• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4. HASIL PENELITIAN

4.2. Input…

4.2.3. Pola Komunikasi di Poli Gigi

Terbinanya hubungan yang baik antara petugas kesehatan poli gigi dengan pasien menimbulkan terlaksananya kegiatan penanganan secara efektif, dimana kemampuan dan keterampilan dari petugas kesehatan dalam menyampaikan informasi akan membina komunikasi yang efektif, sehingga banyak hal – hal yang negatif dapat dihindari.

Hasil wawancara tentang pola komunikasi tenaga kesehatan gigi adalah sebagai berikut :

”Pasien yang datang ya kita tanya, apa keluhannya, sudah berapa lama sakitnya kalau misalnya pasien datang dengan gigi yang bengkak, sudah makan obat apa selama sakit. Kita harus beritahukan apa alasannya kenapa tidak dilakukan cabut gigi misalnya, akibatnya apa nanti. Kita beritahu bahwa sikat gigi itu sebelum tidur, bukan untuk anak aja, ibu nya juga dan anggota keluarga lain”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Kita dudukkan pasien, baru kita tanya riwayat penyakitnya, apakah ada sakit, apa keluhannya, kita lihat kondisi mulutnya baru setelah kita tahu, kita menegakkan diagnosanya.”(Dokter gigi Puskesmas Muliorejo)

”Sejak kapan mulai giginya sakit, sudah berapa lama, sebelum ke puskesmas obat apa yang sudah dimakan, ntah dari bidan klinik lain atau dari apotek, setelah makan obat reaksinya bagaimana, setelah itu langsung berobat kesini atau dibiarkan dulu karena sudah sembuh, atau kambuh lagi balik baru datang lagi ke puskesmas.” (Perawat Gigi Puskesmas Muliorejo)

”Pasiennya datang, ya kita tanyai lah semua ya kan, penyakit, apa maksudnya dah berapa lama sakitnya, sakitnya, ntah bagaimana sakitnya ntah jatuh,ntah trauma dia atau sudah ditanya semua, atau ada penyakit lain, atau ada alergi lain, baru kita periksa. Kita kasi pengarahan kan sama dia. Kita harus jelaskan, kalau kita langsung cabut kan gak mungkin.”(Dokter gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Ya kita tanyakanlah sakitnya, kita tanyakan sakitnya gitu, trus itu berapa lama sakitnya, berapa hari.” (Perawat Gigi Puskesmas Tj.Morawa)

”Pasien datang kita suruh masuk, apa keluhannya bu ? mungkin giginya sakit, silahkan duduk, baru kita periksa giginya yang mana yang sakit, apa yang perlu dilakukan kasitahu sama dokternya, selanjutnya dokter lah bagaimana, apakah sudah bisa dicabut,kalau sudah bisa, disuruh kami nyuntik.”(Perawat gigi Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk pola komunikasi tenaga kesehatan terhadap pasien dari segi kemampuannya untuk mengerti keluhan pasien, terlihat para petugas sudah memberikan komunikasi yang baik, yaitu sudah melakukan anamnesa meliputi pemeriksaan dengan melakukan tanya jawab terhadap perasaan pasien meliputi apa yang dirasakan pasien, sudah berapa lama sakit, keluhan utamanya apa, riwayat penyakitnya apa. Selanjutnya memberikan tindakan penanganan sesuai dengan keluhan pasien yang datang ke poli gigi puskesmas.

Kemampuan atau kepekaan tenaga kesehatan terhadap perasaan pasien sangat memberi rasa nyaman bagi pasien yang datang. Sehingga sikap dan emphati dari petugas sangat memberi dampak positif bagi kepuasan pasien.

Hasil wawancara tentang pola komunikasi yaitu sikap tenaga kesehatan gigi adalah sebagai berikut :

”Saya datang untuk minta rujuk, karena dulu berobat dan sekarang belum sembuh juga, jadi mau minta suratlah biar ke RS. Petugasnya memberikan penanganan ataupun periksanya seperti gak senang, apa karena minta ke RS ya..jadi mau ke RS aja kah, gak mau disini, gitu katanya.” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)

”Saya datang ke sini untuk bawa anak saya cabut gigi, biasalah anak –anak kan takut, nangis, saya juga sudah bujuk, tapi petugasnya malah bilang, ya sudah bu bawa aja anaknya keluar datang aja jika sudah mau.” ( Pasien 2 Puskesmas Muliorejo)

