiseptic, Kasa , Benang Silk, Chromik Catgut, Alkohol, Kapas, Masker, Sarung tangan

D. Meubelair : Kursi Kerja, Lemari arsip, Meja Tulis ½ biro

E. Pencatatan dan pelaporan : Buku register pelayanan, Kartu rekam medis, Formulir informed consent, Formulir rujukan, Surat keterangan sakit, Formulir dan surat keterangan lain sesuai kebutuhan pelayanan yang diberikan.

2.3.1. Standar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut

Standar ini digunakan sebagai pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas (Depkes RI, 2009).

1. Jenis Pelayanan

Jenis pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas ditujukan kepada keluarga dan masyarakat di wilayah kerjanya dan dapat dilaksanakan di gedung Puskesmas dan luar gedung seperti di sekolah, Posyandu dan lain-lain.

1. Pelayanan kedaruratan gigi dan mulut a. Upaya menghilangkan rasa sakit

b. Penanganan trauma sebelum pasien dirujuk 2. Pelayanan Pencegahan

a. Pelayanan yang ditujukan kepada komunitas : kampanye kesehatan gigi dan mulut melalui penyuluhan

b. Pelayanan yang ditujukan kepada kelompok : promosi kesehatan gigi dan mulut melalui pendekatan komunikasi informasi dan edukasi kepada kelompok tertentu melalui program UKBM (Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat) seperti UKGS, UKGM

c. Pelayanan yang ditujukan kepada perorangan : pemeriksaan gigi dan mulut, konseling kepada perorangan mengenai hygiene mulut, pembersihan karang gigi dan aplikasi fissure sealant

3. Pelayanan medik gigi dan mulut dasar a. Ekstraksi tanpa komplikasi

b. Restorasi tumpatan

c. Perawatan Saraf Gigi Konvensional

d. Perawatan penyakit/kelainan jaringan mulut e. Menghilangkan traumatik oklusi

f. Protesa lepasan

g. Odontektomi M3 klas 1A h. Pelayanan rujukan

2. Pencatatan dan Pelaporan 1. Pencatatan

a. Rekam Medik

Rekam Medik menjelaskan keterangan / informasi yang akurat dan lengkap tentang :

• Identitas pasien

• Tanggal & waktu

• Hasil anamnesis : keluhan & riwayat penyakit

• Hasil pemeriksaan fisik & penunjang medik

• Diagnosis

• Rencana penatalaksanaan

• Pengobatan dan/atau tindakan

• Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien

• Odontogram klinik

• Persetujuan tindakan medik dental (untuk yang berisiko tinggi)

• Rujukan bila diperlukan

Dengan acuan SIMPUS (Sistem Informasi Manajemen Puskesmas), 1. Persetujuan tindakan medik

Persetujuan Tindakan Medik adalah persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya yang sah secara hukum, atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut, sekurang-kurangnya mencakup :

- Diagnosis dan tata cara tindakan medik - Tujuan tindakan medik yang akan dilakukan - Alternatif tindakan lain dan risikonya

- Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan - Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan

2. Pencatatan kegiatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di luar gedung Puskesmas

2. Pelaporan

a. Laporan Bulanan

Setiap puskesmas harus membuat laporan menggunakan LB1 dan LB4 ke Dinas Kesehatan Kab./Kota, dan Suku Dinas bersamaan dengan laporan kegiatan Puskesmas lainnya

b. Laporan Tahunan

Pelaporan mengenai sumber daya (sarana, prasarana, tenaga) kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota bersamaan dengan laporan kegiatan Puskesmas lainnya

3. Dokumen Terkait

a. Kartu Rekam medik dan Odontogram b. Formulir Persetujuan Tindakan Medik c. Formulir laporan Puskesmas

d. Formulir rujukan

e. Pedoman UKGS dan UKGMD f. Standar Prosedur Operasional g. Kartu inventaris ruangan

Menurut Kepmenkes No.HK.02.02/MENKES/62/2015 tentang Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Gigi, ini merupakan suatu pedoman untuk menetapkan batasan kewenangan dan kompetensi melaksanakan upaya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di Puskesmas. Kasus yang ditangani di fasilitas kesehatan tingkat primer (FKTP) antara lain ; Karies dini/Karies email tanpa kavitas, Karies email/Karies dentin/Karies sementum/akar, Karies terhenti/ arrested caries, Demineralisasi Permukaan Halus/aproksimal, Fraktur Mahkota Gigi Yang Tidak Mengenai Pulpa, Dentin hipersensitif, Atrisi, Abrasi, Erosi, Karies Mencapai Pulpa Vital Gigi Sulung, Periodontitis Kronis dengan kehilangan jaringan periodontal ringan-sedang, Gingivitis akibat Plak Mikrobial, Primary Herpetic Gingivostomatitis, Oral Hygiene

