• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

PENELITIAN

Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu dan Mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah

Kabupaten Labuhanbatu Oleh:

Nini Suryani

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera

Utara. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam

menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam

perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing dikelurahan

Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten Labuhanbatu. Saya berharap

jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa ada dipengaruhi

oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas Bapak/Ibu.

Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk mengembangkan

ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi

peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia

menjadi peserta peneliti, silahkan bapak/Ibu menandatangani kolom dibawah ini.

Medan, Oktober 2015

Peneliti,

(Nini Suryani)

(2)

RINCIAN DANA PENELITIAN

PROPOSAL

- Biaya rental dan print proposal Rp 100.000

- Biaya internet Rp 50.000

- Fotocopy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp 50.000

- Fotocopy perbanyak proposal Rp 50.000

- Membeli sumber,tinjauan perpustakaan Rp 100.000

- Biaya survey awal Rp 40.000

- Biaya transportasi Rp 50.000

PENGUMPULAN DATA

- Transportasi Rp 20.000

- Bingkisan untuk responden Rp 80.000

- Fotocopy Rp 50.000

- Biaya penelitian Rp 100.000

ANALISA DATA DAN PENYUSUNAN LAPORAN

- Biaya rental dan print Rp. 70.000

- Penjilidan Rp. 100.000

- Fotocopy laporan penelitian Rp. 50.000

(3)
(4)
(5)
(6)

Nama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Ny.A 3 9.7 9.7 9.7

Ny.C 1 3.2 3.2 12.9

Ny.E 2 6.5 6.5 19.4

Ny.F 1 3.2 3.2 22.6

Ny.H 3 9.7 9.7 32.3

Ny.I 1 3.2 3.2 35.5

Ny.L 1 3.2 3.2 38.7

Ny.N 3 9.7 9.7 48.4

Ny.S 2 6.5 6.5 54.8

Ny.T 1 3.2 3.2 58.1

Ny.W 1 3.2 3.2 61.3

Ny.Y 2 6.5 6.5 67.7

Tn.A 2 6.5 6.5 74.2

Tn.B 1 3.2 3.2 77.4

Tn.D 1 3.2 3.2 80.6

Tn.H 1 3.2 3.2 83.9

Tn.M 1 3.2 3.2 87.1

Tn.R 1 3.2 3.2 90.3

Tn.S 1 3.2 3.2 93.5

Tn.T 1 3.2 3.2 96.8

Tn.Y 1 3.2 3.2 100.0

(7)

usia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 26-35 tahun 8 25.8 25.8 25.8

36-45 tahun 19 61.3 61.3 87.1

46-55 tahun 4 12.9 12.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

jnisklmin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Wanita 25 80.6 80.6 80.6

Pria 6 19.4 19.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

agama

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Islam 31 100.0 100.0 100.0

suku

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

(8)

pekerjaan responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid PNS /TNI /POLRI 4 12.9 12.9 12.9

Pegawai swasta/ Wiraswasta 8 25.8 25.8 38.7

Buruh/ petani 14 45.2 45.2 83.9

Tidak bekerja 5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

jumlah anggota keluarga

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 4 orang 2 6.5 6.5 6.5

5 orang 11 35.5 35.5 41.9

>5 orang 18 58.1 58.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

hubungan responden dgn lansia

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid Anak 23 74.2 74.2 74.2

Menantu 8 25.8 25.8 100.0

(9)

riwayat penyakit

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SR 16 51.6 51.6 51.6

SL 15 48.4 48.4 100.0

(10)

pengetahuan2

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 6 19.4 19.4 19.4

SR 12 38.7 38.7 58.1

SL 13 41.9 41.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan3

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 6 19.4 19.4 19.4

SR 18 58.1 58.1 77.4

SL 7 22.6 22.6 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan4

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 20 64.5 64.5 64.5

SR 10 32.3 32.3 96.8

SL 1 3.2 3.2 100.0

(11)

pengetahuan5

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 4 12.9 12.9 12.9

SR 15 48.4 48.4 61.3

SL 12 38.7 38.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan6

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 4 12.9 12.9 12.9

SR 8 25.8 25.8 38.7

SL 19 61.3 61.3 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan7

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 3 9.7 9.7 9.7

SR 9 29.0 29.0 38.7

SL 19 61.3 61.3 100.0

(12)

pengetahuan8

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 6 19.4 19.4 19.4

SR 8 25.8 25.8 45.2

SL 17 54.8 54.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan9

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 7 22.6 22.6 22.6

SR 16 51.6 51.6 74.2

SL 8 25.8 25.8 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan10

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 3 9.7 9.7 9.7

SR 14 45.2 45.2 54.8

SL 14 45.2 45.2 100.0

(13)

pengetahuan11

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 1 3.2 3.2 3.2

JR 13 41.9 41.9 45.2

SR 13 41.9 41.9 87.1

SL 4 12.9 12.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan12

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 8 25.8 25.8 25.8

SR 17 54.8 54.8 80.6

SL 6 19.4 19.4 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan13

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 7 22.6 22.6 22.6

SR 15 48.4 48.4 71.0

SL 9 29.0 29.0 100.0

(14)

pengetahuan14

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 1 3.2 3.2 3.2

JR 21 67.7 67.7 71.0

SR 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan15

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 3 9.7 9.7 9.7

JR 12 38.7 38.7 48.4

SR 14 45.2 45.2 93.5

SL 2 6.5 6.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan16

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 2 6.5 6.5 6.5

JR 15 48.4 48.4 54.8

SR 10 32.3 32.3 87.1

SL 4 12.9 12.9 100.0

(15)

pengetahuan17

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 16 51.6 51.6 51.6

SR 10 32.3 32.3 83.9

SL 5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan18

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 12 38.7 38.7 38.7

SR 14 45.2 45.2 83.9

SL 5 16.1 16.1 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan19

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 2 6.5 6.5 6.5

SR 12 38.7 38.7 45.2

SL 17 54.8 54.8 100.0

(16)

pengetahuan20

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid JR 5 16.1 16.1 16.1

SR 17 54.8 54.8 71.0

SL 9 29.0 29.0 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan21

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 1 3.2 3.2 3.2

JR 15 48.4 48.4 51.6

SR 14 45.2 45.2 96.8

SL 1 3.2 3.2 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan22

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 1 3.2 3.2 3.2

JR 19 61.3 61.3 64.5

SR 9 29.0 29.0 93.5

SL 2 6.5 6.5 100.0

(17)

pengetahuan23

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 1 3.2 3.2 3.2

JR 14 45.2 45.2 48.4

SR 14 45.2 45.2 93.5

SL 2 6.5 6.5 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan24

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid TP 7 22.6 22.6 22.6

JR 21 67.7 67.7 90.3

SR 3 9.7 9.7 100.0

Total 31 100.0 100.0

pengetahuan25

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid SR 8 25.8 25.8 25.8

SL 23 74.2 74.2 100.0

(18)

skor pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 32 1 3.2 3.2 3.2

33 1 3.2 3.2 6.5

36 2 6.5 6.5 12.9

39 2 6.5 6.5 19.4

41 1 3.2 3.2 22.6

45 3 9.7 9.7 32.3

47 3 9.7 9.7 41.9

48 1 3.2 3.2 45.2

49 1 3.2 3.2 48.4

50 4 12.9 12.9 61.3

52 2 6.5 6.5 67.7

53 1 3.2 3.2 71.0

54 3 9.7 9.7 80.6

55 1 3.2 3.2 83.9

56 1 3.2 3.2 87.1

57 1 3.2 3.2 90.3

58 2 6.5 6.5 96.8

59 1 3.2 3.2 100.0

(19)

kelompok pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid 1 4 12.9 12.9 12.9