”Maunya mereka berikan informasi lalu memberikan tindakanlah, kemarin itu saya datang sikap petugasnya mau cepat aja, kan ini pemerintah harus berikan layanan yang baik dong…saya selalu tidak puas akan responnya, mereka tidak ramah, gak ngerti dengan mau kita.” (Pasien 3 Puskesmas Muliorejo)

”Kebetulan ya apa itu, giginya apa namanya, terasa nyeri maka datang kemari memakai kartu BPJS. Mereka cukup melayani, kebetulan saya perhatikan tadi, karena kondisi anak, jadi dipercepatkan pemanggilan pemeriksaan kesehatannya. Respon saya cukup positiflah, mereka ada menjelaskan dan ada penyampaiannya.” (Pasien 1 Puskesmas Tj.Morawa)

”Saya datang cabut gigi, yaa gitu mereka biasa aja gak ada jelaskan, kita cabut ya, sudah gitu, disuruh nunggu sampai kebas.” ( Pasien 2 Puskesmas Tj.Morawa)

”Ada gigi ya berlobang jadi minta dicabut. Ya selama ini saya disini mudah – mudahan masih baiklah pelayanannya. Ya alhamdullilah baik- baik. Ya dia bilang kalau giginya masih sakit itu tidak boleh dicabut itu kalau sudah baik itu dikasi ya obat berapa hari lagi datang itu giginya bisa dicabut.”( Pasien 3 Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk pola komunikasi tenaga kesehatan terhadap pasien dari segi kemampuannya untuk menunjukkan sikap emphati dalam menangani keluhan pasien, masih ada kurangnya penyampaian informasi yang baik dan jelas kepada pasien. Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap sikap peka petugas terhadap pasien yang datang ke poli gigi khususnya pasien anak – anak, petugas cenderung tidak sabar dan tidak mau memberikan perhatian yang lebih untuk menciptakan kenyamanan pada pasien. Petugas kurang memperlihatkan emphatinya kepada pasien khususnya lansia dan anak –anak.

Persetujuan tindakan medik merupakan suatu persetujuan yang diberikan oleh pasien atau keluarganya, atas dasar penjelasan mengenai tindakan medik yang akan dilakukan terhadap pasien tersebut. Hal ini perlu untuk menghindari masalah – masalah yang akan muncul setelah atau pada saat proses pelayanan diberikan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

Hasil wawancara tentang tindakan persetujuan sebelum melakukan tindakan adalah sebagai berikut :

”Ya, sebelum melakukan tindakan kita terlebih dahulu menanyakan tentang kesiapan pasien, setelah iya setuju baru kita kerjakan.”(Dokter Gigi Muliorejo)

”Ada.”(Dokter Gigi Muliorejo)

”Ya, memang ada persetujuan, karna kita bilang nanti menyangkut biaya yang dimiliki pasien.”(Perawat Gigi Muliorejo)

”Ya, misalnya untuk pasien yang mau cabut tapi kondisinya tidak baik, ya tanda tangan di statusnya.”(Dokter Gigi Tanjung Morawa)

”Ya, biasanya itu untuk ini, untuk pasien yang kita curigai, misalnya punya penyakit gula, darah tinggi, jantung, ahh itu yang kira-kira kita curigailah.”(Perawat Gigi Tanjung Morawa)

”Ya, harus, manatahu ada kasus yang tidak memungkinkan dicabut.”(Perawat Gigi Tanjung Morawa)

”Yaa gitulah” (Pasien 1 Puskesmas Muliorejo)

”Tidak ada ditanyaipun, ini aja dibiarin” ( Pasien 2 Puskesmas Muliorejo)

” Ada, ada ditanyakan ” (Pasien 3 Puskesmas Muliorejo)

”Ohh..Tidak ada.” (Pasien 1 Puskesmas Tj.Morawa)

”Biasa ajalah pokoknya.” ( Pasien 2 Puskesmas Tj.Morawa)

”Ya ada.”( Pasien 3 Puskesmas Tj.Morawa)

Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa untuk permintaan persetujuan kepada pasien telah dilakukan sebelum melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Berdasarkan pengamatan peneliti, untuk melakukan tindakan pelayanan kepada pasien, kadang petugas langsung melakukan tindakan misal untuk pencabutan gigi, tanpa meminta persetujuan ke pasien.