Buruk, Stomatitis Aftosa, Angular Cheilitis, Pulpitis Reversibel, Nekrosis pulpa (Akar tunggal, akar jamak yang lurus dengan sudut pandang kerja pada orifice tidak terhalang), Nekrosis pulpa gigi tinggal akar (gigi sisa sudah tidak mendukung untuk dilakukan tumpatan), Pulpitis Irreversibel, Iritasi Pulpa Gigi Tetap Muda, Hyperemia Pulpa Gigi Tetap Muda, Nyeri Orofasial,Persistensi Gigi Sulung, Akar Gigi Tertinggal, Lesi Traumatik, Abses Periapeks, Abses Periodontal.

2.3.2. Tugas dan Wewenang Tenaga Kesehatan Gigi

Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (KKI, 2006), tentang Standard Kompetensi Dokter Gigi, yang menjadi kompetensi minimal yang harus dimiliki oleh dokter gigi di Indonesia , yaitu :

1. Etik dan jurisprudensi

1. Menerapkan etika kedokteran gigi serta hukum yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi secara profesional :

Menerapkan etika kedokteran gigi secara profesional, Menjaga kerahasiaan profesi dalam hubungannya dengan teman sejawat, staf dan pasien, Membedakan hak dan kewajiban dokter dan pasien.

2. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut sesuai dengan kode etik : Memberikan pelayanan kedokteran gigi yang manusiawi dan komprehensif, Menjaga hubungan terbuka dan jujur serta saling menghargai dengan pasien, pendamping pasien dan sejawat, Memperkirakan keterbatasan kemampuan diri untuk kepentingan rujukan.

3. Memahami masalah-masalah yang berhubungan dengan hukum yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi : Membedakan tanggung jawab administratif, pelanggaran etik, disiplin dan hukum yang diberlakukan bagi profesi Kedokteran Gigi berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, Memahami peraturan dan perundang-undangan yang berkaitan dengan praktik kedokteran gigi di Indonesia, Mengetahui pemanfaatan jalur organisasi profesi.

2. Analisis informasi kesehatan secara kritis, ilmiah dan efektif

1. Menganalisis secara kritis kesahihan informasi : Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk mencari informasi yang sahih secara profesional dari berbagai sumber, Menggunakan teknologi ilmiah mutakhir untuk menilai informasi yang sahih secara profesional dari berbagai sumber.

2. Mengelola Informasi kesehatan secara ilmiah, efektif, sistematis dan komprehensif.

3. Berfikir kritis dan alternatif dalam mengambil keputusan.

4. Menggunakan Pendekatan evidence based dentistry dalam pengelolaan kesehatan gigi dan mulut : Menapis sumber rujukan yang sahih untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut, Menggunakan informasi kesehatan secara profesional untuk kepentingan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

3. Komunikasi

Melakukan komunikasi, informasi, dan edukasi secara efektif dan bertanggung jawab baik secara lisan maupun tertulis dengan pasien, keluarga atau pendamping pasien serta masyarakat, teman sejawat dan profesi kesehatan lain yang terkait : Berdialog dengan pasien dalam kedudukan yang setara, Bersikap empati terhadap pasien akan keluhan kesehatan gigi dan mulut yang mereka kemukakan, Menuliskan surat rujukan pasien kepada sejawat dan atau penyelenggara kesehatan lain jika diperlukan sesuai dengan standar prosedur operasional yang berlaku, Berdialog dengan teman sejawat, praktisi kesehatan, dan praktisi lain terkait.

4. Hubungan sosio kultural dalam bidang kesehatan gigi dan mulut

Mengelola dan menghargai pasien dengan keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras melalui kerjasama dengan pasien dan berbagai pihak terkait untuk menunjang pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang bermutu : Memahami adanya keanekaragaman sosial, ekonomi, budaya, agama dan ras berdasarkan asal usul pasien, Memperlakukan pasien secara manusiawi tanpa membeda-bedakan satu sama lainnya, Bekerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk menunjang peningkatan kesehatan gigi dan mulut.