2 23 74.2 74.2 87.1

3 4 12.9 12.9 100.0

Total 31 100.0 100.0

kategori pengetahuan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Percent

Valid cukup 4 12.9 12.9 12.9

baik 23 74.2 74.2 87.1

sangat baik 4 12.9 12.9 100.0

(20)
(21)

Umur Pekerjaan Jml anggta Hub.dgn Rwyat Lama Variabel Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia MASTER TABEL PERAN KELUARGA DALAM PERAWATAN LANSIA MENURUT BUDAYA MELAYU DAN MANDAILING

(22)
(23)

CURRICULUM VITAE

1. BIODATA DIRI

Nama : NINI SURYANI

Tempat/tanggal lahir : Labuhan Bilik, 12 Februari 1993

Anak : Pertama dari 4 bersaudara

Agama : Islam

Alamat : Labuhan Bilik

2. BIODATA ORANG TUA

Nama Ayah : Bustami

Nama Ibu : Hasbiani

3. RIWAYAT PENDIDIKAN

 Tahun 1999-2005 : SD Negeri 112200 Labuhan Bilik

 Tahun 2005-2008 : SMP Negeri 1 Panai Tengah Labuhan Bilik

 Tahun 2008-2011 :SMA Negeri 1 Panai Tengah Labuhan Bilik

 Tahun 2011-2014 : D-III Keperawatan Akper Pemkab

Labuhanbatu

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Adrian W (2012). Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia di Kelurahan Kedai

Durian Kecamatan Medan Johor. Dibuka pada website Repository.usu.ac.id

pada tanggal 20 Mei 2015

Arikunto S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu pendekatan praktik. Edisi Revisi VI. Cetakan 4. Jakarta : Rineka Cipta.

Cahyono. (2012). hubungan spiritualitas dengan depresi pada lansia di upt

pelayanan sosial lanjut usia magetan correlation between spirituality and depression in the elderly in upt pslu magetan, dibuka pada website

Journal.Unair.ac.id pada tanggal 20 januari 2016

Conell, p.j. (2003). a phenomenological study of the lived of experiences of adult

caregiving daughters and the elderly mothers, dibuka pada website

http://etd.fcla.edu pada tanggal 09 januari 2016

Center for population and policy studies Universitas Gadjah Mada/UGM (1999).

Alternatif kebijakan terhadap lansia dibuka pada website

cpps.ugm.ac.id/content pada tanggal 09 januari 2016

Depkes RI. (2012). Jumlah Penduduk Lansia di Indonesia dan Sumatera Utara dibuka pada website https://pandahar.files.wordpress.com/pdf dibuka pada tanggal 20 Mei 2015

Dja’far M .(2008). Budaya Melayu dibuka pada website

http://elibrary.unisba.ac.id dibuka pada tanggal 20 Mei 2015

Effendi (1998). Kedudukan Adat dalam Masyarakat. Diakses pada tanggal 25 Mei 2015 dari; http://www.natn.org.uk

Fitriani E. (2009). Lansia dalam Keluarga dan Masyarakat, Jakarta di buka pda website https://erdafitriani.wordpress.com/ pada tanggal 20 Mei 2015

Fatimah. (2010). Merawat Manusia Lanjut Usia : Suatu Pendekatan Proses

Keperawatan Gerontik. Jakarta: Trans Info Media.

Friedman M. (1998). Keperawatan Keluarga : Teori dan Praktik. Jakarta : EGC

Hadi A (2008). Analisis Komunikasi pada Tradisi Tepung tawar Suku Melayu

Serdang di Medan dibuka pada website

elibrary.unisba.ac.id/files/08-6256_Fulltext. pdf pada tanggal 20 Mei 2015

(25)

Hidayat. (2010). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika

Kuswardhani. (2009). Gambaran Peranan Keluarga terhadap Perilaku Hidup

Sehat Lansia di Wilayah kerja Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah. Dibuka pada website http://repository.usu.ac.id. Pada tanggal 20

Mei 2015

Lestari M. (2012). Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia di Kecamatan

Bandar Huluan Kabupaten Simalungun. Dibuka pada website

Repository.usu.ac.id pada tanggal 20 Mei 2015

Lidriani D. (2014). Perubahan pshicological well being pada lansia Dibuka pada website http://repository.upi.edu pada tanggal 12 Juli 2015

Loebis, A.B. (1998). Adat Perkawinan Mandailing. Keluarga Tapanuli Selatan. Gramedia Pustaka Utama

Maryam, dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Maryam, dkk. (2010). Asuhan Keperawatan pada Lansia. Jakarta: CV.Trans Info Media

Matondang A (2013). Simbolik Ekologis Gordang Sambilan dan Lingkungan

Alam Etnis batak-mandailing, dibuka pada website http://journal.unair.ac.id

pada tanggal 21 Mei 2015

Mubarak W. (2006). Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Sagung Seto.

Notoatmojo S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cita.

Nugroho. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta : EGC.

Nursalam. (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan:Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian keperawatan Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Setiti, S. G. (2007). Pelayanan Lanjut Usia Berbasis Kekerabatan (Studi Kasus

Lima Wilayah Di Indonesia). Dibuka melalui website

puslit.kemsos.go.id.Pada tanggal 09 januari 2016.

Setiawati.S (2008). Penuntun Praktis Asuhan Keperawatan Keluarga. Cetakan 1, Edisi 2. Jakarta : Trans Info Media.

Stockslager, Jaime L dan Liz Schaeffer. (2007). Asuhan Keperawatan Geriatrik, Edisi 2., Jakarta:EGC

Setyowati dkk (2008). Asuhan Keperawatan Keluarga : Konsep dan Aplikasi

(26)

Sopyan P. (2013). Analisis Fungsi dan Struktural Gordang sambilan dalam adat

mandailing dibuka pada website http://www.etnomusikologiusu.com

/uploads/ pada tanggal 20 Mei 2015

Sudjana. (2005). Metode Statistik Edisi ke-5. Bandung: Tarsito

Sumijatun. (2009). Membudayakan Etika dalam Praktik Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Suprajitno. (2004). Asuhan Keperawatan Keluarga : Aplikasi dan Praktik. Jakarta : EGC 2004

Sutriyanto E. (2015). Indonesia diprediksi memiliki jumlah lansia terbesar di

dunia dibuka pada website http://www.tribunnews.com pada tanggal 12 Juli

2015

Tamher S. (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika

Watson. (2003) Perawatan pada Lansia. Jakarta : EGC 2003

Wiyono dkk (2008). Pengalaman keluarga merawat lansia dengan tingkat

ketergantungan tinggi dirumah kota malang, Jawa timur : studi

(27)

BAB III

KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah justifikasi ilmiah terhadap penelitian yang

dilakukan dan memberi landasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai dengan

identifikasi masalahnya (Hidayat, 2010). Peran adalah menyatakan apa yang

sebenarnya seseorang lakukan dalam posisi tertentu sebagai respon terhadap

harapan peran (Friedman, 1998). Kerangka konsep dalam penelitian ini

memberikan gambaran tentang peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya melayu dan mandailing di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai

(28)

Skema 3.1 gambaran tentang peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya melayu dan mandailing di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai

tengah kabupaten Labuhanbatu.

3.2 Definisi konseptual dan operasional 3.2.1 Definisi konseptual

Peran keluarga merupakan seperangkat perilaku interpersonal, sifat,

kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu

(Mubarak, dkk 2006).

3.2.2 Definisi operasional

Variabel Definisi operasional Alat ukur Hasil ukur Skala

(29)
(30)

5.Memberikan

motivasi pada

lansia

Hal-hal yang dilakukan

keluarga dalam

membangkitkan

semangat lansia,

memotivasi lansia

dalam bentuk kegiatan

positif yang bermanfaat

kuesioner yang

terdiri dari 5

pernyataan

0=Kurang yaitu 0-18

1=Cukup yaitu :

19-37

2=Baik yaitu 38-56

3=Sangat baik yaitu

57-75

(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah rencana atau rancangan yang dibuat oleh peneliti,

sebagai ancar-ancar kegiatan yang akan dilaksanakan. Penelitian ini menggunakan

desain deskriptif. Nursalam (2009) memaparkan bahwa penelitian deskriptif

merupakan suatu metode penelitian yang mendeskripsikan atau menggambarkan

peristiwa-peristiwa urgen yang terjadi pada masa kini. Penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya melayu dan mandailing di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai

tengah kabupaten labuhanbatu.

4.2 Populasi, sampel dan tehnik sampling 4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2005). Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh

keluarga dengan lansia berbudaya melayu dan mandailing yang berdomisili di

kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah kabupaten labuhanbatu dengan

jumlah populasi sebanyak 620 orang. Budaya melayu sebanyak 520 orang dan

mandailing sebanyak 100 orang.

4.2.2 Sampel dan tekhnik sampling

Menurut Arikunto (2010), untuk pengambilan sampel jika subjeknya kurang

dari 100, maka lebih baik diambil semua populasi. Namun apabila populasi

(32)

atau 20-25% atau lebih. Jumlah sampel pada penelitian ini diambil masing-masing

sebanyak 10% dari semua populasi yaitu masing-masing sebanyak 31 orang.

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling,

yaitu suatu teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara

populasi sesuai dengan kriteria di kehendaki peneliti, sehingga sampel tersebut

dapat mewakili karakteristik populasi (Nursalam, 2009). Adapun kriteria

responden adalah sebagai berikut:

1) Keluarga yang mempunyai lansia

2) Bersedia jadi responden.

4.3 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Labuhanbilik kecamatan panai tengah

kabupaten labuhanbatu dengan pertimbangan bahwa di kelurahan labuhanbilik

kecamatan panai tengah labuhanbatu tersebut terdapat banyak lansia dengan usia

60 tahun keatas, dan tinggal bersama dengan keluarga. Selain itu belum pernah

dilakukan penelitian tentang peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya melayu dan mandailing. Penelitian ini dilakukan mulai 01-15 Oktober

2015.

4.4 Pertimbangan Etik

Dalam melakukan penelitian, peneliti memandang perlu adanya rekomendasi

dengan mengajukan permohonan izin kepada komisi etik, persetujuan dari pihak

institusi fakultas keperawatan universitas Sumatera utara dan instansi tempat

penelitian serta subjek dalam penelitian ini harus menyatakan kesediaannya

(33)

persetujuan barulah dilakukannya penelitian dengan menekankan masalah etika

penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Dapat berupa kuesioner (daftar pertanyaan), formulir

observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan

sebagainya (Notoatmodjo, 2005). Instrument penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik angket berupa kuesioner yang dibagi menjadi dua

bagian. Bagian pertama yaitu kuesioner berisi pertanyaan yang berkaitan dengan

data demografi responden yang meliputi: nama inisial, usia, jenis kelamin, agama,

suku bangsa, jumlah anggota keluarga, hubungan keluarga dengan lansia, riwayat

penyakit lansia, dan lama penyakit.

Bagian kedua yaitu kuesioner peran keluarga dalam merawat lansia

menurut budaya melayu dan mandailing. Pengukuran peran keluarga dalam

merawat lansia menurut budaya melayu dan mandailing ini digunakan instrument

skala Likert yaitu kemampuan menterjemahkan alternatif jawaban yang dipilih

responden dengan memberi tanda cheklist pada jawaban yang tersedia sesuai

dengan keadaan yang sebenarnya dengan nilai kurang (0), cukup (1), baik (2),

sangat baik (3).

Dalam skala likert telah diadopsi 25 pernyataan, responden akan memilih

salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Instrumen penelitian yang

menggunakan skala Likert dapat dibuat dalam bentuk checklist dengan

(34)

selalu dengan pilihan jawaban dengan menggunakan angka dan untuk setiap

pernyataan yang paling tinggi diberi skor 3 untuk kemudian setiap skor yang

terkumpul dijumlahkan untuk mengetahui adanya peran keluarga dalam

perawatan lansia. Adapun skala ukur yang digunakan yaitu skala ordinal.

4.6. Validitas dan Reliabilitas Instrumen 4.6.1. Validitas

Uji validitas instrumen bertujuan untuk mengetahui kemampuan instrumen

untuk mengukur apa yang diukur (Notoatmojo, 2005). Sebuah instrumen

dikatakan valid, bila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat

mengungkapkan data dari variabel yang diteliti. Instrumen dalam penelitian ini

berbentuk kuesioner yang diadopsi dari penelitian Lestari (2012) dan

dimodifikasi sendiri oleh peneliti. Uji validitas kuesioner dalam instrument

penelitian ini telah dilakukan oleh ahli Keperawatan Komunitas Departemen

Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara yaitu Ibu Lufthiani S.Kep.Ns,

M.Kes.

4.6.2 Reliabilitas

Sebagai pemeriksaan pendahuluan sebelum melakukan penelitian,

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten bila dilakukan

pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan

alat ukur yang sama (Notoatmodjo, 2005). Uji reliabilitas instrumen bertujuan

untuk mengetahui seberapa besar derajat alat ukur dapat mengukur secara

konsisten objek yang akan diukur. Alat ukur yang baik adalah alat ukur yang

(35)

sampel yang sama.

Kuesioner penelitian ini telah diuji dengan reliabilitas internal yang

diperoleh dengan cara menganalisa data dari satu kali pengetesan (Arikunto,

2010). instrument terdiri dari 25 pernyataan atau dengan jumlah butir pernyataan

ganjil. Uji reliabilitas dilakukan sebelum pengumpulan data, kepada responden

yang memenuhi kriteria seperti responden sebanyak 30 orang (Arikunto, 2010).

Menurut Polit & Hungler (1995) suatu instrumen yang baru reliabel bila

koefisiennya 0,7 atau lebih diperoleh dengan komputerisasi. Hasil dalam Uji

reliabilitas yang telah dilakukan adalah 0,72. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa kuesioner peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya melayu dan mandailing yang digunakan dalam penelitian ini adalah

reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang digunakan dengan cara :

1.) Mendapat izin dari dosen pembimbing 2.) Mengajukan surat permohonan izin

melakukan penelitian dengan mengurus etichal cleareance di institusi Fakultas

Keperawatan USU 3.) Mengajukan surat permohonan izin melakukan penelitian

ke Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu 4.)

Setelah mendapatkan izin kemudian melaksanakan pengumpulan data penelitian

5.) Menjelaskan kepada responden mengenai tujuan dan manfaat penelitian 6.)