5. Ilmu kedokteran dasar

Mengintegrasikan ilmu pengetahuan biomedik yang relevan sebagai sumber keilmuan dan berbagai data penunjang untuk diagnosis dan tindakan medik kedokteran gigi.

6. Ilmu kedokteran klinik

Memahami ilmu kedokteran klinik yang relevan sebagai pertimbangan dalam melakukan perawatan gigi dan mulut pada pasien medik kompromis.

7. Ilmu kedokteran gigi dasar

Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi dasar mencakup: Biologi Oral, Bio-Material dan Teknologi Kedokteran Gigi untuk menunjang keterampilan preklinik dan klinik, serta penelitian bidang kedokteran gigi.

8. Ilmu kedokteran gigi klinik

Memahami prinsip ilmu kedokteran gigi klinik sebagai dasar untuk melakukan pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yg efektif dan efisien : Memahami prinsip pelayanan klinis kesehatan gigi dan mulut yang meliputi tindakan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif, Menghubungkan berbagai tatalaksana kedokteran gigi klinik untuk membantu dalam memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut dalam mengembalikan fungsi optimal sistem stomatognatik.

9. Pemeriksaan pasien

1. Melakukan pemeriksaan fisik secara umum dan sistem stomatognatik dengan mencatat informasi klinis, laboratoris, radiologis, psikologis dan sosial guna mengevaluasi kondisi medik pasien : Mengidentifikasi keluhan utama penyakit atau gangguan sistem stomatognatik, Menerapkan pemeriksaan komprehensif sistem stomatognatik dengan memperhatikan kondisi umum, Menentukan pemeriksaan penunjang laboratoris yang dibutuhkan.

2. Mengenal dan mengelola perilaku pasien secara profesional : Menerapkan sikap saling menghargai dan saling percaya melalui komunikasi yang efektif dan efisien dengan pasien dan/atau pendamping pasien, Menganalisis perilaku pasien yang memerlukan perawatan khusus secara profesional, Mengidentifikasi kondisi psikologis dan sosial-ekonomi pasien berkaitan dengan penatalaksanaan lebih lanjut, Menggunakan rekam medik sebagai acuan dasar dalam melaksanakan perawatan gigi dan mulut.

10. Diagnosis

Menegakkan diagnosis dan menetapkan prognosis penyakit/kelainan gigi dan mulut melalui interpretasi, analisis dan sintesis hasil pemeriksaan pasien : Membuat rekam medik secara akurat dan Komprehensif, Mengelola rekam medik sebagai dokumen legal dengan baik, Merencanakan perawatan medik kedokteran gigi berdasarkan catatan medik yang tertulis pada rekam medik, Menegakkan diagnosis sementara dan diagnosis kerja berdasarkan analisis hasil pemeriksaan riwayat penyakit, temuan klinis, temuan laboratoris, temuan radiografis, dan temuan alat bantu yang lain, Memastikan lokasi, perluasan, etiologi karies dan kelainan periodontal serta kerusakannya, Membedakan antara pulpa yang sehat dan tidak sehat, Membedakan antara jaringan periodontal yang sehat dan tidak sehat, Memastikan penyimpangan dalam proses tumbuh kembang yang mengakibatkan maloklusi, Menjelaskan kondisi, kelainan, penyakit dan fungsi kelenjar saliva, Menjelaskan gambaran klinis proses penyakit pada mukosa mulut akibat inflamasi, gangguan imunologi, metabolit

dan neoplastik, Menjelaskan keadaan kehilangan gigi yang memerlukan tindakan rehabilitatif, Menjelaskan keadaan akibat kelainan oklusal dan gangguan fungsi mastikasi dan kondisi yang memerlukan perawatan, Mengidentifikasi kelainan oromaksilofasial, Menjelaskan hubungan kebiasaan buruk pasien dengan adanya kelainan oromaksilofasial, Membedakan kelainan dental, skeletal atau fasial yang berhubungan dengan gangguan tumbuh kembang, fungsi dan estetik, Memastikan adanya manifestasi penyakit sistemik pada rongga mulut, Menganalisis dan menentukan derajat risiko penyakit rongga mulut dalam segala usia guna menetapkan prognosis, Memastikan kelainan kongenital dan herediter dalam rongga mulut.