Meminta persetujuan responden untuk menjadi responden dengan

menandatangani inform consent 7.) Mengidentifikasi peran keluarga dengan

(36)

dibantu oleh peneliti 9.) Kuesioner diambil langsung oleh peneliti dan data yang

telah terkumpul kemudian diolah dan dianalisis.

4.8 Teknik Pengolahan Data dan Analisis Data 4.8.1 Pengolahan data

Setelah data terkumpul tahap selanjutnya yaitu pengolahan data. Adapun

yang harus dilakukan (Hidayat, 2010) yaitu :

a. Editing yaitu pemeriksaan atau koreksi data yang telah dikumpulkan.

Pengeditan dilakukan karena kemungkinan data yang masuk (raw data) tidak

memenuhi syarat atau tidak sesuai dengan kebutuhan.

b. Coding (pengkodean) adalah data yang telah didapatkan akan diberi kode

sesuai dengan sub variabel yang diteliti agar lebih mudah dalam pengecekan

kembali jika terdapat kesalahan.

c. Entering adalah proses pengimputan data ke dalam master tabel yang sudah

dianggap benar.

4.8.2 Analisis data

Data demografi dan data peran keluarga dalam merawat lansia yang telah

dikumpulkan kemudian dianalisis serta disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi dan persentase. Analisa data bila setelah semua data terkumpul melalui

melalui beberapa tahap dimulai dari editing untuk menambah kelengkapan data,

kemudian memberi kode untuk memudahkan melakukan tabulasi, selanjutnya

memasukkan data ke dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dan teknik

(37)

dalam bentuk narasi, tabel distribusi frekuensi. Nilai terendah yang mungkin di

capai adalah 0 dan nilai tertinggi 75 P = Rentang kelas

Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang nilai tertinggi dikurangi nilai

terendah. Rentang kelas sebesar 18 dan banyak kelas 4 yaitu sangat baik, baik,

cukup, kurang. sehingga diperoleh P= 18 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah

kelas pertama, maka pengetahuan keluarga dikategorikan atas kelas interval

sebagai berikut: Sangat baik:57-75 Baik: 38-56, Cukup: 19-37, Kurang: 0-18

(38)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1Hasil Penelitian

Bab ini menguraikan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 2

minggu pada tanggal 01-15 Oktober 2015 di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan

Panai Tengah Labuhanbatu. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak

62 responden. 31 orang budaya melayu, dan 31 orang budaya mandailing.

5.1.1 Karakteristik Responden Budaya Melayu

Karakteristik responden terdiri atas usia, jenis kelamin, agama, suku,

pekerjaan responden, jumlah anggota keluarga, hubungan responden dengan

lansia, riwayat penyakit lansia, lama penyakit. Hasil penelitian yang didapat,

mayoritas hubungan responden dengan lansia adalah anak (77,4%) mayoritas

berusia 36-45 tahun (67,7%). Rata-rata berjenis kelamin wanita (93,5%), dan

kebanyakan pekerjaan responden adalah sebagai petani (38,7%). Jumlah anggota

keluarga terbanyak >5 orang (51,6%). Adapun agama yang dianut mayoritas

adalah islam (100 %). Riwayat penyakit yang diderita lansia kebanyakan

Remathoid artritis (38,7%), dan lama penyakit yang diderita 1-10 tahun (64,5%),

(39)

Tabel 5.1.1

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Berbudaya Melayu di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah

Kabupaten Labuhanbatu(N=31)

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

(40)

5.1.2 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu

a. Kuesioner

Hasil penelitian menunjukan bahwa distribusi frekuensi tertinggi

peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu di Kelurahan

Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015

berada pada kategori baik yaitu 96,8% dengan jumlah responden yang

menilai sebanyak 30 dari 31 orang responden.

Tabel 5.1.2

Distribusi frekuensi peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu

Kategori peran keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 0 0

Cukup 1 3,2

Baik 30 96,8

Sangat baik 0 0

Total 31 100 %

5.1.1 Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu 1. Perawatan Fisik Lansia

Dari komponen perawatan fisik lansia yang dilakukan oleh keluarga yaitu

sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan selalu menyiapkan makanan yang

bernutrisi untuk lansia, 21 orang (67,7%) mengatakan selalu mengingatkan

lansia untuk istirahat/tidur dan 18 orang (58,1%) mengatakan sering membantu

dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri/mandi, serta 17 orang

(41)

melakukan latihan fisik seperti berolah raga sedangkan sebanyak 12 orang

(38,7%) mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan fisik lansia

No Pernyataan TP JR SR SL

F % F % F % F %

1. Menyiapkan makanan yang bernutrisi 0 0 1 3,2 14 45,2 16 51,6 untuk lansia

2. Mengingatkan lansia untuk istirahat / 0 0 2 6,5 8 25,8 21 67,7 tidur.

3. Membantu dan mengingatkan lansia 2 6,5 5 16,1 18 58,1 6 19,4 untuk membersihkan diri / mandi

4. Mempertahankan kekuatan fisik lansia 3 9,7 17 54,8 9 29,0 2 6,5 dengan cara melakukan latihan fisik

seperti berolah raga

5. Memeriksakan kesehatan lansia secara 1 3,2 7 22,6 12 38,7 11 35,5 teratur

2. Mempertahankan Status Mental Lansia

Dari komponen mempertahankan status mental lansia yang dilakukan

keluarga yaitu sebanyak 17 orang (54,5%) mengatakan selalu memberikan

kesempatan dan waktu untuk mendengarkan setiap keluhan lansia, mayoritas 25

orang (80,6 %) mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit,

sedih, dll, dan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan sering menjaga perasaan

lansia baik dalam berbicara maupun tingkah laku, serta sebanyak 11 orang

(35,5%) mengatakan jarang melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada

dikeluarga, sedangkan sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu

(42)

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam mempertahankan status keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll

3. Menjaga perasaan lansia baik dalam 0 0 5 16,1 14 45,2 12 38,7

yaitu sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan jarang memfasilitasi lansia

berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol, dan sebanyak 15 orang

(48,4%) mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan

kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll), serta sebanyak 13 orang (41,9%)

mengatakan jarang membantu semua keperluan lansia sehari-hari (seperti cek

kesehatan, memberi uang saku, membelikan baju dll), mayoritas 22 orang

(71,0%) mengatakan jarang memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal

jalan-jalan, menonton televisi/mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain).

Sedangkan 13 orang (41,9%) mengatakan jarang dan ada juga yang sering

membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya (seperti

(43)

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan sosial

(seperti tongkat, kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll)

4. Perawatan Spiritual

Dari komponen perawatan spritual lansia yang dilakukan keluarga yaitu

sebanyak 21 orang (67,7%) mengatakan jarang menemani lansia pergi ke

tempat ibadah, sebanyak 15 (48,4%) mengatakan jarang menyiapkan

perlengkapan ibadah lansia dan sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan sering

memfasilitasi lansia dalam beribadah seperti pengajian dan penyantunan anak

yatim atau fakir miskin, serta 14 orang (45,2%) mengatakan sering dan selalu

(44)

orang (48,4%) mengatakan sering mengingatkan lansia untuk beribadah setiap

hari.

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan spritual pada

lansia

No Pernyataan TP JR SR SL

F % F % F % F %

1. Menemani lansia pergi ke 0 0 21 67,7 8 25,8 2 6,5 tempat ibadah.

2. Menyiapkan perlengkapan ibadah 2 6,5 15 48,4 9 29,0 5 16,1 lansia

3. Memfasilitasi lansia dalam beribadah 1 3,2 12 38,7 15 48,4 3 9,7 seperti pengajian dan penyantunan

anak yatim atau fakir miskin.

4. Menjaga ketenangan lingkungan 0 0 3 9,7 14 45,2 14 45,2 saat lansia mengerjakan ibadah.

5. Mengingatkan lansia untuk beribadah 1 3,2 5 16,1 15 48,4 10 32,3 setiap hari

5. Memberikan Motivasi pada Lansia

Dari komponen memberikan motivasi pada lansia yang dilakukan keluarga

yaitu sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan jarang mendukung lansia

melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya, sebanyak

15 orang (48,4%) mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia

kegiatan yang mengisi hari-harinya seperti berkebun, beternak, dll, dan 17

orang (54,8%) mengatakan sering memberikan kepercayaan terhadap lansia

dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll, serta

(45)

pasangan kembali, sedangkan mayoritas 26 orang (83,9%) mengatakan selalu

membantu lansia menyelesaikan masalahnya.

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memberikan motivasi

pada lansia

Hasil penelitian yang didapat, mayoritas hubungan responden dengan

lansia adalah anak (74,2%) mayoritas berusia 36-45 tahun (61,3%). Rata-rata

berjenis kelamin wanita (80,6%), dan kebanyakan pekerjaan responden adalah

sebagai petani (45,2%). Jumlah anggota keluarga terbanyak adalah > 5 orang

(58,1%). Adapun agama yang dianut mayoritas adalah islam (100 %) . Riwayat

penyakit yang diderita lansia kebanyakan hipertensi (38,7%) dan lama penyakit

(46)

Tabel 5.1.2

Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi Responden Berbudaya Mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai

Tengah Kabupaten Labuhanbatu(N=31)

Karakteristik Demografi Frekuensi (n) Persentase (%)

(47)

5.1.2 Distribusi Frekuensi Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Mandailing

b. Kuesioner

Hasil analisa data penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa

distribusi frekuensi tertinggi peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan panai Tengah

Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015 berada pada kategori baik yaitu 74,2%

dengan jumlah responden yang menilai sebanyak 23 dari 31 orang responden.

Tabel 5.3

Distribusi frekuensi peran peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya mandailing

Kategori peran keluarga Frekuensi (n) Persentase (%)

Kurang 0 0

Cukup 4 12,9

Baik 23 74,2

Sangat baik 4 12,9

Total 31 100 %

5.1.1 Peran Keluarga Dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Mandailing 1. Perawatan Fisik Lansia

Dari komponen memberikan perawatan fisik lansia yang dilakukan

keluarga yaitu sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan sering menyiapkan

makanan yang bernutrisi untuk lansia, sebanyak 13 orang (41,9%) mengatakan

jarang mengingatkan lansia untuk istirahat//tidur, dan sebanyak 18 orang

(58,1%) sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan

(48)

kekuatan fisik lansia dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga,

sedangkan sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan sering memeriksakan

kesehatan lansia secara teratur.

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan fisik lansia

No Pernyataan TP JR SR SL untuk membersihkan diri / mandi

4. Mempertahankan kekuatan fisik lansia 0 0 20 64,5 10 32,3 1 3,2

Dari komponen mempertahankan status mental lansia yang dilakukan

keluarga yaitu sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu memberikan

kesempatan dan waktu mendengarkan setiap keluhan lansia, sebanyak 19 orang

(61,3%) mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih,

dll, dan sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan selalu menjaga perasaan lansia

baik dalam berbicara maupun tingkah laku, mayoritas 16 orang (51,6%)

mengatakan sering melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga,

sedangkan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan sering dan selalu

(49)

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam mempertahankan status keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll

3. Menjaga perasaan lansia baik dalam 0 0 6 19,4 8 25,8 17 54,8

Dari komponen perawatan sosial dan ekonomi yang dilakukan keluarga

yaitu sebanyak 13 orang (41,9%) mengatakan jarang dan ada juga yang sering

memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk mengobrol,

sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk

mengikuti kegiatan kelompoknya (seperti yasinan, arisan, dll), dan sebanyak 15

orang (48,4%) mengatakan sering membantu semua keperluan lansia

sehari-hari (seperti cek kesehatan, memberi uang saku, membelikan baju dll), serta

sebanyak 21 orang (67,7%) mengatakan jarang memfasilitasi lansia untuk

berekreasi (misal jalan-jalan, menonton televisi/mendengarkan radio, atau

hiburan-hiburan lain), sedangkan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan

sering membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya

(50)

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan sosial

(seperti tongkat, kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll)

4. Perawatan Spiritual

Dari komponen perawatan spritual lansia yang dilakukan keluarga yaitu

sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan jarang menemani lansia pergi ke

tempat ibadah, mayoritas 16 orang (51,6%) mengatakan jarang menyiapkan

perlengkapan ibadah lansia, dan sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan

sering memfasilitasi lansia dalam beribadah seperti pengajian dan penyantunan

anak yatim atau fakir miskin, serta sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan

(51)

sedangkan sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan sering mengingatkan

lansia untuk beribadah setiap hari.

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan spritual pada

lansia

Dari komponen memberikan motivasi pada lansia yang dilakukan keluarga

yaitu sebanyak 15 orang (48,4%) mengatakan jarang mendukung lansia

melakukan aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya, mayoritas

19 orang (61,3%) mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia

kegiatan yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun, beternak, dll, dan

sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan jarang dan sering memberikan

kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan seperti gotong

royong, musyawarah,dll, serta sebanyak 21 orang (67,7%) mengatakan jarang

(52)

orang (74,2%) mengatakan sering dan selalu membantu lansia menyelesaikan

masalahnya.

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam memberikan motivasi

pada lansia

No Pernyataan TP JR SR SL

F % F % F % F %

1. Mendukung lansia melakukan 1 3,2 15 48,4 14 45,2 1 3,2 aktivitas fisik yang disukai

dalam batas kemampuannya

2. Mendukung dan memberikan lansia 1 3,2 19 61,3 9 29,0 2 6,5 kegiatan yang mengisi hari-harinya,

seperti berkebun, beternak, dll

3. Memberikan kepercayaan terhadap 1 3,2 14 45,2 14 45,2 2 6,5 lansia dalam melakukan suatu

kegiatan seperti gotong royong, musyawarah,dll

4. Mendukung lansia untuk memiliki 7 22,6 21 67,7 3 9,7 0 0 pasangan kembali

(53)

2. Pembahasan

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya

melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah

Kabupaten Labuhanbatu, terlihat bahwa keluarga dengan budaya melayu dan

mandailing dalam kategori peran baik yaitu 30 responden (96,8%) berbudaya

melayu dan 23 responden (74,2%) berbudaya mandailing. Menurut hasil

penelitian yang dilakukan oleh Adrian W (2012) peran keluarga dalam perawatan

lansia di Kelurahan Kedai Durian Kecamatan Medan Johor, terlihat bahwa

keluarga dalam kategori peran baik 32 responden (52,46%).