11. Rencana perawatan

1. Mengembangkan, mempresentasikan dan mendiskusikan rencana perawatan yang didasarkan pada kondisi, kepentingan dan kemampuan pasien : Menganalisis derajat risiko penyakit gigi dan mulut, Merencanakan pengelolaan ketidaknyamanan dan kecemasan pasien yang berkaitan dengan pelaksanaan perawatan, Merencanakan pelayanan preventif berdasarkan analisis risiko penyakit, Merencanakan perawatan dengan memperhatikan kondisi sistemik pasien, Mengembangkan rencana perawatan yang komprehensif dan rasional berdasarkan diagnosis, Menjelaskan temuan, diagnosis dan perawatan pilihan, ketidak nyamanan dan resiko perawatan untuk mendapat persetujuan melakukan perawatan, Menjelaskan tanggung jawab pasien, waktu yang

dibutuhkan, langkah-langkah perawatan, dan perkiraan biaya perawatan, Bekerjasama dengan profesi lain untuk merencanakan perawatan yang akurat.

2. Menentukan rujukan yang sesuai : Membuat surat rujukan kepada spesialis bidang lain terkait dengan penyakit/ kelainan pasien, Mampu melakukan rujukan kepada yang lebih kompeten sesuai dengan bidang terkait.

12. Pengelolaan sakit dan kecemasan

Mengendalikan rasa sakit dan kecemasan pasien disertai sikap empati : Meresepkan obat obatan secara benar dan rasional, Mengatasi rasa sakit, rasa takut dan ansietas dengan pendekatan farmakologik dan non farmakologik, Menggunakan anastesi lokal untuk mengendalikan rasa sakit (control of pain) untuk prosedur restorasi dan beda.

13. Tindakan medik kedokteran gigi

1. Melakukan perawatan konservasi gigi sulung dan permanen yang sederhana 2. Melakukan perawatan penyakit/kelainan periodontal

3. Melakukan perawatan ortodonsia pada pasien anak dan dewasa

4. Melakukan perawatan bedah sederhana pada jaringan keras dan lunak 5. Melakukan perawatan non-bedah pada lesi jaringan lunak mulut

6. Melakukan perawatan kelainan sendi temporoman dibular dan oklusi dental 7. Melakukan perawatan postodontik pada pasien anak dan dewasa

8. Mengelola kegawatdaruratan di bidang kedokteran gigi

9. Bekerja dalam tim secara efektif dan efisien untuk mencapai kesehatan gigi dan mulut yang prima

14. Melakukan pelayanan kesehatan gigi dan mulut masyarakat 1. Mendiagnosis masalah kesehatan gigi dan mulut masyarakat.

2. Melakukan upaya promotif dan preventif pada masyarakat : Mengkomunikasikan program kesehatan gigi dan mulut masyarakat : Menerapkan strategi promotif dan preventif kesehatan gigi dan mulut masyarakat, Menganalisis program kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang telah dilaksanakan.

3. Mengupayakan teknologi informasi untuk kepentingan pelayanan kesehatan masyarakat.

4. Bekerja dalam tim serta membuat jejaring kerja (networking) yang efektif dan efisien dalam usaha menuju kesehatan gigi dan mulut yang optimal.

15. Manajemen perilaku

Memahami konsep perilaku kesehatan individu dan masyarakat di bidang kedokteran gigi : Mengidentifikasi perilaku kesehatan individu, keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Memotivasi perilaku hidup sehat individu, keluarga dan masyarakat di bidang kesehatan gigi dan mulut, Mampu menjabarkan upaya mengubah kebiasaan masyarakat dari berorientasi kuratif menjadi preventif.

16. Manajemen praktik dan lingkungan kerja

1. Menata manajemen praktik serta tatalaksana lingkungan kerja praktik kedokteran gigi.

2. Menata lingkungan kerja kedokteran gigi secara ergonomik dan prinsip keselamatan kerja.

3. Menerapkan prinsip dasar pengelolaan praktik dan hubungannya dengan aspek sosial : Melakukan komunikasi secara efektif dan bertanggung jawab secara lisan maupun tulisan dengan tenaga kesehatan, pasien dan masyarakat.

Tugas dan wewenang tenaga kesehatan gigi menurut Depkes 2009, yaitu :

Tugas dan wewenang tenaga kesehatan gigi menurut Depkes 2009, yaitu :