Peneliti berasumsi bahwa mayoritas responden berada dalam kategori

peran yang baik, karena mayoritas lansia tinggal bersama anak kandungnya

(77,4%) berbudaya melayu dan (74,2%) berbudaya mandailing. Hal ini berbeda

dengan hasil penelitian conell (2003) bahwa merawat lansia dirumah

menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan peran pemberi asuhan yaitu keluarga.

Hal ini dimungkinkan terjadi karena keluarga yang memiliki budaya

berbeda-beda. Sebaliknya hasil penelitian center for population and policy studies

Universitas Gadjah Mada/UGM (1999) menggambarkan bahwa merawat orang

tua merupakan suatu kewajiban dan perwujudan bakti anak. Hal ini dapat terjadi

karena penelitian dilakukan di daerah yang mempunyai karakteristik budaya yang

hampir sama yaitu seperti mayoritas budaya melayu yang dilakukan oleh peneliti.

Anak wanita biasanya lebih berperan dalam perawatan lansia daripada

pria, karena pria biasanya memiliki tanggung jawab penuh mencari nafkah

(54)

sesuai dengan pernyataan hasil penelitian Wiyono dkk (2008) bahwa pemberi

asuhan dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga tetapi wanita secara

tradisional diasumsikan dan diterima mempunyai peran sebagai pemberi asuhan

secara alamiah. Selain itu, perawatan keluarga juga mungkin dipengaruhi oleh

budaya yang ada di keluarga masing-masing. Berkaitan dengan budaya melayu

yang sejalan dengan pendapat Dja’far (2008) bahwa budaya melayu dikenal

dengan tingkah lakunya lemah lembut, ramah-tamah, mengutamakan

sopansantun, dan menghormati orang yang lebih tua dan tamu-tamu. Begitu juga

dengan budaya mandailing yang sejalan dengan pendapat Loebis (1998) bahwa

budaya mandailing juga memiliki sikap yang ramah, rajin, dan selalu

merendahkan diri.

Pada lansia akan timbul penurunan fungsi tubuh sehingga timbul

masalah-masalah fisik pada lansia. Penyakit yang diderita lansia di Kelurahan

Labuhanbilik berbudaya melayu kebanyakan adalah remathoid artritis yang

dikenal dengan istilah rematik (38,7%). Dan lama menderita penyakit 1-10 tahun

(64,5%). Sedangkan berbudaya mandailing mayoritas adalah hipertensi (38,7%).

Dan lama menderita penyakit 11-20 tahun (71%). Keluarga berperan baik dengan

lansia karena mengetahui penyakit yang diderita lansia serta lama penyakit yang

telah di derita. Hal ini juga diperlihatkan pada pernyataan keluarga sering

memeriksakan kesehatan lansia secara teratur (38,7%) berbudaya melayu dan

(55)

1. Perawatan Fisik Lansia

Hasil penelitian peran keluarga terhadap perawatan fisik lansia berbudaya

melayu menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan selalu

menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia, 21 orang (67,7%) mengatakan

selalu mengingatkan lansia untuk istirahat/tidur dan 18 orang (58,1%) mengatakan

sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri / mandi,

serta 17 orang (54,8%) mengatakan jarang mempertahankan kekuatan fisik lansia

dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga sedangkan sebanyak 12

orang (38,7%) mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.

Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Kuswardani (2009)

terdapat 56 lansia yang melakukan olahraga secara teratur dan terdapat 28,3%

lansia yang keluarganya melakukan olahraga secara bersama-sama. Peneliti

berasumsi bahwa pekerjaan responden juga sangat berpengaruh yaitu sebagian

besar responden adalah sebagai buruh/petani (38,7%), yang menyebabkan

responden jarang dirumah dari pagi sampai petang. Walaupun responden yang

bekerja setiap hari pulang ke rumah, tetapi itu hanya untuk makan dan istirahat

saja, dan setelah itu pergi lagi ke sawah/ladang. Sehingga sebagian besar

responden jarang atau bahkan tidak pernah mengajarkan lansia untuk melakukan

latihan fisik seperti berolahraga.

Sedangkan hasil penelitian dari keluarga yang berbudaya mandailing

menunjukkan bahwa sebanyak 16 orang (51,6%) mengatakan sering menyiapkan

makanan yang bernutrisi untuk lansia, sebanyak 13 orang (41,9%) mengatakan

(56)

sering membantu dan mengingatkan lansia untuk membersihkan diri/mandi, serta

20 orang (64,5%) mengatakan jarang mempertahankan kekuatan fisik lansia

dengan cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga, sedangkan sebanyak 15

orang (48,4%) mengatakan sering memeriksakan kesehatan lansia secara teratur.

Hal ini juga terjadi karena keluarga terlalu sibuk bekerja diluar rumah.

2. Mempertahankan Status Mental Lansia

Hasil penelitian peran keluarga dalam mempertahankan status mental

lansia berbudaya melayu menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang (61,3%)

mengatakan selalu memberikan kesempatan dan waktu mendengarkan setiap

keluhan lansia, sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu memperhatikan

keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll, dan sebanyak 17 orang (54,8%)

mengatakan selalu menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara maupun tingkah

laku, mayoritas 16 orang (51,6%) mengatakan sering melibatkan lansia dalam

acara-acara yang ada dikeluarga, sedangkan sebanyak 14 orang (45,2%)

mengatakan sering dan selalu mendengarkan nasehat lansia. Hal ini juga

dipengaruhi dari kebiasaan budaya melayu yang kental terhadap sistem

kekeluargaan.

Sedangkan hasil penelitian dari keluarga yang berbudaya mandailing

menunjukkan bahwa sebanyak 19 orang (61,3%) mengatakan selalu memberikan

kesempatan dan waktu mendengarkan setiap keluhan lansia, sebanyak 19 orang

(61,3%) mengatakan selalu memperhatikan keadaan lansia seperti sakit, sedih, dll,

dan sebanyak 17 orang (54,8%) mengatakan selalu menjaga perasaan lansia baik

(57)

sering melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada dikeluarga, sedangkan

sebanyak 14 orang (45,2%) mengatakan sering dan selalu mendengarkan nasehat

lansia. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian Kuswardani (2009)

menyebutkan bahwa lansia lebih mempercayakan keluarga sebagai sosok yang

bisa berbagi cerita mengenai masalah yang dirasakannya, keluarga biasanya lebih

senang mendengarkan orang tuanya menceritakan kehidupan masa lalu atau

bernostalgia dan lebih menghargai kekuatan serta kemampuan lansia.

3. Perawatan Sosial dan Ekonomi Lansia

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan sosial dan ekonomi

lansia menunjukkan bahwa sebanyak 14 orang (45,2%) berbudaya melayu dan 13

orang (41,9%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang dan ada juga sebagian

kecil sering memfasilitasi lansia berkumpul dengan teman sebayanya untuk

mengobrol. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga masih kurang berperan dalam

perawatan sosial lansia, jika dilihat dari kondisi desa tersebut bahwa keluarga

masih merasa lansia dapat melakukan hal tersebut sendiri, karena sebagian besar

rumah-rumah yang ditempati oleh lansia berdekatan dengan tetangga dan kerabat

lain, sehingga lansia masih bisa berjalan sendiri mendatangi teman-teman

sebayanya untuk berkumpul dan mengobrol bersama. Sedangkan sebanyak 15

orang (48,4%) berbudaya melayu dan 17 orang (54,8%) berbudaya mandailing

mengatakan sering memfasilitasi lansia untuk mengikuti kegiatan kelompoknya

(seperti yasinan, arisan, dll), serta sebanyak 13 orang (41,9%) berbudaya melayu

dan 15 orang (48,4%) berbudaya mandailing mengatakan jarang dan sering

(58)

uang saku, membelikan baju dll). Serta mayoritas 22 orang (41,9%) berbudaya

melayu dan 21 orang (45,2%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang

memfasilitasi lansia untuk berekreasi (misal jalan-jalan, menonton

televisi/mendengarkan radio, atau hiburan-hiburan lain). Hal ini berbeda dengan

hasil penelitian Setiti (2007), bahwa keluarga memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada para lansia untuk melakukan rekreasi misal jalan-jalan

pagi, menonton film, atau hiburan-hiburan lain. Para lansia perlu dirangsang

untuk mengetahui dunia luar seperti menonton televisi, dan membaca surat kabar

atau majalah. Dilihat bahwa di desa tersebut jarang ada kegiatan khusus untuk

lansia, jika dilihat dari sistem keluarga bahwa sebagian besar lansia jarang

berkumpul dan berekreasi bersama lansia, dikarenakan juga faktor kesibukan

bekerja dan lansia juga terlihat lebih suka melakukan kegiatan yang lain seperti

membersihkan rumah, memasak, menyapu halaman, membaca ayat-ayat al-qur’an

dan sebagainya. Serta sebanyak 13 orang (41,9%) berbudaya melayu dan 14 orang

(45,2%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang dan ada juga yang sering

membelikan lansia alat bantu kesehatan untuk kebutuhan fisiknya (seperti tongkat,

kursi roda, kaca mata, alat pendengaran, dll), dilihat bahwa sebagian keluarga ada

yang mampu membelikan alat bantu untuk kesehatan lansia, dan sebagian ada

juga yang tidak mampu membelikan alat bantu untuk kesehatan lansia, jika dilihat

dari kondisi keluarga di desa tersebut penyebabnya ialah faktor ekonomi yang

tidak mencukupi, karena rata-rata pekerjaan responden adalah sebagai

(59)

4. Perawatan Spritual

Hasil penelitian peran keluarga dalam perawatan spritual lansia

menunjukkan bahwa sebanyak 21 orang (67,7%) berbudaya melayu, dan 15 orang

(48,4%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang menemani lansia pergi ke

tempat ibadah, serta sebanyak 15 (48,4%) berbudaya melayu dan 16 orang

(51,6%) berbudaya mandailing, mengatakan jarang menyiapkan perlengkapan

ibadah lansia. Sebanyak 15 orang (48,4%) berbudaya melayu dan 14 orang

(45,2%) berbudaya mandailing mengatakan sering memfasilitasi lansia dalam

beribadah seperti pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir miskin. Serta

14 orang (45,2%) berbudaya melayu dan 17 orang (54,8%) berbudaya mandailing

mengatakan selalu dan sering menjaga ketenangan lingkungan saat lansia

mengerjakan ibadah, sedangkan 15 orang (48,4%) berbudaya melayu dan 17

orang (54,8%) berbudaya mandailing mengatakan sering mengingatkan lansia

untuk beribadah setiap hari.

Jika dilihat dari kondisi desa tersebut, sebagian besar lansia sudah rutin

mengerjakan ibadah yang dilakukan di rumah masing-masing, dan keluarga

sendiri sering sibuk dengan urusannya masing-masing serta tidak ada kebiasaan

mengerjakan ibadah bersama-bersama, sehingga lansia jarang ditemani keluarga

untuk pergi ke tempat ibadah. Dan umumnya perlengkapan ibadah sudah di

letakkan di tempat yang nyaman dan terjangkau bagi lansia untuk beribadah, jadi

dengan sendirinya jika lansia ingin beribadah, lansia tersebut akan mengambil dan

memakainya sendiri tanpa dibantu keluarga. Hanya saja keluarga akan

(60)

Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyono (2012) menyatakan

bahwa spiritual seseorang yang berada pada rentan usia lansia mengalami spiritual

yang semakin mendalam atau dapat dikatakan seorang lansia umumnya memiliki

spiritualitas yang tinggi, karena apabila seseorang telah memasuki usia yang

lanjut, ia cenderung lebih ingin mendekatkan diri pada Yang Maha Kuasa dan

juga bisa mulai menerima adanya perubahan dalam kehidupan dan aktivitas

sehari-hari serta adanya takdir berupa kematian yang melanda diri sendiri, saudara

atau sahabat dari lansia. Dan dilihat dari data demografi menunjukkan bahwa

semua responden beragama islam (100%).

5. Memberikan Motivasi pada Lansia

Hasil penelitian peran keluarga dalam memberikan motivasi pada lansia

menunjukkan sebanyak 17 orang (54,8%) berbudaya melayu dan 15 orang

(48,4%) berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung lansia melakukan

aktivitas fisik yang disukai dalam batas kemampuannya. Sebanyak 15 orang

(48,4%) berbudaya melayu dan 19 orang (61,3%) berbudaya mandailing

mengatakan jarang mendukung dan memberikan lansia kegiatan yang mengisi

hari-harinya seperti berkebun, beternak, dll, dan 17 orang (54,8%) berbudaya

melayu dan 14 orang (45,2%) berbudaya mandailing mengatakan jarang dan

sering memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam melakukan suatu kegiatan

seperti gotong royong, musyawarah,dll, serta 22 orang (71,0%) berbudaya melayu

dan 21 orang (67,7%) berbudaya mandailing mengatakan jarang mendukung

(61)

berbudaya melayu dan 23 orang (74,2%) berbudaya mandailing mengatakan

sering dan selalu membantu lansia menyelesaikan masalahnya.

Jika dilihat dari kondisi desa tersebut sebagian besar keluarga tidak sempat

untuk mengajarkan kepada lansia hal-hal yang bisa dilakukan sesuai

kemampuannya, karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Berkaitan dalam

hal keluarga jarang mendukung lansia untuk memiliki pasangan kembali, yaitu

menurut alasan yang dikemukakan oleh beberapa keluarga tersebut bahwa mereka

masih merasa tabu atau malu bila ingin mempertahankan kehidupan seksualnya

kembali, dan sikap keluarga yang kurang menunjang serta diperkuat oleh tradisi

dan budaya yang ada, juga sebagian besar lansia ditemukan memang terbiasa

hidup sendiri tanpa pasangan, terutama lansia wanita. Lansia menganggap bahwa

mengalami penurunan baik dari fisik, kesehatan dan daya ingat, dianggap kejadian

yang wajar ketika seseorang sudah tua/lanjut usia. Penyesuaian diri terhadap

berbagai perubahan aspek kehidupan ini menyebabkan lansia mampu menerima

(62)

BAB 6

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1 Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan terhadap 62 orang responden (keluarga), 31 orang

berbudaya melayu dan 31 orang berbudaya mandailing di Kelurahan Labuhanbilik

Kecamatan Panai Tengah Kabupaten Labuhanbatu tahun 2015. Hasil penelitian

ini menggambarkan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya

melayu dan mandailing di Kelurahan Labuhanbilik Kecamatan Panai Tengah

Kabupaten Labuhanbatu.

Peran keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu yaitu baik

sebanyak 30 responden (96,8%), selebihnya peran keluarga cukup sebanyak 1

responden (3,2%). Sedangkan peran keluarga dalam perawatan lansia menurut

budaya mandailing yaitu baik sebanyak 23 responden (74,2%). selebihnya peran

keluarga cukup sebanyak 4 responden (12,9%), dan sangat baik 4 responden

(12,9%).

6.2 Rekomendasi

1. Pendidikan Keperawatan

Bagi pendidikan keperawatan diharapkan untuk menggali lebih dalam lagi

pengetahuan tentang keperawatan komunitas mengenai peran keluarga dalam

perawatan lansia menurut budaya yang ada, karena aspek penting dalam

perawatan lansia sangat dipengaruhi oleh keluarga sendiri dan terkait tentang

budaya yang ada didalam keluarga tersebut. Peneliti juga menyarankan agar

(63)

lagi sehingga dapat dikembangkan dalam praktek belajar lapangan sehingga

perawatan keluarga terhadap lansia bisa lebih sangat baik lagi.

2. Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat

komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan mengenai peran keluarga

dalam merawat lansia yang baik. Sehingga dapat meningkatkan kwalitas hidup

lansia.

3. Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai evidence base bagi

penelitian selanjutnya terkait dengan peran keluarga dalam perawatan lansia

menurut budaya melayu dan mandailing. Penelitian lanjutan terkait dengan peran

keluarga dalam perawatan lansia menurut budaya melayu dan mandailing

sebaiknya dilakukan dengan menggunakan lansia sebagai responden agar hasil

peran keluarga lebih benar tanpa ada yang di rekayasa dan jumlah sampel yang

(64)

2.1 Peran keluarga dalam Perawatan Lansia Menurut Budaya Melayu dan Mandailing

Peran Keluarga dalam Perawatan Lansia No. Responden : ...

1. Kuesioner Data Demografi

Petunjuk pengisian : Saudara/i diharapkan akan menjawab setiap pernyataan

dengan memberikan tanda checklist (√) pada tempat yang tersedia. Tiap satu

pertanyaan diisi dengan satu jawaban dan bila ada yang kurang dimengerti dapat

ditanyakan pada peneliti.

1. Nama inisial :

2. Usia : 17-25 tahun 36-45 tahun

26-35 tahun 46-55 tahun

3. Jenis kelamin : Wanita Pria

4. Agama : Islam

Kristen

5. Suku : Mandailing

Melayu

6. Pekerjaan Responden : PNS /TNI /POLRI Buruh/ petani

Pensiunan PNS/ TNI/ Polri Tidak bekerja

Pegawai swasta/ Wiraswasta

(65)

3 orang > 5 orang

4 orang

8. Hubungan responden dengan lansia: Anak Adik

Menantu Cucu

Lain-lain

9. Riwayat Penyakit lansia: Hipertensi Jantung Koroner

Remathoid Artritis Diabetes Mellitus

Lain-lain :...

(66)

Kuesioner Perawatan lansia oleh keluarga

Petunjuk pengisian : Berikan tanda checklist (√) pada setiap kolom jawaban yang

tersedia di bawah ini sesuai dengan perawatan yang Saudara/i berikan kapada

lanjut usia. Dimana, TP : tidak pernah, JR : jarang, SL : selalu, SR : sering

Berikut ini adalah perawatan keluarga yang saya berikan kepada lansia:

Pernyataan TP JR SR SL

1.

2.

Perawatan Fisik Lansia

- Menyiapkan makanan yang bernutrisi untuk lansia

- Mengingatkan lansia untuk istirahat / tidur.

- Membantu dan mengingatkan lansia untuk

membersihkan diri / mandi

- Mempertahankan kekuatan fisik lansia dengan

cara melakukan latihan fisik seperti berolah raga

- Memeriksakan kesehatan lansia secara teratur

Mempertahankan Status Mental Lansia

- Memberikan kesempatan dan waktu untuk

mendengarkan setiap keluhan lansia

- Keluarga selalu memperhatikan keadaan lansia

seperti sakit, sedih, dll

- Menjaga perasaan lansia baik dalam berbicara

maupun tingkah laku.

- Melibatkan lansia dalam acara-acara yang ada

(67)

3.

4.

- Mendengarkan nasehat lansia.

Perawatan Sosial dan Ekonomi

- Memfasilitasi lansia berkumpul dengan

teman sebayanya untuk mengobrol.

- Memfasilitasi lansia untuk mengikuti

kegiatan kelompoknya (seperti yasinan,

arisan, dll.)

- Membantu semua keperluan lansia

sehari-hari (seperti cek kesehatan,

memberi uang saku, membelikan baju

dll)

- Memfasilitasi lansia untuk berekreasi

(misal jalan-jalan, menonton televisi/

mendengarkan radio, atau

hiburan-hiburan lain).

- Membelikan lansia alat bantu kesehatan

untuk kebutuhan fisiknya (seperti

tongkat, kursi roda, kaca mata, alat

pendengaran, dll)

Perawatan Spiritual

- Menemani lansia pergi ke tempat

ibadah.

(68)

5.

lansia.

- Memfasilitasi lansia dalam beribadah

seperti pengajian dan penyantunan

anak yatim atau fakir miskin.

- Menjaga ketenangan lingkungan saat

lansia mengerjakan ibadah.

- Mengingatkan lansia untuk beribadah

setiap hari

Memberikan Motivasi pada Lansia

- Mendukung lansia melakukan aktivitas fisik

yang disukai dalam batas kemampuannya

- Mendukung dan memberikan lansia kegiatan

yang mengisi hari-harinya, seperti berkebun,

beternak, dll

- Memberikan kepercayaan terhadap lansia dalam

melakukan suatu kegiatan seperti gotong royong,

musyawarah, dll

- Mendukung lansia untuk memiliki pasangan

kembali

(69)

BAB II

TINJAUAN TEORITIS 2.1 Keluarga

2.1.1 Pengertian keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama

dengan keterikatan aturan dan emosional dan individu-individu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

Menurut Setyowati, dkk (2008) yang dikutip dari Duval dan Logan.

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan

adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari setiap

anggota keluarga.

2.1.2 Tipe Keluarga

Berbagai bentuk dan tipe keluarga, berdasarkan berbagai sumber,

dibedakan berdasarkan keluarga tradisional dan non tradisional, yaitu :

Menurut Komang ayu (2010) dikutip dari allender dan spradley membagi tipe

keluarga berdasarkan :

a. Keluarga tradisional

1. Keluarga inti (nuclear family), yaitu keluarga yang terdiri dari suami,

istri dan anak kandung atau anak angkat.

2. Keluarga besar (extended family), yaitu keluarga inti ditambah dengan

keluarga lain yang mempunyai hubungan darah, misalnya kakek,

Gambar

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi dan Persentase Karakteristik Demografi  Responden
Tabel 5.1.2 Distribusi frekuensi peran keluarga dalam perawatan
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan fisik lansia
Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi peran keluarga dalam perawatan sosial
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Matematika adalah merupakan suatu pelajaran bagaimana menentukan hasil suatu nilai dengan cara mendapatkannya dengan mengoperasikan dua atau lebih bilangan.Dalam hubungannya dengan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Pada Penulisan Ilmiah ini penulis mencoba untuk membahas tentang pembuatan iklan animasi Universitas Gunadarma, memadukan gambar, teks, suara dan animasi ke dalam perangkat

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Penjualan buku yang bersifat tradisional mengharuskan para konsumen berkunjung ke toko buku untuk melakukan pembelian buku, hal ini tentu saja akan memakan waktu yang lebih lama

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen